tag:blogger.com,1999:blog-85366647422416033352024-03-13T12:28:02.871-07:00PENDIDIKANMakalah, Tesis, Skripsi, Artikel, Tulisan-tulisan dan Berita yang berhubungan dengan Dunia Pendidikanmzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.comBlogger148125tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-14703334413097231602010-09-04T21:39:00.000-07:002010-09-04T21:41:40.494-07:00PEDOMAN UMUM PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASIDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI<br />DIREKTORAT AKADEMIK<br />2009<br /> <br />KATA PENGANTAR <br /><br />Pemilihan dosen berprestasi tingkat nasional telah diselenggarakan sejak tahun 2004. Di tahun 2009 pemilihannya mengikutsertakan pendidikan tinggi politeknik sebagai bentuk apresiasi terhadap pendidikan vokasi. <br />Sehubungan dengan itu diperlukan proses penyempurnaan Pedoman Umum Pemilihan Dosen berprestasi yang selama ini dipakai. Selain itu beberapa hal yang selama ini masih menimbulkan multi-tafsir telah diperbaiki terutama dalam segi penyerahan dokumen karya prestatif, persyaratan, dan beberapa data/informasi yang dikirim oleh perguruan tinggi/Kopertis ke tingkat nasional. Dengan demikian penyelenggara baik di tingkat perguruan tinggi, Kopertis maupun di tingkat nasional diharapkan dapat memahami pedoman ini dengan lebih jelas dan lebih mudah.<br />Dengan penyelenggaraan pemilihan dosen berprestasi di tingkat nasional ini, setiap perguruan tinggi diharapkan terdorong untuk memiliki sistem penghargaan yang terprogram bagi dosen yang memiliki prestasi tinggi dalam pelaksanaan kegiatan tridharmanya. Selain itu dapat menjadi informasi yang berharga bagi perguruan tinggi untuk menentukan prioritas pengembangan menuju daya saing perguruan tinggi berbasis keunggulan lokal. <br />Semoga dengan pedoman atau acuan ini, penyelenggaraan pemilihan dosen berprestasi di tingkat perguruan tinggi/Kopertis maupun di tingkat nasional dapat terlaksana dengan baik.<br /><br /><br />Jakarta, Maret 2009<br />Direktur Akademik,<br /><br /><br /><br />Illah Sailah<br />NIP 131128918<br /><br /> <br /><br />DAFTAR ISI<br /> Hal. :<br />Kata Pengantar i<br />Daftar Isi ii<br />I. PENDAHULUAN 1<br /> A. Latar Belakang 1<br /> B. Dasar Hukum 1<br /> C. Tujuan dan Manfaat 2<br /> <br />II. PENGERTIAN DAN PROSES PEMILIHAN 2<br /> A. Pengertian dan Ketetapan 3<br /> B. Proses Pemilihan 4<br /> <br />III. KOMPONEN PENILAIAN 5<br /> A. Karya Prestasi Unggul 5<br /> B. Karya Triharma Perguruan Tiinggi 5<br /> <br />IV. PROSES PENILAIAN 5<br /> A. Dokumen yang Diperlukan 5<br /> B. Penilaian Tahap Awal 6<br /> C. Penilaian Tahap Akhir 6<br /> D. Cara Penyampaian Hasil Pemilihan 7<br /> <br />V. JADWAL KEGIATAN 8<br />VI. PENGHARGAAN 11<br />VII. PEMBIAYAAN 11<br />VII. PENUTUP 11<br />Lampiran : <br /> <br />1. Formulir Prestasi Unggul <br />2. Formulir Karya Tridharma Perguruan Tinggi <br /> <br />I. PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang<br />Pendidikan tinggi di Indonesia merupakan subsistem pendidikan nasional yang mencakup program diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu unsur dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah dosen. Dosen merupakan tenaga akademik yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 51 Ayat (1) Butir b, bahwa dosen berhak mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan kinerja akademiknya. <br />Sistem penghargaan terkait dengan aspirasi dan motivasi di kalangan dosen ini diharapkan menjadi salah satu cara dalam pengembangan manajemen akademik di masing-masing perguruan tinggi. Selain itu sistem penghargaan akan merupakan salah satu unsur penting dan memiliki peran dalam menumbuh kembangkan suasana akademik, yang pada akhirnya dapat mempercepat perkembangan masyarakat ilmiah masa kini dan masa depan sesuai dengan yang diharapkan. Sistem penghargaan ini harus sejalan dan sesuai dengan harkat dan martabat dosen sebagai penggali dan pengembang ilmu, teknologi, dan seni serta budaya, peneliti dan pengabdi pada masyarakat. <br />Merujuk pada pemikiran di atas, sudah selayaknya pemberian penghargaan diberikan kepada dosen yang memiliki prestasi yang dibanggakan oleh perguruan tingginya dalam bidang tridharma perguruan tinggi. Pemberian penghargaan akan mendorong dosen untuk berprestasi secara lebih produktif. Dengan demikian prestasi yang semakin produktif itu diharapkan dapat mendorong tercapainya tujuan pengem-bangan sistem pendidikan tinggi khususnya, dan pem-bangunan nasional pada umumnya. <br />B. Dasar Hukum<br />1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional<br />2. Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen<br /> 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan<br />4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi<br />5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi sebagai Badan Hukum<br />6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 15 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi<br />7. Higher Education Long Term Strategy (HELTS) Tahun 2003-2010. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional<br /><br />C. Tujuan dan Manfaat<br />Tujuan pemilihan dosen berprestasi adalah memberi pengakuan kepada dosen yang secara nyata dan luar biasa melakukan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi yang hasilnya dapat dibanggakan dan sangat bermanfaat bagi kemajuan peningkatan kualitas akademik dan kelembagaan. <br />Pemilihan dosen berprestasi diharapkan bermanfaat dalam:<br />1. Meningkatkan motivasi secara berkelanjutan di kalangan sivitas akademika untuk “bekerja lebih keras dan lebih cerdas” dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi dan meningkatkan produktivitas perguruan tinggi.<br />2. Menciptakan suasana akademik yang mengarah kepada terwujudnya kepribadian ilmuwan yang terpuji, semangat pengabdian dan dedikasi di bidang pendidikan tinggi.<br />3. Menumbuhkan kebanggaan di kalangan dosen terhadap profesinya.<br />II. PENGERTIAN DAN PROSES PEMILIHAN <br />Pemilihan dosen berprestasi tingkat nasional dilaksanakan dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional dan peringatan hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Pedoman pemilihan ini diatur sebagai berikut.<br />A. Pengertian dan Ketetapan<br />1. Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan tinggi dan dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas di lingkungan Depdiknas.<br />2. Dosen berprestasi adalah dosen yang dalam tiga tahun terakhir memiliki prestasi yang sangat bermanfaat dan dapat dibanggakan, serta diakui pada skala nasional.<br />3. Dosen yang berhak mengikuti proses pemilihan dosen berprestasi adalah dosen tetap perguruan tinggi, yang bekerja penuh waktu yang berstatus sebagai tenaga pendidik tetap pada satuan pendidikan tinggi tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. <br />4. Semua dosen tetap yang memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya magister atau setara dapat mengikuti pemilihan dosen berprestasi tanpa dibatasi oleh usia, kepangkatan dan golongan, jabatan pimpinan perguruan tinggi, dan jabatan akademik. <br />5. Pimpinan perguruan tinggi negeri hanya dapat meng-usulkan satu orang dosen berprestasi. Pimpinan perguruan tinggi swasta mengajukan satu orang dosen berprestasi ke Kopertis dan selanjutnya koordinator Kopertis menyeleksi dan mengirimkan dua orang dosen berprestasi ke tingkat nasional.<br />6. Karya Prestasi<br />a. Karya prestasi di bidang Pendidikan dan Pembelajaran antara lain dalam bentuk:<br />1) Buku ajar/diktat/penuntun praktikum/metode diskusi<br />2) Metode/teknologi pembelajaran yang kreatif <br />3) Metode/model pembimbingan asisten atau dosen muda<br />4) Metode/model pemotivasian pembelajaran kepada mahasiswa<br />5) Hal lain yang relevan dengan dua dharma lainnya.<br />b. Karya prestasi di bidang Penelitian antara lain dalam bentuk:<br />1) Hak atas Kekayaan Intelektual <br />2) Tulisan/publikasi pada jurnal nasional yang terakre-ditasi maupun jurnal internasional <br />3) Model/prototipe/sistem yang bermanfaat bagi masyarakat<br />4) Bahan ajar berbasis hasil penelitian<br />5) Karya tulis ilmiah yang disajikan pada seminar-seminar ilmiah di tingkat nasional/internasional<br />6) Hal lain yang relevan dengan dua dharma lainnya<br />c. Karya prestasi di bidang Pengabdian pada Masyarakat antara lain dalam bentuk:<br />1) Konsep penataan lingkungan, penerapan teknologi, pemberdayaan masyarakat<br />2) Model pengembangan wilayah, <br />3) Model pemberdayaan masyarakat <br />4) Model pengembangan kemitraan<br />5) Model penataan kelembagaan<br />6) Model penyebaran atau difusi temuan-temuan baru <br />7) Modul pengembangan sumberdaya manusia atau sumber daya lainnya<br />8) Publikasi dalam pengabdian kepada masyarakat<br />9) Konsultasi bagi pengembangan dunia bisnis dan non-bisnis<br />10) Hal lain yang relevan dengan dua dharma lainnya <br /><br />B. Proses Pemilihan<br />Pemilihan dosen berprestasi dilakukan melalui dua tingkat, yaitu:<br />1. Tingkat Perguruan Tinggi/Kopertis <br />a) Di tingkat masing-masing perguruan tinggi negeri<br />b) Di tingkat masing-masing perguruan tinggi swasta dan dilanjutkan pada tingkat Kopertis <br />c) Pemilihan sebaiknya dimulai pada tingkat bagian/ jurusan/departemen, fakultas lalu di tingkat perguruan tinggi/Kopertis. Cara pemilihan diserahkan pada kebijakan masing-masing perguruan tinggi/ Kopertis. <br />2. Tingkat Nasional<br />Di tingkat nasional dilakukan dua tahap seleksi, yaitu tahap awal dan tahap akhir. Pada tahap awal dipilih 15 orang dosen berprestasi terbaik yang akan mengikuti pemilihan tahap akhir dengan mengundang seluruh peserta ke Jakarta. Pemilihan tahap awal dilakukan berdasarkan penilaian dokumen yang dikirim ke panitia pemilihan. Pada tahap akhir 15 orang dosen berprestasii menyajikan makalah hasil karya prestasi dan berdiskusi tentang isu-isu aktual serta penilaian kepribadian. Pada seleksi tahap akhir dipilih tiga orang dosen berprestasi terbaik tingkat nasional.<br />III. KOMPONEN PENILAIAN <br />Komponen penilaian kinerja dosen berprestasi mencakup:<br />A. Karya Prestasi Unggul<br />Karya prestasi unggul adalah :<br />1. Karya salah satu atau lebih bidang dharma perguruan tinggi yang asli, dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat sesuai dengan bidang ilmunya. <br />2. Karya pengembangan kemitraan penelitian dengan pihak industri/pemerintah daerah/lembaga penelitian baik di dalam maupun di luar negeri<br />3. Ide/gagasan tentang pengembangan pendidikan/pembela-jaran, tingkat nasional maupun internasional. <br />Di dalam karya prestasi unggul tersebut diuraikan dalam tulisan sebagaimana petunjuk teknis yang tercantum pada Lampiran 1<br />B. Karya Tridharma Perguruan Tinggi<br />Kegiatan tridharma perguruan tinggi dinilai berdasarkan karya yang dihasilkan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Karya tridharma perguruan tinggi dapat dituliskan dalam formulir sebagaimana tercantum pada Lampiran 2.<br />IV. PROSES PENILAIAN<br />Penilaian pada tingkat perguruan tinggi/Kopertis diserahkan kepada masing-masing institusi dan dapat menggunakan ketentuan yang berlaku di tingkat nasional.<br />A. Dokumen yang diperlukan<br />Dokumen yang dikirim oleh pimpinan perguruan tinggi atau Kopertis terdiri atas:<br />1. Karya prestasi unggul yang ditulis secara singkat dan padat dalam 3 halaman dengan ukuran kertas A4 (huruf Times New Roman, font 12, 1 spasi) dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (Lampiran 1).<br />2. Surat pernyataan dari pimpinan perguruan tinggi dan penilaian atasan/pimpinan langsung terhadap integritas dan kepribadian dosen yang bersangkutan.<br />3. Daftar karya di bidang pendidikan dan pembelajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan unsur penunjang selama tiga tahun terakhir, disertai dengan bukti yang relevan (Lampiran 2).<br />B. Penilaian Tahap Awal<br />Penilaian tahap awal dilakukan terhadap semua berkas/dokumen yang masuk ke Direktorat Akademik Ditjen Dikti Depdiknas. Pada tahap ini akan ditentukan 15 orang dosen berprestasi terbaik yang kemudian akan diundang untuk pemilihan tahap akhir<br />Nilai kumulatif dosen berprestasi mencakup komponen: <br />1. Karya Prestasi Unggul : 65%<br />2. Karya tridharma perguruan tinggi : 35%<br />Bobot penilaian tridharma perguruan tinggi dan penunjang adalah sebagai berikut.<br />1. Pendidikan dan pembelajaran : 40%<br />2. Penelitian : 30%<br />3. Pengabdian pada masyarakat : 20%<br />4. Kegiatan penunjang tridharma : 10%<br />C. Penilaian Tahap Akhir<br />Penilaian tahap akhir dilakukan untuk menentukan tiga dosen berprestasi terbaik, dan akan diundang untuk menghadiri upacara kenegaraan dalam rangka peringatan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Penilaian pada pemilihan tahap akhir dilakukan terhadap:<br />1. Karya tulis ilmiah prestasi unggul dengan ketentuan :<br />a. Karya tulis ilmiah ditulis 15 – 20 halaman, di atas kertas ukuran A4 dengan spasi 1,5 dan menggunakan font 12 Times New Roman.<br />b. Karya tulis ilmiah berisi pendahuluan, tujuan, landasan teori/kajian pustaka, pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka. <br />c. Karya tulis ilmiah ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar<br />2. Penyajian karya tulis ilmiah selama 15 menit dan dilanjutkan dengan tanya jawab selama maksimum 30 menit. <br />3. Pengungkapan ide atau gagasan pada diskusi kelompok tentang isu aktual yang akan ditentukan segera sebelum diskusi kelompok.<br />Adapun nilai akhir diperoleh dengan ketentuan sebagai berikut.<br />1. 40% dari hasil penilaian tahap awal <br />2. 60% dari hasil penilaian tahap akhir yaitu:<br />Penulisan Karya Tulis (makalah) : 50%<br />Penyajian dan Tanya Jawab : 30%<br />Diskusi Kelompok : 20%<br />D. Cara Penyampaian Hasil Pemilihan<br />1. Hasil pemilihan dosen berprestasi tingkat perguruan tinggi negeri/Kopertis disampaikan oleh pimpinan perguruan tinggi/Kopertis yang bersangkutan disertai dengan berkas yang diperlukan kepada:<br />Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi <br />c.q. Direktur Akademik <br />Gedung D Depdiknas Lantai 7<br />Jl. Jend. Sudirman, Pintu I, Senayan, Jakarta<br />2. Undangan kepada 15 orang dosen berprestasi (hasil penilaian tahap awal) dan peserta lainnya akan disampaikan sebelum pemilihan tahap akhir di tingkat nasional melalui pos atau e-mail. <br />3. Hasil penilaian tahap akhir akan diumumkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.<br />V. JADWAL KEGIATAN<br />Jadwal kegiatan secara tentatif dari pemilihan dosen berprestasi disajikan pada Bagan di halaman berikut. Penjelasan dari Bagan tersebut adalah sebagai berikut.<br />1. Bulan Maret<br />a. Pemberitahuan pelaksanaan pemilihan dari Ditjen Dikti<br />b. Pembentukan panitia tingkat program studi/jurusan/ departemen/ fakultas/ perguruan tinggi/Kopertis.<br />c. Penyampaian pedoman dan bahan-bahan pemilihan dari Ditjen Dikti ke perguruan tinggi/Kopertis<br />d. Rapat Koordinasi Penetapan Pelaksanaan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional oleh Ditjen Dikti<br />2. Bulan April<br />a. Pelaksanaan pemilihan dosen berprestasi tingkat program studi/jurusan/fakultas/perguruan tinggi/Kopertis<br />b. Penyampaian hasil pemilihan dosen berprestasi tingkat program studi/jurusan/departemen/fakultas ke tingkat perguruan tinggi<br />c. Penyampaian hasil pemilihan dosen berprestasi tingkat perguruan tinggi swasta ke Kopertis<br />d. Penetapan pelaksanaan pemilihan dosen berprestasi Tingkat Nasional oleh Ditjen Dikti<br />e. Penetapan tim penilai tingkat nasional <br />f. Pelaksanaan pemilihan dosen berprestasi tingkat perguruan tinggi/Kopertis<br />3. Bulan Mei - Juni<br />a. Laporan hasil pemilihan dosen berprestasi perguruan tinggi/Kopertis ke Ditjen Dikti Depdiknas<br />b. Seleksi kelengkapan administrasi dosen berprestasi tingkat perguruan tinggi/Kopertis.<br />c. Pemilihan dosen berprestasi nasional tahap awal.<br />d. Pemberitahuan hasil pemilihan dosen berprestasi nasional tahap awal ke seluruh perguruan tinggi. <br />4. Bulan Juli<br />a. Undangan pemilihan tingkat nasional tahap akhir<br />b. Pemilihan dosen berprestasi tingkat nasional tahap akhir<br />c. Laporan hasil pemilihan dosen berprestasi tingkat nasional tahap akhir ke perguruan tinggi/Kopertis<br />5. Bulan Agustus<br />Undangan menghadiri upacara 17 Agustus di Depdiknas kepada Dosen Berprestasi juara I, II, dan III Tingkat Nasional dan para finalis lainnya.<br /> <br />Bagan Jadwal Kegiatan<br />No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus<br /> 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4<br />1 Penyebaran informasi <br />2 Pemilihan tingkat perguruan tinggi/Kopertis <br />3 Pengiriman nama, kelengkapan administrasi dan karya tulis ilmiah ke tingkat nasional (Dikti) <br />4 Penilaian Nasional tahap awal <br />(desk evaluation) <br />5 • Penilaian Nasional Tahap Akhir<br />• Pengumuman nama dosen beprestasi Tingkat Nasional <br />6 Undangan menghadiri Upacara 17 Agustus Depdiknas <br /><br /> <br />VI. PENGHARGAAN<br />Penghargaan kepada dosen berprestasi akan diberikan oleh :<br />1. Pimpinan perguruan tinggi/Kopertis yang bersangkutan berupa piagam penghargaan yang disediakan sendiri oleh masing-masing perguruan tinggi/Kopertis. Penghargaan lainnya diserahkan kepada kebijaksanaan dan kemampuan perguruan tinggi/Kopertis yang bersangkutan. Penghargaan tersebut mempunyai bobot dan makna yang sesuai dengan pelaksanaan tugas atau misi perguruan tinggi.<br />2. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi menyediakan penghargaan bagi dosen berprestasi berupa :<br />a. Piagam Penghargaan,<br />b. Hadiah lainnya.<br />Dosen berprestasi tingkat perguruan tinggi/Kopertis menerima penghargaan yang diserahkan oleh pimpinan perguruan tinggi/Kopertis pada waktu upacara memperingati Proklamasi 17 Agustus 1945 di lingkungan masing-masing perguruan tinggi. Dosen berprestasi peringkat I, II dan III tingkat nasional akan menerima penghargaan dari Menteri Pendidikan Nasional di Jakarta.<br />VI. PEMBIAYAAN<br />Pembiayaan pemilihan dan pemberian penghargaan dosen berprestasi tingkat perguruan tinggi/Kopertis dibebankan pada anggaran perguruan tinggi/Kopertis masing-masing. Pembiayaan dan penghargaan dosen berprestasi di tingkat nasional dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang relevan pada Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. <br />VII. PENUTUP<br />Buku Pedoman Umum Pemilihan Dosen Berprestasi merupakan acuan bagi perguruan tinggi dan panitia penyelenggara di Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan disampaikan melalui surat. <br /> <br />Lampiran 1<br /><br />FORMULIR PRESTASI UNGGUL<br /><br /><br />A. DATA DIRI<br />1. Nama Lengkap (dengan gelar) <br />2. NIP. <br />3. Jabatan Akademik <br />4. Jabatan Struktural <br />5. Pangkat dan golongan <br />6. Tempat & Tanggal Lahir <br />7. Jenis Kelamin Laki-laki / Perempuan *)<br />8. Bidang Keahlian <br />9. Agama <br />10. Asal Perguruan Tinggi <br /> Fakultas <br /> Jurusan/Dep. <br /><br />B. URAIAN PRESTASI UNGGUL (3 tahun terakhir)<br />Uraian prestasi unggul ditulis dalam tiga halaman yang antara lain memuat:<br />1. Latar belakang<br />2. Metode pencapaian unggulan<br />3. Prestasi yang diunggulkan <br />4. Kemanfaatan<br />5. Diseminasi<br />6. Pengakuan dari pihak terkait<br /><br /> <br />Lampiran 2<br />Formulir Karya Tridharma Perguruan Tinggi<br />(tiga tahun terakhir)<br /><br />I. Keterangan Perorangan<br />1. Nama Lengkap (dengan gelar) <br />2. NIP. <br />3. Jabatan Akademik <br />4. Jabatan Struktural <br />5. Pangkat dan golongan <br />6. Tempat & Tanggal Lahir <br />7. Jenis Kelamin Laki-laki / Perempuan *)<br />8. Bidang Keahlian <br />9. Agama <br />10. Asal Perguruan Tinggi <br /> Fakultas <br /> Jurusan/Dep. <br />11. Alamat Perguruan Tinggi <br /><br /> Telp/Fax <br />12. Status perkawinan Belum kawin/Kawin/Janda/Duda*)<br />13. Alamat Rumah (lengkap) <br /><br /> Telp/Fax <br /> Hp <br /> E-mail <br />*) Coret yang tidak perlu<br /><br /> <br />II. Pendidikan dan Pembelajaran (tiga tahun terakhir)<br />No Kegiatan Pendidikan dan Pembelajaran Bentuk Tempat/ Instansi Tanggal Keterangan<br />1 2 3 4 5 6<br />1. Memperoleh ijasah S3/S2 <br />2. Mengajar … sks Jumlah Mhs<br />3. Bimbingan: Seminar mahasiswa; KKN; Praktik Kerja Lapangan;magang <br />4. Bimbingan Disertasi/Tesis/ Skripsi/Tugas Akhir/Lap Akhir <br />5. Mengembangan bahan ajar (buku ajar, diktat, modul, penuntun praktikum,praktik) <br /><br />Keterangan lain yang dianggap perlu<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />III. Penelitian (tiga tahun terakhir)<br />No. Judul Karya Ilmiah Posisi Penulis Keterangan<br />1 2 3 4<br />1. Penelitian yang dipublikasikan <br /> a. Dalam Bentuk Buku Monograf/Referensi<br /> b. Jurnal/Majalah Ilmiah Terakreditasi/Tidak<br /> c. Melalui Seminar Internasional/Nasional<br />2. Membuat Rancangan dan Karya yang Dipatenkan Status (Sudah Diperoleh/Masih Diusulkan<br />3. Membuat Rancangan dan Karya Teknologi/Karya Seni Monumental/Seni Pertunjukan/Karya Sastra <br />Hal lain yang relevan dengan bidang penelitian dapat dibuat atau diuraikan dengan bebas pada lembar terpisah.<br /> <br />IV. Pengabdian pada Masyarakat (tiga tahun terakhir)<br />No. Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat Tahun Khalayak Sasaran/ Kerjasama Lama Kegiatan<br />1 2 3 4 5<br />1. Judul Materi Pelatihan <br />2. Judul Materi Pelayanan/<br />Konsultasi <br />3. Judul Kegiatan Pengembangan Hasil Pendidikan/Penelitian (Action Research) <br />Uraikan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pengabdian pada masyarakat<br /><br /> <br />V. Kegiatan Penunjang (tiga tahun terakhir)<br />No Jenis Kegiatan Tahun Posisi dalam Kegiatan (Pembimbing/ Pokja) Keterangan (Surat Keputusan)<br />1 2 3 4 5<br />1 Menjadi anggota: dalam Badan Perguruan; Lembaga Pemerintah; Organisasi Profesi; antar Lembaga; Delegasi Nasional di Pertemuan Internasonal <br />2 Berperan Aktif dalam Pertemuan Ilmiah <br />3 Mempunyai Prestasi di Bidang Olah Raga/ Humaniora <br />Informasi lain (silakan diuraikan yang berkaitan dengan kegiatan penunjang yang dianggap menguatkan kinerja Anda).<br /><br />Demikian keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.<br />...................., ...............<br /><br /><br />( ................................. )<br /><br />Catatan:<br />Semua kegiatan tridharma perguruan tinggi dan penunjang secara lengkap dapat dilihat pada Rincian Kegiatan Dosen pada Keputusan Menkowasbangpan No. 38/Kep/MK.Waspan/8/1999 dan informasi kegiatan perlu disertai dokumen penunjang sebagai bukti partisipasi dalam kegiatan tridarma tersebut.mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-38372515289589826992010-09-04T21:34:00.000-07:002010-09-04T21:39:42.192-07:00PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI, BEASISWA PENDIDIKAN BAGI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA KURANG MAMPUPROGRAM<br />BEASISWA BIDIK MISI<br />BEASISWA PENDIDIKAN BAGI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA KURANG MAMPU <br /><br /> <br /><br />DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI<br />DIREKTORAT KELEMBAGAAN<br />TAHUN 2010<br /> <br />KATA PENGANTAR<br /><br /> Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak setiap warga Negara tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1) Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan pasal tersebut, maka Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi, dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu diperlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu bagi setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya kurang mampu membiayai pendidikannya, dan berhak mendapatkan beasiswa bagi mereka yang berprestasi.<br /> Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program Beasiswa Bidik Misi untuk memberikan beasiswa dan biaya pendidikan kepada 20.000 mahasiswa dan atau calon mahasiswa dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu dan berprestasi, baik di bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler. <br />Agar program penyaluran beasiswa Bidik Misi dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip 3T, yaitu: Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu, maka diharapkan para pimpinan perguruan tinggi dalam melakukan sosialisasi, seleksi, dan penyaluran Beasiswa Bidik Misi mengacu pada pedoman ini. <br /> Penerbitan pedoman program beasiswa Bidik Misi ini diharapkan dapat memudahkan bagi perguruan tinggi penyelenggara agar penyaluran beasiswa kepada mahasiswa dapat tercapai sesuai dengan harapan kita semua. Selain itu pedoman ini diharapkan juga dapat memudahkan bagi para calon mahasiswa atau mahasiswa yang akan mengusulkan sebagai calon penerima beasiswa, dan memudahkan bagi mahasiswa yang telah ditetapkan sebagai penerima beasiswa untuk mendapatkan haknya.<br /> Dengan terbitnya buku ini, proses penyaluran beasiswa kepada mahasiswa diharapkan akan berjalan dengan lebih baik, dan mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dengan lancar, berprestasi tepat waktu yang akhirnya dapat ikut andil dalam meneruskan perjuangan bangsa menuju pembangunan Indonesia sejahtera. <br /> Akhirnya kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada tim penyusun pedoman ini dan semua pihak yang telah membantu dalam mewujudkan buku pedoman Program Beasiswa Bidik Misi ini. <br /><br /><br />Jakarta, Desember 2009<br />Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi<br /><br /> <br />Fasli Jalal <br /> <br />DAFTAR ISI<br /><br />KATA PENGANTAR i<br />DAFTAR ISI iii<br />I. PENDAHULUAN 1<br />A. LATAR BELAKANG 1<br />B. DASAR 2<br />C. MISI 2<br />D. TUJUAN 3<br />II. KETENTUAN UMUM 3<br />A. SASARAN 3<br />B. JANGKA WAKTU PEMBERIAN BEASISWA 4<br />C. PENYELENGGARA 4<br />D. DANA BEASISWA 4<br />III. KETENTUAN KHUSUS 5<br />A. PERSYARATAN 5<br />B. KUOTA 5<br />C. PENGGUNAAN DANA BEASISWA 5<br />D. PENYALURAN DANA 6<br />IV. MEKANISME PEREKRUTAN 7<br />A. PERSIAPAN PENDAFTARAN 7<br />B. TATA CARA PENDAFTARAN 7<br />C. SELEKSI 9<br />D. PENETAPAN 9<br />E. PENGHENTIAN BEASISWA 10<br />V. MONITORING DAN EVALUASI 11<br />A. MONITORING DAN EVALUASI EKSTERNAL 11<br />B. MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL 11<br />LAMPIRAN 13<br /> <br /><br />I. PENDAHULUAN<br />A. LATAR BELAKANG<br />Peningkatan pemerataan akses ke perguruan tinggi jenjang pendidikan menengah yang terdiri atas lulusan SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat sampai saat ini masih merupakan masalah di negara kita. Banyak lulusan jenjang pendidikan menengah yang berprestasi dan merupakan calon mahasiswa yang potensial tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi karena berasal dari keluarga kurang mampu. Selain itu peningkatan akses informasi terhadap sumber pendanaan masih sangat terbatas. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan menyusun database siswa jenjang pendidikan menengah yang cerdas dan kurang mampu serta memfasilitasi dan atau menyediakan beasiswa dan biaya pendidikan. <br />Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab V pasal 12 (1.c), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya kurang mampu membiayai pendidikannya. Pasal 12 (1.d), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya kurang mampu membiayai pendidikannya. <br />Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Bagian Kelima, Pasal 27 ayat (1), menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang tua atau walinya kurang mampu membiayai pendidikannya. Pasal 27 ayat (2), menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi.<br />Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, Bab VI, Pasal 46 ayat (2), menyebutkan bahwa Badan Hukum Pendidikan wajib mengalokasikan beasiswa atau bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik Warga Negara Indonesia yang kurang mampu secara ekonomi dan atau peserta didik yang memiliki potensi akademik tinggi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah seluruh peserta didik.<br />Berbagai macam beasiswa oleh pemerintah, misalnya PPA, BBM, PPE, dan BMU, telah diberikan kepada mahasiswa. Akan tetapi jumlah dana yang diberikan masih belum dapat memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dan biaya hidup mahasiswa, sehingga belum menjamin keberlangsungan studi mahasiswa hingga selesai. <br />Mengacu pada Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut serta kenyataan tentang program beasiswa sebagaimana tersebut di atas, maka Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan Nasional mulai tahun 2010 memberikan beasiswa dan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi dan berprestasi yang disebut Beasiswa BIDIK MISI.<br />B. DASAR<br />1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;<br />2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan;<br />3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;<br />4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi Negeri;<br />5. Program Kabinet Indonesia Bersatu II tahun 2009-2014.<br />C. MISI<br />1. Menghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu untuk terus menempuh sampai ke jenjang pendidikan tinggi;<br />2. Menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalam memutus rantai kemiskinan.<br />D. TUJUAN<br />1. Meningkatkan motivasi belajar dan prestasi calon mahasiswa, khususnya mereka yang menghadapi kendala ekonomi;<br />2. Meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi rakyat Indonesia yang berpotensi akademik tinggi dan kurang mampu secara ekonomi;<br />3. Menjamin keberlangsungan studi mahasiswa sampai selesai;<br />4. Meningkatkan prestasi mahasiswa, baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler;<br />5. Menimbulkan dampak iring bagi mahasiswa dan calon mahasiswa lain untuk selalu meningkatkan prestasi;<br />6. Melahirkan lulusan yang mandiri, produktif dan memiliki kepedulian sosial, sehingga mampu berperan dalam upaya pengentasan kemiskinan. <br /><br /><br /><br /><br />II. KETENTUAN UMUM<br />A. SASARAN<br />Lulusan jenjang pendidikan menengah yang terdiri atas lulusan SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat tahun 2010 yang berprestasi dan orang tua/wali-nya kurang mampu secara ekonomi.<br />B. JANGKA WAKTU PEMBERIAN BEASISWA<br />Beasiswa diberikan sejak calon mahasiswa dinyatakan diterima di perguruan tinggi selama 8 (delapan) semester untuk program Diploma IV dan S1, dan selama 6 (enam) semester untuk program Diploma III dengan ketentuan penerima beasiswa berstatus mahasiswa aktif.<br />C. PENYELENGGARA<br />Penyelenggara program beasiswa BIDIK MISI adalah perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi BHMN terpilih di bawah Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama.<br />D. DANA BEASISWA<br />Dana beasiswa dan biaya pendidikan yang diberikan adalah sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) per mahasiswa per semester yang diprioritaskan untuk biaya hidup.<br /> <br />III. KETENTUAN KHUSUS<br />A. PERSYARATAN <br />Persyaratan untuk mendaftar program beasiswa BIDIK MISI tahun 2010 adalah:<br />1. Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang dijadwalkan lulus pada tahun 2010;<br />2. Berprestasi dan orang tua/wali-nya kurang mampu secara ekonomi;<br />3. Calon penerima beasiswa mempunyai prestasi akademik/ kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler yang diketahui oleh Kepala Sekolah/ Pimpinan Unit Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kabupaten/Kota. Adapun prestasi akademik/kurikuler yang dimaksud adalah peringkat 25 persen terbaik di kelas, sedangkan prestasi pada kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstrakurikuler minimal peringkat ke-3 di tingkat Kabupaten/Kota dan harus sesuai dengan program studi yang dipilih.<br />B. KUOTA <br />1. Banyaknya penerima beasiswa pada tahun anggaran 2010 adalah 20.000 orang;<br />2. Jumlah tersebut didistribusikan kepada perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi BHMN di bawah Depdiknas yang ditentukan oleh Depdiknas dan di perguruan tinggi negeri di bawah Depag yang ditentukan oleh Depag;<br />3. Kuota beasiswa yang ditetapkan untuk setiap perguruan tinggi terpilih disesuaikan dengan jumlah mahasiswa baru yang diterima setiap tahunnya dan/atau jumlah total mahasiswa di perguruan tinggi tersebut serta pertimbangan lainnya. <br />C. PENGGUNAAN DANA BEASISWA <br />1. Besarnya dana biaya hidup setiap penerima beasiswa adalah sebesar Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 700.000 (tujuh ratus ribu rupiah) per bulan tergantung pada indeks harga kemahalan daerah lokasi perguruan tinggi terpilih.<br />2. Besarnya biaya pendidikan yang dialokasikan kepada setiap penerima beasiswa adalah sebesar Rp 800.000 (delapan ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 2.000.000 (dua juta rupiah) per semester. <br />3. Apabila biaya pendidikan di suatu perguruan tinggi terpilih ternyata lebih tinggi dari dana yang tersedia, maka perguruan tinggi terpilih tersebut wajib memberikan bantuan biaya pendidikan sepenuhnya kepada penerima beasiswa.<br />4. Apabila terdapat kelebihan dana pendidikan pada suatu perguruan tinggi terpilih, maka perguruan tinggi terpilih tersebut dapat menggunakan untuk:<br />a. biaya pelaksanaan tes/seleksi penerimaan (administrasi, transportasi, dan akomodasi);<br />b. biaya buku, pelatihan mahasiswa yang bersangkutan, dan sebagainya.<br />c. Semua penggunaan dana harus dilaporkan ke Ditjen Dikti.<br />D. PENYALURAN DANA<br />1. Beasiswa dibayarkan setiap semester berdasarkan kontrak yang telah ditandatangani oleh perguruan tinggi terpilih dengan Ditjen Dikti;<br />2. Pimpinan perguruan tinggi penyelenggara memberikan dana biaya hidup kepada mahasiswa dengan perhitungan per bulan;<br />3. Penyaluran beasiswa dari perguruan tinggi penyelenggara kepada mahasiswa penerima melalui rekening mahasiswa atau dibayarkan melalui bank;<br />4. Penyaluran biaya pendidikan diatur oleh perguruan tinggi penyelenggara sesuai dengan ketentuan yang berlaku;<br />5. Dana beasiswa tidak boleh dipotong untuk kepentingan apapun.<br /><br />IV. MEKANISME PEREKRUTAN<br />A. PERSIAPAN PENDAFTARAN<br />Departemen Pendidikan Nasional mengeluarkan pengumuman melalui media massa, institusi pemerintah daerah (dinas pendidikan propinsi dan kabupaten/kota) dan institusi pendidikan tinggi serta pendidikan menengah (SMA, SMK, MA, MAK atau bentuk lain yang sederajat) untuk memberikan informasi kepada publik adanya program beasiswa ini. <br />Kepala Sekolah/Pimpinan Unit Dikmas mengkoordinasikan seluruh proses pendaftaran di setiap sekolah dan mengirimkan berkas yang telah memenuhi persyaratan ke perguruan tinggi terpilih yang dituju.<br />B. TATA CARA PENDAFTARAN<br />1. Calon mahasiswa memilih program pendidikan Diploma III, Diploma IV dan Sarjana pada perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi BHMN terpilih;<br />2. Berhubung jadwal pendaftaran calon mahasiswa baru di perguruan tinggi penyelenggara tidak bersamaan, maka setiap calon mahasiswa diharuskan memperhatikan jadwal pendaftaran di setiap perguruan tinggi yang dipilih;<br />3. Setiap calon mahasiswa dapat memilih maksimal dua program studi, baik dalam satu perguruan tinggi atau di dua perguruan tinggi yang berbeda.<br />4. Kepala Sekolah/Pimpinan Unit Dikmas dari siswa yang memenuhi persyaratan melakukan pendaftaran secara kolektif, untuk siswa/peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya, kepada Rektor/Ketua/Direktur atau pimpinan perguruan tinggi penyelenggara yang dituju dengan melampirkan berkas sebagai berikut:<br />a. Berkas-berkas yang dilengkapi oleh siswa<br />1) Formulir pendaftaran yang telah diisi oleh siswa yang bersangkutan dan dilengkapi dengan pasfoto ukuran 3x4 sebanyak 3 (tiga) lembar. Formulir pendaftaran dapat diunduh di alamat www.dikti.go.id dan/atau www.kelembagaan.dikti.go.id atau difotokopi dari panduan program beasiswa BIDIK MISI yang tersedia;<br />2) Fotokopi Kartu Tanda Siswa (KTS) atau yang sejenis sebagai bukti siswa aktif;<br />3) Fotokopi rapor semester 1 s/d 5 disertai surat keterangan tentang peringkat siswa di kelas dan bukti pendukung prestasi lain di bidang keilmuan/akademik yang disahkan (legalisasi) oleh kepala sekolah/ pimpinan unit Dikmas;<br />4) Fotokopi Kartu Keluarga Miskin. Bagi keluarga yang tidak memiliki kartu Keluarga Miskin, harus menyertakan Surat Keterangan Penghasilan Orang tua/wali atau Surat Keterangan Tidak Mampu yang dapat dibuktikan kebenarannya, yang dikeluarkan oleh kepala desa/kepala dusun/Instansi tempat orang tua bekerja/tokoh masyarakat;<br />5) Fotokopi Kartu Keluarga;<br />6) Jika diperlukan dapat menyertakan bukti pendukung lain seperti fotokopi rekening listrik bulan terakhir (apabila tersedia aliran listrik) dan atau bukti pembayaran PBB dari orang tua/wali-nya. <br />b. Berkas yang dilengkapi oleh Sekolah/Unit Dikmas<br />1) Rekomendasi dari Kepala Sekolah/Pimpinan Unit Dikmas yang memberikan keterangan bahwa pendaftar adalah siswa berprestasi yang orang tua/wali-nya kurang mampu;<br />2) Daftar nama pelamar ke perguruan tinggi penyelenggara yang dituju.<br />C. SELEKSI<br />1. Perguruan tinggi penyelenggara menyeleksi usulan calon penerima beasiswa BIDIK MISI sesuai persyaratan;<br />2. Seleksi ditentukan oleh masing-masing perguruan tinggi penyelenggara dengan memprioritaskan calon yang paling tidak mampu, calon yang mempunyai prestasi paling tinggi, dan memperhatikan asal daerah calon;<br />3. Apabila diperlukan seleksi yang memerlukan kehadiran fisik pendaftar, maka seluruh biaya untuk mengikuti proses seleksi termasuk biaya transportasi dan akomodasi ditanggung oleh perguruan tinggi terpilih yang bersangkutan;<br />4. Hasil seleksi ditetapkan oleh Rektor/Ketua/ Direktur atau yang diberi wewenang untuk itu setelah melalui proses verifikasi.<br />D. PENETAPAN <br />1. Setiap perguruan tinggi penyelenggara harus melaporkan data hasil seleksi/perankingan semua pendaftar ke Direktorat Kelembagaan Ditjen Dikti sebagai bahan verifikasi;<br />2. Dalam verifikasi bersama yang dikoordinasi oleh Direktorat Kelembagaan Ditjen Dikti dilakukan penetapan penerimaan. Seorang calon hanya diterima di satu program studi pada perguruan tinggi tertentu.<br />3. Apabila calon penerima beasiswa yang diterima di suatu perguruan tinggi penyelenggara tertentu kurang dari kuota yang telah ditetapkan, maka Ditjen Dikti dapat mengalokasikan sisa kuota tersebut ke perguruan tinggi penyelenggara yang lain;<br />4. Pengumuman penerimaan calon mahasiswa dilakukan oleh masing-masing perguruan tinggi penyelenggara.<br />E. PENGHENTIAN BEASISWA<br />Pemberian beasiswa dihentikan apabila mahasiswa penerima beasiswa:<br />1. Terbukti memberikan keterangan yang tidak benar atau melakukan pelanggaran administratif pada berkas yang disampaikan;<br />2. Tidak memenuhi persyaratan akademik yang ditetapkan oleh perguruan tinggi penyelenggara;<br />3. Melakukan pelanggaran terhadap tata tertib kehidupan kampus dan peraturan lain yang berlaku di perguruan tinggi penyelenggara;<br />4. Mengundurkan diri;<br />5. Meninggal dunia.<br /><br /> <br /><br />V. MONITORING DAN EVALUASI<br /><br />Monitoring dan evaluasi dilakukan dalam bentuk evaluasi eksternal dan internal. <br />A. MONITORING DAN EVALUASI EKSTERNAL<br />Monitoring dan evaluasi eksternal terhadap penyelenggaraan program akan dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap penyelenggaraan program beasiswa BIDIK MISI, antara lain:<br />1. Prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa;<br />2. Penyaluran dana beasiswa;<br />3. Jumlah mahasiswa penerima beasiswa.<br />B. MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL<br />Secara internal perguruan tinggi penyelenggara dapat melengkapi panduan sebagai acuan dalam penyelenggaraan program serta sistem monitoring dan evaluasinya. Hasil monitoring dan evaluasi internal dituangkan dalam Laporan Program dan Keuangan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. <br />1. Pelaporan Program<br />Pelaporan program berprinsip pada 3-T (Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu). <br />a. Tepat Sasaran; artinya beasiswa telah disalurkan kepada mahasiswa yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam pedoman dengan menyebutkan jumlah mahasiswa.<br />b. Tepat Jumlah; artinya jumlah mahasiswa penerima beasiswa harus sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Apabila jumlah mahasiswa penerima beasiswa kurang dari yang telah ditetapkan, maka perguruan tinggi wajib melaporkan ke Ditjen Dikti<br />c. Tepat Waktu; artinya beasiswa telah disalurkan kepada mahasiswa sesuai dengan waktu sebagaimana diatur dalam mekanisme penyaluran dana. <br />2. Pelaporan Keuangan<br />Laporan keuangan melampirkan bukti pembayaran dana biaya hidup kepada mahasiswa, dan keperluan lain yang dikeluarkan perguruan tinggi penyelenggara untuk keperluan studi mahasiswa penerima beasiswa.<br />3. Pengiriman Laporan<br />Laporan berupa soft copy (CD) dikirim ke:<br /><br />Direktur Kelembagaan<br />Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi <br />Kompleks Depdiknas Gedung D Lt. 6<br />Jalan Jenderal Soedirman, Pintu I Senayan <br />Jakarta 10270<br /> <br />LAMPIRAN<br />DAFTAR PERGURUAN TINGGI PENYELENGGARA PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI TAHUN 2010<br /><br />1. Di bawah Pembinaan Departemen Pendidikan Nasional<br /><br />No Perguruan Tinggi Kuota<br />1 Institut Pertanian Bogor 500<br />2 Institut Seni Indonesia Denpasar 20<br />3 Institut Seni Indonesia Surakarta 20<br />4 Institut Seni Indonesia Yogyakarta 20<br />5 Institut Teknologi Bandung 450<br />6 Institut Teknologi Sepuluh November 450<br />7 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 100<br />8 Politeknik Manufaktur Bandung 75<br />9 Politeknik Negeri Ambon 30<br />10 Politeknik Negeri Bali 30<br />11 Politeknik Negeri Bandung 75<br />12 Politeknik Negeri Banjarmasin 50<br />13 Politeknik Negeri Jakarta 75<br />14 Politeknik Negeri Jember 20<br />15 Politeknik Negeri Kupang 20<br />16 Politeknik Negeri Lampung 20<br />17 Politeknik Negeri Lhokseumawe 30<br />18 Politeknik Negeri Malang 75<br />19 Politeknik Negeri Manado 40<br />20 Politeknik Negeri Medan 70<br />21 Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta 10<br />22 Politeknik Negeri Padang 75<br />23 Politeknik Pertanian Negeri Pangkep 15<br />24 Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh 15<br />25 Politeknik Negeri Pontianak 50<br />26 Politeknik Negeri Samarinda 50<br />27 Politeknik Negeri Semarang 50<br />28 Politeknik Negeri Sriwijaya 75<br />29 Politeknik Perikanan Negeri Tual 10<br />30 Politeknik Negeri Ujung Pandang 50<br />31 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya 50<br />32 Politeknik Pertanian Negeri Kupang 20<br />33 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 20<br />34 Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung 20<br />35 Sekolah Tinggi Seni Indonesia Padang Panjang 20<br />36 Universitas Airlangga 500<br />37 Universitas Andalas 500<br />38 Universitas Bengkulu 150<br />39 Universitas Brawijaya 500<br />40 Universitas Cenderawasih 125<br />41 Universitas Diponegoro 500<br />42 Universitas Gadjah Mada 500<br />43 Universitas Haluoleo 150<br />44 Universitas Hasanudin 500<br />45 Universitas Indonesia 500<br />46 Universitas Jambi 300<br />47 Universitas Jember 300<br />48 Universitas Jenderal Soedirman 300<br />49 Universitas Khairun 50<br />50 Universitas Lambung Mangkurat 300<br />51 Universitas Lampung 300<br />52 Universitas Malikussaleh 50<br />53 Universitas Mataram 150<br />54 Universitas Mulawarman 300<br />55 Universitas Negeri Gorontalo 300<br />56 Universitas Negeri Jakarta 450<br />57 Universitas Negeri Makassar 350<br />58 Universitas Negeri Malang 450<br />59 Universitas Negeri Manado 300<br />60 Universitas Negeri Medan 500<br />61 Universitas Negeri Padang 500<br />62 Universitas Negeri Papua 75<br />63 Universitas Negeri Semarang 400<br />64 Universitas Negeri Surabaya 400<br />65 Universitas Negeri Yogyakarta 400<br />66 Universitas Nusacendana 100<br />67 Universitas Padjadjaran 500<br />68 Universitas Palangka Raya 250<br />69 Universitas Pattimura 250<br />70 Universitas Pendidikan Ganesha 250<br />71 Universitas Pendidikan Indonesia 450<br />72 Universitas Riau 300<br />73 Universitas Sam Ratulangi 300<br />74 Universitas Sebelas Maret 400<br />75 Universitas Sriwijaya 400<br />76 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 100<br />77 Univeristas Sumatera Utara 500<br />78 Universitas Syiah Kuala 400<br />79 Universitas Tadulako 250<br />80 Universitas Tanjungpura 300<br />81 Universitas Trunojoyo 100<br />82 Universitas Udayana 350<br /> Jumlah 18.000<br />Keterangan: <br />Nama program studi yang ditawarkan dan informasi tentang masing-masing perguruan tinggi penyelenggara tersebut di atas dapat dilihat pada:<br /> Buku panduan SNMPTN tahun 2009; Website www.snmptn.ac.id,<br /> Website perguruan tinggi masing-masing, atau www.evaluasi.or.id <br /> <br />2. Di bawah Pembinaan Departemen Agama<br /><br />NO Perguruan Tinggi Kuota Program Studi<br />1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 100 1. Tafsir Hadits<br />2. Perbandingan Agama<br />3. Akidah dan Filsafat<br />4. Sosiologi Agama<br />5. Perbandingan madzhab Fikih<br />6. Kepidanaan Islam<br />7. Dirasah Islamiyah<br />8. Manajemen Dakwah<br />9. Bimbingan dan Penyuluhan Islam <br />10. Sejarah dan Peradaban Islam<br />11. Tarjamah<br />12. Bahasa dan Sastra Arab<br />2 UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta 100 1. Perbandingan Agama<br />2. Akidah dan Filsafat<br />3. Tafsir hadits<br />4. Perbandingan Madzhab dan Hukum<br />5. Sejarah dan Kebudayaan Islam<br />6. Bahasa dan Sastra Arab<br />7. Bimbingan dan Penyuluhan Islam<br />8. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />3 UIN Alaudin Makassar 90 1. Perbandingan Madzhab dan Hukum<br />2. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />3. Tafsir Hadits<br />4. Perbandingan Agama<br />5. Sejarah dan Kebudayaan Islam<br />6. Akidah dan Filsafat<br />7. Bahasa dan Sastra Arab<br />4 UIN Sunan Gunung Djati Bandung 80 1. Akidah dan Filsafat<br />2. Tasawuf dan Psikoterapi<br />3. Perbandingan Agama<br />4. Mu’amalah<br />5. Perbandingan Madzhab dan Hukum<br />6. Menajemen Dakwah<br />7. Pengembangan Masyarakat Islam<br />8. Sejarah dan Peradaban Islam<br />5 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 100 1. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />2. Bahasa dan Sastra Inggris<br />3. Bahasa dan Sastra Arab<br />4. Hukum Bisnis Syari’ah<br />5. Psikologi<br />6. Biologi<br />7. Matematika<br />6 UIN Syarif Kasim Riau 80 1. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />2. Tafsir Hadits<br />3. Akidah dan Filsafat<br />4. Jinayah Isyasah<br />5. Pengembangan Masyarakat Islam<br />6. Pendidikan Bahasa Arab<br />7 IAIN Antasari Banjarmasin 60 1. Perbandingan Agama<br />2. perbandingan Madzhab dan Hukum<br />3. Akidah dan Filsafat<br />4. Tafsir Hadits<br />5. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />6. Bimbingan dan Penyuluhan Islam<br />8 IAIN Ar-Raniry Banda Aceh 60 1. Tafsir Hadits<br />2. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />3. Akidah dan Filsafat<br />4. Perbandingan Agama<br />5. Jinayah Siyasah <br />6. Sejarah dan Peradaban Islam<br />7. Bahasa dan Sastra Arab<br />8. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />9 IAIN Sumatera Utara Medan 70 1. Akidah Filsafat<br />2. Perbandingan Agama<br />3. Tafsir Hadits<br />4. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />5. Perbandingan Madzhab dan Hukum<br />6. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />7. Manajemen Dakwah<br />10 IAIN Imam Bonjol Padang 60 1. Perbandingan Agama<br />2. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />3. Perbandingan Madzhab dan Hukum<br />4. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />5. Bimbingan dan Penyuluhan Islam<br />6. Bahasa dan Sastra Arab<br />7. Sejarah dan Kebudayaan Islam<br />11 IAIN Sultan Thaha Saifudin Jambi 60 1. Perbandingan Madzhab dan Hukum<br />2. Jinayah Siyasah<br />3. Tafsir Hadits<br />4. Sejarah dan Peradaban Islam<br />5. Bahasa dan Sastra Arab<br />6. Bimbingan dan Penyuluhan Islam<br />12 IAIN Raden Fatah Palembang 70 1. Tafsir Hadits<br />2. Perbandinagan Agama<br />3. Jinayah Siyasah<br />4. Perbandinagan Madzhab dan Hukum<br />5. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />6. Sejarah dan Peradaban Islam<br />7. Bahasa dan Sastra Arab<br />13 IAIN Raden Intan Lampung 60 1. Akidah dan Filsafat<br />2. Tafsir Hadits<br />3. Jinayah Siyasah<br />4. Peradilan Agama<br />5. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />6. Pendidikan Bahasa Arab<br />14 IAIN Walisongo Semarang<br /> 75 1. Akidah dan Filsafat<br />2. Tasawuf dan Psikoterapi <br />3. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />4. Jinayah Siyasah<br />5. Mu’amalah<br />6. Manajemen Dakwah<br />7. Bimbingan dan Penyuluhan<br />8. Tafsir Hadits<br />9. Perbandingan Agama<br />10. Pendidikan Bahasa Arab<br />11. Kependidikan Islam<br />12. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />13. Ekonomi Islam<br />15 IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten 60 1. Tafsir Hadits<br />2. Akidah Filsafat<br />3. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />4. Sejarah Peradaban Islam<br />5. Bahasa dan Sastra Arab<br />16 IAIN Sunan Ampel Surabaya 75 1. Tafsir Hadits<br />2. Akidah dan Filsafat<br />3. Perbandingan Agama<br />4. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />5. Jinayah Siyasah<br />6. Manajemen Dakwah<br />7. Pengembangan Masyarakat Islam<br />8. Bimbingan dan Penyuluhan Islam<br />9. Bahasa dan Sastra Arab<br />10. Sejarah dan Kebudayaan Islam<br />17 IAIN Mataram 60 1. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />2. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />3. Mu’amalah<br />18 IAIN Ambon 60 1. Akidah Filsafat<br />2. Jinayah Siyasah<br />3. Al-Ahwal al-Syakhshiyyah<br />4. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />5. Perbandingan Hukum dan Madzhab<br />6. Mu’amalah<br />7. Sosiologi Agama<br />19 IAIN Sultan Amai Gorontalo 50 1. Akidah dan Filsafat<br />2. Tafsir Hadits<br />3. Komunikasi dan Penyiaran Islam<br />20 STABN Sriwijaya Tangerang Banten 40 1. Pendidikan Agama Buddha (Dharmacarya)<br />2. Tenaga Penyuluh (Dharmaduta)<br />3. Kepanditaan<br />21 IHDN Denpasar 50 1. Teologi Hindu<br />2. Penerangan Agama Hindu<br />3. Hukum Agama Hindu<br />4. Filsafat Agama Hindu<br />22 STAKPN Ambon 40 1. Pendidikan Agama Kristen<br />2. Musik Gerejawi<br />3. Teologi<br />4. Pastoral Konseling<br /> Jumlah 1.500 <br /><br />Jakarta, Desember 2009<br />Direktorat Kelembagaan<br />Ditjen Pendidikan Tinggimzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-37432943463193519822010-09-04T21:32:00.000-07:002010-09-04T21:34:03.411-07:00TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA LEMBAGA SENSOR FILM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA<br />NOMOR 1 TAHUN 2002<br />TENTANG<br />TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU<br />PADA LEMBAGA SENSOR FILM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN <br />PENDIDIKAN NASIONAL<br /> <br />PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,<br /> <br />Menimbang : <br />bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Lembaga Sensor Film di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional;<br />Mengingat : <br />1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945; <br />2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3473); <br />3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3687); <br />4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Usaha Perfilman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3541); <br />5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1994 tentang Lembaga Sensor Film (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 12); <br />6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3760); <br />MEMUTUSKAN :<br />Menetapkan : <br />PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA LEMBAGA SENSOR FILM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL.<br /> <br />Pasal 1 <br />(1) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Lembaga Sensor Film di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IIA Angka (4) butir 3 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998, adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini. <br />(2) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Lembaga Sensor Film di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang belum tercakup dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini akan disusulkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Lampiran Peraturan Pemerintah ini dan pencatumannya dilakukan dengan Peraturan Pemerintah tersendiri. <br />Pasal 2 <br />Biaya Sensor Film untuk copy kedua dan seterusnya ditetapkan sebesar 50% (lima puluh persen) dari besarnya tarif Biaya Sensor Film sebagaimana ditetapkan pada Lampiran Peraturan Pemerintah ini. <br />Pasal 3 <br />Biaya Sensor Film untuk peninjauan dan Sensor Apel karena banding diajukan cukup copy kesatu ditetapkan sebesar 100% (seratus persen) dari besarnya tarif Biaya Sensor Film sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini. <br />Pasal 4 <br />Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 mempunyai tarif dalam bentuk rupiah. <br />Pasal 5 <br />Seluruh penerimaan yang bersumber dari jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara. <br />Pasal 6 <br />Pada saat diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini, ketentuan yang tercantum pada Lampiran IIA Angka (4) butir 3 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998, dinyatakan tidak berlaku. <br />Pasal 7 <br />Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada saat diundangkan. <br />Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. <br />Ditetapkan di Jakarta<br />pada tanggal 11 Januari 2002<br />PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, <br />ttd <br />MEGAWATI SOEKARNOPUTRI <br />Diundangkan di Jakarta<br />pada tanggal 11 Januari 2002 <br />SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, <br />ttd <br />BAMBANG KESOWO <br />LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 4 <br />Salinan sesuai dengan aslinya<br />Deputi Sekretaris Kabinet <br />Bidang Hukum dan Perundang-undangan, <br /> <br />Lambock V. Nahattands <br /> <br />PENJELASAN<br />ATAS<br />PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA<br />NOMOR 1 TAHUN 2002<br />TENTANG<br />TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU<br />PADA LEMBAGA SENSOR FILM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN <br />NASIONAL<br /> <br /> <br />UMUM <br />Dalam rangka mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak guna menunjang pembangunan nasional, Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Lembaga Sensor Film di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional sebagai salah satu sumber penerimaan Negara perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. <br />Sehubungan dengan hal tersebut dan untuk memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu ditetapkan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Lembaga Sensor Film di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dengan Peraturan Pemerintah ini. <br />PASAL DEMI PASAL <br />Pasal 1 <br />Cukup jelas <br />Pasal 2 <br />Cukup jelas <br />Pasal 3 <br />Cukup jelas <br />Pasal 4 <br />Cukup jelas <br />Pasal 5 <br />Pengertian Kas Negara adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. <br />Pasal 6 <br />Cukup jelas <br />Pasal 7 <br />Cukup jelas <br /> <br />TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4170 <br /> <br />LAMPIRAN<br />PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA<br />NOMOR : 1 TAHUN 2002<br />TANGGAL : 11 Januari 2002 <br />TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU<br />PADA LEMBAGA SENSOR FILM DI LINGKUNGAN <br />DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />NO. JENIS PENERIMAAN SATUAN TARIF<br />1. Jenis Film Cerita <br /> a. Film Seluloid ukuran 35 mm dan 70 mm Per meter Rp 75,00<br /> b. Film Seluloid ukuran 16 mm Per meter Rp 150,00<br /> c. Film Seluloid ukuran 8 mm Per meter Rp 500,00<br /> d. Rekaman Video Per menit Rp 1.000,00<br />2. Jenis Iklan <br /> a. Film Seluloid ukuran 35 mm dan 70 mm Per meter Rp 250,00<br /> b. Film Seluloid ukuran 16 mm Per meter Rp 500,00<br /> c. Film Seluloid ukuran 8 mm Per meter Rp 2.000,00<br /> d. Rekaman Video Per menit Rp 5.000,00<br />3. Penerangan/Dokumenter/Pendidikan <br /> a. Film Seluloid ukuran 35 mm dan 70 mm Per meter Rp 50,00<br /> b. Film Seluloid ukuran 16 mm Per meter Rp 100,00<br /> c. Film Seluloid ukuran 8 mm Per meter Rp 200,00<br /> d. Rekaman Video Per menit Rp 250,00<br />4. Sarana Promosi/Publikasi <br /> a. Still Photo Per lembar Rp 5.000,00<br /> b. One Sheet Per lembar Rp 7.500,00<br /> c. Poster Per lembar Rp 10.000,00<br /> d. Balliho Per lembar Rp 15.000,00<br /> e. Slide Per lembar Rp 5.000,00<br /> f. Clise Per lembar Rp 5.000,00<br />PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,<br />ttd<br />MEGAWATI SOEKARNOPUTRI<br />Salinan sesuai dengan aslinya<br />Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan<br />Perundang-undangan,<br /> <br />Lambock V. Nahattandsmzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-50156297352865183732010-09-04T21:30:00.000-07:002010-09-04T21:32:00.598-07:00UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN1<br />RANCANGAN<br />UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA<br />NOMOR … TAHUN …<br />TENTANG<br />BADAN HUKUM PENDIDIKAN<br />DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br />PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,<br />Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan<br />nasional, diperlukan otonomi dalam pengelolaan pendidikan<br />formal dengan menerapkan manajemen berbasis<br />sekolah/madrasah pada pendidikan anak usia dini jalur<br />formal, pendidikan dasar dan menengah, serta otonomi<br />perguruan tinggi pada pendidikan tinggi;<br />b. bahwa otonomi dalam pengelolaan pendidikan formal dapat<br />diwujudkan, jika penyelenggara dan/atau satuan pendidikan<br />formal berbentuk badan hukum pendidikan, yang berfungsi<br />memberikan pelayanan yang adil dan bermutu kepada<br />peserta didik, berprinsip nirlaba, dan dapat mengelola dana<br />secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan;<br />c. bahwa agar badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud<br />pada huruf b, menjadi landasan hukum bagi penyelenggara<br />dan/atau satuan pendidikan dalam mengelola pendidikan<br />formal, maka badan hukum pendidikan tersebut perlu diatur<br />dengan undang-undang;<br />d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, dan<br />huruf c, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 53<br />Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem<br />Pendidikan Nasional, perlu membentuk Undang-Undang<br />tentang Badan Hukum Pendidikan.<br />Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara<br />Republik Indonesia Tahun 1945;<br />2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem<br />Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia<br />Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik<br />Indonesia Nomor 4301);<br />2<br />Dengan Persetujuan Bersama<br />DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA<br />dan<br />PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA<br />MEMUTUSKAN:<br />Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN HUKUM<br />PENDIDIKAN.<br />BAB I<br />KETENTUAN UMUM<br />Pasal 1<br />Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:<br />1. Badan Hukum Pendidikan yang selanjutnya disebut BHP adalah badan<br />hukum yang menyelenggarakan pendidikan formal.<br />2. Badan Hukum Pendidikan Pemerintah yang selanjutnya disebut BHPP<br />adalah BHP yang didirikan oleh Pemerintah.<br />3. Badan Hukum Pendidikan Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut<br />BHPPD adalah BHP yang didirikan oleh pemerintah daerah.<br />4. Badan Hukum Pendidikan Masyarakat yang selanjutnya disebut BHPM<br />adalah BHP yang didirikan oleh masyarakat.<br />5. Pendiri adalah Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat yang<br />mendirikan BHP.<br />6. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia non-pemerintah<br />yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.<br />7. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang<br />menyelenggarakan pendidikan formal.<br />8. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan terstruktur dan berjenjang yang<br />meliputi pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan<br />dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.<br />9. Pemimpin satuan pendidikan yang selanjutnya disebut pemimpin adalah<br />pejabat yang memimpin satuan pendidikan dengan sebutan kepala<br />sekolah/madrasah atau sebutan lain pada pendidikan anak usia dini jalur<br />formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, atau rektor untuk<br />universitas/institut, ketua untuk sekolah tinggi, atau direktur untuk<br />politeknik/akademi pada pendidikan tinggi.<br />10. Pimpinan satuan pendidikan yang selanjutnya disebut pimpinan adalah<br />para pejabat yang memimpin satuan pendidikan dengan sebutan kepala<br />sekolah/madrasah, wakil kepala sekolah/madrasah, dan sebutan/pejabat<br />lain pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan<br />pendidikan menengah, atau rektor, wakil rektor, dekan, dan<br />sebutan/pejabat lain pada pendidikan tinggi.<br />3<br />11. Pendanaan pendidikan yang selanjutnya disebut pendanaan adalah<br />penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk<br />penyelenggaraan pendidikan formal.<br />12. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.<br />13. Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten,<br />atau pemerintah kota.<br />14. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang<br />pendidikan nasional.<br />Pasal 2<br />BHP berfungsi memberikan pelayanan pendidikan formal kepada peserta<br />didik.<br />Pasal 3<br />BHP bertujuan memajukan satuan pendidikan dengan menerapkan<br />manajemen berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi.<br />Pasal 4<br />(1) Dalam pengelolaan dana secara mandiri, BHP didasarkan pada prinsip<br />nirlaba, yaitu prinsip kegiatan yang tujuan utamanya bukan mencari sisa<br />lebih, sehingga apabila timbul sisa lebih hasil usaha dari kegiatan BHP,<br />maka seluruh sisa lebih hasil kegiatan tersebut harus ditanamkan kembali<br />ke dalam BHP untuk meningkatkan kapasitas dan/atau mutu layanan<br />pendidikan.<br />[Pengelolaan dana secara mandiri oleh BHP didasarkan pada prinsip<br />nirlaba, yaitu prinsip kegiatan yang tujuan utamanya tidak mencari<br />keuntungan sehingga seluruh sisa hasil usaha dari kegiatan BHP harus<br />ditanamkan kembali ke dalam BHP untuk meningkatkan kapasitas<br />dan/atau mutu layanan pendidikan.]<br />(2) Pengelolaan pendidikan formal secara keseluruhan oleh BHP didasarkan<br />pada prinsip:<br />a. Otonomi, yaitu kewenangan dan kemampuan untuk menjalankan<br />kegiatan secara mandiri baik dalam bidang akademik maupun nonakademik;<br />b. Akuntabilitas, yaitu kemampuan dan komitmen untuk<br />mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang dijalankan BHP<br />kepada pemangku kepentingan sesuai dengan peraturan perundangundangan;<br />c. Transparansi, yaitu keterbukaan dan kemampuan menyajikan<br />informasi yang relevan secara tepat waktu sesuai dengan peraturan<br />perundang-undangan dan standar pelaporan yang berlaku kepada<br />pemangku kepentingan;<br />d. Penjaminan mutu, yaitu kegiatan sistemik dalam memberikan layanan<br />pendidikan formal yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional<br />Pendidikan, serta dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan<br />secara berkelanjutan;<br />4<br />e. Layanan prima, yaitu orientasi dan komitmen untuk memberikan<br />layanan pendidikan formal yang terbaik demi kepuasan pemangku<br />kepentingan, terutama peserta didik;<br />f. Akses yang berkeadilan, yaitu memberikan layanan pendidikan formal<br />kepada calon peserta didik dan peserta didik, tanpa memandang latar<br />belakang agama, ras, etnis, gender, status sosial, dan kemampuan<br />ekonominya;<br />g. Keberagaman, yaitu kepekaan dan sikap akomodatif terhadap berbagai<br />perbedaan pemangku kepentingan yang bersumber dari kekhasan<br />agama, ras, etnis, dan budaya masing-masing;<br />h. Keberlanjutan, yaitu kemampuan untuk memberikan layanan<br />pendidikan formal kepada peserta didik secara terus-menerus, dengan<br />menerapkan pola manajemen yang mampu menjamin keberlanjutan<br />layanan;<br />i. Partisipasi atas tanggung jawab negara, yaitu keterlibatan pemangku<br />kepentingan dalam penyelenggaraan pendidikan formal untuk<br />mencerdaskan kehidupan bangsa yang sesungguhnya merupakan<br />tanggung jawab negara.<br />Pasal 5<br />(1) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan tinggi yang didirikan oleh<br />Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.<br />(2) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan dasar dan pendidikan<br />menengah yang didirikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dapat<br />berbentuk badan hukum pendidikan.<br />(3) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan dasar dan pendidikan<br />menengah yang didirikan oleh masyarakat berbentuk badan hukum<br />pendidikan.<br />BAB II<br />JENIS, BENTUK, PENDIRIAN, DAN PENGESAHAN<br />Pasal 6<br />(1) Jenis BHP terdiri atas BHP penyelenggara, BHP satuan pendidikan, serta<br />BHP penyelenggara dan satuan pendidikan.<br />(2) BHP penyelenggara merupakan jenis BHP yang didirikan oleh<br />penyelenggara pendidikan yang mengelola satu atau lebih satuan<br />pendidikan formal.<br />(3) BHP satuan pendidikan merupakan jenis BHP yang didirikan oleh satuan<br />pendidikan yang mengelola satu satuan pendidikan formal.<br />(4) BHP penyelenggara dan satuan pendidikan merupakan jenis BHP yang<br />didirikan oleh penyelenggara pendidikan dan satuan pendidikan yang<br />mengelola satu atau lebih satuan pendidikan formal yang berbadan<br />hukum.<br />Pasal 7<br />(1) Bentuk BHP terdiri atas BHPP, BHPPD, dan BHPM.<br />5<br />(2) BHPP dan BHPM dapat menyelenggarakan satu atau lebih jenjang dan<br />jenis pendidikan.<br />(3) BHPPD dapat menyelenggarakan satu atau lebih jenjang pendidikan anak<br />usia dini, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah dalam satu<br />atau lebih jenis pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan<br />keagamaan, dan/atau pendidikan khusus.<br />(4) BHPP didirikan dengan Peraturan Pemerintah, BHPPD didirikan dengan<br />Peraturan Daerah, dan BHPM didirikan dengan akta notaris.<br />(5) Badan hukum yang didirikan untuk menyelenggarakan pendidikan formal<br />setelah Undang-Undang ini berlaku berbentuk BHPP, BHPPD, atau BHPM<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (1).<br />(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya pembuatan akta notaris<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan<br />Pemerintah.<br />Pasal 8<br />(1) Pendirian BHPP dan BHPPD dilakukan oleh Menteri atau Menteri lain,<br />Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangan masing-masing.<br />(2) Pendirian BHPM dilakukan oleh orang perseorangan atau masyarakat.<br />(3) Pendirian BHP harus memenuhi syarat:<br />a. mempunyai tujuan di bidang pendidikan formal;<br />b. mempunyai struktur organisasi;<br />c. mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pendiri; dan<br />d. mempunyai organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />(4) Jumlah kekayaan yang dipisahkan oleh pendiri sebagai kekayaan BHP<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, harus mencukupi biaya<br />operasional BHP dan ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />Pasal 9<br />(1) Peraturan pemerintah, peraturan daerah, dan akta notaris sebagaimana<br />dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) memuat anggaran dasar BHP dan<br />keterangan lain yang dianggap perlu.<br />(2) Pembuatan atau perubahan anggaran dasar BHP dilakukan oleh pendiri<br />BHP.<br />(3) Dalam hal pendiri BHPM telah tidak ada, pengaturan tentang perubahan<br />anggaran dasar BHPM ditetapkan dalam anggaran dasar BHPM.<br />(4) Anggaran dasar BHP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya<br />memuat:<br />a. nama dan tempat kedudukan BHP;<br />b. tujuan BHP;<br />c. ciri khas dan ruang lingkup kegiatan BHP;<br />d. jangka waktu pendirian BHP;<br />6<br />e. struktur organisasi serta nama dan fungsi setiap organ BHP;<br />f. susunan, tatacara pembentukan, pengangkatan dan pemberhen-tian<br />pemimpin dan pimpinan organ, serta pembatasan masa jabatan para<br />pejabat di lingkungan BHP;<br />g. pengelolaan sumber daya BHP;<br />h. jumlah kekayaan yang dipisahkan oleh pendiri sebagai kekayaan BHP;<br />i. tata cara penggabungan dan pembubaran BHP;<br />j. perlindungan terhadap tenaga BHP dan peserta didik di lingkungan<br />BHP;<br />k. pencegahan kepailitan dan penyelamatan BHP yang hampir pailit; dan<br />l. tata cara perubahan anggaran dasar dan penyusunan anggaran rumah<br />tangga BHP.<br />Pasal 10<br />(1) Status sebagai BHPP berlaku mulai tanggal Peraturan Pemerintah tentang<br />pendirian BHPP ditetapkan oleh Presiden dan status sebagai BHPPD<br />berlaku mulai tanggal Peraturan Daerah tentang pendirian BHPPD<br />ditetapkan oleh gubernur, bupati, atau walikota sesuai kewenangan<br />masing-masing.<br />(2) Status sebagai BHPM berlaku mulai tanggal akta notaris tentang pendirian<br />BHPM disahkan oleh Menteri.<br />(3) Perubahan anggaran dasar BHPM tentang hal-hal sebagaimana dimaksud<br />dalam Pasal 9 ayat (4) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, dan huruf h<br />disahkan Menteri.<br />(4) Perubahan anggaran dasar BHPM yang tidak menyangkut hal-hal<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan kepada Menteri.<br />(5) Pengesahan akta notaris tentang pendirian BHPM sebagaimana dimaksud<br />pada ayat (2) tidak dipungut biaya.<br />Pasal 11<br />(1) Dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah peraturan pemerintah<br />atau peraturan daerah tentang pendirian BHPP atau BHPPD ditetapkan<br />atau akta notaris tentang pendirian BHPM disahkan oleh Menteri, organ<br />penentu kebijakan umum tertinggi harus membentuk organ-organ lainnya<br />sesuai ketentuan dalam Undang-Undang ini.<br />(2) Pendirian satuan pendidikan oleh organ penentu kebijakan umum tertinggi<br />harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Pemerintah atau pemerintah<br />daerah sesuai kewenangan masing-masing.<br />Pasal 12<br />(1) Lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di<br />negaranya dapat mendirikan BHP di Indonesia melalui kerja sama dengan<br />BHP Indonesia yang telah ada.<br />7<br />(2) Pendirian BHP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi<br />ketentuan dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 12.<br />(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian BHP sebagaimana dimaksud<br />pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.<br />BAB III<br />TATA KELOLA<br />Pasal 13<br />(1) BHP yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini jalur formal, serta<br />pendidikan dasar dan menengah memiliki sekurang-kurangnya 2 (dua)<br />fungsi pokok, yaitu:<br />a. fungsi penentuan kebijakan umum tertinggi, dan<br />b. fungsi pengelolaan pendidikan.<br />(2) BHP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi memiliki sekurangkurangnya<br />4 (empat) fungsi pokok, yaitu:<br />a. fungsi penentuan kebijakan umum tertinggi,<br />b. fungsi penentuan kebijakan akademik,<br />c. fungsi audit bidang non-akademik, dan<br />d. fungsi pengelolaan pendidikan.<br />(3) Anggaran dasar BHP dapat menambahkan fungsi tambahan selain fungsi<br />pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).<br />(4) Nama organ BHP yang melaksanakan fungsi pokok sebagaimana dimaksud<br />pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />Pasal 14<br />(1) Satu BHP dapat mengelola lebih dari 1 (satu) satuan pendidikan.<br />(2) Dalam hal BHP yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini jalur<br />formal serta pendidikan dasar dan menengah mengelola lebih dari 1 (satu)<br />satuan pendidikan, BHP tersebut memiliki 1 (satu) organ penentu<br />kebijakan umum tertinggi untuk sejumlah satuan pendidikan yang<br />dikelolanya, dan hal itu diatur dalam anggaran dasar BHP.<br />(3) Dalam hal BHP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi mengelola lebih<br />dari 1 (satu) satuan pendidikan, BHP tersebut memiliki 1 (satu) organ<br />penentu kebijakan umum tertinggi, 1 (satu) organ audit bidang nonakademik,<br />dan sejumlah organ penentu kebijakan akademik untuk<br />sejumlah satuan pendidikan yang dikelolanya, dan hal itu diatur dalam<br />anggaran dasar BHP.<br />8<br />Pasal 15<br />(1) Fungsi penentuan kebijakan umum tertinggi di dalam BHP dijalankan oleh<br />organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />(2) Organ penentu kebijakan umum tertinggi merupakan organ tertinggi BHP<br />dalam menyelenggarakan pendidikan formal.<br />(3) Anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi di dalam BHP yang<br />menyelenggarakan pendidikan anak usia dini jalur formal serta pendidikan<br />dasar dan menengah, sekurang-kurangnya terdiri atas:<br />a. pendiri atau wakil pendiri,<br />b. pemimpin satuan pendidikan,<br />c. wakil pendidik,<br />d. wakil tenaga kependidikan, dan<br />e. wakil komite sekolah/madrasah.<br />(4) Anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi dalam BHP yang<br />menyelenggarakan pendidikan tinggi, sekurang-kurangnya terdiri atas:<br />a. pendiri atau wakil pendiri,<br />b. wakil organ penentu kebijakan akademik,<br />c. pemimpin satuan pendidikan,<br />d. wakil tenaga kependidikan, dan<br />e. wakil unsur masyarakat.<br />(5) Anggaran dasar BHP dapat menetapkan wakil unsur lain sebagai anggota<br />organ tersebut selain anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3).<br />(6) Jumlah anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi yang berasal<br />dari pendiri atau wakil pendiri dapat lebih dari 1 (satu) orang.<br />(7) Jumlah anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi yang berasal<br />dari pemimpin satuan pendidikan adalah 1 (satu) orang.<br />Pasal 16<br />(1) Jumlah dan komposisi pemimpin satuan pendidikan yang menjadi anggota<br />organ penentu kebijakan umum tertinggi BHP yang mengelola lebih dari 1<br />(satu) satuan pendidikan ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />(2) Anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi yang berasal dari<br />pemimpin satuan pendidikan, wakil pendidik, dan wakil tenaga<br />kependidikan pada BHP yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini<br />jalur formal serta pendidikan dasar dan menengah berjumlah sebanyakbanyaknya<br />satu per tiga dari jumlah anggota organ tersebut.<br />(3) Anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi yang berasal dari<br />pemimpin satuan pendidikan, wakil organ penentu kebijakan akademik,<br />dan wakil tenaga kependidikan pada BHP yang menyelenggarakan<br />pendidikan tinggi berjumlah sebanyak-banyaknya 1/3 (satu pertiga) dari<br />jumlah semua anggota organ tersebut.<br />9<br />(4) Jumlah anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi yang berasal<br />dari komite sekolah atau wakil unsur masyarakat ditetapkan dalam<br />anggaran dasar BHP.<br />Pasal 17<br />(1) Pengangkatan dan pemberhentian anggota organ penentu kebijakan<br />umum tertinggi ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />(2) Organ penentu kebijakan umum tertinggi dipimpin oleh seorang ketua<br />yang dipilih dari dan oleh para anggota organ penentu kebijakan umum<br />tertinggi.<br />(3) Anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi yang berasal dari<br />pemimpin satuan pendidikan, wakil organ penentu kebijakan akademik,<br />wakil tenaga pendidik/tenaga kependidikan, tidak dapat dipilih sebagai<br />ketua organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />(4) Ketua organ penentu kebijakan umum tertinggi harus berkewarganegaraan<br />Indonesia.<br />(5) Masa jabatan ketua dan anggota organ penentu kebijakan umum tertinggi<br />selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa<br />jabatan.<br />Pasal 18<br />(1) Dalam BHPPD, Gubernur, Bupati, atau Walikota, atau yang mewakilinya<br />sesuai kewenangan masing-masing berkedudukan sebagai wakil pendiri<br />dalam organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />(2) Dalam BHPP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, Menteri, Menteri<br />Agama, Menteri lain atau Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen,<br />atau yang mewakilinya, sesuai dengan kewenangan masing-masing<br />berkedudukan sebagai wakil pendiri dalam organ penentu kebijakan<br />umum tertinggi.<br />(3) Dalam BHPM, kedudukan dan kewenangan pendiri atau wakil pendiri<br />dalam organ penentu kebijakan umum tertinggi ditetapkan dalam<br />anggaran dasar BHPM.<br />Pasal 19<br />Tugas dan wewenang organ penentu kebijakan umum tertinggi meliputi:<br />a. menetapkan kebijakan umum BHP;<br />b. menyusun dan mengesahkan anggaran dasar BHP dan anggaran rumah<br />tangga BHP beserta perubahannya;<br />c. menetapkan rencana strategis, rencana kerja, dan anggaran tahunan BHP;<br />d. mengangkat dan memberhentikan pemimpin satuan pendidikan;<br />e. mengangkat dan memberhentikan ketua serta anggota organ audit bidang<br />non-akademik;<br />f. mengesahkan pimpinan dan keanggotaan organ penentu kebijakan<br />akademik;<br />g. melakukan pengawasan umum atas pengelolaan BHP;<br />10<br />h. melakukan evaluasi tahunan atas kinerja BHP;<br />i. mengevaluasi laporan pertanggungjawaban tahunan pemimpin satuan<br />pendidikan;<br />j. mengusahakan pemenuhan kebutuhan pembiayaan BHP sesuai dengan<br />peraturan perundang-undangan; dan<br />k. menyelesaikan persoalan BHP, termasuk masalah keuangan, yang tidak<br />dapat diselesaikan oleh organ BHP lain sesuai kewenangan masing-masing.<br />Pasal 20<br />(1) Pengambilan keputusan dalam organ penentu kebijakan umum tertinggi<br />dilakukan secara musyawarah untuk mufakat, kecuali ditetapkan lain<br />dalam anggaran dasar BHP.<br />(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak suara dan tata cara pengambilan<br />keputusan melalui pemungutan suara dalam organ penentu kebijakan<br />umum tertinggi, ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />Pasal 21<br />(1) Fungsi penentuan kebijakan akademik di dalam BHP yang<br />menyelenggarakan pendidikan tinggi dijalankan oleh organ penentu<br />kebijakan akademik.<br />(2) Organ penentu kebijakan akademik merupakan organ BHP yang bertindak<br />untuk dan atas nama organ penentu kebijakan umum tertinggi dalam<br />menetapkan norma dan ketentuan akademik tentang kurikulum, proses<br />pembelajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta<br />mengawasi penerapan norma dan ketentuan tersebut oleh satuan<br />pendidikan.<br />(3) Anggota organ penentu kebijakan akademik sekurang-kurangnya meliputi:<br />a. pimpinan satuan pendidikan,<br />b. wakil guru besar, dan<br />c. wakil pendidik.<br />(4) Anggaran dasar BHP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, dapat<br />menetapkan wakil unsur lain sebagai anggota organ penentu kebijakan<br />akademik selain anggota organ penentu kebijakan akademik sebagaimana<br />dimaksud pada ayat (3).<br />Pasal 22<br />(1) Jumlah anggota organ penentu kebijakan akademik yang berasal dari<br />pimpinan satuan pendidikan paling banyak 1/3 (satu pertiga) dari jumlah<br />semua anggota organ penentu kebijakan akademik.<br />(2) Anggota organ penentu kebijakan akademik yang berasal dari wakil<br />pendidik dipilih melalui pemungutan suara di unit kerjanya.<br />11<br />(3) Organ penentu kebijakan akademik dipimpin oleh seorang ketua yang<br />dipilih dari dan oleh para anggota organ penentu kebijakan akademik.<br />(4) Pimpinan satuan pendidikan tidak dapat dipilih sebagai ketua organ<br />penentu kebijakan akademik.<br />(5) Ketua dan anggota organ penentu kebijakan akademik disahkan oleh organ<br />penentu kebijakan umum tertinggi.<br />(6) Ketua dan anggota organ penentu kebijakan akademik pada BHP yang<br />baru didirikan, untuk pertama kali ditetapkan oleh organ penentu<br />kebijakan umum tertinggi.<br />(7) Masa jabatan ketua dan anggota organ penentu kebijakan akademik<br />selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa<br />jabatan.<br />Pasal 23<br />Tugas dan wewenang organ penentu kebijakan akademik adalah:<br />a. menetapkan dan mengawasi penerapan norma dan ketentuan akademik<br />satuan pendidikan;<br />b. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu<br />pendidikan di satuan pendidikan;<br />c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan kurikulum serta proses<br />pembelajaran;<br />d. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan penelitian dan<br />pengabdian kepada masyarakat;<br />e. menetapkan dan mengawasi pencapaian tolok ukur keberhasilan<br />penyelenggaraan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan;<br />f. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik sivitas akademika;<br />g. menetapkan dan mengawasi penerapan peraturan pelaksanaan kebebasan<br />akademik, kebebasan mimbar akademik, otonomi keilmuan, pemberian<br />atau pencabutan gelar dan penghargaan akademik;<br />h. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tata tertib akademik;<br />i. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan penilaian kinerja<br />pendidik dan tenaga kependidikan pelaksanaannya;<br />j. memberi rekomendasi tentang pemberian sanksi terhadap pelanggaran<br />norma dan ketentuan akademik kepada pemimpin satuan pendidikan;<br />k. memberi pertimbangan kepada organ penentu kebijakan umum tertinggi<br />tentang rencana strategis, serta rencana kerja dan anggaran tahunan yang<br />telah disusun oleh pemimpin satuan pendidikan; dan<br />l. memberi pertimbangan kepada organ penentu kebijakan umum tertinggi<br />tentang pengangkatan dan pemberhentian, serta kinerja bidang akademik<br />pemimpin satuan pendidikan.<br />12<br />Pasal 24<br />(1) Pengambilan keputusan dalam organ penentu kebijakan akademik<br />dilakukan secara musyawarah untuk mufakat, kecuali ditetapkan lain oleh<br />organ penentu kebijakan akademik.<br />(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak suara dan tata cara pengambilan<br />keputusan melalui pemungutan suara dalam organ penentu kebijakan<br />akademik ditetapkan oleh organ penentu kebijakan akademik.<br />Pasal 25<br />(1) Fungsi audit bidang non-akademik di dalam BHP penyelenggara<br />pendidikan tinggi dijalankan oleh organ audit bidang non-akademik.<br />(2) Organ audit bidang non-akademik merupakan organ BHP yang bertindak<br />untuk dan atas nama organ penentu kebijakan umum tertinggi dalam<br />melakukan evaluasi non-akademik atas penyelenggaraan BHP tersebut.<br />(3) Susunan, jumlah, dan kedudukan ketua dan anggota organ audit bidang<br />non-akademik ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />(4) Masa jabatan ketua dan anggota organ audit bidang non-akademik selama<br />5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.<br />(5) Tugas dan wewenang organ audit bidang non-akademik adalah:<br />a. menetapkan kebijakan audit internal dan eksternal atas BHP dalam<br />bidang non-akademik;<br />b. mengevaluasi hasil audit internal dan eksternal atas BHP;<br />c. mengambil kesimpulan atas hasil audit internal dan eksternal atas<br />BHP; dan<br />d. mengajukan saran dan pertimbangan mengenai kegiatan nonakademik<br />kepada organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />(6) Ketua dan anggota organ audit bidang non-akademik ditentukan,<br />diangkat, dan diberhentikan oleh organ penentu kebijakan umum<br />tertinggi.<br />(7) Organ audit bidang non-akademik dapat menugaskan pengaudit<br />independen untuk melaksanakan audit internal dan/atau audit eksternal<br />atas beban pembiayaan BHP.<br />Pasal 26<br />(1) Fungsi pengelolaan pendidikan di dalam BHP dijalankan oleh satuan<br />pendidikan.<br />(2) Satuan pendidikan merupakan organ BHP yang bertindak untuk dan atas<br />nama organ penentu kebijakan umum tertinggi dalam mengelola<br />pendidikan.<br />13<br />(3) Satuan pendidikan memiliki otonomi dalam mengimplementasikan<br />manajemen berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi sesuai<br />peraturan perundang-undangan.<br />(4) Nama satuan pendidikan ditetapkan dalam anggaran dasar BHP dan<br />digunakan oleh pemimpin satuan pendidikan dalam melakukan tindakan<br />ke dalam dan ke luar satuan pendidikan.<br />Pasal 27<br />(1) Satuan pendidikan dipimpin oleh pemimpin satuan pendidikan.<br />(2) Pemimpin satuan pendidikan bertindak ke dalam dan ke luar satuan<br />pendidikan untuk dan atas nama satuan pendidikan.<br />(3) Pemimpin satuan pendidikan bertindak ke luar untuk dan atas nama BHP<br />sesuai ketentuan dalam anggaran dasar BHP.<br />(4) Dalam hal 1 (satu) BHP memiliki lebih dari 1 (satu) pemimpin satuan<br />pendidikan, kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan<br />dalam anggaran dasar BHP.<br />(5) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian pemimpin satuan pendidikan<br />ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />(6) Pemimpin satuan pendidikan dapat dibantu oleh seorang atau lebih wakil<br />yang diangkat dan diberhentikan oleh pemimpin satuan pendidikan<br />berdasarkan anggaran dasar BHP dan anggaran rumah tangga BHP.<br />(7) Masa jabatan pemimpin satuan pendidikan selama 5 (lima) tahun dan<br />dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.<br />Pasal 28<br />(1) Tugas dan wewenang satuan pendidikan anak usia dini jalur formal serta<br />pendidikan dasar dan menengah adalah:<br />a. menyusun rencana strategis satuan pendidikan berdasarkan kebijakan<br />akademik yang ditetapkan organ penentu kebijakan umum tertinggi;<br />b. menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan satuan pendidikan<br />berdasarkan rencana strategis satuan pendidikan untuk disahkan oleh<br />organ penentu kebijakan umum tertinggi;<br />c. menyelenggarakan pendidikan sesuai rencana kerja dan rencana<br />anggaran tahunan satuan pendidikan yang telah disahkan;<br />d. mengangkat dan memberhentikan pejabat di bawah pemimpin satuan<br />pendidikan serta tenaga BHP berdasarkan anggaran dasar BHP,<br />anggaran rumah tangga BHP, dan peraturan perundang-undangan;<br />e. melaksanakan fungsi-fungsi manajemen satuan pendidikan; serta<br />f. membina dan mengembangkan hubungan baik satuan pendidikan<br />dengan lingkungan satuan pendidikan dan masyarakat pada<br />umumnya.<br />(2) Tugas dan wewenang satuan pendidikan tinggi adalah:<br />14<br />a. menyusun rencana strategis satuan pendidikan berdasarkan kebijakan<br />akademik yang ditetapkan oleh organ penentu kebijakan akademik<br />untuk disahkan oleh organ penentu kebijakan umum tertinggi;<br />b. menyusun rencana kerja dan rencana anggaran tahunan satuan<br />pendidikan berdasarkan rencana strategis satuan pendidikan untuk<br />disahkan oleh organ penentu kebijakan umum tertinggi;<br />c. menyelenggarakan pendidikan sesuai rencana kerja dan rencana<br />anggaran tahunan satuan pendidikan yang telah disahkan;<br />d. menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat<br />sesuai dengan rencana kerja dan rencana anggaran tahunan satuan<br />pendidikan yang telah disahkan;<br />e. mengangkat dan memberhentikan pejabat di bawah pemimpin satuan<br />pendidikan serta tenaga BHP berdasarkan anggaran dasar BHP,<br />anggaran rumah tangga BHP, dan peraturan perundang-undangan;<br />f. melaksanakan fungsi-fungsi manajemen satuan pendidikan; serta<br />g. membina dan mengembangkan hubungan baik satuan pendidikan<br />dengan lingkungan satuan pendidikan dan masyarakat pada<br />umumnya.<br />(3) Pemimpin satuan pendidikan tidak berwenang mewakili satuan pendidikan<br />atau BHP apabila:<br />a. terjadi perkara di depan pengadilan antara satuan pendidikan atau<br />BHP dengan pemimpin satuan pendidikan; dan<br />b. pemimpin satuan pendidikan mempunyai kepentingan yang<br />bertentangan dengan kepentingan satuan pendidikan atau BHP.<br />(4) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), organ<br />penentu kebijakan umum tertinggi menunjuk seseorang untuk mewakili<br />kepentingan satuan pendidikan atau BHP.<br />Pasal 29<br />Pemimpin satuan pendidikan dan wakilnya dilarang merangkap:<br />a. jabatan pimpinan dan jabatan lain pada satuan pendidikan lain;<br />b. jabatan lain pada lembaga pemerintah pusat atau daerah; atau<br />c. jabatan lain yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan<br />dengan kepentingan satuan pendidikan.<br />Pasal 30<br />Dalam 1 (satu) BHP tidak boleh dilakukan perangkapan jabatan<br />antarpemimpin organ dalam BHP yang menjalankan fungsi sebagaimana<br />dimaksud pada Pasal 13 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).<br />15<br />BAB IV<br />KEKAYAAN<br />Pasal 31<br />(1) Kekayaan BHP berasal dari kekayaan pendiri yang dipisahkan menjadi<br />kekayaan BHP.<br />(2) Kekayaan dan penerimaan pendapatan serta sisa hasil kegiatan BHP<br />adalah milik BHP dan dikelola secara mandiri oleh BHP itu.<br />(3) Kekayaan dan penerimaan pendapatan serta sisa hasil kegiatan BHP<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) digunakan baik secara<br />langsung maupun tidak langsung untuk:<br />a. kepentingan peserta didik dalam proses pembelajaran pada satuan<br />pendidikan pendidikan anak usia dini jalur formal, satuan pendidikan<br />dasar, dan satuan pendidikan menengah; serta<br />b. pelaksanaan tridharma perguruan tinggi pada satuan pendidikan<br />pendidikan tinggi.<br />(4) Semua bentuk penerimaan pendapatan dan sisa hasil kegiatan BHPP dan<br />BHPPD yang diperoleh dari penggunaan kekayaan negara yang telah<br />dipisahkan sebagai kekayaan BHPP dan BHPPD, tidak termasuk<br />pendapatan negara bukan pajak.<br />Pasal 32<br />Kekayaan BHP, semua bentuk penerimaan pendapatan BHP, dan sisa hasil<br />kegiatan BHP berupa uang, barang, atau bentuk lain yang dapat dinilai<br />dengan uang milik BHP, dilarang dialihkan kepemilikannya secara langsung<br />atau tidak langsung kepada siapa pun, kecuali ditetapkan dalam anggaran<br />dasar BHP.<br />BAB V<br />PENDANAAN<br />Pasal 33<br />(1) Sumber dana untuk pendidikan formal yang diselenggarakan BHP<br />ditetapkan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.<br />(2) Pendanaan pendidikan formal yang diselenggarakan BHP menjadi<br />tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan<br />masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan.<br />(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyediaan<br />dana pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-<br />Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.<br />(4) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang disalurkan<br />untuk BHP diterima dan dikelola oleh satuan pendidikan.<br />Pasal 34<br />(1) Pemerintah dan pemerintah daerah menanggung seluruh biaya pendidikan<br />untuk BHPP dan BHPPD dalam menyelenggarakan pendidikan dasar<br />16<br />untuk biaya operasional, biaya investasi, beasiswa, dan bantuan biaya<br />pendidikan bagi peserta didik, berdasarkan standar pelayanan minimal<br />untuk mencapai standar nasional pendidikan.<br />(2) Pemerintah dan pemerintah daerah menanggung sekurang-kurangnya dua<br />per tiga biaya pendidikan untuk BHPP dan BHPPD yang<br />menyelenggarakan pendidikan menengah untuk biaya operasional, biaya<br />investasi, beasiswa, dan bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik pada<br />BHPP berdasarkan standar pelayanan minimal untuk mencapai standar<br />nasional pendidikan.<br />(3) Pemerintah menanggung sekurang-kurangnya dua per tiga biaya<br />pendidikan untuk BHPP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk<br />biaya operasional, biaya investasi, beasiswa, dan bantuan biaya<br />pendidikan bagi peserta didik pada BHPP sesuai dengan standar nasional<br />pendidikan.<br />(4) Peserta didik dapat ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan<br />sesuai dengan kemampuannya, orang tua, atau pihak yang bertanggung<br />jawab membiayai.<br />(5) Biaya penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat<br />(4) yang ditanggung oleh seluruh peserta didik dalam pendanaan<br />pendidikan menengah atau pendidikan tinggi pada BHPP atau BHPPD<br />sebanyak-banyaknya satu per tiga dari seluruh biaya operasional.<br />(6) Dana pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah pada BHP<br />diberikan dalam bentuk hibah sesuai peraturan perundang-undangan.<br />Pasal 35<br />(1) BHP dapat mendirikan badan usaha berbadan hukum sesuai dengan<br />peraturan perundang-undangan untuk memenuhi pendanaan pendidikan.<br />(2) Seluruh laba yang diperoleh dari badan usaha sebagaimana dimaksud pada<br />ayat (1) digunakan untuk memajukan satuan pendidikan dan memberikan<br />pelayanan pendidikan kepada peserta didik.<br />Pasal 36<br />(1) Pemerintah dan Pemerintah daerah menanggung dana pendidikan untuk<br />BHPM dalam menyelenggarakan program wajib belajar pendidikan dasar,<br />untuk biaya operasional, biaya investasi, beasiswa, dan bantuan biaya<br />pendidikan bagi peserta didik pada BHPM tersebut sesuai dengan standar<br />pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan<br />(2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan bantuan dana<br />pendidikan pada BHPM.<br />(3) Dana pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah pada BHP<br />diberikan dalam bentuk hibah sesuai peraturan perundang-undangan.<br />Pasal 37<br />(1) Masyarakat dapat memberikan dana pendidikan pada BHP yang tidak<br />mengikat serta tidak bertentangan dengan anggaran dasar BHP dan<br />17<br />peraturan perundang-undangan, untuk biaya investasi, biaya operasi, dan<br />beasiswa atau bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik.<br />(2) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa<br />antara lain sumbangan pendidikan, hibah, wakaf, zakat, pembayaran<br />nadzar, pinjaman, sumbangan perusahaan, dan penerimaan lain yang sah.<br />(3) Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kemudahan atau insentif<br />perpajakan kepada masyarakat yang memberikan dana pendidikan pada<br />BHP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).<br />Pasal 38<br />(1) BHP mengalokasikan beasiswa atau bantuan biaya pendidikan bagi<br />peserta didik yang kurang mampu secara ekonomi dan/atau peserta didik<br />yang memiliki potensi akademik tinggi paling sedikit 20% dari jumlah<br />seluruh peserta didik di dalam satuan pendidikan yang<br />diselenggarakannya.<br />(2) Beasiswa atau bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada<br />ayat (1) ditanggung oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.<br />(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai beasiswa dan bantuan biaya pendidikan<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan<br />peraturan organ penentu kebijakan umum tertinggi BHP.<br />BAB VI<br />AKUNTABILITAS DAN PENGAWASAN<br />Pasal 39<br />(1) Akuntabilitas BHP pada masyarakat terdiri atas akuntabilitas akademik<br />dan akuntabilitas non-akademik.<br />(2) Untuk mewujudkan akuntabilitas BHP, jumlah maksimum peserta didik<br />dalam setiap satuan pendidikan harus sesuai dengan kapasitas sarana<br />dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, pelayanan, serta<br />sumber daya pendidikan lainnya.<br />(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jumlah maksimum peserta didik<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.<br />Pasal 40<br />(1) Pengawasan BHP dilakukan melalui sistem laporan tahunan yang terdiri<br />atas laporan satuan pendidikan dan laporan BHP.<br />(2) Laporan satuan pendidikan dan laporan BHP meliputi laporan bidang<br />akademik dan laporan bidang non-akademik.<br />(3) Laporan bidang akademik meliputi laporan penyelenggaraan pendidikan,<br />penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.<br />(4) Laporan bidang non-akademik meliputi laporan manajemen dan laporan<br />keuangan.<br />18<br />Pasal 41<br />(1) Satuan pendidikan menyusun dan menyampaikan laporan tahunan<br />satuan pendidikan secara tertulis kepada organ penentu kebijakan umum<br />tertinggi.<br />(2) Satuan pendidikan dibebaskan dari tanggung jawab, setelah laporan<br />tahunan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima<br />dan disahkan oleh organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />(3) Dalam hal setelah pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)<br />terdapat hal baru yang membuktikan sebaliknya, maka pengesahan<br />tersebut dapat dibatalkan oleh organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />Pasal 42<br />(1) Organ penentu kebijakan umum tertinggi menyusun laporan tahunan BHP<br />secara tertulis berdasarkan laporan tahunan satuan pendidikan untuk<br />dilaporkan dalam rapat pleno organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />(2) Laporan tahunan BHP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dievaluasi<br />oleh dan di dalam rapat pleno organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />(3) Laporan tahunan BHP disertai hasil evaluasi rapat pleno secara tertulis<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan oleh organ penentu<br />kebijakan umum tertinggi kepada:<br />a. Menteri, Menteri Agama, menteri lain, atau kepala Lembaga<br />Pemerintah Non-Departemen, bagi BHPP sesuai kewenangan masingmasing;<br />b. Gubernur, Bupati, atau Walikota, bagi BHPPD sesuai kewenangan<br />masing-masing; dan<br />c. Pendiri BHP, bagi BHPM.<br />Pasal 43<br />(1) Laporan keuangan tahunan BHP, sebagai bagian yang tidak terpisahkan<br />dari laporan tahunan BHP, disusun mengikuti standar akuntansi yang<br />berlaku.<br />(2) Dalam hal BHP mengelola lebih dari 1 (satu) satuan pendidikan, laporan<br />keuangan tahunan BHP merupakan laporan keuangan tahunan<br />konsolidasi.<br />(3) Laporan keuangan tahunan BHP yang menyelenggarakan pendidikan<br />tinggi, harus dipertanggungjawabkan kepada publik melalui pemuatan di<br />media cetak berbahasa Indonesia, dan penempelan di papan pengumuman<br />resmi setiap satuan pendidikan yang dikelolanya.<br />(4) Dalam hal BHP menerima dan menggunakan dana dari Anggaran<br />Pendapatan dan Belanja Negara, BHP harus menyusun laporan<br />penerimaan dan penggunaan dana tersebut dan melaporkan kepada<br />Menteri Keuangan sesuai peraturan perundang-undangan.<br />(5) Dalam hal BHP menerima dan menggunakan dana dari Anggaran<br />Pendapatan dan Belanja Daerah, BHP harus menyusun laporan<br />19<br />penerimaan dan penggunaan dana tersebut dan melaporkan kepada<br />Gubernur, Bupati, atau Walikota menurut kewenangan masing-masing,<br />sesuai peraturan perundang-undangan.<br />Pasal 44<br />(1) Laporan keuangan tahunan BHP diaudit oleh akuntan publik.<br />(2) Dalam hal BHP memperoleh hibah dari Pemerintah dan/atau pemerintah<br />daerah, maka Badan Pemeriksa Keuangan, Inspektorat Jenderal<br />Departemen terkait, atau Badan Pengawasan Daerah sesuai dengan<br />kewenangan masing-masing dapat melakukan audit terhadap laporan<br />keuangan tahunan BHP, terbatas pada bagian penerimaan dan<br />penggunaan hibah tersebut.<br />Pasal 45<br />(1) Administrasi dan laporan keuangan tahunan BHP merupakan tanggung<br />jawab pemimpin satuan pendidikan.<br />(2) Dalam hal BHP mengelola lebih dari 1 (satu) satuan pendidikan, pihak<br />yang bertanggung jawab menyusun konsolidasi laporan keuangan<br />tahunan BHP ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />Pasal 46<br />Ketentuan lebih lanjut mengenai akuntabilitas dan pengawasan BHP<br />ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />BAB VII<br />KETENAGAAN<br />Pasal 47<br />(1) Tenaga BHP terdiri atas pendidik, tenaga kependidikan, dan tenaga<br />penunjang.<br />(2) Tenaga BHP berstatus pegawai negeri sipil yang dipekerjakan dan/ atau<br />pegawai non-pemerintah.<br />(3) Tenaga BHP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membuat perjanjian<br />kerja dengan BHP.<br />(4) Pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperoleh<br />remunerasi dari:<br />a. Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai peraturan perundangundangan,<br />dan<br />b. BHP sesuai ketentuan dalam anggaran dasar BHP dan anggaran<br />rumah tangga BHP.<br />(5) Pengangkatan dan pemberhentian jabatan serta hak dan kewajiban tenaga<br />BHP dengan status sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam<br />perjanjian kerja berdasarkan anggaran dasar BHP, anggaran rumah tangga<br />BHP, serta peraturan perundang-undangan.<br />20<br />(6) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat antara<br />pemimpin satuan pendidikan yang bertindak untuk dan atas nama organ<br />penentu kebijakan umum tertinggi dengan setiap tenaga BHP.<br />(7) Penyelesaian perselisihan yang timbul antara pendidik serta tenaga<br />kependidikan dan BHP diatur dalam anggaran dasar BHP.<br />(8) Jika penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak<br />berhasil, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Pengadilan Tata Usaha<br />Negara.<br />(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tenaga BHP sebagaimana dimaksud pada<br />ayat (1) ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga<br />BHP.<br />BAB VIII<br />PENGGABUNGAN<br />Pasal 48<br />(1) Penggabungan BHP dapat dilakukan melalui:<br />a. dua atau lebih BHP bergabung menjadi satu BHP baru; atau<br />b. satu atau lebih BHP bergabung dengan BHP lain.<br />(2) Dengan penggabungan BHP sebagaimana dimaksud pada ayat (1),<br />keberadaan BHP yang bergabung berakhir karena hukum.<br />(3) Aktiva dan pasiva BHP yang bergabung beralih karena hukum ke BHP<br />baru atau BHP yang menerima penggabungan.<br />(4) Aktiva dan pasiva sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibukukan dan<br />dilaporkan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan harus<br />dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.<br />(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggabungan BHP diatur<br />dalam Peraturan Pemerintah.<br />BAB IX<br />PEMBUBARAN<br />Pasal 49<br />BHP bubar karena:<br />a. jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar BHP berakhir;<br />b. tujuan BHP yang ditetapkan dalam anggaran dasar BHP tidak atau sudah<br />tercapai;<br />c. putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap<br />berdasarkan alasan:<br />1) BHP melanggar ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan<br />perundang-undangan;<br />2) BHP tidak mampu membayar hutangnya setelah dinyatakan pailit;<br />dan/atau<br />21<br />3) harta kekayaan BHP tidak cukup untuk melunasi hutangnya setelah<br />pernyataan pailit dicabut.<br />Pasal 50<br />(1) Dalam hal BHP bubar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, BHP:<br />a. wajib diikuti dengan likuidasi; dan<br />b. tidak dapat lagi melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan<br />untuk pemberesan semua urusan BHP dalam rangka likuidasi.<br />(2) Dalam hal BHP bubar karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br />49 huruf a dan huruf b, organ penentu kebijakan umum tertinggi<br />menunjuk likuidator untuk menyelesaikan penanganan kekayaan BHP.<br />(3) Dalam hal BHP bubar karena putusan pengadilan, pengadilan menunjuk<br />likuidator untuk menyelesaikan penanganan kekayaan BHP.<br />(4) Dalam hal BHP bubar karena pailit, berlaku peraturan perundangundangan<br />di bidang kepailitan.<br />(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanganan kekayaan BHP yang<br />bubar atau dibubarkan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.<br />BAB X<br />SANKSI ADMINISTRATIF<br />Pasal 51<br />(1) Dalam hal keputusan yang diambil organ BHP melanggar anggaran dasar<br />BHP, anggaran rumah tangga BHP, dan/atau peraturan perundangundangan,<br />maka Menteri, Menteri Agama, menteri lain, kepala Lembaga<br />Pemerintah Non-Departemen, Gubernur, Bupati, atau Walikota sesuai<br />dengan kewenangan masing-masing dapat membatalkan keputusan<br />tersebut atau mencabut izin satuan pendidikan.<br />(2) Pencabutan izin satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)<br />diumumkan di media cetak berbahasa Indonesia.<br />BAB XI<br />SANKSI PIDANA<br />Pasal 52<br />(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada<br />Pasal 32 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.<br />(2) Selain pidana penjara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelanggar<br />juga dikenai pidana tambahan berupa kewajiban mengembalikan uang,<br />barang, atau bentuk lain yang dialihkan.<br />22<br />BAB XII<br />KETENTUAN PERALIHAN<br />Pasal 53<br />Pada saat undang-undang ini berlaku, izin satuan pendidikan formal yang<br />sudah dikeluarkan dinyatakan tetap berlaku sampai izin tersebut berakhir<br />masa berlakunya atau sampai dicabut sebelum masa berlakunya berakhir.<br />Pasal 54<br />(1) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau<br />pemerintah daerah sebelum Undang-Undang ini berlaku diakui<br />keberadaannya dan tetap dapat menyelenggarakan pendidikan formal.<br />(2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau<br />pemerintah daerah harus mengubah bentuk dan menyesuaikan tata<br />kelolanya sebagai BHPP dan BHPPD menurut Undang-Undang ini, paling<br />lambat 6 (enam) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.<br />(3) Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud ayat (1) tetap memperoleh<br />alokasi dana pendidikan seperti yang selama ini telah diperoleh paling<br />lama 6 (enam) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan,<br />dan selanjutnya memperoleh alokasi dana pendidikan sesuai dengan Pasal<br />34 ayat (5).<br />(4) Perubahan bentuk dan penyesuaian tata kelola satuan pendidikan sebagai<br />BHPP dan BHPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan<br />Peraturan Pemerintah atau Peraturan Daerah.<br />Pasal 55<br />(1) Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara yang telah<br />menyelenggarakan pendidikan formal sebelum Undang-Undang ini<br />berlaku, diakui keberadaannya sebagai BHP satuan pendidikan berbentuk<br />BHPP.<br />(2) Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara sebagai BHP satuan<br />pendidikan yang berbentuk BHPP harus menyesuaikan tata kelolanya<br />sebagai BHPP menurut Undang-Undang ini, paling lambat 3 (tiga) tahun<br />sejak Undang-Undang ini diundangkan.<br />(3) Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara sebagaimana dimaksud ayat<br />(1) tetap memperoleh alokasi dana pendidikan seperti yang selama ini telah<br />diperoleh paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini<br />diundangkan, dan selanjutnya memperoleh alokasi dana pendidikan<br />sesuai dengan Pasal 34 ayat (5).<br />(4) Penyesuaian tatakelola sebagai BHPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)<br />dilakukan dengan Peraturan Pemerintah.<br />Pasal 56<br />(1) Yayasan, perkumpulan, badan hukum di bidang pendidikan, dan badan<br />hukum lain sejenis yang telah menyelenggarakan pendidikan formal<br />sebelum Undang-Undang ini berlaku diakui keberadaannya sebagai BHP<br />penyelenggara berbentuk BHPM.<br />23<br />(2) Sebagai BHP penyelenggara berbentuk BHPM, Yayasan, perkumpulan,<br />badan hukum di bidang pendidikan yang bertindak sebagai nazhir, dan<br />badan hukum lain sejenis harus menyesuaikan tata kelolanya sebagai<br />BHPM menurut Undang-Undang ini, paling lambat 6 (enam) tahun sejak<br />Undang-Undang ini diundangkan.<br />(3) Yayasan, perkumpulan, badan hukum di bidang pendidikan yang<br />bertindak sebagai nazhir, dan badan hukum lain sejenis sebagaimana<br />dimaksud pasal ayat (1) tetap memperoleh bantuan dana pendidikan<br />seperti yang selama ini telah diperoleh paling lama 6 (enam) tahun<br />terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan, dan selanjutnya<br />memperoleh bantuan dana pendidikan sesuai dengan Pasal 34 ayat (5).<br />(4) Penyesuaian tata kelola sebagai BHPM sebagaimana dimaksud pada ayat<br />(2) dilakukan dengan akta notaris.<br />(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya pembuatan akta notaris<br />sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan<br />Pemerintah.<br />BAB XIII<br />KETENTUAN PENUTUP<br />Pasal 57<br />Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan<br />Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung<br />sejak Undang-Undang ini diundangkan.<br />Pasal 58<br />Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.<br />Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundang-an<br />Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik<br />Indonesia.<br />Disahkan di Jakarta,<br />pada tanggal …..................<br />PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA<br />DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO<br />Diundangkan di Jakarta<br />pada tanggal …..................<br />MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,<br />ANDI MATTALATTA<br />24<br />LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN …... NOMOR …..<br />25<br />PENJELASAN<br />ATAS<br />UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA<br />NOMOR … TAHUN …<br />TENTANG<br />BADAN HUKUM PENDIDIKAN<br />I. UMUM<br />Dalam rangka reformasi di bidang pendidikan, Undang-Undang No. 20<br />tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) telah<br />disusun berdasarkan visi pendidikan nasional. Visi tersebut adalah<br />terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan<br />berwibawa, untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar<br />berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan<br />proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Selanjutnya, UU<br />Sisdiknas juga menyatakan bahwa gerakan reformasi menuntut penerapan<br />prinsip-prinsip:<br />a. pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta<br />tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai<br />keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa;<br />b. pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik<br />dengan sistem terbuka dan multimakna;<br />c. pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan<br />pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat;<br />d. pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun<br />kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses<br />pembelajaran;<br />e. pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,<br />menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat;<br />f. pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen<br />masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan<br />pengendalian mutu layanan pendidikan.<br />Menurut UU Sisdiknas, perubahan mendasar pada manajemen sistem<br />pendidikan adalah pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis<br />sekolah/madrasah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, serta<br />otonomi perguruan tinggi pada tingkat pendidikan tinggi. Manajemen<br />pendidikan berbasis sekolah/madrasah adalah bentuk otonomi manajemen<br />pendidikan pada kepala sekolah/ madrasah dan guru dibantu oleh komite<br />sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan. Sedangkan yang<br />dimaksud dengan otonomi perguruan tinggi adalah kemandirian perguruan<br />tinggi untuk mengelola sendiri lembaganya.<br />Di samping itu, UU Sisdiknas sebagaimana dikemukakan dalam Penjelasan<br />Umum, menghendaki pembaharuan sistem pendidikan yang meliputi<br />penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang dikelola pemerintah dan<br />26<br />pendidikan yang dikelola masyarakat, serta pembedaan antara pendidikan<br />keagamaan dan pendidikan umum. Dengan demikian, masyarakat akan<br />mendapat kepastian hukum dalam memperoleh pelayanan pendidikan<br />secara tidak diskriminatif dari sekolah/madrasah atau perguruan tinggi,<br />baik yang didirikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, maupun<br />masyarakat.<br />Untuk mewujudkan amanat UU Sisdiknas sebagaimana dikemukakan di<br />atas, maka Pasal 53 UU Sisdiknas memerintahkan agar penyelenggara<br />dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau<br />masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Sehubungan dengan itu,<br />Pasal 53 ayat (4) UU Sisdiknas memerintahkan agar ketentuan tentang<br />badan hukum pendidikan ditetapkan dengan undang-undang tersendiri.<br />II. PASAL DEMI PASAL<br />Pasal 1<br />Cukup jelas.<br />Pasal 2<br />Cukup jelas.<br />Pasal 3<br />Manajemen berbasis sekolah/madrasah adalah bentuk otonomi<br />manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini<br />kepala sekolah/madrasah dan guru dibantu oleh komite<br />sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan. Sedangkan<br />yang dimaksud dengan otonomi perguruan tinggi adalah kemandirian<br />perguruan tinggi untuk mengelola sendiri lembaganya.<br />Pasal 4<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 5<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 6<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 7<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan<br />informal. Adapun jenjang pendidikan formal terdiri atas<br />pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.<br />Sedangkan jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,<br />kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.<br />27<br />Pada dasarnya BHPP hanya dapat mengelola 1 (satu) jenjang<br />pendidikan dalam 1 (satu) satuan pendidikan, kecuali BHPP<br />binaan Departemen Agama dapat mengelola lebih dari 1 (satu)<br />jenjang, jenis dan/atau satuan pendidikan.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Setelah Undang-Undang ini berlaku, Pemerintah, pemerin-tah<br />daerah, dan masyarakat yang akan menyelenggarakan pendidikan<br />formal tidak perlu lagi mendirikan BHMN, yayasan, badan hukum<br />di bidang pendidikan yang bertindak sebagai nazhir,<br />perkumpulan, atau badan hukum sejenis, melainkan langsung<br />mendirikan BHPP, BHPPD, atau BHPM.<br />Ayat (6)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 8<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Orang perseorangan adalah subyek hukum berupa manusia<br />sebagai individu pengemban hak dan kewajiban.<br />Ayat (3)<br />Huruf a<br />Cukup jelas.<br />Huruf b<br />Cukup jelas.<br />Huruf c<br />Cukup jelas.<br />Huruf d<br />Dalam hal BHP yang didirikan merupakan BHP yang sama<br />sekali baru, maka BHP harus membentuk organ yang<br />bertugas membentuk organ-organ lain di dalam BHP. Organ<br />tersebut adalah organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />Unsur anggota dan pimpinan organ penentu kebijakan<br />umum tertinggi pada BHP yang sama sekali baru tentu<br />belum dapat diisi sesuai komposisi yang ditetapkan pada<br />Pasal 14 ayat (3), sehingga komposisinya ditetapkan oleh<br />pendiri.<br />Ayat (4)<br />Kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendiri menjadi<br />kekayaan BHP akan dimanfaatkan sebagai biaya operasional BHP<br />yang sama sekali baru didirikan. Oleh karena itu kekayaan yang<br />dimaksud berbentuk dana pendidikan. Sedangkan besaran dana<br />pendidikan yang dipandang memadai adalah 3 kali biaya<br />operasional BHP pertahun. Dengan demikian, apabila BHP bubar<br />28<br />atau dinyatakan pailit, maka masih tersedia biaya operasional<br />yang memadai untuk meyelenggarakan pendidikan bagi peserta<br />didik yang belum menyelesaikan pendidikannya. Lahan dan/atau<br />bangunan dapat dikecualikan dari kekayaan yang dipisahkan oleh<br />pendiri sebagai kekayaan BHP.<br />Pasal 9<br />Ayat (1)<br />Keterangan lain memuat sekurang kurangnya nama, tanggal<br />lahir, alamat, dan pekerjaan pendiri, atau nama, tempat<br />kedudukan, alamat, dan bukti badan hukum yang mendirikan.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 10<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Apabila para pendiri BHPM melakukan perbuatan hukum untuk<br />kepentingan BHPM sebelum akta notaris tentang pendirian BHPM<br />disahkan oleh Menteri, maka tanggung-jawab atas perbuatan<br />hukum tersebut merupakan tang-gungjawab pribadi para pendiri<br />tersebut.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 11<br />Ayat (1)<br />Ketika BHP yang sama sekali baru dibentuk, BHP belum memiliki<br />organ penentu kebijakan akademik, organ audit bidang nonakademik,<br />dan satuan pendidikan, sehingga merupakan tugas dan<br />wewenang organ penentu kebijakan umum tertinggi untuk<br />membentuk organ-organ tersebut setelah BHP dinyatakan sah.<br />Ayat (2)<br />Ketentuan ini merupakan keharusan sebagaimana diatur dalam<br />Pasal 62 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2003 tentang<br />Sistem Pendidikan Nasional, yang mengatur bahwa setiap satuan<br />pendidikan formal dan nonformal yang didirikan harus<br />memperoleh izin Pemerintah atau pemerintah daerah.<br />Pasal 12<br />Ayat (1)<br />29<br />Keharusan untuk bekerjasama dengan BHP Indonesia dalam<br />mendirikan BHP di Indonesia, bertujuan agar kepentingan<br />Nasional dalam bidang pendidikan dapat dilindungi.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 13<br />Ayat (1)<br />Penggunaan istilah ‘sekurang-kurangnya’ menunjukkan bahwa<br />untuk mengakomodasi kekhasan tata kelola pendidikan yang<br />telah ada, Undang-Undang ini hanya mengatur 2 (dua) fungsi<br />pokok minimal berdasarkan manajemen berbasis sekolah.<br />Keberadaan fungsi pokok lain yang dibutuhkan oleh suatu BHP<br />karena kekhasannya, dapat ditetapkan di dalam anggaran dasar<br />BHP.<br />Ayat (2)<br />Penggunaan istilah ‘sekurang-kurangnya’ menunjukkan bahwa<br />untuk mengakomodasi kekhasan tata kelola pendidikan yang<br />telah ada, Undang-Undang ini hanya mengatur 4 (empat) fungsi<br />pokok minimal berdasarkan otonomi perguruan tinggi.<br />Keberadaan fungsi pokok lain yang dibutuhkan oleh suatu BHP<br />karena kekhasannya, dapat ditetapkan di dalam anggaran dasar<br />BHP.<br />Ayat (3)<br />BHP dapat menetapkan fungsi lain untuk melaksanakan kegiatan<br />yang relevan dengan pendidikan. Misalnya, BHP dapat<br />menetapkan keberadaan fungsi perumusan etika akademik dan<br />keikutsertaan dalam menjaga kebebasan akademik, kebebasan<br />mimbar, dan otonomi keilmuan, dengan membentuk<br />Majelis/Dewan Guru Besar sebagai organ BHP yang mengelola<br />pendidikan tinggi.<br />Ayat (4)<br />Untuk badan hukum milik negara yang sekarang telah ada dapat<br />tetap menggunakan nama Majelis Wali Amanat sebagai organ yang<br />menjalankan fungsi penentuan kebijakan umum tertinggi; Senat<br />Akademik sebagai organ yang menjalankan fungsi penentuan<br />kebijakan akademik; Dewan Audit sebagai organ yang<br />menjalankan fungsi audit bidang non-akademik; dan universitas,<br />institut, sekolah tinggi, akademi, atau politeknik sebagai organ<br />yang menjalankan fungsi pengelolaan pendidikan.<br />Sedangkan bagi yayasan yang telah menyelenggarakan pendidikan<br />tinggi, dapat tetap menggunakan nama organ Pembina dan<br />Pengurus sebagai organ BHP yang menjalankan fungsi penentuan<br />kebijakan umum tertinggi; organ Pengawas sebagai organ BHP<br />yang menjalankan fungsi audit bidang non-akademik; universitas,<br />30<br />institut, sekolah tinggi, akademi, atau politeknik sebagai organ<br />BHP yang menjalankan fungsi penelolaan pendidikan, dan<br />menambahkan satu organ baru dalam BHP, yaitu senat akademik<br />sebagai organ yang menjalankan fungsi penentuan kebijakan<br />akademik.<br />Pasal 14<br />Ayat (1)<br />Dalam hal terdapat badan hukum penyelenggara pendidikan yang<br />pada saat Undang-Undang ini berlaku, mengelola lebih dari 1<br />(satu) satuan pendidikan di beberapa daerah di Indonesia, maka<br />badan hukum penyelenggara tersebut diakui sebagai 1 (satu)<br />BHPM yang dapat mengelola sejumlah satuan pendidikan di<br />beberapa daerah tersebut.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas<br />Pasal 15<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Sebagai organ tertinggi BHP, organ penentu kebijakan umum<br />tertinggi merupakan pemegang kewenangan tertinggi di dalam<br />BHP, dan puncak pertanggungjawaban dari semua organ BHP.<br />Ayat (3)<br />Organ penentu kebijakan umum tertinggi dibentuk untuk<br />menciptakan akuntabilitas dan transparansi penyeleng-garaan<br />pendidikan anak usia dini jalur formal serta pendidikan dasar dan<br />menengah, sehingga organ penentu kebijakan umum tertinggi<br />mengikutsertakan seluruh pihak yang berkepentingan<br />(stakeholders) dari satuan pendidikan dalam pengambilan<br />berbagai kebijakan umum.<br />Huruf a<br />Cukup jelas.<br />Huruf b<br />Cukup jelas.<br />Huruf c<br />Cukup jelas.<br />Huruf d<br />Wakil dari tenaga kependidikan, antara lain tenaga BHP<br />yang bukan pendidik.<br />Huruf e<br />Komite sekolah/madrasah merupakan lembaga man-diri<br />yang dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu<br />pelayanan, dengan memberikan pertimbangan, arahan dan<br />dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan<br />pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.<br />Ayat (4)<br />31<br />Organ penentu kebijakan umum tertinggi dibentuk untuk<br />menciptakan akuntabilitas dan transparansi penyeleng-garaan<br />pendidikan tinggi, sehingga organ penentu kebijakan umum<br />tertinggi mengikutsertakan seluruh pihak yang berkepentingan<br />(stakeholders) dari satuan pendidikan dalam pengambilan<br />berbagai kebijakan umum.<br />Huruf a<br />Cukup jelas.<br />Huruf b<br />Cukup jelas.<br />Huruf c<br />Cukup jelas.<br />Huruf d<br />Wakil dari tenaga kependidikan, antara lain tenaga BHP<br />yang bukan pendidik.<br />Huruf e<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Yang dimaksud dengan wakil dari unsur lain, misalnya:<br />a. wakil orang tua/wali peserta didik pada pendidikan dasar dan<br />menengah;<br />b. wakil alumni satuan pendidikan pada pendidikan tinggi;<br />Ayat (6)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (7)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 16<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Ketentuan bahwa 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota organ<br />penentu kebijakan umum tertinggi bukan berasal dari wakil dari<br />pemimpin satuan pendidikan, dan wakil dari pendidik dan wakil<br />dari tenaga kependidikan, dimaksudkan agar terwujud<br />akuntabilitas dan transparansi di dalam organ penentu kebijakan<br />umum tertinggi, di samping optimalisasi partisipasi pihak-pihak<br />yang berkepentingan (stakeholders) dalam pendidikan.<br />Ayat (3)<br />Ketentuan bahwa 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota organ<br />penentu kebijakan umum tertinggi bukan berasal dari wakil dari<br />organ penentu kebijakan akademik, pemimpin satuan pendidikan,<br />dan wakil dari tenaga kependidikan, dimaksudkan agar terwujud<br />akuntabilitas dan transparansi di dalam organ penentu kebijakan<br />umum tertinggi, di samping optimalisasi partisipasi pihak-pihak<br />yang berkepentingan (stakeholders) dalam pendidikan.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 17<br />32<br />Cukup jelas.<br />Pasal 18<br />Cukup jelas.<br />Pasal 19<br />Huruf a<br />Cukup jelas.<br />Huruf b<br />Cukup jelas.<br />Huruf c<br />Cukup jelas.<br />Huruf d<br />Cukup jelas.<br />Huruf e<br />Organ ini hanya ada pada BHP yang menyelenggarakan<br />pendidikan tinggi, karena itu tugas dan wewenang mengangkat<br />dan memberhentikan ketua serta anggota organ audit bidang nonakademik<br />hanya ada dalam BHP yang menyelenggarakan<br />pendidikan tinggi.<br />Huruf f<br />Organ ini hanya ada pada BHP yang menyelenggarakan<br />pendidikan tinggi, karena itu tugas dan wewenang mengesahkan<br />pimpinan dan keanggotaan organ penentu kebijakan akademik<br />hanya ada dalam BHP yang menyeleng-garakan pendidikan tinggi.<br />Huruf g<br />Cukup jelas.<br />Huruf h<br />Cukup jelas.<br />Huruf i<br />Cukup jelas.<br />Huruf j<br />Organ penentu kebijakan umum tertinggi dapat menetapkan<br />pendirian berbagai badan usaha, baik berbadan hukum maupun<br />tidak berbadan hukum, untuk menggalang dana pengembangan<br />satuan pendidikan.<br />Huruf k<br />Jenjang dan tahap penyelesaian masalah BHP, termasuk masalah<br />keuangan, ditetapkan dalam anggaran dasar BHP.<br />Pasal 20<br />Cukup jelas.<br />Pasal 21<br />Ayat (1)<br />Organ penentu kebijakan akademik lazim dikenal sebagai Senat<br />Akademik.<br />33<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Huruf a<br />Cukup jelas.<br />Huruf b<br />Guru besar hanya ada di perguruan tinggi berbentuk<br />universitas, institut, sekolah tinggi yang menyeleng-garakan<br />pendidikan akademik, sedangkan di perguru-an tinggi<br />berbentuk akademi dan politeknik yang menyelenggarakan<br />pendidikan vokasi, keberadaan guru besar bukan<br />merupakan keharusan. Karena itu, di dalam organ penentu<br />kebijakan akademik di lingkungan akademi dan politeknik<br />tidak harus ada wakil dari guru besar.<br />Huruf c<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Yang dimaksud dengan “unsur lain” adalah pemimpin unit kerja<br />yang tugas dan wewenangnya mempunyai relevansi tinggi dengan<br />perumusan norma dan ketentuan akademik dan dimaksudkan<br />untuk mengakomodasi kekhasan BHP.<br />Pasal 22<br />Ayat (1)<br />Ketentuan bahwa 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota organ<br />penentu kebijakan akademik bukan berasal dari pimpinan satuan<br />pendidikan, dimaksudkan agar perumusan norma dan ketentuan<br />akademik dapat dilakukan secara obyektif, tidak terpengaruh oleh<br />kepentingan pimpinan satuan pendidikan.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (6)<br />Cukup Jelas.<br />Ayat (7)<br />Cukup Jelas.<br />Pasal 23<br />Huruf a<br />Cukup jelas.<br />34<br />Huruf b<br />Penerapan sistem penjaminan mutu (quality assurance system)<br />pendidikan pada semua jenjang pendidikan merupakan syarat<br />mutlak, agar satuan pendidikan mampu mengembangkan mutu<br />pendidikan secara berkelanjutan (continuous quality improvement<br />atau kaizen). Sistem penjaminan mutu pendidikan terdiri atas<br />penjaminan mutu internal yang dilakukan oleh satuan pendidikan<br />sendiri, dan penjaminan mutu eksternal yang dilakukan oleh<br />badan akreditasi di luar satuan pendidikan, baik tingkat nasional<br />maupun tingkat internasional yang diakui oleh Pemerintah atau<br />pemerintah daerah.<br />Apabila hal ini dilaksanakan secara konsisten, maka akan<br />terdapat keselarasan antara biaya pendidikan yang dikeluarkan<br />dengan nilai mutu pendidikan yang diperoleh peserta didik.<br />Huruf c<br />Cukup jelas.<br />Huruf d<br />Cukup jelas.<br />Huruf e<br />Cukup jelas.<br />Huruf f<br />Cukup jelas.<br />Huruf g<br />Cukup jelas.<br />Huruf h<br />Cukup jelas.<br />Huruf i<br />Cukup jelas.<br />Huruf j<br />Cukup jelas.<br />Huruf k<br />Cukup jelas.<br />Huruf l<br />Cukup jelas.<br />Pasal 24<br />Cukup jelas.<br />Pasal 25<br />Ayat (1)<br />Keberadaan organ audit bidang non-akademik di dalam BHP yang<br />menyelenggarakan pendidikan anak usia dini jalur formal,<br />pendidikan dasar dan pendidikan menengah bukan keharusan,<br />tetapi dalam hal BHP menyelenggarakan lebih dari 1 (satu) jenjang<br />pendidikan, maka keberadaan organ audit bidang non-akademik<br />merupakan keharusan.<br />35<br />Ayat (2)<br />Bidang non-akademik meliputi bidang keuangan, bidang sumber<br />daya manusia, bidang prasarana dan sarana, bidang kehumasan,<br />dan bidang lain yang tidak termasuk bidang akademik.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Huruf a<br />Audit dalam bidang non-akademik dapat meliputi audit<br />keuangan, audit kinerja non-akademik, audit ketaatan,<br />audit investigatif, dan audit lain yang dipandang perlu oleh<br />organ audit bidang non-akademik.<br />Huruf b<br />Cukup jelas.<br />Huruf c<br />Cukup jelas.<br />Huruf d<br />Cukup jelas.<br />Ayat (6)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (7)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 26<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Nama satuan pendidikan digunakan antara lain di dalam kop<br />surat, dokumen, logo satuan pendidikan, dan bendera satuan<br />pendidikan.<br />Pasal 27<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />BHP merupakan subyek hukum yang memiliki hak dan kewajiban<br />sendiri terpisah dari pendirinya. Dalam melaksanakan hak dan<br />kewajibannya ke luar BHP, BHP diwakili oleh pemimpin satuan<br />pendidikan yang bertindak untuk dan atas nama BHP. Luas<br />36<br />lingkup kewenangan pemimpin satuan pendidikan dalam<br />bertindak ke luar untuk dan atas nama BHP ditetapkan dalam<br />anggaran dasar BHP.<br />Ayat (4)<br />1 (satu) BHP dapat mengelola sejumlah satuan pendidikan,<br />sehingga dalam BHP tersebut terdapat sejumlah pemimpin satuan<br />pendidikan. Oleh karena itu, anggaran dasar BHP perlu<br />menetapkan pemimpin satuan pendidikan yang berwenang<br />bertindak ke luar untuk dan atas nama BHP.<br />Ayat (5)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (6)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (7)<br />Seseorang dapat menjabat pemimpin satuan pendidikan<br />sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali masa jabatan, baik secara<br />berurutan atau bersela, termasuk jabatan pemimpin satuan<br />pendidikan yang pernah didudukinya sebelum dibentuk BHP.<br />Pasal 28<br />Ayat (1)<br />Huruf a<br />Inti (core) dari rencana strategis satuan pendidikan adalah<br />kebijakan akademik yang ditetapkan oleh organ penentu<br />kebijakan umum tertinggi. Atas dasar kebijakan akademik<br />tersebut dapat direncanakan berbagai program satuan<br />pendidikan, baik di bidang akademik maupun di bidang<br />non-akademik sebagai penunjang kegiatan bidang<br />akademik.<br />Huruf b<br />Cukup jelas.<br />Huruf c<br />Cukup jelas.<br />Huruf d<br />Cukup jelas.<br />Huruf e<br />Cukup jelas.<br />Huruf f<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Huruf a<br />Inti (core) dari rencana strategis satuan pendidikan adalah<br />kebijakan akademik yang ditetapkan oleh organ penentu<br />kebijakan akademik. Atas dasar kebijakan akademik<br />tersebut dapat direncanakan berbagai program satuan<br />pendidikan, baik di bidang akademik maupun di bidang<br />non-akademik sebagai penunjang kegiatan bidang<br />akademik.<br />Huruf b<br />37<br />Cukup jelas.<br />Huruf c<br />Cukup jelas.<br />Huruf d<br />Cukup jelas.<br />Huruf e<br />Cukup jelas.<br />Huruf f<br />Cukup jelas.<br />Huruf g<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Huruf a<br />Cukup jelas.<br />Huruf b<br />Ada atau tidaknya pertentangan kepentingan antara<br />pemimpin satuan pendidikan dengan kepentingan satuan<br />pendidikan atau BHP, ditetapkan oleh organ penentu<br />kebijakan umum tertinggi.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 29<br />Huruf a<br />Cukup jelas.<br />Huruf b<br />Cukup jelas.<br />Huruf c<br />Ada atau tidaknya pertentangan kepentingan antara kepentingan<br />satuan pendidikan dengan kepentingan jabatan lain yang<br />dirangkap oleh pemimpin satuan pendidikan dan wakilnya,<br />ditetapkan oleh organ penentu kebijakan umum tertinggi.<br />Pasal 30<br />Cukup jelas.<br />Pasal 31<br />Ayat (1)<br />Pemisahan kekayaan berarti dilakukan peralihan hak milik atas<br />kekayaan tersebut dari pendiri ke BHP.<br />Ayat (2)<br />BHP merupakan badan hukum yang otonom, sehingga baik<br />kekayaan BHP yang telah dipisahkan oleh pendiri, semua<br />penerimaan pendapatan BHP dari berbagai sumber penerimaan,<br />maupun sisa lebih sebagai hasil kegiatan yang dijalankan oleh<br />BHP, berstatus sebagai milik BHP, dan dapat digunakan secara<br />mandiri oleh BHP untuk menjalankan kegiatannya sesuai dengan<br />anggaran dasar BHP.<br />Ayat (3)<br />38<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Sebagai konsekuensi dari ketentuan ayat (2) yaitu semua<br />penerimaan dan sisa lebih BHP merupakan milik BHP, maka<br />semua penerimaan dan sisa lebih BHP tidak perlu disetorkan ke<br />kas negara agar menjadi milik negara, sehingga pendapatan BHP<br />tersebut tidak termasuk pendapatan negara bukan pajak.<br />Pasal 32<br />Segala bentuk dan cara pengalihan kepemilikan kekayaan BHP,<br />penerimaan pendapatan BHP serta sisa lebih hasil kegiatan BHP berupa<br />uang, barang, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang milik<br />BHP, dilarang untuk dialihkan kepada orang dan/atau badan tertentu,<br />kecuali telah ditetapkan terlebih dahulu dalam anggaran dasar BHP,<br />misalnya untuk pembayaran gaji dan honorarium, biaya<br />penyelenggaraan pendidikan.<br />Sedangkan yang dimaksud dengan “bentuk lain” antara lain adalah hak<br />kekayaan intelektual yang dimiliki oleh BHP, atau sistem manajemen<br />dan prosedur administratif satuan pendidikan milik BHP.<br />Pasal 33<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Ketentuan ini sesuai dengan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang<br />Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.<br />Ayat (3)<br />Ketentuan ini sesuai dengan Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang<br />Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.<br />Ayat (4)<br />Dalam hal ini pemimpin satuan pendidikan berwenang menerima<br />dana yang disalurkan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah,<br />dan mengelola dana tersebut melalui tindakan perencanaan,<br />pengorganisasian, penggunaan, pengendalian, dan<br />pertanggungjawaban dana tersebut.<br />Pasal 34<br />Ayat (1)<br />Anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN atau APBD<br />sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang<br />Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Pasal 49<br />Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem<br />Pendidikan Nasional, antara lain dialokasikan untuk mendanai<br />BHP dalam menyelenggarakan pendidikan.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Sumbangan pendidikan sesuai dengan kemampuan orang tua<br />atau pihak yang bertanggungjawab membiayai merupa-kan<br />39<br />penerapan prinsip keadilan proporsional, sehingga kekurangannya<br />diperoleh dari hasil penerapan kebijakan subsidi silang yang<br />berasal dari peserta didik yang berkemampuan secara ekonomi.<br />Melalui subsidi silang, kecukupan pendanaan pendidikan akan<br />terjamin, dan pada gilirannya akan menghasilkan keberlanjutan<br />pendidikan secara institusional maupun terutama bagi peserta<br />didik.<br />Ayat (4)<br />Dengan kedudukan mandiri sebagai badan hukum, maka secara<br />hukum BHP berwenang melakukan berbagai perbuatan hukum<br />untuk menggalang dana, baik dengan mendayagunakan potensi<br />internal BHP (misalnya penelitian, pemberian jasa oleh<br />laboratorium, pendidikan berkelanjut-an), maupun dengan<br />mendirikan atau ikut serta dalam badan usaha yang tidak<br />bertentangan dengan tujuan pendidikan.<br />Ayat (5)<br />Penyaluran anggaran pendidikan dalam bentuk hibah merupakan<br />amanat Pasal 49 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003<br />tentang Sistem Pendidikan Nasional.<br />Ayat (6)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 35<br />Cukup jelas.<br />Pasal 36<br />Cukup jelas.<br />Pasal 37<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Ketentuan ini sesuai dengan Penjelasan Pasal 46 ayat (1) Undang-<br />Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan<br />Nasional.<br />Ayat (3)<br />Ketentuan ini dimaksudkan sebagai ketentuan khusus terhadap<br />undang-undang perpajakan berdasarkan prinsip lex specialis<br />derogat legi generali.<br />Pasal 38<br />Ayat (1)<br />Ketentuan ini merupakan penerapan prinsip keberpihakan kepada<br />mereka yang tersisih (preferential option for the poor).<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 39<br />40<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Akuntabilitas BHP antara lain dapat diukur dari ratio antara<br />pendidik dan peserta didik, ratio antara ruang pembelajaran<br />dengan peserta didik, alat bantu pembelajaran dengan peserta<br />didik, komposisi peserta didik asing dengan peserta didik<br />warganegara, dan lain-lain.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 40<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Yang dimaksud laporan manajemen adalah laporan yang berisi<br />kinerja perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,<br />pengendalian BHP maupun satuan pendidikan.<br />Pasal 41<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Dibebaskan dari tanggungjawab karena laporan tahunan satuan<br />pendidikan tidak mengandung kekurangan, kekeliruan, atau<br />kekhilafan.<br />Ayat (3)<br />Yang dimaksudkan dengan “hal baru” adalah bukti baru atau<br />novum .<br />Pasal 42<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 43<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Ketentuan ini hanya berlaku untuk BHP yang menyeleng-garakan<br />pendidikan tinggi.<br />41<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 44<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Berhubung dana hibah berasal Aangaran Pendapatan dan Belanja<br />Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, maka<br />otoritas pengawasan negara berhak untuk melakukan audit<br />keuangan hanya pada bagian keuangan BHP yang berasal dari<br />hibah.<br />Pasal 45<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 46<br />Cukup jelas.<br />Pasal 47<br />Ayat (1)<br />Tenaga penunjang merupakan tenaga BHP yang bekerja di dalam<br />badan usaha yang dapat didirikan oleh BHP.<br />Ayat (2)<br />Pegawai negeri sipil yang pada saat Undang-Undang ini berlaku<br />bekerja di suatu satuan pendidikan dapat memilih antara tetap<br />menjadi pegawai negeri sipil dipekerjakan pada BHP, atau beralih<br />menjadi pegawai non pemerintah.<br />Pegawai non pemerintah adalah tenaga BHP yang diangkat dan<br />diberhentikan oleh BHP dan tidak berstatus pegawai negeri sipil.<br />Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) huruf a dan Pasal 51 ayat (1) huruf<br />a Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan<br />Dosen, tenaga pendidik (guru atau dosen), baik berstatus pegawai<br />negeri sipil atau pegawai non pemerintah, memiliki hak untuk<br />memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan<br />jaminan kesejahteraan sosial. Selanjutnya, diatur pula bahwa<br />penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji<br />pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain<br />yang berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan<br />khusus, tunjangan kehormatan (khusus dosen), serta maslahat<br />tambahan yang terkait dengan tugas sebagai guru atau dosen<br />yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.<br />42<br />Oleh sebab itu, sekalipun tenaga pendidik yang berstatus pegawai<br />negeri sipil beralih status menjadi pegawai non pemerintah, maka<br />Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen<br />menjamin bahwa penghasilannya akan relatif setara dengan<br />penghasilan sebelumnya.<br />Ayat (3)<br />Tenaga BHP yang berstatus pegawai negeri sipil harus tetap<br />membuat perjanjian dengan BHP, karena sekalipun tenaga<br />tersebut telah diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah,<br />tetapi yang bersangkutan belum diangkat oleh BHP.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (6)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (7)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (8)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (9)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 48<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 49<br />Huruf a.<br />Cukup jelas.<br />Huruf b.<br />Yang dimaksud dengan ”tujuan BHP sudah tercapai” antara lain<br />apabila BHP didirikan dengan tujuan khusus untuk menghasilkan<br />sejumlah lulusan satuan pendidikan yang diselenggarakannya,<br />sehingga setelah jumlah tersebut terpenuhi maka BHP bubar.<br />Huruf c.<br />Cukup jelas<br />43<br />Pasal 50<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 51<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 52<br />Ayat (1)<br />Sanksi ini dimaksudkan untuk menegakkan prinsip nirlaba dari<br />BHP.<br />Ayat (2)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 53<br />Cukup jelas.<br />Pasal 54<br />Ayat (1)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (2)<br />Berdasarkan peraturan perundang-undangan, Pemerintah<br />bertanggungjawab menyelenggarakan pendidikan tinggi, dan<br />pemerintah daerah bertanggungjawab menyelenggarakan<br />pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan<br />dasar, dan pendidikan menengah.<br />Pada saat Undang-Undang ini berlaku terdapat perguruan tinggi<br />yang dikelola oleh Pemerintah (dahulu dikenal sebagai perguruan<br />tinggi negeri/PTN), dan sekolah yang dikelola oleh pemerintah<br />daerah (dahulu dikenal sebagai sekolah negeri). Baik PTN maupun<br />sekolah negeri harus mengubah bentuk dan menyesuaikan<br />tatakelolanya, masing-masing sebagai BHPP dan BHPPD.<br />Khusus mengenai pembentukan BHPPD yang menyeleng-garakan<br />pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan<br />dasar, dan pendidikan menengah berdasarkan Undang-Undang<br />ini, dapat dilakukan pada tingkat propinsi, kabupaten atau kota.<br />44<br />Dengan demikian, di dalam satu propinsi, kabupaten atau kota<br />cukup didirikan satu BHP pemerintah daerah.<br />Unsur pendiri atau wakil pendiri di dalam organ penentu<br />kebijakan umum tertinggi BHPPD adalah Kepala Dinas Pendidikan<br />propinsi, kabupaten, atau kota setempat.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 55<br />Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem<br />Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa “penyelenggara dan/atau<br />satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau<br />masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan”. Rumusan pasal<br />tersebut menyebabkan menurut Undang-Undang ini diakui 3 (tiga) jenis<br />BHP, yaitu BHP penyelenggara, BHP satuan pendidikan, dan BHP<br />gabungan penyelenggara dan satuan pendidikan. Ketiga jenis BHP<br />tersebut harus menyesuaikan tatakelolanya pada Undang-Undang ini,<br />yaitu tatakelola berdasarkan bentuk BHP, yaitu BHPP, BHPPD, dan<br />BHPM. Secara skematik struktur jenis dan bentuk BHP dapat<br />digambarkan sebagai berikut:<br />No<br />Bentuk<br />Pemerintah Masyarakat<br />Jenis Dikti Dikdasmen Dikti Dikdasmen<br />1 BHP Penyelenggara X X BHPM BHPM<br />2 BHP Satuan Pend.* BHPP** BHPPD BHPM BHPM<br />3 BHP Gabungan 1 & 2 X X BHPM BHPM<br />Keterangan:<br />* BHMN adalah jenis BHP Satuan Pendidikan.<br />** Bentuk BHPP adalah tatakelola BHP Satuan Pendidikan berdasarkan Undang-Undang ini.<br />Ayat (1)<br />Pada saat Undang-Undang ini berlaku terdapat Badan Hukum<br />Milik Negara yang tetap diakui keberadaannya, tetapi harus<br />menyesuaikan tatakelolanya sebagai BHPP.<br />Ayat (2)<br />Penyesuaian ini merupakan upaya lebih lanjut untuk menerapkan<br />prinsip otonomi perguruan tinggi pada BHMN yang<br />menyelenggarakan pendidikan tinggi. Penerapan prinsip tersebut<br />akan menghasilkan tatakelola perguruan tinggi yang baik (good<br />university governance).<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />45<br />Pasal 56<br />Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem<br />Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa “penyelenggara dan/atau<br />satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau<br />masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan”. Rumusan pasal<br />tersebut menyebabkan menurut Undang-Undang ini diakui 3 (tiga) jenis<br />BHP, yaitu BHP penyelenggara, BHP satuan pendidikan, dan BHP<br />gabungan penyelenggara dan satuan pendidikan. Ketiga jenis BHP<br />tersebut harus menyesuaikan tatakelolanya pada Undang-Undang ini,<br />yaitu tatakelola berdasarkan bentuk BHP, yaitu BHPP, BHPPD, dan<br />BHPM. Secara skematik struktur jenis dan bentuk BHP dapat<br />digambarkan sebagai berikut:<br />No<br />Bentuk<br />Pemerintah Masyarakat<br />Jenis Dikti Dikdasmen Dikti Dikdasmen<br />1 BHP Penyelenggara* X X BHPM** BHPM**<br />2 BHP Satuan Pend. BHPP BHPPD BHPM BHPM<br />3 BHP Gabungan 1 & 2 X X BHPM BHPM<br />Keterangan:<br />* Yayasan, perkumpulan, wakaf, dan badan hukum sejenis adalah jenis BHP Penyelenggara.<br />** Bentuk BHPM adalah tatakelola BHP Penyelenggara berdasarkan Undang-Undang ini.<br />Ayat (1)<br />Badan hukum yang sebelum Undang-Undang ini berlaku telah<br />menyelenggarakan pendidikan formal, antara lain yayasan,<br />perkumpulan, atau badan hukum di bidang pendidikan yang<br />bertindak sebagai nazhir, tetap diakui keberadaannya sebagai<br />jenis BHP Penyelenggara dan diberi bentuk sebagai BHPM. Dengan<br />demikian, yayasan, perkumpulan, atau badan hukum di bidang<br />pendidikan yang bertindak sebagai nazhir merupakan BHPM<br />menurut Undang-Undang ini.<br />Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang<br />Yayasan, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas<br />kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai<br />tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan,<br />yang tidak mempunyai anggota.<br />Berdasarkan Pasal 1653 sampai dengan Pasal 1665 Kitab Undangundang<br />Hukum Perdata, dapat dike-mukakan bahwa<br />perkumpulan adalah sekumpulan orang yang secara bersama<br />sepakat mengadakan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan<br />tertentu (pada umumnya bertujuan nirlaba), yang bentuk dan<br />caranya diatur di dalam anggaran dasar.<br />Berdasarkan Staatsbblad 1870/64, anggaran dasar perkumpulan<br />dapat dimintakan pengesahan kepada Menteri Hukum dan HAM,<br />sehingga dengan pengesahan itu suatu perkumpulan memiliki<br />status sebagai badan hukum.<br />46<br />Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang<br />Wakaf, nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf<br />dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan<br />peruntukkannya, dapat berbentuk perseorangan, organisasi, atau<br />badan hukum. Badan hukum yang dimaksud merupakan badan<br />hukum yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,<br />kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam. Sedangkan wakif<br />adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.<br />Adapun wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan<br />dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk<br />dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai<br />dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau<br />kesejahteraan umum menurut syariah.<br />Badan hukum lain yang sejenis antara lain adalah organisasi<br />kemasyarakatan yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 8<br />Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, adalah<br />organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara<br />Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi,<br />fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,<br />untuk berperan serta untuk mencapai tujuan nasional.<br />Ayat (2)<br />Penyesuaian ini merupakan upaya untuk menerapkan prinsip<br />manajemen berbasis sekolah/madrasah untuk BHP Penyelenggara<br />yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini jalur<br />pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah, serta prinsip<br />otonomi perguruan tinggi untuk BHP Penyelenggara yang<br />menyelenggarakan pendidikan tinggi. Penerapan kedua prinsip<br />tersebut akan menghasil-kan tatakelola yang baik (good<br />governance) di semua jenjang pendidikan.<br />Ayat (3)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (4)<br />Cukup jelas.<br />Ayat (5)<br />Cukup jelas.<br />Pasal 57<br />Cukup jelas.<br />Pasal 58<br />Cukup jelas.<br />TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...<br />i<br />DAFTAR ISI<br />BAB I ................................................................................................................. 2<br />KETENTUAN UMUM ........................................................................................... 2<br />Pasal 1 ..........................................................................................................................2<br />Pasal 2 ..........................................................................................................................3<br />Pasal 3 ..........................................................................................................................3<br />Pasal 4 ..........................................................................................................................3<br />Pasal 5 ..........................................................................................................................4<br />BAB II ................................................................................................................ 4<br />JENIS, BENTUK, PENDIRIAN, DAN PENGESAHAN ............................................... 4<br />Pasal 6 ..........................................................................................................................4<br />Pasal 7 ..........................................................................................................................4<br />Pasal 8 ..........................................................................................................................5<br />Pasal 9 ..........................................................................................................................5<br />Pasal 10 ........................................................................................................................6<br />Pasal 11 ........................................................................................................................6<br />Pasal 12 ........................................................................................................................6<br />BAB III .............................................................................................................. 7<br />TATA KELOLA ................................................................................................... 7<br />Pasal 13 ........................................................................................................................7<br />Pasal 14 ........................................................................................................................7<br />Pasal 15 ........................................................................................................................8<br />Pasal 16 ........................................................................................................................8<br />Pasal 17 ........................................................................................................................9<br />Pasal 18 ........................................................................................................................9<br />Pasal 19 ........................................................................................................................9<br />Pasal 20 ......................................................................................................................10<br />Pasal 21 ......................................................................................................................10<br />Pasal 22 ......................................................................................................................10<br />Pasal 23 ......................................................................................................................11<br />Pasal 24 ......................................................................................................................12<br />Pasal 25 ......................................................................................................................12<br />Pasal 26 ......................................................................................................................12<br />Pasal 27 ......................................................................................................................13<br />Pasal 28 ......................................................................................................................13<br />Pasal 29 ......................................................................................................................14<br />Pasal 30 ......................................................................................................................14<br />BAB IV ............................................................................................................. 15<br />KEKAYAAN ...................................................................................................... 15<br />Pasal 31 ......................................................................................................................15<br />Pasal 32 ......................................................................................................................15<br />BAB V .............................................................................................................. 15<br />PENDANAAN .................................................................................................... 15<br />Pasal 33 ......................................................................................................................15<br />Pasal 34 ......................................................................................................................15<br />ii<br />Pasal 35 ......................................................................................................................16<br />Pasal 36 ......................................................................................................................16<br />Pasal 37 ......................................................................................................................16<br />Pasal 38 ......................................................................................................................17<br />BAB VI ............................................................................................................. 17<br />AKUNTABILITAS DAN PENGAWASAN ................................................................ 17<br />Pasal 39 ......................................................................................................................17<br />Pasal 40 ......................................................................................................................17<br />Pasal 41 ......................................................................................................................18<br />Pasal 42 ......................................................................................................................18<br />Pasal 43 ......................................................................................................................18<br />Pasal 44 ......................................................................................................................19<br />Pasal 45 ......................................................................................................................19<br />Pasal 46 ......................................................................................................................19<br />BAB VII ........................................................................................................... 19<br />KETENAGAAN .................................................................................................. 19<br />Pasal 47 ......................................................................................................................19<br />BAB VIII .......................................................................................................... 20<br />PENGGABUNGAN ............................................................................................. 20<br />Pasal 48 ......................................................................................................................20<br />BAB IX ............................................................................................................ 20<br />PEMBUBARAN ................................................................................................. 20<br />Pasal 49 ......................................................................................................................20<br />Pasal 50 ......................................................................................................................21<br />BAB X .............................................................................................................. 21<br />SANKSI ADMINISTRATIF ................................................................................. 21<br />Pasal 51 ......................................................................................................................21<br />BAB XI ............................................................................................................ 21<br />SANKSI PIDANA ............................................................................................... 21<br />Pasal 52 ......................................................................................................................21<br />BAB XII ........................................................................................................... 22<br />KETENTUAN PERALIHAN ................................................................................. 22<br />Pasal 53 ......................................................................................................................22<br />Pasal 54 ......................................................................................................................22<br />Pasal 55 ......................................................................................................................22<br />Pasal 56 ......................................................................................................................22<br />BAB XIII .......................................................................................................... 23<br />KETENTUAN PENUTUP .................................................................................... 23<br />Pasal 57 ......................................................................................................................23<br />Pasal 58 ......................................................................................................................23<br />PENJELASAN ..........................................................................................................25mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-34421510805524456332010-09-04T21:27:00.000-07:002010-09-04T21:29:47.220-07:00MODUL PENDIDIKAN LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN TEKNOLOGIOleh:<br />Drs. Suparlan, M.Ed<br /><br /><br /><br />Mata Kuliah : Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi <br />Semester : II (kedua)<br />SKS : 2 (dua)<br />Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan<br /><br /><br />UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA<br />Jalan Letjen TB Simatupang Nomor 152<br />Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530<br />Telepon: (021) 7890965, 7829919, 78831838, 7890634<br />Fax: (021) 7890966<br /><br /><br />Daftar Isi<br /><br />1 Pengantar 2<br />2 Kompetensi 2<br />3 Tujuan Pembelajaran 2<br />4 Kegiatan Pembelajaran 3<br />4.1 Rincian Materi Pembelajaran 3<br />4.2 Uraian Singkat Materi Pembelajaran dan Contoh 3<br />4.3 Tes Formatif Untuk Masing-masing Pertemuan 11<br />4.4 Umpan Balik 16<br />5 Referensi 16<br />6 Lampiran 16<br /><br />1 Pengantar<br /> <br />Untuk dapat melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik, calon guru harus memiliki empat standar kompetensi guru, yaitu (1) kompetensi pedagogis, (2) kompetensi kepribaidan, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi pedagogis adalah kompetensi guru yang terkait dengan penguasaan materi tentang teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, termasuk di dalamnya penguasaan materi tentang ilmu pendidikan.<br /><br />Mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi ini diharapkan dapat menjadi bekal para calon guru tentang berbagai aspek yang terkait dengan konsep dan dasar-dasar ilmu-ilmu pendidikan dalam kehidupan manusia. Education is not preparation for life; education is life itself. Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Demikian John Dewey berpesan kepada kita.<br /><br />Mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi yang Anda pelajari ini mencakup: (1) kondisi lingkungan sosial budaya dan teknologi dalam kehidupan masyarakat, dan (2) hubungan dan pengaruh timbal balik antara pendidikan dan kondisi sosial budaya dan teknologi itu sendiri. Kedua aspek tersebut akan menjadi materi utama yang akan dibahas dalam mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. <br />2 Kompetensi<br /><br />Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan dalam mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi ini, diharapkan mahasiswa dapat memiliki kompetensi sebagai berikut:<br /><br />2.1. Memahami beberapa makna pendidikan dalam kehidupan manusia<br />2.2. Memahami kondisi sosial budaya dan teknologi sebagai lingkungan pendidikan yang berpengaruh terhadap proses pendidikan;<br />2.3. Memahami berbagai teori pendidikan secara elementer;<br />2.4. Memahami norma-norma sosial budaya dalam masyarakat;<br />2.5. Memahami teknologi sebagai salah satu faset kebudayaan.<br />3 Tujuan Pembelajaran<br /><br />3.1. Menjelaskan makna pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia;<br />3.2. Menjelaskan makna pendidikan sebagai proses kehidupan manusia;<br />3.3. Menyebutkan tiga teori pendidikan;<br />3.4. Menjelaskan tokoh, pengertian, dan implikasi dari ketiga teori pendidikan;<br />3.5. Menyebutkan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat;<br />3.6. Menjelaskan pengaruh norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat terhadap proses pendidikan;<br />3.7. Menjelaskan teknologi sebagai faset kebudayaan. <br />4 Kegiatan Pembelajaran<br />4.1 Rincian Materi Pembelajaran<br /><br />Mata kuliah ini disampaikan kepada mahasiswa dalam 12 kali pertemuan dengan rindian materi pembelajaran, termasuk dua kali pertemuan untuk Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) sebagai berikut:<br /><br />Pertemuan Materi pembelajaran<br />I Informasi Mata Kuliah<br />II Manusia dan Pendidikan<br />III Pendidikan dan Kehidupan<br />IV Pendidikan dan Kebudayaan<br />V UTS<br />VI Teori Pendidikan: Nativisme<br />VII Teori Pendidikan: Empirisme<br />VIII Teori Pendidikan: Konvergensi<br />IX Lingkungan Pendidikan<br />X Nilai-nilai Sosial Budaya<br />XI Kebudayaan dan Teknologi<br />XII UAS dan Tugas Mandiri<br /><br />4.2 Uraian Singkat Materi Pembelajaran dan Contoh<br /><br /> Pertemuan I: Informasi Mata Kuliah<br /><br />• Dalam pertemuan ini mahasiswa akan menerima fotokopi silabus mata kuliah, agar secara dini mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang akan dipelajari selama satu semester. <br />• Mahasiswa paling tidak memiliki satu buku referensi untuk mata kuliah ini. Mahasiswa harus melaporkan tentang buku referensi apa yang dimiliki.<br />• Pertemuan ini seluruhnya dilakukan dengan cara dialog.<br /><br />Pertemuan II: Manusia dan Pendidikan<br /><br />Hakikat Manusia<br />• Manusia sebagai mahluk yang tertinggi derajatnya dibandingkan dengan semua mahluk ciptaan Tuhan.<br />• Namun manusia akan menjadi manusia seutuhnya jika ia hidup dan diasuh dengan cara manusia. Contoh: cerita Kama dan Kamala, mahluk manusia serigala.<br />• Manusia dapat disebut sebagai mahluk pembelajar. Dengan otaknya, manusia mengembangkan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Hasil karya manusia selalu berubah dan berkembang dari zaman ke zaman. Bedakan sarang burung dan rumah manusia. Bandingkan antara tangga rumah panggung di Kalimantan dengan eskalator atau lift di gedung bertingkat di kota-kota besar.<br /><br />Pertemuan III: Kehidupan dan Pendidikan<br /><br />Kehidupan pada hakikatnya sebagai proses pendidikan yang sebenarnya (the true educational process). Education is not preparation for life; education is life itself. Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Demikian John Dewey berpesan kepada kita. <br /><br />• Proses pendidikan telah membentuk manusia secara individual. Proses pendidikan pulalah yang telah membentuk manusia sebagai komunitas, atau bahkan sebagai bangsa dan negara. Kita dapat belajar dari sejarah kehidupan suatu bangsa, katakanlah bangsa Jepang, yang melatarbelakangi manusia yang bagaimana yang telah dihasilkan. Ternyata, kemajuan suatu bangsa tidak ditentukan oleh melimpahnya kekayaan alamnya, tetapi oleh kegigihan bangsa itu dalam perjuangan hidupnya.<br />• Manusia memang unik. Manusia yang berhasil karena tempaan kesulitan hidupnya. Tempaan hidup dapat berupa pengalaman, bahkan berupa cobaan hidup yang menderanya. Mereka yang tahan terhadap tempaan hidup ini akhirnya akan membentuk diri manusia yang sesungguhnya. <br />• Ada beberapa contoh bahwa kehidupan sebagai proses pendidikan. Bacalah biografi beberapa orang penting. Misalnya ”who’s who”, biografi para presiden, biografi para tokoh, biografi pada penemu, dan sebagainya. Tuliskan kembali apa yang telah Anda baca.<br />• Silahkan membuka lampiran 1: power point tentang refleksi dan tindakan.<br /><br />Pertemuan IV: Pendidikan dan Kebudayaan<br /><br />Pendidikan merupakan proses transformasi budaya. Pendidikan merupakan proses pewarisan budaya, dan sekaligus pengembangan budaya. Education enables people and societies to be what they can be. Pendidikan membuat manusia dan masyarakat menjadi apa yang mereka inginkan. Demikian Bill Richardson berpesan kepada kita.<br />• Untuk mewariskan budaya tersebut, proses pendidikan dilakukan melalui tiga upaya yang saling kait mengait, yaitu: (1) pembiasaan (habit formation), (2) proses pengajaran dan pembelajaran (teaching and learning process), dan (3) keteladanan (role model). Secara lebih lengkap, bacalah tulisan Fuad Hassan, mantan Mendikbud, dalam buku referensi Pendidikan Manusia Indonesia (Widiastono, 2004: 52).<br />• Immanuel Kant menyebutkan bahwa manusia merupakan animal educancum dan animal educandus, mahluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Oleh karena itu, maka sama sekali tidak benar jika ada pernyataan yang menyatakan bahwa “anak itu tidak dapat dididik”. Tidak! Proses dan metode yang digunakanlah yang kemungkan tidak tepat digunakan. Justru anak manusia akan menjadi manusia jika melalui proses pendidikan, melalui ketiga upaya tersebut.<br />• Manusia adalah pengemban budaya (culture bearer), dan dia akan mewariskan kebudayaannya tersebut kepada keturunannya. Proses pendidikan tidak lain merupakan proses transformasi budaya, yakni proses untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda.<br />• Pengertian pendidikan jauh lebih luas dari pengertian pengajaran. Proses pendidikan bukan hanya sebagai pengalihan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik (transfer of knowledge and skills) tetapi juga pengalihan nilai-nilai sosial dan budaya (transmission of social and culture values and norms). Untuk memperdalam pemahaman Anda tentang hal ini, cobalah buat tabel yang membedakan antara keduanya. Baca buku referensi, dan cari materi yang terkait dengan perbedaan pendidikan dan pengajaran. <br /><br />Pertemuan V: UTS<br /><br />Dalam pertemuan V ini, mahasiswa akan menjawab menjawab soal-soal berbentuk Benar – Salah sebagai berikut:<br /><br />• Manusia adalah mahluk pembelajar (B/S)<br />• Manusia dapat dididik dan mendidik (B/S)<br />• Manusia lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan setan, karena setan dibuat dari api, sedang manusia dibuat dari tanah (B/S)<br />• Pendidikan sama dengan pengajaran (B/S)<br />• Pengertian pengajaran jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian pendidikan (B/S)<br />• Pengajaran merupakan proses transfer of knowledge and skills (B/S)<br />• Pendidikan merupakan proses transmission of social and cultural values and norms (B/S)<br />• Education is a preparation for life; education is not a life itself. Demikian John Dewey berpesan kepada kita (B/S)<br />• Pendidikan antara lain dapat diupayakan melalui habit formation (B/S)<br />• Pendidikan dapat diupayakan melalui teaching and learning process (B/S)<br />• Pendidikan dapat diupayakan melalui role model (B/S)<br />• Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, mulai dari buaian sampai ke liang lahat (B/S)<br />• Pendidikan meliputi pendidikan formal, nonformal, dan informal (B/S)<br />• Pendidikan formal merupakan pendidikan yang berlangsung pada lembaga pendidikan sekolah (B/S)<br />• Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam keluarga (B/S)<br />• Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam lembaga kursus atau yang berlangsung dalam masyarakat (B/S)<br />• Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), kualitas pendidikan terbaik di dunia adalah Negara Jepang (B/S)<br /><br />Pertemuan VI: Teori Pendidikan: Nativisme<br /><br /> Tes tertulis dalam bentuk mengisi tabel:<br /><br />Bacalah kembali materi kuliah tentang teori pendidikan yang telah Anda terima. Masukkanlah pemahaman Anda terhadap materi kuliah tersebut ke dalam tabel berikut ini.<br /><br />Tabel: Perbedaan Tiga Teori Pendidikan<br /><br />Aspek pembeda Nativisme Emipirisme Konvergensi<br />Penemu, atau tokoh penganut teori pendidikan<br /><br /> <br />Inti teorinya<br /><br /><br /><br /> <br />Implikasi terhadap proses pendidikan yang diselenggarakan<br /><br /> <br /> <br />Pertemuan VII: Teori Pendidikan: Empirisme<br /><br />Teori empirisme berlawanan dengan teori nativisme. Jika teori nativisme berpendapat bahwa proses pendidikan amat tergantung kepada bakat dan kemampuan anak, maka teori empirisme berpendapat bahwa lingkungan anak akan sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak.<br /><br />• Tokoh yang mendukung teori empirisme antara lain adalah John Locke dan David Hume. Dalam hal ini, David Hume amat dikenal dengan teori tabula rasa. <br />• Teori ini berpendapat bahwa keberhasilan peserta didik akan ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhi sang anak, sejak ia lahir sampai ke liang lahat. <br />• Teori ini menyarankan kepada pemerintah dan masyarakat agar menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk peserta didik. <br />• Penyadiaan fasilitas belajar yang lengkap untuk memberikan sebanyak mungkin pengalaman belajar peserta didik.<br /><br />Pertemuan VIII: Teori Pendidikan: Konvergensi<br /><br /> Kedua teori tersebut kemudian digabungkan menjadi satu kesatuan, yang kemudian dikenal dengan teori konvergensi.<br /><br />• Penggagas teori ini antara lain adalah William Stern.<br />• Teori ini berpendapat bahwa selain manusia itu memang telah dibekali potensi dasar berupa bakat dan kemampuan, tetapi bakat dan kemampuan itu akan dipengaruhi oleh ruang (space) dan waktu (time). Dalam hal ini, William Stern percaya bahwa sejak lahir manusia telah memiliki potensi. Jika potensi ini diibaratkan dengan bibit unggul, maka bibit unggul itu akan akan tumbuh secara optimal jika bibir itu mendapatkan tempat persemaian yang subur, dan memperoleh rawatan secara intensif.<br />• Teori “dasar” dan “ajar” menurut Ki Hajar Dewantara pada hakikatnya sama dengan teori konvergensi. Makna dasar tidak lain adalah bakat dan kemampuan. Sementara ajar pada hakikatnya adalah proses mempengaruhi peserta didik, baik dari lingkungan maupun proses pembelajaran dan pengajaran di lembaga pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Proses pendidikan menurut teori ini <br /><br />Pertemuan IX: Lingkungan Pendidikan<br /><br />Lingkungan pendidikan dikenal juga sebagai miliu pendidikan. Dalam teori empirisme, miliu pendidikan dipercaya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pendidikan. Sementara teori nativisme menafikan pengaruh lingkungan pendidikan, karena bakat dan pembawaan peserta didik dinilai mempunyai pengaruh lebih dominan terhadap proses pendidikan. Bagaimana pun juga teori konvergensi sangat mengakui pengaruh antara keduanya, yakni bakat dan pembawaan serta pengaruh lingkungan pendidikan. <br /><br />• Lingkungan pendidikan antara lain berupa: (1) keadaan alam, misalnya pinggir pantai, daerah pedalaman, pegunungan; (2) kondisi sosial ekonomi masyarakat, misanya keadaan sosial ekonomi yang rendah, mata pencaharian penduduk dalam bidang pertanian, perkebunan, industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya.<br />• Lingkungan pendidikan pada hakikatnya dapat menjadi sumber pembelajaran. Teori pembelajaran konstruktivisme mengajarkan kepada kita bahwa peserta didik harus dapat membangun pemahaman sendiri tentang konsep yang diambil dari sumber-sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan sekitar siswa.<br />• Proses pendidikan seharusnya dapat menjadi agen pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat agar warga masyarakatnya lebih hemat, gemar menabung, memiliki jiwa demokratis, dan menghormati hak azasi manusia, cinta damai dan menjunjung nilai-nilai kebersamaan, menanamkan semangat kerja keras, semangat antikorupsi, dan masih banyak lagi yang lainnya. <br /><br />Pertemuan X: Nilai-nilai Sosial Budaya<br /><br />Di dunia ini terdapat negara yang maju, di samping negara yang miskin. Pertanyaan mendasar yang muncul kemudian adalah faktor apa yang menyebabkan negara itu telah berkembang menjadi negara yang maju, sementara yang lain tidak? Apakah karena faktor (1) umur negara itu, (2) sumber daya alamnya, atau (3) faktor rasnya. <br /><br />Ternyata, masyarakat negara yang maju memiliki nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai sosial budaya masyarakat itu adalah sebagai berikut.<br />• Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari<br />• Kejujuran dan integritas<br />• Bertanggung jawab<br />• Hormat pada aturan & hukum masyarakat<br />• Hormat pada hak orang/warga lain<br />• Cinta pada pekerjaan<br />• Berusaha keras untuk menabung & investasi<br />• Mau bekerja keras<br />• Tepat waktu<br /><br />Dalam modul ini dilampirkan paparan tentang nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang pada umumnya telah diamalkan oleh sebagian besar masyarakat.<br /><br />Pertemuan XI: Kebudayaan dan Teknologi<br />Menurut Koentjaraningrat, teknologi merupakan salah satu faset dari 7 (tujuh) faset kebudayaan. Dalam pertemuan ini akan dibicarakan tentang pengertian, wujud, dan faset kebudayaan.<br />• Budaya atau kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan atau dihasilkan dari budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Bahasa Latin colere, yang artinya mengolah atau mengerjakan. Dalam hal ini kebudayaan diartikan sebagai usaha mengolah tanah atau bertani. Culture sering diterjemahkan dengan "kultur" dalam bahasa Indonesia (www.id.wikipedia.org). Misalnya monokultur artinya pertanian dengan satu macam jenis tanaman. Sebaliknya, polikultur artinya pertanian dengan beberapa macam tanaman, <br />• Para ahli antropologi telah melahirkan beberapa definisi kebudayaan, antara lain sebagai berikut:<br />E. B. Tylor (1871) mendefinisikan kebudayaan sebagai “that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society” atau kebudayaan merupakan satu keseluruhan yang kompleks, termasuk di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, kebiasaan, dan banyak kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki manusia sebagai warga masyarakat. <br />E Adamson Hoebel, dalam bukunya An Anthropology: The Study of Man, menyatakan bahwa:<br />“The integrated system of learned behavior pattern which are characteristic of the members of a society and which are not the result of biological inheritance ….culture is not noninstinctive … [culture] is wholly the result of social invention and is transmitted and maintatined solely through community communication and learning”. <br /><br /> <br /><br />Upacara kedewasaan dari suku WaYao di Malawi, Afrika<br />Sumber: www.id.wikpedia.org<br /><br /> <br /><br /><br /><br />Kebudayaan sangat erat kaitanyya dengan masyarakat (society). Kebudayaan adalah produk dari masyarakat. Masyarakat telah melahirkan kebudayaannya sendiri, yang unik, yang berbeda dari kebudayaan yang telah dihasilkan kelompok masyarakat lain. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun yang telah dilahirkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. <br />Sedang Andreas Eppink menjelaskan bahwa kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, yang meliputi tata nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, yang merupakan keseluruhan kristaliasasi intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas utama suatu masyarakat (www.id.wipedia.org). <br />Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, setiap masyarakat akan melahirkan satu ciri kebudayaan yang unik, yang berbeda dengan kebudayaan yang lahir dari masyarakat di daerh yang lain. Keunikan tersebut menjadi karakteristik kebudayaan tertentu, dan menjadi esensi pembeda dengan kebudayaan lannya<br />• Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:<br />Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: (1) alat-alat teknologi, (2) sistem ekonomi, (3) keluarga, dan (4) kekuasaan politik.<br />Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: (1) sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya, (2) organisasi ekonomi, (3) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama), dan (4) organisasi kekuatan (politik).<br />Sementara Koentjoroningrat menyebutkan adanya 7 (tujuh) unsur kebudayaan, atau yang disebut sebagai faset-faset kebudayaan atau “mata bajak” kebudayaan, yakni: (1) sistem kepercayaan, (2) sistem kekerabatan dan organisasi sosial, (3) sistem mata pencarian hidup, (4) bahasa, (5) sistem ilmu pengetahuan, (4) kesenian, dan (7) peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)<br />Pertemuan XII: UAS dan Tugas Mandiri<br /> <br />Tugas Mandiri:<br /><br />• Berikan komentar singkat terhadap beberapa quotations berikut:<br />1. Education is seen as a way to empower people, improve their quality of life and increase their capacity to participate in the decision-making processes leading to social, cultural and economic policies (UNESCO)<br />2. Education is too important to be left only to government (US Secretary of Education)<br />3. Education should allow children to reach their fullest potential in terms of cognitive, emotional and creative capacities (EFA Global Monitoring Report 2005, hal 30)<br />• Cari dari internet atau dari buku yang Anda baca, miminal lima quotations tentang pendidikan dan kehidupan manusia dan kemudian tulis komentar Anda minimal dalam satu halaman kertas berukuran A4.<br />• Tulis sebuah artikel pendidikan bertajuk bebas berupa karangan sendiri, dengan tema yang sesuai dengan materi mata kuliah ini.<br />• Carilah artikel tentang pendidikan dari www.google.com, minimal tiga artikel, berilah komentar masing-masing setengah halaman ukuran A4.<br />• Lakukan wawancara kecil dengan seorang guru. Tanyakan kesan dan pesan guru kepada Anda. Tulislah minimal dalam 1 (satu) halaman A4.<br />• Buatlah kliping tentang artikel dari surat kabar, minimal 2 (dua) artikel, dan komentari dalam satu halaman. <br /><br />Pilihlah salah satu dari beberapa alternatif tugas tersebut. Nilai tugas mandiri ini mempunyai bobot 1, dan akan digabung nilai-nilai dari tes formatif (bobot 2) dan nilai UAS (bobot 3) untuk menentukan nilai akhir semester Anda. Lakukan tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab. <br />4.3 Tes Formatif Untuk Masing-masing Pertemuan<br /><br />Tes Formatif Pertemuan II (pertemuan pertama hanya penjelasan singkat tentang materi mata kuliah).<br /><br />Tes formatif dalam bentuk esai.<br /><br />1. Manusia sebagai mahluk yang tertinggi derajatnya. Jelaskan dengan beberapa contoh yang membuktikan pernyataan tersebut.<br />2. Jelaskan perbedaan manusia dengan binatang!<br />3. Dapatkah binatang itu dididik? Jelaskan pendapat Anda.<br />4. Apa yang dapat dipetik dari cerita Kama dan Kamala.<br />5. Apa yang dimaksud manusia disebut sebagai mahluk pembelajar!<br /><br />Tes Formatif Pertemuan III<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br /><br />1. Education is not preparation for life; education is life itself. Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Jelaskan pendapat John Dewey tersebut sehingga menjadi lebih jelas!. <br />2. Faktor apakah sebenarnya yang menyebabkan suatu negara menjadi negara yang maju? Jelaskan dengan contoh sebagai argumentasi.<br />3. Sebutkan minimal lima nilai-nilai luhus sosial budaya yang harus dimiliki masyarakat agar negara kita termasuk negara yang maju. Jelaskan nilai-nilai sosial budaya tersebut!<br />4. Manusia sebagai mahluk yang unik. Jelaskan!<br />5. Cobalah ceritakan secara singkat biografi seorang tokoh yang Anda pandang dapat menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan Anda. <br /><br />Tes Formatif Pertemuan IV<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br /><br />1. Education enables people and societies to be what they can be. Pendidikan membuat manusia dan masyarakat menjadi apa yang mereka inginkan. Jelaskan pendapat Bill Richardson dalam kalimat Anda sendiri!<br />2. Sebutkan tiga upaya dalam proses pendidikan! Jelaskan. <br />3. Manusia merupakan animal educancum. Apa maksud pernyataan tersebut? Apakah bedanya dengan manusia merupakan animal educandus. Jelaskan perbedaan tersebut!<br />4. Manusia adalah pengemban budaya (culture bearer) dan sekaligus sebagai pewaris kebudayaan. Jelaskan, dan beri contoh!<br />5. Bedakan pengertian pendidikan dengan pengajaran secara singkat, dan beri contoh.<br /><br />Tes Formatif Pertemuan VI (Pertemuan V: UTS)<br /><br />Isilah tabel berikut untuk membedakan secara sekilas tentang tiga teori pendidikan.<br /><br />Aspek pembeda Nativisme Emipirisme Konvergensi<br />Penemu, atau tokoh penganut teori pendidikan<br /><br /> <br />Inti teorinya<br /><br /><br /><br /> <br />Implikasi terhadap proses pendidikan yang diselenggarakan<br /><br /> <br />Tes Formatif Pertemuan VII<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br /><br />1. Dari tiga teori pendidikan, teori yang manakah yang Anda paling sesuai dengan kenyataan hidup? Jelaskan!<br />2. Lifelong education. Apakah maksudnya? Jelaskan!<br />3. Penyediaan fasilitas belajar yang lengkap untuk memberikan sebanyak mungkin pengalaman belajar peserta didik. Berlandaskan teori yang manakah kebijakan pendidikan tersebut?<br />4. Keluarga adalah sebagai ”madrasatul ula”. Apakah maksudnya? Benarkah demikian? Jelaskan alasan Anda.<br />5. Education for all (EFA). Apakah maksudnya? Jelaskan<br /><br />Tes Formatif Pertemuan VIII<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai<br /><br />1. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan itu merupakan perpaduan antara ”dasar” dan ”ajar”. Jelaskan dengan kalimat Anda sendiri!<br />2. Peran utama pendidikan adalah menemukan potensi dasar peserta didik untuk kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan. Jelaskan!<br />3. Bacalah lampiran 1. Berilah tanggapan terhadap artikel tersebut sesuai dengan pendapat Anda!<br />4. Reading habit dalam masyarakat kita masih rendah. Benarkah itu. Apa yang menjadi faktor penyebabnya?<br />5. Keluarga adalah pendidikan pertama dan utama. Jelaskan pendapat tersebut!<br /><br />Tes Formatif Pertemuan IX<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br /><br />1. Miliu atau lingkungan pendidikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Teori pendidikan yang manakah yang berpendapat demikian? <br />2. Sebutkan dua macam lingkungan yang berpengaruh kepada pendidikan. Jelaskan dan sebutkan contohnya.<br />3. Ada satu keluarga yang mengalami masalah broken home. Apakah faktor tersebut dapat berpengaruh kepada pendidikan anak? Jelaskan dan berikan contoh konkrit yang Anda temukan dalam kehidupan sehari-hari.<br />4. Lingkungan pendidikan pada hakikatnya dapat menjadi sumber pembelajaran. Jelaskan dan berikan contohnya.<br />5. Proses pendidikan seharusnya dapat menjadi agen pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Jelaskan dan berikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.<br /><br />Tes Formatif Pertemuan X<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br /><br />1. Faktor kunci apakah yang paling berpengaruh terhadap maju mundurnya suatu negara? Jelaskan!<br />2. Sebutkan 9 (sembilan) nilai-nilai dasar sosial budaya yang dinilai sebagai kunci kemajuan suatu negara! Jelaskan masing-masing secara singkat.<br />3. Negara kita termasuk dalam kategori negara terkorup di dunia. Bagaimana pendapat Anda. Apakah pendidikan mempunyai andil sebagai salah satu faktor penyebabnya? Kalau ya, jelaskan.<br />4. Sebutkan dampak positif dan negatif penggunaan teknologi di dalam masyarakat!<br />5. Ekonomi dan teknologi dinilai telah mempunyai dampak negatif terhadap pendidikan dalam keluarga. Benarkah? Kalau benar berikan contohnya.<br /><br />Tes Formatif Pertemuan XI<br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br />1. Jelaskan pengertian kebudayaan secara etimologis (asal usul kata)!<br />2. Jelaskan salah satu definisi kebudayaan yang Anda ketahui!<br />3. Sebutkan 7 (tujuh) faset kebudayaan menurut Koentjaraningrat dan jelaskan secara singkat masing-masing faset tersebut.<br />4. Teknologi merupakan faset kebudayaan yang paling mudah mengalami perubahan dalam masyarakat. Jelaskan dan berikan contohnya. <br />5. Otak manusia terkait erat dengan kebudayaan! Jelaskan hubungan antara keduanya!<br />Tes UAS (Pertemuan XII)<br />Tes tertulis dalam bentuk Benas Salah<br />1. Seperti manusia, binatang dapat dididik (B/S).<br />2. Biografi seorang tokoh dapat menjadi pembelajaran bagi kehidupan kita (B/S).<br />3. Cerita Kama dan Kamala menunjukkan bahwa untuk menjadi manusia seutuhnya manusia harus dididik oleh manusia dan dengan cara manusia (B/S).<br />4. Dari teori nativisme dan teori konvergensi lahirlah teori empirisme (B/S).<br />5. Education enables people and societies to be what they can be. Pendidikan membuat manusia dan masyarakat menjadi apa yang mereka inginkan. Demikian pendapat Bill Richardson (B/S). <br />6. Education for all (EFA) artinya pendidikan untuk semua anak usia sekolah (B/S).<br />7. Education is a preparation for life; education is not a life itself. Demikian John Dewey berpesan kepada kita (B/S)<br />8. Faset kebudayaan yang paling mudah diubah adalah teknologi (B/S)<br />9. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia (B/S).<br />10. Keluarga adalah sebagai ”madrasatul ula” (B/S). <br />11. Keluarga broken home dapat menjadi miliu pendidikan yang negatif terhadap pendidikan anak. Demikian implikasi dari teori empirisme (B/S).<br />12. Kerja keras dan menghargai waktu merupakan beberapa nilai sosial budaya masyarakat yang maju (B/S).<br />13. Korupsi menjadi musuh besar pembangunan suatu negara (B/S).<br />14. Lingkungan pendidikan pada hakikatnya dapat menjadi sumber pembelajaran (B/S)<br />15. Manusia adalah mahluk pembelajar (B/S)<br />16. Manusia adalah pengemban budaya (culture bearer) dan sekaligus sebagai pewaris kebudayaan (B/S)<br />17. Manusia dapat dididik dan dilatih. Binatang dapat dilatih saja (B/S).<br />18. Manusia dapat dididik dan mendidik (B/S)<br />19. Manusia lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan setan, karena setan dibuat dari api, sedang manusia dibuat dari tanah (B/S)<br />20. Manusia merupakan animal educancum dan animal educandus (B/S).<br />21. Manusia sebagai mahluk pembelajar (B/S)<br />22. Manusia sebagai mahluk yang tertinggi derajatnya (B/S). <br />23. Manusia sebagai mahluk yang unik. Meski kembar sekalipun keduanya pasti akan berbeda (B/S)<br />24. Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), kualitas pendidikan terbaik di dunia adalah Negara Jepang (B/S)<br />25. Miliu atau lingkungan pendidikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Itulah inti teori nativisme (B/S). <br />26. Nilai sosial budaya masyarakat di negara yang maju pada umumnya tidak tepat waktu (B/S)<br />27. Nilai-nilai sosial budaya dan pendidikan menjadi faktor kunci apakah yang paling berpengaruh terhadap maju mundurnya suatu negara (B/S).<br />28. Pendidikan antara lain dapat diupayakan melalui habit formation (B/S)<br />29. Pendidikan berlangsung pada usia sekolah (B/S).<br />30. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, mulai dari buaian sampai ke liang lahat (B/S)<br />31. Pendidikan dapat diupayakan melalui role model (B/S)<br />32. Pendidikan dapat diupayakan melalui teaching and learning process (B/S)<br />33. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang berlangsung pada lembaga pendidikan sekolah (B/S)<br />34. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam lembaga kursus atau yang berlangsung dalam masyarakat (B/S)<br />35. Pendidikan meliputi pendidikan formal, nonformal, dan informal (B/S)<br />36. Pendidikan merupakan proses transmission of social and cultural values and norms (B/S)<br />37. Pendidikan merupakan transmisi budaya dalam masyarakat (B/S). <br />38. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam keluarga (B/S)<br />39. Pendidikan sama dengan pengajaran (B/S)<br />40. Pengajaran merupakan proses transfer of knowledge and skills (B/S)<br />41. Pengertian pengajaran jauh lebih luas dari pengertian pendidikan (B/S).<br />42. Pengertian pengajaran jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian pendidikan (B/S).<br />43. Penyediaan fasilitas belajar yang lengkap untuk memberikan sebanyak mungkin pengalaman belajar peserta didik merupakan kebijakan pendidikan yang dilandasi oleh teori nativisme (B/S).<br />44. Peran utama pendidikan adalah menemukan potensi dasar peserta didik untuk kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan (B/S).<br />45. Potensi otak manusia terkait erat dengan kelahiran kebudayaan dari suatu masyarakat (B/S).<br />46. Proses pendidikan dilaksanakan melalui upaya habit formation, teaching and learning process, dan role model (B/S). <br />47. Proses pendidikan seharusnya dapat menjadi agen pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (B/S). <br />48. Reading habit sebagian besar masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan dengan masyarakat Jepang (B/S). <br />49. Sistem kepercayaan masyarakat merupakan faset kebudayaan yang paling sulit diubah (B/S).<br />50. Teori ”dasar” dan ”ajar” dari bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara sebenarnya sama dengan teori nativisme (B/S).<br /><br />4.4 Umpan Balik<br /><br />1. Tugas mandiri dan tes yang akan dinilai adalah: (A) tugas mandiri, (B) tes formatif, (C) UTS (ujian tengah semester), dan (D) UAS (ujian akhir semester).<br />2. Bobot A = 1, B = 2, C = 3, dan D = 4<br />3. Nilai Akhir Semester adalah (AX1) + (BX2) + (CX3) + (DX4) : 4.<br />4. Dengan skala 4, nilai tersebut dapat dipadankan sebagai berikut:<br />Baik Sekali = 80 – 100<br />Baik = 70 – 79<br />Sedang = 60 – 69<br />Kurang = < 60<br /><br />5 Referensi<br /><br />Abdul Latif. 2007. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Refika Aditama.<br />Nurani Soyomukti. Pendidikan Berperspektif Globalisasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.<br />Suparlan. 2004. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, dari Konsepsi Ke Implentasi. Yogyakarta: Hikayat Publishing<br />Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.<br />Widiastono, Tonny D. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.<br /><br />6 Lampiran<br />6.1. Lampiran 1: Artikel Pilihan<br /><br /><br />PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA<br />Oleh : Andri Aji Saputro<br />Sumber: cefb@yahoogroup.com<br /><br /><br />Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu tidak mengapa, karena memang banyak orang yang tidak tahu bahwa peringkat pertama kualitas pendidikan adalah Finlandia.<br /><br />Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.<br /><br />Peringkat pertama dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survey internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas.<br /><br />Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi top momor 1 dunia? Dalam masalah<br />anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya.<br /><br />Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu.<br /><br />Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah terlalu fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi<br />lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran!<br /><br />Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula.<br /><br />Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak<br />testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di<br />Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.<br /><br />Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas. Guru tidak harus selalu mengontrol mereka.<br /><br />Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Di sini guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.<br /><br />Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.<br /><br />Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan perilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dan sebagainya. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.<br /><br />Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.<br /><br />Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya! Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.<br /><br />6.2. Lampiran 2: Power Pointmzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-90002160128375601822010-09-04T21:24:00.000-07:002010-09-04T21:27:08.552-07:00MODUL KURIKULUM DAN PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARANOleh:<br />Drs. Suparlan, M.Ed<br /><br /><br />Mata Kuliah : Kurikulum dan Pengembangan Materi Pembelajaran <br />Semester : II (kedua)<br />SKS : 2 (dua)<br />Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan<br /><br /><br />UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA<br />Jalan Letjen TB Simatupang Nomor 152<br />Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530<br />Telepon: (021) 7890965, 7829919, 78831838, 7890634<br />Fax: (021) 7890966<br /><br /><br /><br />Daftar Isi<br /><br />1 Pengantar 2<br />2 Kompetensi 2<br />3 Tujuan Pembelajaran 2<br />4 Kegiatan Pembelajaran 3<br />4.1 Rincian Materi Pembelajaran 3<br />4.2 Uraian Singkat Materi Pembelajaran dan Contoh 3<br />4.3 Tes Formatif Untuk Masing-masing Pertemuan 20<br />4.4 Umpan Balik 24<br />5 Referensi 24<br />6 Lampiran 24<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />1 Pengantar<br /> <br />Untuk dapat melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik, calon guru harus memiliki empat standar kompetensi guru, yaitu (1) kompetensi pedagogis, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi pedagogis adalah kompetensi yanga terkait dengan penguasaan guru tentang teori belajar mengajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, termasuk di dalamnya penguasaan terhadap hal-hal yang terkait dengan kurikulum.<br /><br />Mata kuliah Kurikulum dan Pengembangan Materi Pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi bekal para calon guru tentang berbagai aspek yang terkait kurikulum dan pembelajaran. Dalam sistem pendidikan nasional, kita mengenal tiga komponen utama, yakni (1) peserta didik, (2) guru, dan (3) kurikulum. Dalam proses belajar mengajar, ketiga komponen tersebut terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tanpa peserta didik, guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa guru para siswa juga tidak akan dapat secara optimal belajar. Tapa kurikulum, guru pun tidak akan mempunyai bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik.<br /><br />Mata kuliah Kurikulum dan Pengembangan Materi Pembelajaran ini mencakup dua hal penting: (1) hal-hal yang terkait dengan kurikulum, dan (2) pengembangan materi pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum. <br />2 Kompetensi<br /><br />Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan dalam mata kuliah Kurikulum dan Pengembangan Materi Pembelajaran, diharapkan mahasiswa dapat memiliki kompetensi sebagai berikut:<br /><br />2.1. Memahami pengertian kurikulum;<br />2.2. Memahami komponen utama kurikulum;<br />2.3. Memahami proses pengembangan kurikulum;<br />2.4. Memahami sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia;<br />2.5. Memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);<br />2.6. Memahami silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).<br />3 Tujuan Pembelajaran<br /><br />3.1. Menjelaskan pengertian etimologis kurikulum;<br />3.2. Menjelaskan beberapa definisi kurikulum;<br />3.3. Menjelaskan beberapa macam kurikulum;<br />3.4. Menyebutkan komponen utama kurikulum;<br />3.5. Menyebutkan dua dokumen KTSP;<br />3.6. Menyusun dua dokumen KTSP tersebut;<br />3.7. Menyusun silabus;<br />3.8. Menyusun RPP. <br />4 Kegiatan Pembelajaran<br />4.1 Rincian Materi Pembelajaran<br /><br />Mata kuliah ini disampaikan kepada mahasiswa dalam 12 kali pertemuan dengan rindian materi pembelajaran sebagai berikut:<br /><br />Pertemuan Materi pembelajaran<br />I Informasi Mata Kuliah<br />II Pengertian Etimologis Kurikulum<br />III Definisi Kurikulum<br />IV Macam-macam Kurikulum<br />V Pengembangan Kurikulum<br />VI UTS<br />VII Perkembangan Kurikulum Di Indonesia<br />VIII KTSP: Dokumen I<br />IX KTSP: Dokumen II<br />X Silabus<br />XI Rencana Pelaksanaan Pembelajaran<br />XII UAS dan Tugas Mandiri<br /><br />4.2 Uraian Singkat Materi Pembelajaran dan Contoh<br /><br /> Pertemuan I: Informasi Mata Kuliah<br /><br />• Dalam pertemuan ini mahasiswa akan menerima fotokopi silabus mata kuliah, agar secara dini mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang akan dipelajari selama satu semester. <br />• Mahasiswa paling tidak memiliki satu buku referensi untuk mata kuliah ini. Mahasiswa harus melaporkan tentang buku referensi apa yang dimiliki.<br />• Pertemuan ini seluruhnya dilakukan dengan cara dialog antara dosen dengan mahasiswa.<br /><br />Pertemuan II: Manusia dan Pendidikan<br /><br />Pengertian kurikulum:<br />• Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latim ”curir” yang artinya pelari, dan ”curere yang artinya ”tempat berlari”. Jadi istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarah yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai dengan finish. <br />• In The Curriculum, the first textbook published on the subject, in 1918, John Franklin Bobbitt said that curriculim, as an idea, has its roots in the Latin word for race-course, explaining the curriculum as the course of deeds and experiences through which children become the adults they should be, for success in adult society. Furthermore, the curriculum encompasses the entire scope of formative deed and experience occurring in and out of school, and not experiences occurring in school; experiences that are unplanned and undirected, and experiences intentionally directed for the purposeful formation of adult members of society (www.wikipedia.com).<br />• Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti bahwa seseorang peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan adalah dengan sebuah ijazah atau sertifikat. <br />• Pengertian kurikulum mengalami perkembangan selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Prof. Dr. H. Engkoswara, M.Ed, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia telah merumuskan perkembangan pengertian kurikulum tersebut dengan menggunakan formula sebagai berikut:<br />• K = -------------, artinya kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari.<br />• K = Σ MP, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik.<br />• K = Σ MP + KK, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sekolah yang harus ditempuh oleh peserta didik.<br />• K = Σ MP + K + SS + TP, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan dan segala sesuatu yang yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau sekolah.<br /><br />Pertemuan III: Definisi Kurikulum<br /><br />Para pakar kurikulum telah mencoba untuk mendefinisikan kurikulum. Dari sekian banyak definisi tersebut dalam modul ini akan dikemukakan beberapa definisi.<br /><br />• In The Curriculum, the first textbook published on the subject, in 1918, John Franklin Bobbitt said that, the curriculum is a social engineering arena. Per his cultural presumptions and social definitions, his curricular formulation has two notable features: (i) that scientific experts would best be qualified to and justified in designing curricula based upon their expert knowledge of what qualities are desirable in adult members of society, and which experiences would generate said qualities; and (ii) curriculum defined as the deeds-experiences the student ought to have to become the adult he or she ought become. <br />• Hence, he defined the curriculum as an ideal, rather than as the concrete reality of the deeds and experiences that form people to who and what they are.<br />• Contemporary views of curriculum reject these features of Bobbitt's postulates, but retain the basis of curriculum as the course of experience(s) that forms human beings in to persons. Personal formation via curricula is studied at the personal level and at the group level, i.e. cultures and societies (e.g. professional formation, academic discipline via historical experience). The formation of a group is reciprocal, with the formation of its individual participants.<br />• Although it formally appeared in Bobbitt's definition, curriculum as a course of formative experience also pervades John Dewey's work (who disagreed with Bobbitt on important matters). Although Bobbitt's and Dewey's idealistic understanding of "curriculum" is different from current, restricted uses of the word, curriculum writers and researchers generally share it as common, substantive understanding of curriculum.<br />• In formal education or schooling (cf. education), a curriculum is the set of courses, course work, and content offered at a school or university. A curriculum may be partly or entirely determined by an external, authoritative body (i.e. the National Curriculum for England in English schools). In the U.S., each state, with the individual school districts, establishes the curricula taught. Each state, however, builds its curriculum with great participation of national academic subject groups selected by the United States Department of Education, e.g. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) for mathematical instruction. In Australia each state's Education Department establishes curricula. UNESCO's International Bureau of Education has the primary mission of studying curricula and their implementation worldwide.<br />• Curriculum means two things: (i) the range of courses from which students choose what subject matters to study, and (ii) a specific learning program. In the latter case, the curriculum collectively describes the teaching, learning, and assessment materials available for a given course of study.<br />• Edward A. Krug mendefinisikan kurikulum sebagai berikut. “A curriculum consists of the means used to achieve or carry out given purposes of schooling”.<br /><br />Pertemuan IV: Macam-macam Kurikulum<br /><br />Kita mengenal berbagai macam kurikulum ditinjau dari berbagai aspek: <br /><br />• Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah kurikulum sebagai berikut:<br />1. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum<br />2. Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar. <br />3. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik.<br /><br />• Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat membedakan:<br />1. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum), kurikulum yang mata pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya, mata pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan seterusnya.<br />2. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi dari beberapa mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema tertentu. <br />3. Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain. <br /> <br />• Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan menjadi:<br />1. Kurikulum nasional (national curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara nasional.<br />2. Kurikulum negara bagian (state curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian, misalnya di masing-masing negara bagian di Amerika Serikat.<br />3. Kurikulum sekolah (school curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam kurikulum.<br /><br />Pertemuan V: Pengembangan Kurikulum<br /><br />Yang dimaksud pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. <br /><br /><br /><br />Pertemuan VI: UTS<br /><br />Dalam pertemuan V ini, mahasiswa akan menjawab menjawab soal-soal berbentuk Benar – Salah sebagai berikut:<br /><br />• Secara etimologis, kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari (B/S)<br />• Pengertian curriculum sama atau identik dengan curriculum vitae (B/S)<br />• Kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latim ”curir” yang artinya pelari, dan ”curere yang artinya ”tempat berlari” (B/S). <br />• Perilaku pendidik yang menjadi perhatian peserta didik dapat menjadi kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) (B/S)<br />• KTSP merupakan national curriculum (B/S)<br />• Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran dalam Integrated Curriculum (B/S).<br />• Model pembelajaran tematik yang diberikan di kelas awal Sekolah Dasar merupakan pelaksanaan dari Separated Curriculum (B/S)<br />• Sejarah merupakan mata pelajaran dalam Separated Curriculum (B/S)<br />• Sains merupakan mata pelajaran dalam Corelated Curriculum (B/S)<br /><br />Pertemuan VII: Perkembangan Kurikulum di Indonesia<br /><br />Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum tidak ketinggalan dengan perkembangan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologinya. Kurikulum yang pernah diberlakukan secara nasional di Indonesia dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:<br /><br />Tabel Kronologis Perkembangan Kurikulum di Indonesia<br /><br />Tahun Kurikulum Keterangan<br />1947 Rencana Pelajaran 1947 • Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di Indonesia setelah kemerdekaan.<br />• Istilah kurikulum masih belum digunakan. Sementara istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran<br />1954 Rencana Pelajaran 1954 • Kurikulum ini masih sama dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947<br />1968 Kurikulum 1968 • Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi pertama di Indonesia. Beberapa masa pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies). Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun Alam (IPS) atau yang sekarang sering disebut Sains.<br />1975 Kurikulum 1975 • Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom yang sangat rinci.<br />1984 Kurikulum 1984 • Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975<br />1994 Kurikulum 1994 • Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1984<br />2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) • Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah dijadikan uji coba dalam rangka proses pengembangan kurikulum ini<br />2008 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) • KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP, karena KTSP sesungguhnya telah mengadopsi KBK. Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). <br /> <br /><br />Pertemuan VIII: KTSP: Dokumen I<br /><br />Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada standar isi (SI) dan standar kelulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005<br /><br />Apa yang dimaksud dengan KTSP ?<br /><br />Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. <br />Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. <br /><br />Bagaimana Konsep Dasar KTSP?<br /><br />Konsep dasar KTSP meliputi 3 (tiga) aspek yang saling terkait, yaitu (a) kegiatan pembelajaran, (b) penilaian, dan (c) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.<br /><br />Kegiatan pembelajaran dalam KTSP mempunyai karakteristik sebagai berikut:<br /><br />1. Berpusat pada peserta didik<br />2. Mengembangkan kreativitas<br />3. Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang<br />4. Kontekstual<br />5. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam<br />6. Belajar melalui berbuat <br /><br />Penilaian dalam KTSP mempunyai karakteristik<br /><br />1. Dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan, bersifat internal, bagian dari pembelajaran, dan sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar;<br />2. Berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan, ketuntasan belajar, dilakukan melalui berbagai cara, yaitu (a) portfolios (kumpulan kerja siswa), (b) products (hasil karya), (c) projects (penugasan), (d) performances (unjuk kerja), dan (e) paper & pen test (tes tulis).<br /><br />Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah<br /><br />Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah mempunyai prinsip-prinsip:<br /><br />1. Mengacu pada Visi dan Misi Sekolah<br />2. Pengembangan perangkat kurikulum (a.l. silabus)<br />3. Pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar<br />4. Pemantauan dan <br /><br />Apa Landasan KTSP ?<br /><br />1. UU Nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional<br />2. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan <br />3. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi<br />4. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan<br />5. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun 2007 tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23/2006<br />6. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan<br /><br /> Bagaimana Prinsip Pengembangan KTSP?<br /><br />Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan<br /><br />1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.<br /> <br /> Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. <br /><br />2. Beragam dan Terpadu<br /><br /> Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. <br /><br />3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni<br /><br /> Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.<br /><br />4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan<br /><br /> Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.<br /><br />5. Menyeluruh dan berkesinambungan<br /><br /> Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. <br /><br />6. Belajar sepanjang hayat<br /> Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.<br /><br />7. Seimbang antara kepentingan Nasional dan kepentingan Daerah<br /><br /> Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). <br /><br />Acuan Operasional Penyusunan KTSP <br /><br />1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia<br />2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik<br />3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan<br />4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional<br />5. Tuntutan dunia kerja<br />6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni<br />7. Agama<br />8. Dinamika perkembangan global<br />9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan<br />10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat<br />11. Kesetaraan gender<br />12. Karakteristik satuan pendidikan<br />Dokumen I KTSP<br /><br />Dokumen I KTSP terdiri atas 4 bab, meliputi:<br /><br />1. Bab I Pendahuluan, meliputi subbab (A) Latar Belakang, (B) Tujuan, dan (C) Prinsip Pengembangan KTSP.<br />2. Bab II Tujuan Pendidikan, meliputi subbab (A) Visi, (B) Misi, (C) Tujuan Sekolah.<br />3. Bab III Struktur dan Muatan Kurikulum, meliputi (A) mata pelajaran, (B) muatan lokal, (C) kegiatan pengembangan diri, (D) pengaturan beban belajar, (E) ketuntasan belajar, (F) kenaikan kelas dan kelulusan, (G) pendidikan kecakapan hidup, dan (H) pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. <br /><br />Mata pelajaran muatan nasional, alokasi jam pelajaran, dan pengelompokan mata pelajaran serta aturan pengelolaan jam pelajaran mengacu pada Bab II Standar Isi. Muatan Lokal merupakan mata pelajaran yang dikembangkan untuk mengakomodasi kepentingan daerah atau satuan pendidikan. Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang akan dicapai dilakukan oleh satuan pendididkan dan/atau Dinas Pendidikan yang terkait.<br /><br />Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan yang mewadahi bakat dan minat peserta didik. Tujuan kegiatan pengembangan diri adalah mengembangkan potensi peserta didik, terutama pada perubahan perilaku sesuai dengan target yang dicanangkan oleh satuan pendidikan. <br /><br />Pengaturan beban belajar mengacu pada bab III Standar Isi. Beban belajar dalam bentuk tatap muka dirancang bersama oleh satuan pendidikan. Rancangan beban belajar dalam bentuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dirancang oleh guru mata pelajaran.<br /><br />Ketuntasan belajar adalah target minimal yang akan dicapai oleh satuan pendidikan. Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) merupakan hasil analisis atas kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa terhadap kompetensi dasar, standar kompetensi, dan mata pelajaran yang dibelajarkan. Agar hasil belajar peserta didik dapat mencapai, bahkan melebihi KKM, satuan pendidikan merancang program remedial dan pengayaan. <br /><br />Kriteria kenaikan kelas dan kelulusan dikembangkan oleh satuan pendidikan. Acuan minimal kriteria kenaikan kelas adalah Peraturan Dirjen tentang Laporan Hasil Belajar dan POS UN tahun sebelumnya.<br /><br />Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kecakapan yang diperlukan agar seseorang mampu dan berani menghadapi problema kehidupan dan memecahkannya secara arif dan kreatif. Kecakapan hidup yang perlu dikembangkan adalah kecakapan personal, sosial, dan akademik. Kecakapan vokasional terakomodasi dalam mata pelajaran muatan lokal.<br /><br />Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dikembangkan dengan memanfaatkan keunggulan lokal dan meningkatkan daya saing global. Keunggulan lokal dapat dikembangkan dalam muatan lokal, pengembangan diri, maupun terintegrasi dalam mata pelajaran.<br /><br />4. Baba IV Kalender pendidikan berisi rancangan kalender sekolah yang mengacu pada kalender dinas pendidikan terkait dan pedoman penyusunan kalender yang terdapat dalam bab IV standar isi. <br /><br />Pertemuan IX: KTSP: Dokumen II<br /><br />Dokumen KTSP:<br />• KTSP terdiri atas dua dokumen, yaitu (1) dokumen I yang berisi tentang (a) landasan, (b) program, dan (c) pengembangan kurikulum.<br />• Dokumen I (pertama) disusun oleh tim handal yang dibentuk oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan tersebut adalah (1) kepala sekolah, (2) guru, (3) tenaga administrasi, (4) pengawas sekolah, dan (5) komite sekolah dan orangtua siswa, serta (6) dinas pendidikan. <br />• Dokumen II (kedua) merupakan penjabaran secara operasional dari dokumen pertama, terdiri atas (a) silabus dan (b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). <br />• Dokumen Dokumen II disusun oleh guru kelas dan guru mata pelajaran, atau kelompok kerja guru kelas atau guru mata pelajaran dalam kegiatan organisasi profesi seperti Kelompok Kerja Guru (untuk guru sekolah dasar), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau bahkan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). <br /><br />Pertemuan X: Silabus<br /> <br />Apakah itu silabus?<br /><br /> Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar <br /><br /> Silabus menjawab tiga pertanyaan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu apa kompetensi yang harus dikuasai siswa, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara mengetahui pencapaiannya.<br /><br />Siapa yang menyusun silabus?<br /><br />Silabus disusun oleh guru yang mengajarkan mata pelajaran. Proses penyusunan silabus dapat saja disusun bersama oleh satu tim guru mata pelajaran, dalam satu kegiatan guru, misalnya dalam kegiatan MGMP.<br /><br /> Apa landasan penyusunan silabus?<br /> <br /> Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 17 Ayat (2), Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan MAK.<br /><br /> Contoh silabus <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />Contoh Silabus<br />Silabus<br /><br />Nama Sekolah : SMP<br />Mata Pelajaran : Bahasa Inggris<br />Kelas/Semester : I/1<br />Tujuan: Siswa dapat berkomunikasi secara lisan dan tulis dalam bahasa Inggris dalam wacana transaksional dan interpersonal dalam <br /> konteks kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan lingkungan terdekat siswa.<br /><br />Tema Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar Subtema Indikator Pengalaman Belajar Penilaian Alokasi waktu Sumber/Bahan/Alat<br />My Family Listening-Speaking<br />Siswa dapat berinteraksi secara interpersonal sangat sederhana dengan lingkungan terdekat, terutama dalam<br />- Perkenalan diri/orang lain<br />- sapaan<br />- ucapan terima kasih<br />- permintaan maaf Family life<br /> Siswa terbiasa menyapa orang lain dengan ungkapan yang benar dalam bahasa Inggris sesuai dengan waktu dan orang yang diajak bicara. Siswa membiasakan diri untuk berinteraksi dalam hal perkenalan, sapaan, ucapan terima kasih dan permintaan maaf dalam konteks kehidupan nyata, terutama di lingkungan sekolah, dengan guru dan teman. Penilaian otentik dengan unjuk kerja (performan-ce) 10 jam pelajaran (belum termasuk untuk terstruktur dan mandiri) Contoh-contoh teks yang sesuai (lisan dan tulis), termasuk yang diucapkan oleh guru secara rutin atau yang diambil dari buku teks atau seumber-sumber lain.<br /> Identity<br /> Siswa dapat menyebutkan anggota keluarga inti dan terdekat.<br /> Orang, dan alat bantu belajar yang sesuai yang terdapat di lingkungan hidup siswa (termasuk di rumahnya). Jika ada, tayangan atau rekaman elektronik di TV, kaset, audio/visual, dsb.<br /> Siswa dapat meminta dan memberi informasi tentang nama benda-benda di lingkungan sekitar, seperti:<br />- Things in my bedroom<br />- Things in my kitchen Home environ-ment Siswa dapat menyebutkan nama benda-benda yang ada di rumahnya.<br /> <br /> Reading<br />- Siswa dapat memahami hubungan anggota keluarga inti dan terdekat yang disebutkan dalam teks fungsional pendek. Identity - Siswa dapat membaca nyaring teks-teks bacaan pendek dengan ucapan, intonasi, dan tata bahasa yang benar. - - <br /> - Siswa dapat menyebutkan hubungan keluarga orang-orang yang disebutkan dalam teks pendek, dengan bantuan family tree, seperti: ‘Rini is my …. She’s beautiful.’, ‘I like my uncle. His name is ….’ <br /> - Siswa dapat memahami benda-benda di lingkungan sekitar yang disebutkan dalam teks fungsional pendek. - Home environ-ment - Siswa dapat membaca nyaring teks-teks bacaan pendek dengan ucapan, intonasi, dan tata bahasa yang benar.<br />- Siswa dapat menyebutkan benda-benda yang disebutkan dalam teks fungsional pendek. - - <br /> Writing<br />- Siswa dapat menghasilkan teks fungsional pendek untuk memperkenalkan anggota keluarga inti terdekatnya. - Identity - Menuliskan anggota keluarga inti dan terdekatnya, dengan tata bahasa, ejaan, dan tanda baca yang benar.<br /> <br />My School … - My Classroom<br />- My teachers<br />- The Canteen<br />- Break time … 3 <br /> <br />Pertemuan XI: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)<br /> <br />Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.perencanaan merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan kegiatan. Kegiatan belajar mengajar (KBM) membutuhkan perencanaan yang matang agar berjalan secara efektif. Perencanaan KBM dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran. RPP memuat seluruh KD, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, langkah pembelajaran, waktu, media dan sumber belajar serta penilaian untuk setiap KD. <br /><br />Rencana pelaksanaan pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran, tanpa rencana pelaksanaan pembelajaran kegiatan pembelajaran di kelas biasanya tidak terarah. Oleh karena itu peserta harus mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus mengimplementasikan PAKEM.<br /> <br />Format RPP<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Pertemuan XII: UAS dan Tugas Mandiri<br /><br />Tugas Mandiri:<br /><br />1. Adakan pertemuan dengan minimal 3 (tiga) orang guru (SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK). Tanyakan tentang hal-hal yang terkait dengan silabus dan RPP kepada mereka. Buat daftar pertanyaan. Catat hasil tanya jawab dengan mereka, dan buatkan laporan hasil tanya jawab tersebut, minimal dalam 3 (tiga) halaman. Serahkan kepada dosen Anda.<br />2. Mintalah fotokopi silabus dan RPP buatan mereka. Serahkan kepada dosen Anda.<br />4.3 Tes Formatif Untuk Masing-masing Pertemuan<br /><br />Tes Formatif Pertemuan II (pertemuan pertama hanya penjelasan singkat tentang materi mata kuliah).<br /><br />Tes esai:<br />1. Jelaskan pengertian kurikulum secara etimologis!!<br />2. Jelaskan formula kurikulum berikut: <br />No. Formula Kurikulum Penjelasan<br />1 K = ------------- <br /><br /><br />2 K = Σ MP<br /> <br /><br /><br />3 K = Σ MP + KK<br /><br /> <br />4 K = Σ MP + K + SS + TP <br /><br /><br /><br /> <br />Tes Formatif Pertemuan III<br /><br />Tes formatif dalam bentuk esai:<br />1. Jelaskan minimal dua definisi kurikulum yang Anda ketahui!!<br />2. Definisi yang manakah yang Anda paling lengkap. Jelaskan argumentasi Anda!<br />Tes Formatif Pertemuan IV<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br /><br />1. Jelaskan perbedaan antara kurikulum ideal dan kurikulum aktual!<br />2. Jelaskan apa yang dimaksud kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)! Berikan contohnya.<br />3. Jelaskan apa yang dimaksud separated curriculum, corelated curriculum, dan integrated curriculum. Berikan contohnya.<br />4. Jelaskan pengertian national curriculum, state curriculum, dan school curriculum.<br /><br />Tes Formatif Pertemuan VI <br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai. Materi tes ini dirangkum dari tes formatif 2 sampai ke lima. <br /><br />1. Instansi manakah di Departemen Pendidikan Nasional yang bertanggung jawab dalam pengembangan kurikulum?<br />2. Apakah yang dimaksud pengembangan kurikulum (curriculum development)?<br /><br />Tes Formatif Pertemuan VII (UTS)<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br /><br />1. Kurikulum 1968 adalah kurikulum terintegrasi (integrated curriculum) (B/S)<br />2. Kurikulum adalah apa yang diajarkan, guru adalah siapa yang mengajarkan, dan siswa adalah siapa yang diberikan pelajaran (B/S).<br />3. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (B/S)<br />4. Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik (B/S)<br />5. Kurikulum faktual amat ditentukan oleh agen pembelajaran atau guru (B/S)<br />6. Kurikulum sebelum tahun 1968 masih menganut kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum) (B/S)<br />7. Kurikulum tersembuny (hidden curriculum) adalah kurikulum yang tidak diketahui oleh guru (B/S)<br />8. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (B/S)<br />9. Rencana Pelajaran 1947 merupakan kurikulum pertama di Indonesia (B/S)<br />10. Rencana Pelajaran 1947 sampai dengan Kurikulum 2004 termasuk kurikulum sekolah (B/S)<br />11. Rencana Pelajaran 1947 sampai dengan Kurikulum 2004 termasuk kurikulum ideal (ideal curriculum) (B/S)<br />12. Rencana Pelajaran merupakan istilah lama untuk kurikulum (B/S)<br />13. Sebelum tahun 1968 dunia pendidikan di Indonesia telah mengenal istilah kurikulum (B/S)<br />14. Secara etimologis, kurikulum berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari (B/S)<br />15. Semua kegiatan yang dirancang oleh sekolah juga termasuk dalam pengertian kurikulum (B/S)<br /><br />Tes Formatif Pertemuan VIII<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai<br /><br />1. Apakah yang dimaksud KTSP itu?<br />2. Jelaskan karakteristik pembelajaran menurut KTSP!<br />3. Jelaskan karakteristik penilaian menurut KTSP!<br />4. Apakah yang dimaksus penilaian portofolio?<br />5. Sebutkan landasan KTSP!<br />6. Sebut dan jelaskan karakteristika pengelolaan kurikulum berbasis sekolah!<br />7. Jelaskan prinsip-prinsip pengembangan KTSP!<br />8. Sebutkan acuan operasional dalam penyusunan KTSP!<br />9. Sebutkan 4 Bab dalam dokumen I KTSP!<br />10. Siapakah yang menyusun dokumen I KTSP?<br /><br />Tes Formatif Pertemuan IX<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br /><br />1. Sebutkan dua dokumen KTSP!<br />2. Sebutkan dua substansi dokumen II KTSP!<br />3. Siapakah yang menyusun dokumen II KTSP?<br /><br />Tes Formatif Pertemuan X<br /><br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br /><br />1. Apakah silabus itu?<br />2. Siapa yang harus menyusun silabus?<br />3. Apa landasan penyusunan silabus?<br />4. Sebutkan kolom-kolom yang harus ada dalam silabus!<br /><br />Tes Formatif Pertemuan XI<br />Tes tertulis dalam bentuk esai.<br />1. Apakah yang dimaksud RPP? <br />2. Apakah RPP sama dengan lesson plan, atau Rencana Pengajaran, atau Satuan Pelajaran?<br />3. Bagaimana format RPP, dan jelaskan secara singkat!<br />4. Apakah itu PAKEM?<br />Tes UAS (Pertemuan XII)<br /> <br />UAS menggunakan tes tertulis dalam bentuk soal Betul/Salah sebagai berikut:<br /><br />1. Dokumen I KTSP berisi tentang silabus dan Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (B/S)<br />2. Dokumen II KTSP berisi tentang landasan, program, dan pengembangan kurikulum (B/S)<br />3. Guru senior tidak perlu membuat RPP (B/S)<br />4. KTSP dapat disebut sebagai kurikulum nasional (B/S)<br />5. KTSP disusun oleh Pusat Kurikulum (B/S)<br />6. KTSP terdiri atas dokumen I dan dokumen II (B/S)<br />7. Kurikulum 1968 adalah kurikulum terintegrasi (integrated curriculum) (B/S)<br />8. Kurikulum adalah apa yang diajarkan, guru adalah siapa yang mengajarkan, dan siswa adalah siapa yang diberikan pelajaran (B/S).<br />9. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (B/S)<br />10. Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik (B/S)<br />11. Kurikulum faktual amat ditentukan oleh agen pembelajaran atau guru (B/S)<br />12. Kurikulum sebelum tahun 1968 masih menganut kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum) (B/S)<br />13. Kurikulum tersembuny (hidden curriculum) adalah kurikulum yang tidak diketahui oleh guru (B/S)<br />14. Pada masa lalu RPP dikenal dengan Rencana Pembelajaran (RP) atau Satuan Pembelajaran (B/S)<br />15. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (B/S)<br />16. Proses penyusunan KTSP melibatkan para pemangku kepentingan pendidikan (B/S)<br />17. Rencana Pelajaran 1947 merupakan kurikulum pertama di Indonesia (B/S)<br />18. Rencana Pelajaran 1947 sampai dengan Kurikulum 2004 termasuk kurikulum sekolah (B/S)<br />19. Rencana Pelajaran 1947 sampai dengan Kurikulum 2004 termasuk kurikulum ideal (ideal curriculum) (B/S)<br />20. Rencana Pelajaran merupakan istilah lama untuk kurikulum (B/S)<br />21. RPP sebenarnya sama dengan rencana mengajar (B/S)<br />22. Sebelum tahun 1968 dunia pendidikan di Indonesia telah mengenal istilah kurikulum (B/S)<br />23. Secara etimologis, kurikulum berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari (B/S)<br />24. Semua kegiatan yang dirancang oleh sekolah juga termasuk dalam pengertian kurikulum (B/S)<br />25. Setiap guru harus membuat silabus dan RPP (B/S)<br />4.4 Umpan Balik<br /><br />1. Tugas mandiri dan tes yang akan dinilai adalah: (A) tugas mandiri, (B) tes formatif, (C) UTS (ujian tengah semester), dan (D) UAS (ujian akhir semester).<br />2. Bobot A = 1, B = 2, C = 3, dan D = 4<br />3. Nilai Akhir Semester adalah (AX1) + (BX2) + (CX3) + (DX4) : 4.<br />4. Dengan skala 4, nilai tersebut dapat dipadankan sebagai berikut:<br />Baik Sekali = 80 – 100<br />Baik = 70 – 79<br />Sedang = 60 – 69<br />Kurang = < 60<br /><br />5 Referensi<br /><br />McNeil, John. 1985. Curriculum, A Comprehensive Introduction. Boston: Little, Brown and Company.<br />Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.<br />Suparlan. 2004. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, dari Konsepsi Ke Implentasi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.<br />Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.<br />Widiastono, Tonny D. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.<br />Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II. 1994. Kurikulum Untuk Abad Ke-21. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.<br />Rochman Natawidjaja (Ed). 1979. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Alat Peraga, dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.<br />6 Lampiran<br />6.1. Lampiran 1: Artikel Pilihan<br /><br />PROGRAM INOVATIF SEKOLAH<br /><br />Oleh Suparlan *)<br /><br />Mereka yang berfikiran hebat membicarakan ide-ide. <br />Mereka yang berfikiran sedang membicarakan peristiwa-peristiwa. Mereka yang berfikiran sempit membicarakan orang lain<br />(Eleanor Roosevelt, 1884 – 1962, mantan first lady AS)<br /><br />Inovasi membedakan antara pemimpin dan pengekor <br />(Steve Jobs, pendiri Apple Computer)<br /><br />Innovation is change that creates a new dimension of performance<br />(Peter Drucker: Hesselbein, 2003)<br /><br />Innovation is the creation of the new or the re-arranging of the old in a new way (Michael Vance)<br /><br /><br />Kita sekarang akan mencoba menjadi orang yang berfikiran hebat. Siapa takut? Kita sedang membicarakan ide-ide atau gagasan-gagasan, bukan membicarakan fakta-fakta saja, apalagi membicarakan orang lain. Gagasan apa saja itu? Tentang program inovatif sekolah. <br /><br />Benar sekali. Tapi, gagasan-gagasan yang akan ditulis ini mungkin saja memang bukan benar-benar baru bagi sekolah tertentu. Namun sekolah yang lain mungkin dapat menjadi sesuatu yang sangat berharga. Memang, gagasan baru juga harus semua komponennya harus baru. Gagasan baru itu bisa jadi dari gagasan yang sudah lama, yang kemudian diperbaiki, disempurnakan dengan memperbaiki satu atau beberapa elemennya, sehingga menjadi lebih baik dan bermanfaat. Itu pun sudah dapat disebut sebagai apa yang dikenal dengan inovasi. Innovation is the creation of the new or the re-arranging of the old in a new way (Michael Vance)<br /><br />Tulisan ini akan mencoba membahas tentang program sekolah yang dapat dinilai inovatif. Peter Drucker menjelaskan kepada kita bahwa inovasi sesungguhnya adalah perubahan yang menciptakan satu dimensi baru kinerja organisasi. Dalam hal ini, kinerja lembaga pendidikan sekolah.<br /><br />Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)<br /><br />Sungguh, kita harus malu dengan peringkat ke empat di Pesta Olahraga Asia Tenggara. Kita telah jauh ketinggalan dari negara Thailand. Bahkan juga ketinggalan dari Vietnam. Kondisi ini juga tampak dari Human Development Index (HDI) Indonesia yang berada di bawah Vietnam. Padalah dahulu, dalam acara olahraga yang bergengsi ini kita selalu unggul. Boleh dikatakan bahwa negara yang lain berebut pada urutan kedua. Boleh jadi semua itu terjadi memang karena dampak negatif dari krisis multidimensional yang masih belum sepenuhnya usai. Namun, banyak orang yang meneropongnya dari faktor kemunduran dunia pendidikan kita. Dengan demikian, maka sumber masalahnya adalah lembaga pendidikan sekolah. Program peningkatan kompetensi SDM secara terencana dan berkelanjutan memang harus dimulai di lembaga pendidikan sekolah. Setelah lembaga pendidikan keluarga, maka lembaga pendidikan sekolah harus menjadi tempat yang strategis untuk dapat meningkatkan kompetensi SDM yang handal. Untuk dapat membangun SDM yang handal, kita tidak bisa hanya melakukan yang biasa-biasa saja. Juga tidak hanya dengan program-program yang biasa. Kita harus melakukan hal yang luar biasa. Dengan kata lain, kita harus melakukan hal-hal yang inovatif. Lembaga pendidikan sekolah harus merancang berbagai program yang inovatif. Pemberdayaan KKG dan MGMP harus dapat digunakan sebagai wahana yang efektif untuk dapat meningkatkan kompetensi guru di sekolah. <br /><br />Program Pemberian Susu dan Makanan Tambahan<br /><br />Di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Malaysia, sebagai ilustrasi, sebagaimana juga di sekolah-sekolah lain di tanah air, para siswa harus mengikuti upacara bendera di sekolah. Dalam beberapa kali upacara bendera, ketika pembina upacara menyampaikan pidatonya, atau ketika bendera merah putih dinaikkan beberapa anak jatuh pingsan. Selidik punya selidik, masalah ini terjadi karena banyak anak-anak yang tidak sarapan pagi. Bukan hanya itu, ada kemungkinan mereka juga mengalami kekurangan gizi dan dehidrasi. <br /><br />Penemuan tentang rendahnya kebugaran jasmani, kesehatan, dan gizi anak-anak kita perlu mendapatkan perhatian kita semua. Hal ini sama sekali berbanding terbalik dengan keadaan peserta didik di Negeri Cina. Para siswa di sekolah yang cukup luas di negeri tirai bambu itu diwajibkan selalu melakukan olahraga dalam cabang olahraga yang mereka suka. Semua fasilitas olahraga telah disediakan, dan setiap harinya mereka harus melakukan olahraga sesuai dengan hobinya. Hasilnya? Stamina olahragawan dari negeri tirai bambu itu sangat luar biasa. Mereka yang suka berolahraga memiliki kecerdasan fisikal atau kecerdasan ragawi atau kecerdasan yang dikenal dengan bodily kinestetics yang tinggi. Termasuk di dalamnya adalah senam dan menari dengan olah tubuh yang penuh dengan rima dan irama itu. <br /><br />Kalau pun negeri kita pada saaat ini masih mengalami kesulitan untuk mencari sebelas pemain sebak bola, karena selalu keok dalam arena pertandingan olah raga yang bergengsi ini, maka masalahnya tidak lain dan tidak bukan adalah karena kecerdasan fisikal generasi muda kita yang masih rendah. Selain itu, asupan gizi generasi muda kita masih di bawah rata-rata anak-anak di dunia. Jika negeri ini masih juga mengalami masalah mahalnya susu untuk tumbuh kembang anak-anak kita, negeri adidaya Amerika Serikat telah jauh memikirkan pentingnya makan siang anak-anak sekolah melalui program makan siang anak-anak usia sekolah melalui National School Lunch Program Act yang telah ditandatangani oleh Presiden Truman pada tahun 1946. Bahkan pada tanggal 14 Oktober 1940, pemerintah Amerika Serikat juga telah mengeluarkan program susu sekolah (school milk program). Rupanya, DPR kita masih sibuk dengan urusan politik ketimbang dengan urusan makan siang anak-anak.<br /><br />Nah apa yang harus diprogramkan oleh sekolah untuk mengatasi itu semua? Pemberian bubur kacang hijau, susu, dan makanan bergizi lainnya secara rutin sudah tentu menjadi kegiatan yang sangat berguna bagi anak-anak kita. Jangan biarkan anak-anak kita membiasakan jajan di tepi-tepi pagar sekolah, yang dari aspek kesehatan dan gizinya tidak dapat kita pertanggungjawabkan. <br /><br />Penciptaan Lingkungan Sekolah Yang Sehat<br /><br />Program ini sangat terkait dengan program sebelumnya. Pertama, program yang harus dibenahi adalah kantin sekolah. Ciptakan kantin sekolah yang hiegenis dengan jenis makanan yang bergizi. Kedua, citakan lingkungan sekolah yang bersih, rindang, dan indah. Program 7K perlu digalakkan lagi, bukan hanya secara seremonial belaka, tetapi harus menyentuh perubahan kebiasaan para penghuninya. Memasang papan bertuliskan ”LINGKUNGAN BEBAS ROKOK” merupakan satu gebrakan yang dapat dilakukan. Tulisan-tulisan lain, seperti ”TARUH SAMPAH PADA TEMPATNYA”, atau ”CUCI TANGAN SEBELUM MAKAN”, atau ”KESEHATAN SEBAGIAN DARI IMAN” dapat diharapkan dapat mengisi nurani anak-anak kita yang masih putih itu. Lomba kebersihan dan keindahan kelas dapat diadakan pada saat momen-momen tertentu, misalnya peringatan hari besar nasional dan agama, atau peringatan hari lahir sekolah. <br /><br />Talent Scouting Bibit Olahraga dan Seni <br /><br />Pembinaan olahraga memang menjadi tugas utama guru olahraga dan keshatan. Tetapi, program pembinaan olahraga secara teroganisasi di sekolah sudah barang tentu menjadi tanggung jawab semua komponen sekolah. Di samping olahgara rekreasi, pencatatan secara rutin rekor olahraga prestasi harus tersedia di sekolah. Sekolah harus memiliki catatan, nama-nama siswa dengan rekor tertingginya dalam cabang olahraga tertentu. Dengan catatan ini, jika ada kegiatan pertandingan olahraga, maka sekolah tinggal memilih mereka untuk dapat mengikuti ajang pertandingan olahraga yang akan diikuti. Pencatatan prestasi olahraga ini dapat dilakukan pada awal tahun pelajaran atau pada saat usai ulangan semester pertama menjelang libur sekolah. Dengan demikian, sekolah dapat menjadi tempat pembibitan olahraga dan seni yang pertama dan utama.<br /><br />Science-Tech Club <br /><br />Sama dengan talent scouting dalam bidang olahraga, sekolah juga harus melakukannya untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebenarnya para guru telah memiliki pengetahuan dan keterampilan praktis dalam penelitian sederhana. Namun banyak di antaranya kurang begitu yakin bahwa anak-anak mampu melakukannya. Padahal obyek penelitian sederhana bagi anak-anak terbentang luas di sekolah dan lingkungannya. Sayur apakah yang menjadi kegemaran siswa, sebagai contoh, adalah pertanyaan penelitian sederhara yang dapat dilakukan bukan di SMP, tetapi sudah bisa dilakukan di SD. Topik-topik lainnya misalnya: (1) rata-rata jumlah anak dalam satu keluarga, (2) rata-rata tinggi dan berat badan anak-anak kelas 5 SD, (3) jarak tempuh anak-anak ke sekolah, dan masih banyak yang lain.<br /> <br />Kebun Sekolah dan Penanaman Sejuta Pohon<br /><br />Jika secara internasional isu pemanasan global telah melahirkan Bali Roadmap untuk memecahkan isu tersebut, maka apa yang dapat dilakukan di tingkat sekolah? Tentu saja pendidikan lingkungan hidup harus menjadi tanggung jawab sekolah. Untuk sekolah yang tidak memiliki lahan yang luas, setiap kelas dapat diminta untuk membikin taman di depan kelasnya masing-masing. Atau dapat meminta kepada para siswa untuk masing-masing dapat memiliki tanaman kesayangan yang harus dipelihara setiap hari dengan sepenuh hati. Disiram, dipupuk, dan disiangi kalau ada rumput yang menggangunya. Jika ada sedikit lahan di depan sekolah, maka sekolah juga dapat membuat taman sederhana untuk menanam tanaman hias atau tanaman bunga, agar sekolah tidak terasa gersang. Jika di lingkungan sekolah ada lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh yang empunya, sekolah dapat meminjamnya untuk dijadikan kebun sekolah tempat praktik anak-anak menanam berbagai jenis tanaman. Selain itu, sekolah juga dapat membantu pemerintah daerah dalam melaksanakan program penanaman satu juta pohon. <br /><br />The First Day Festival<br /><br />Ide ini diusulkan oleh seorang guru di suatu sekolah di Amerika Serikat. Pada waktu itu, pelibatan peran serta orangtua dalam penyelenggaraan pendidikan masih menjadi sesuatu yang langka. Setelah program ini dilaksanakan, antusiasme orangtua dan masyarakat tiba-tiba meningkat secara drastis. Sejak adanya festival hari pertama sekolah itu, orangtua siswa dan masyarakat merasakan adanya peningkatan keakraban dan kekeluargaan antara sekolah dan orangtua siswa secara luar biasa. Orangtua dan masyarakat tidak lagi merasa sebagai klien, tetapi sebagai pemangku kepentingan yang memiliki tanggung jawab yang sama besar dengan pihak kepala sekolah dan para guru di sekolah. Program seperti ini dapat berupa program lain yang tidak kalah inovatifnya. Acara tutup tahun sekolah, sebagai contoh, dapat menjadi media untuk menyatupadukan sekolah dengan orangtua dan masyarakat. Dalam acara tersebut, para siswa dapat menunjukkan kebolehannya, baik dalam bidang akademis maupun nonakademis, di hadapan orangtua dan masyarakat. Dampaknya, orangtua dan masyarakat menjadi lebih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap upaya sekolah dalam meningkatkan kompetensi siswa. Dampak pengiringnya, orangtua dan masyarakat menjadi lebih antusias dalam ikut serta memberikan dukungan dan bantuan terhadap pelaksanaan program-program inovatif sekolah. <br /><br />Akhir Kata<br /><br />Masih sangat banyak program inovatif lain yang dapat dilaksanakan oleh sekolah. Tentu saja berdasarkan kondisi sekolahnya masing-masing. Sebagai contoh, program sekolah berwawasan imtaq, program sekolah yang aman dan nyaman, program sekolah ramah anak, kegiatan outbond, dan masih banyak yang lainnya. Penerapan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dan contextual teaching and learning (CTL) kini menjadi program inovatif di sekolah yang menjadi primadona.<br /><br />Pendek kata, dengan program inovatif, semua warga sekolah dan pemangku kepentingan ingin mencoba sesuatu yang tidak biasa. Ingin mencoba sesuatu yang baru, yang kalau bisa yang luar biasa. Itu semua dapat dimulai dengan program inovatif yang sederhana, dan sudah barang tentu yang tidak memberatkan keuangan orangtua siswa. Yang penting, semua warga sekolah ingin melakukan sesuatu yang baru, atau sesuatu yang sebelumnya kurang mendapatkan perhatian. Tentu saja, semua itu harus dirancang adalam rencana yang matang, yang dikenal dengan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), yang disusun oleh sekolah bersama dengan pemangku kepentingan. Dengan kata lain, RPS yang disusun hendaknya memuat program-program inovatif, baik yang terkait dengan aspek akademis maupun nonakademis di sekolah. <br /><br />Sulitkah semua itu kita lakukan? Semua itu memang sulit untuk pertama kalinya. All beginning is difficult. Semua permulaan itu memang sulit. Tetapi, yakinlah bahwa semua itu dapat dilakukan jika kita memiliki kemauan. Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Mudah-mudahan. <br /><br />*) Website: www.suparlan.com; E-mail: bsuparlan@yahoo.com.<br /> <br /> Depok, 22 Desember 2007<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Memberantas Korupsi Melalui Kurikulum<br />Oleh icwweb<br />Minggu, 17 September 2006 12:28:40 Klik: 1981 <br /> <br /><br /><br /><br />Institusi pendidikan diyakini sebagai tempat terbaik untuk menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi. Murid atau mahasiswa yang akan menjadi tulang punggung bangsa di masa mendatang sejak dini harus diajar dan dididik untuk membenci serta menjauhi praktek korupsi. Bahkan lebih dari itu, diharapkan dapat turut aktif memeranginya. <br /><br />Untuk itu, strategi yang umumnya dipilih dengan mengintervensi secara tidak langsung proses belajar-mengajar melalui penerapan kurikulum antikorupsi. Setidaknya ada tiga perguruan tinggi yang sedang mengembangkan kurikulum tersebut, di antaranya Universitas Islam Negeri, Ciputat; Universitas Katolik Soegipranata, Semarang; serta IAIN Arraniry, Banda Aceh. <br /><br />Munculnya terobosan-terobosan baru untuk melawan praktek korupsi, seperti membuat kurikulum antikorupsi, mesti disambut positif. Namun, apabila akan diimplementasikan dalam lingkup luas, ada beberapa faktor yang mesti dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Sebab, institusi pendidikan seperti sekolah sangat sensitif, perubahan kebijakan walau kecil, akan berpengaruh pada banyak hal. <br /><br />Pertama, dari aspek teknis. Berkenaan dengan kejelasan implementasi kurikulum, apakah akan memunculkan mata pelajaran khusus atau diintegrasikan dengan mata pelajaran yang memiliki korelasi, seperti pendidikan agama atau kewarganegaraan. Sebab, pilihan tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi lanjutan, seperti penentuan buku teks. <br /><br />Apabila pilihannya dibuat khusus, akan muncul buku teks pelajaran baru mengenai antikorupsi. Tapi, jika memilih diintegrasikan, buku teks mata pelajaran yang dianggap relevan otomatis ditambah atau diubah dengan muatan baru mengenai antikorupsi. Tapi apa pun pilihannya, dibutuhkan biaya besar untuk pengadaan buku-buku tersebut. <br /><br />Masalahnya, siapa yang akan membiayai. Sebab, bila dibebankan kepada orang tua murid, malah menambah masalah. Selama ini mereka sudah direpotkan dengan pembelian berbagai jenis buku teks yang mahal. Tapi, kalaupun kemudian ditanggung pemerintah, jika pengaturannya tidak jelas, bukan mustahil buku teks mengenai antikorupsi justru menjadi lahan baru untuk korupsi. <br /><br />Selain itu, kurikulum tidak akan ada artinya tanpa guru. Sudah tentu, agar bisa diimplementasikan, terlebih dulu mereka yang akan mengajarkan pelajaran antikorupsi mesti mengetahui dan memahami apa yang akan diajarkan. Untuk itu, setidaknya dibutuhkan pendidikan atau pelatihan. Belajar dari penerapan kurikulum berbasis kompetensi, hanya untuk sosialisasi, waktu dan biaya yang dihabiskan tidak sedikit. <br /><br />Catatan kedua berkaitan dengan proses penerapan dan evaluasi. Harus ada kejelasan apakah pelajaran antikorupsi nantinya akan ditekankan pada sisi pengetahuan (kognitif) atau praktek (psikomotorik). Jika penekanannya hanya pada sisi pengetahuan, proses pengajaran dan evaluasi tidak terlalu sulit. Tapi masalahnya, pelajaran antikorupsi akan mengulangi kegagalan pelajaran pendidikan moral Pancasila beberapa waktu lalu. Murid mampu dengan baik menjawab nilai-nilai luhur pancasila, tapi tingkah laku jauh dari nilai-nilai tersebut. <br /><br />Apabila menginginkan hingga tingkatan praktek (psikomotor), akan menemukan kesulitan dalam proses evaluasi. Alat atau instrumen yang mampu mengukur tingkat kemampuan murid dalam menerapkan nilai-nilai antikorupsi tidak mudah dibuat. Tes yang dilakukan berbeda dari tes pelajaran pendidikan jasmani atau olahraga. <br /><br />Selain itu, proses pengajaran antikorupsi tidak bisa dilakukan dengan cara konvensional: guru memberi ceramah di dalam ruang kelas dan sesekali memberi tes. Batasan ruang kelas harus dihilangkan. Pengelola sekolah mulai guru hingga kepala sekolah mesti menjadi model bagi murid. <br /><br />Namun sayang, kenyataannya tidak demikian. Institusi pendidikan seperti sekolah justru menjadi salah satu tempat tumbuh subur praktek korupsi. Setidaknya tergambar dari maraknya pungutan yang dibebankan kepada orang tua murid. Mulai guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, malah pengawas hingga pegawai dinas pendidikan, dengan latar belakang penyebab serta modus yang berbeda, secara kolektif ataupun perseorangan turut menjadi pelaku. <br /><br />Institusi pendidikan malah mengajarkan bagaimana cara melakukan korupsi. Kondisi tersebut sangat ironis, setiap hari kepada murid diajarkan nilai-nilai antikorupsi, tapi ketika keluar dari ruang kelas atau malah di dalam kelas, mereka menyaksikan bagaimana korupsi dipraktekkan. Celakanya lagi, biasanya pelajaran yang paling diingat oleh murid bukan hasil ceramah di ruang kelas, tapi yang dipraktekkan dalam keseharian guru atau kepala sekolah. <br /><br />Karena itu, kurikulum antikorupsi tidak akan berarti apa-apa, jika institusi pendidikan seperti sekolah yang akan mengimplementasikan masih belum bersih dari praktek korupsi. Upaya untuk membersihkannya jauh lebih berat dibanding menyusun kurikulum antikorupsi. Sebab, korupsi sudah sangat sistemik, dengan beragam faktor penyebab, dari minimnya kesejahteraan hingga ketimpangan kekuasaan. <br /><br />Berharap banyak pada peranan birokrasi pendidikan pun tidak mungkin. Bukan rahasia lagi, jika praktek korupsi di sekolah juga memiliki korelasi dengan lembaga di atasnya, seperti dinas pendidikan. Mereka menikmati keuntungan melalui setoran-setoran atau jasa tanda terima kasih, malah tidak sedikit yang aktif menjadi bagian dari rantai korupsi di sekolah. <br /><br />Dengan demikian, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebelum kurikulum antikorupsi diterapkan. Mulai mereformasi institusi pendidikan, sehingga tidak lagi terjadi ketimpangan kekuasaan antara kepala sekolah, guru, dan orang tua murid. Selain itu, terus mendorong upaya peningkatan kesejahteraan guru atau dosen. <br /><br />Tentu saja, akan ada perlawanan dari orang-orang yang selama ini menikmati keuntungan dari praktek korupsi di institusi pendidikan. Tapi tidak ada pilihan lain, institusi pendidikan sebagai benteng terakhir tempat menyebarkan nilai-nilai antikorupsi sudah menjadi tempat mempromosikan korupsi, karena itu harus direbut. Kalau itu semua sudah dilakukan, tanpa menggunakan kurikulum antikorupsi pun dengan sendirinya sekolah akan menjadi tempat mempromosikan nilai-nilai antikorupsi, karena memang itu khitahnya. <br /><br />Ade Irawan, MANAJER DIVISI MONITORING PELAYANAN PUBLIK, INDONESIA CORRUPTION WATCH/SEKRETARIS KOALISI PENDIDIKAN <br /><br />Tulisan ini disalin dari Koran tempo, 16 September 2006mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-2303626520912229782010-09-04T21:22:00.000-07:002010-09-04T21:23:31.984-07:00PEMBUATAN BAHAN BELAJAR BERBASIS ONLINEMODUL PELATIHAN<br />PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN<br />KONTEN JARDIKNAS<br /><br /><br />PEMBUATAN<br />BAHAN BELAJAR<br />BERBASIS ONLINE<br /><br />Penulis:<br />SLAMET RIYANTO, S.Kom<br /><br /><br />DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN<br />2009<br />DAFTAR ISI<br /><br /><br />PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3<br />TUJUAN ......................................................................................................................... 4<br />Kegiatan Belajar 1: MENGENAL DUNIA INTERNET ....................................................... 5<br />TUJUAN .......................................................................................... 5<br />URAIAN MATERI ............................................................................. 5<br />1. Definisi Internet ........................................................................ 5<br />2. Sejarah Internet ....................................................................... 5<br />3. Sistem kerja internet ................................................................ 6<br />4. Manfaat internet untuk pendidikan .......................................... 7<br />5. Beberapa contoh aktifitas dalam internet ................................. 7<br /><br />Kegiatan Belajar 2: MENGENAL BLOG ........................................................................ 9<br />TUJUAN .......................................................................................... 9<br />URAIAN MATERI ............................................................................ 9<br />1. Sejarah Blog ............................................................................. 9<br />2. Manfaat Blog ............................................................................. 10<br />3. Kode etik dalam Blog ................................................................ 11<br />4. Mengenal aplikasi untuk membuat Blog ................................... 12<br /><br />Kegiatan Belajar 3: PROSES PEMBUATAN BLOG ...................................................... 19<br />TUJUAN ........................................................................................... 19<br />URAIAN MATERI ............................................................................ 19<br />1. Membuat Blog pada penyedia Blog .......................................... 19<br />2. Membuat Blog Berbayar ........................................................... 23<br />3. Membuat Blog dengan domain dan hosting gratis .................... 29<br /><br />Kegiatan Belajar 4: MANAJEMEN BLOG ...................................................................... 36<br />TUJUAN ......................................................................................... 36<br />URAIAN MATERI ............................................................................ 36<br />1. Mengelola artikel ...................................................................... 36<br />2. Mengelola komentar .................................................................. 40<br />3. Mengelola tampilan blog (theme) ............................................ 42<br /><br />Kegiatan Belajar 5: MENYISIPKAN FILE DALAM ARTIKEL ....................................... 46<br />TUJUAN ........................................................................................... 46<br />URAIAN MATERI ............................................................................. 46<br />1. Menyisipkan file untuk didownload ............................................ 46<br />2. Menyisipkan gambar dalam artikel ........................................... 48<br />3. Menyisipkan audio dalam artikel .............................................. 50<br />4. Menyisipkan animasi dalam artikel ............................................ 54<br />5. Menyisipkan video dalam artikel ............................................... 57<br /><br />Kegiatan Belajar 6: MENINGKATKAN RANKING PADA SEARCH ENGINE ................. 63<br />TUJUAN ........................................................................................... 63<br />URAIAN MATERI ............................................................................. 63<br />1. Mengenal mesin pencari (Search Engine) ................................ 63<br />2. Mengenal Search Engine Optimazation (SEO) ........................ 64<br />3. Mengenal Search Engine Friendly (SEF) ................................. 65<br />4. Mempromosikan Blog ............................................................... 65<br /><br />RANGKUMAN ................................................................................................................ 68<br />PENUTUP ........................................................................................................................... 69<br />DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 70<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PENDAHULUAN<br /><br /><br />Sebagian orang sangat bergantung terhadap internet untuk berbagai keperluan seperti: transaksi online, belanja online, pendidikan, komunikasi, hingga penyediaan bahan belajar bagi siswa maupun mahasiswa secara online. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan internet sangat mendukung manusia dalam melakukan berbagai aktifitas. Banyak hal yang dapat dilakukan melalui internet yang tidak dibatasi oleh ruang, waktu, wilayah, bahkan negara. <br /><br />Dengan memperhatikan banyaknya keuntungan yang dapat dipetik dari perkembangan teknologi internet, sudah seharusnya dunia pendidikan juga memanfaatkan teknologi tersebut untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar. Apalagi media pembelajaran saat ini tidak hanya bertumpu pada teks dalam bentuk buku, majalah, koran, maupun bahan cetak lainnya, namun sistem pembelajaran sudah memanfaatkan berbagai media seperti: gambar, animasi, suara (audio), dan video. <br /><br />Bahan belajar dalam bentuk teks dan gambar masih dapat disebarluaskan melalui produk cetakan seperti buku, majalah, koran, dan produk cetakan lainnya. Yang menjadi persoalan adalah bahan belajar dalam bentuk animasi, suara dan video tidak dapat disebarluaskan seperti halnya teks dan gambar. Perlu sebuah tools yang dapat menjalankan animasi, audio dan video tersebut agar informasi dapat diserap oleh pengguna. <br /><br />Blog adalah salah satu aplikasi berbasis web yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi dalam berbagai media kepada pengguna. Selain itu, blog juga mendukung adanya interaksi antara pengguna dan pengelola (dalam hal ini pemilik blog). Pengunjung dalam sebuah blog dapat memberikan komentar, pertanyaan, masukan, dan kritik terhadap artikel maupun bahan belajar yang dibuat oleh pengelola atau pemilik blog. Sedangkan pemilik blog dapat merespon komentar maupun pertanyaan yang diajukan oleh pengunjung sehingga akan terbentuk sebuah interaksi antara pengunjung dengan penulis bahan belajar untuk meningkatkan kualitas materi bahan belajar tersebut.<br /><br />Ada banyak aplikasi untuk membuat blog, mulai dari yang gratis hingga berbayar. Namun semua memiliki nilai positif dan negatifnya. Tinggal bagaimana kita menyikapi hal tersebut agar keberadaan sebuah blog dapat dijadikan sebuah tools untuk menyampaikan informasi dalam bentuk multimedia kepada masyakat. Pada akhirnya, masyarakat Indonesia akan menjadi lebih cerdas melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk belajar tanpa batas.<br /><br />TUJUAN<br />Setelah mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat mengetahui:<br />1. Konsep, sistem kerja, dan aktifitas di internet terutama menyangkut pendidikan.<br />2. Definisi blog dan kode etik dalam blog<br />3. Membuat blog sendiri, yang gratis dan berbayar<br />4. Cara mengelola blog dengan benar<br />5. Cara memasukkan bahan belajar dalam bentuk multimedia (teks, gambar, animasi, audio, dan video)<br />6. Teknik meningkatkan ranking terhadap hasil pencarian pada search engine<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Kegiatan Belajar 1<br />MENGENAL INTERNET<br /><br />TUJUAN<br />Setelah mempelajari kegiatan 1, peserta pelatihan diharapkan dapat mengetahui konsep, sistem kerja, dan aktifitas dalam dunia internet terutama menyangkut bidang pendidikan.<br />URAIAN MATERI<br />Tahukah Anda, bahwa perkembangan internet pada awalnya hanya menghubungkan beberapa komputer dalam sebuah lokasi dengan sebuah kabel dan beberapa hardware?. Namun perkembangan teknologi internet yang semakin cepat dan canggih, memungkinkan komputer dapat berhubungan tanpa mengenal batas wilayah maupun negara dengan memanfaatkan kabel maupun tanpa kabel. Teknologi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi dan komunikasi seperti: email, groups, chatting, searching, download, upload, dan aktifitas lainnya.<br />1. Definisi Internet<br />Internet adalah singkatan dari Interconnected Network. Secara umum, Internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan berbagai mesin komputer dan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia melalui kabel maupun tanpa kabel (wireless). Mesin komputer tersebut dapat berupa server, komputer pribadi (PC), telepon selular (handphone), PDA, dan lain-lain.<br />2. Sejarah Internet<br />Pada awalnya Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, Anda bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tak terhingga melalui saluran telepon.<br />Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.<br />Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 3 situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian, proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya.<br />Oleh sebab itu ARPANET dipecah manjadi dua, yaitu "MILNET" untuk keperluan militer dan "ARPANET" baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet.<br />3. Sistem Kerja Internet<br />Sebuah komputer dapat terhubung dengan komputer lain dalam sebuah jaringan, yang disebut network. Jaringan komputer yang menghubungkan komputer satu dengan yang lain dalam sebuah lokasi (institusi) sebut Local Area Network (LAN). Jaringan komputer yang menghubungkan berbagai jaringan LAN disebut Metropolitan Area Network (MAN). Jaringan komputer yang menghubungkan berbagai jaringan MAN disebut Wide Area Network (WAN). Sedangkan jaringan komputer yang saling terhubung membentuk sebuah jaringan yang kompleks disebut sebagai internet. Jaringan tersebut terhubung baik melalui kabel, saluran telepon, serat optik, satelit, frekuensi saluran handphone, serta media apa saja yang mungkin dialiri data. <br />Bagaimana komputer dapat terhubung ke internet? Salah satu caranya adalah memanfaatkan layanan dari perusahaan penyedia akses internet, yang disebut dengan ISP (Internet Service Provider). Dengan adanya ISP, maka komputer dapat berhubungan dan bertukar data dengan komputer lain di seluruh dunia. Beberapa contoh ISP di Indonesia adalah: Telkom, Indosat, Kabel Vision, dan lain-lain.<br />Gambar 1. Topologi jaringan Internet<br />(sumber: http://www.datautama.net.id/web3/images/stories/image001.jpg)<br /><br /><br />4. Manfaat Internet untuk Pendidikan<br />Internet merupakan sumber informasi yang tak terbatas, baik yang negatif maupun positif. Namun semua tergantung pada niat seseorang ketika memanfaatkan internet. Banyak sekali manfaat yang didapat dengan hadirnya internet, khususnya bidang pendidikan diantaranya: perpustakaan online, modul belajar, materi kuliah, ensiklopedi, soal-soal latihan, dan masih banyak lagi ketersediaani informasi untuk pendidikan.<br />Sebagai seorang tenaga pendidik, sudah selayaknya memanfaatkan jaringan internet sebagai alat bantu untuk memberikan informasi dalam bentuk multimedia (animasi, audio, video, maupu gambar). Hal ini dikarenakan informasi dalam bentuk suara, animasi, dan video tidak dapat dijelaskan dengan ungkapan kata-kata ataupun serangkaian kalimat dalam buku tercetak. Sebagai contoh, anak didik dapat memanfaatkan internet sebagai latihan dalam mengerjakan soal-soal yang disediakan di internet secara online. Sedangkan bahan latihan soal dapat dibuat oleh para tenaga pendidik seperti guru ataupun dosen.<br />5. Beberapa Contoh Aktivitas dalam Internet<br />Apakah Anda pernah mengirimkan sebuah dokumen melalui internet? Ya, melalui internet, Anda dapat melakukan berbagai kegiatan seperti E-mail, Groups, Chatt, Social Network, dan lain-lain. Dokumen dalam bentuk soft copy (umumnya dalam format Word, Excel, PDF, Image, ZIP) dapat dikirimkan melalui Email sehingga akan menghemat waktu dan biaya. Dalam hitungan detik, dokumen sampai ke alamat yang dituju. Sebagian besar, pembuatan Email bersifat gratis. Beberapa penyedia email gratis diantaranya: Yahoo (http://yahoo.com), Google (http://google.com), Hotmail (http://hotmail.com), Plasa (http://plasa.com), dan lain-lain. Proses pembuatannya juga sangat mudah, cukup memasukkan informasi biodata Anda maka dalam hitungan menit email tersebut dapat langsung digunakan. Alamat email yang didapat memuat nama pengguna dan nama penyedia email gratis tersebut, misal: slametriyanto@ymail.com. <br />Selain berkomunikasi melalui Email, Anda dapat berdiskusi dengan sesama anggota sesuai topik yang diinginkan secara bebas melalui sebuah Groups. Anda bisa memilih topik yang diinginkan berdasarkan Category yang telah disediakan. Beberapa penyedia forum yang gratis yaitu: Yahoo (http://yahoogroups.com dan Google (http://groups.google.com). <br />Pernahkah Anda mengadakan teleconverence melalui internet? Ya, rapat maupun konferensi dapat dilakukan tanpa harus berada dalam sebuah ruangan. Melalui fasilitas Chatting, konferensi dapat dilakukan secara mudah layaknya berhadapan langsung dengan peserta lain, lengkap dengan suara dan gambar. Hal ini sangat menghemat waktu, tempat, dan tentunya biaya. Cukup menggunakan sebuah komputer yang dilengkapi dengan headsheat dan kamera dan tersambung ke internet, Anda dapat berbicara dengan orang lain layaknya berbicara secara langsung.<br /><br />Latihan dan Diskusi<br /> <br />Kegiatan Belajar 2<br />MENGENAL BLOG<br /><br />TUJUAN<br />Setelah mempelajari kegiatan 2, peserta pelatihan diharapkan dapat mengetahui perkembangan Blog dan beberapa aplikasi pembuatan Blog.<br />URAIAN MATERI<br />Pada awal munculnya Blog, aplikasi ini sering digunakan orang untuk menulis catatan kegiatan. Kala itu, blog berperan seperti catatan harian (diary) yang hanya berisi ungkapan perasaan seseorang. Namun perkembangan selanjutnya, Blog dimanfaatkan untuk membangun image branding, memperkuat diri sebagai tought leader melalui ide-ide dan inovasi baru, sarana komunikasi dan hubungan masyarakat, sarana pendidikan secara online dan masih banyak lagi manfaat lain. <br />Interaksi antara pemiliki blog dan pengunjung membuat beberapa komunitas Blog perlu membuat sebuah kode etik dalam membuat artikel maupun memberikan komentar untuk memberikan perlindungan artikel yang telah dibuat. Saat ini, terdapat beberapa penyedia aplikasi untuk membuat Blog yang bersifat gratis maupun berbayar.<br />1. Sejarah Blog<br />Media blog pertama kali dipopulerkan oleh Blogger.com, yang dimiliki oleh PyraLab sebelum akhirnya diakuisi oleh Google.Com pada akhir tahun 2002 yang lalu. Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat sumber terbuka yang diperuntukkan kepada perkembangan para penulis blog tersebut.<br />Sebuah blog (singkatan dari sebuah istilah weblog) adalah situs web yang biasanya dikelola oleh seorang individu dengan teratur masukan komentar, deskripsi peristiwa, atau bahan lainnya seperti grafis atau video. Masukan yang umumnya ditampilkan dalam urutan kronologis-mundur. "Blog" dapat juga digunakan sebagai kata kerja, yang berarti untuk memelihara atau menambahkan konten ke blog. <br />Sebuah blog pada dasarnya adalah sebuah jurnal yang tersedia di web. Kegiatan memperbarui blog sebut "blogging" dan seseorang yang membuat sebuah blog disebut "blogger." Blog biasanya Diperbaharui harian menggunakan software yang memungkinkan orang dengan sedikit atau tanpa latar belakang teknis untuk memperbarui dan memelihara blog. <br />Perkembangan blog yang semakin cepat, membuat para pakar blog mengelompokkan blog menjadi beberapa jenis yaitu:<br />1. Blog politik: Tentang berita, politik, aktivis, dan semua persoalan berbasis blog (Seperti kampanye).<br />2. Blog pribadi: Disebut juga buku harian online yang berisikan tentang pengalaman keseharian seseorang, keluhan, puisi atau syair, gagasan jahat, dan perbincangan teman.<br />3. Blog bertopik: Blog yang membahas tentang sesuatu, dan fokus pada bahasan tertentu<br />4. Blog kesehatan: Lebih spesifik tentang kesehatan. Blog kesehatan kebanyakan berisi tentang keluhan pasien, berita kesehatan terbaru, keterangan-ketarangan tentang kesehatan, dll.<br />5. Blog sastra: Lebih dikenal sebagai litblog (Literary blog).<br />6. Blog perjalanan: Fokus pada bahasan cerita perjalanan yang menceritakan keterangan-keterangan tentang perjalanan/traveling.<br />7. Blog riset: Persoalan tentang akademis seperti berita riset terbaru.<br />8. Blog hukum: Persoalan tentang hukum atau urusan hukum; disebut juga dengan blawgs (Blog Laws).<br />9. Blog media: Berfokus pada bahasan kebohongan atau ketidakkonsistensi media massa; biasanya hanya untuk koran atau jaringan televisi<br />10. Blog agama: Membahas tentang agama<br />11. Blog pendidikan: Biasanya ditulis oleh pelajar atau guru.<br />12. Blog kebersamaan: Topik lebih spesifik ditulis oleh kelompok tertentu.<br />13. Blog petunjuk (directory): Berisi ratusan link halaman website.<br />14. Blog bisnis: Digunakan oleh pegawai atau wirausahawan untuk kegiatan promosi bisnis mereka<br />15. Blog pengejawantahan: Fokus tentang objek diluar manusia; seperti anjing<br />16. Blog pengganggu (spam): Digunakan untuk promosi bisnis affiliate; juga dikenal sebagai splogs (Spam Blog)<br />2. Manfaat Blog<br />Saya membuat blog http://slametriyanto.net dengan maksud memberikan materi bidang TIK secara gratis agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkan. Lalu apa saja sih alasan-alasan kita ngeblog? <br />Kalau blog perorangan biasanya memiliki alasan: mengemukakan ide atau gagasan, mengisi waktu, ikutan tren, suka nulis, biar lebih ngetop, cari peluang bisnis, dan alasan-alasan lain. Sedangkan blog yang dikelola oleh banyak penulis (contoh: http://ilmukomputer.org) memilki alasan: penyedia bahan belajar secara gratis, promosi bagi penulis itu sendiri, membangun komunitas maya, membuat opini, dan alasan-alasan lain.<br />Nah, dari kegiatan nge-blog tersebut apa sih manfaat buat kita ?<br />Manfaat blog dapat uraikan dalam dua sisi, yang pertama bagi pemilik blog itu sendiri dan yang kedua manfaat blog bagi orang lain atau masyarakat luas pada umumnya.<br />Dari sisi pemilik blog, manfaat yang didapat adalah: mengasah ketrampilan dalam menulis, menambah ilmu, membangun image branding, peluang bisnis, bebas berekspresi dalam mengemukakan ide atau gagasan, dapat berinteraksi dengan pengguna. Sedangkan dari sisi pengguna (pengunjung), diperoleh manfaat: sumber informasi secara gratis, menemukan solusi dari permasalahan yang dialami, menambah keterampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet.<br />Manfaat yang telah diuraikan di atas hanyalah sebagian kecil saja, masih banyak lagi manfaat yang dapat dipetik oleh pengguna maupun pembuat itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung.<br />3. Kode Etik dalam Blog<br />Kebebasan tanpa batas menimbulkan berbagai masalah diantaranya: memalsukan identitas penulis artikel dan pembuat komentar, banyaknya artikel yang “dicuri”, memberikan informasi yang menyesatkan, artikel yang mangadung “sara”, dan perbuatan negatif lainnya. Tidak heran, blog dapat dijadikan sarana untuk memprovokasi kepada masyarakat melalui tulisan-tulisannya. <br />Etika bukanlah tindakan menyensor. Tak ada yang berkata Anda tidak dapat menulis apapun yang Anda inginkan. Masalah di sini adalah: “Apa yang kita bicarakan di sini adalah orang-orang yang memiliki etika, orang-orang yang tidak berbohong, berkumpul bersama-sama untuk mengatakan bahwa mereka berada dalam perjanjian tertentu set standar. (Calcanis, Nov.18, 2004).<br />Blogger harus jujur dan adil dalam mengumpulkan, laporan dan informasi interpreting.<br /><br />Oleh karena itu, Blogger harus: <br />1. Jangan pernah menjiplak tulisan<br />2. Mengidentifikasi dan link ke sumber kapanpun memungkinkan. Masyarakat berhak untuk sebanyak mungkin informasi mengenai sumber 'keandalan.<br />3. Pastikan bahwa Weblog masukan, kutipan, judul, foto, dan konten lainnya tidak diri. Mereka seharusnya tidak menggampangkan atau sorot insiden dari konteks.<br />4. Jangan merusak isi foto tanpa mengungkapkan apa yang telah berubah. Perangkat tambahan gambar hanya dapat diterima untuk teknis kejelasan.<br />5. Tidak pernah mempublikasikan informasi yang mereka tahu tidak akurat - dan jika penerbitan questionable informasi, menjadikannya jelas itu ragu.<br />6. Membedakan antara advokasi, komentar dan informasi faktual. Advokasi dan bahkan menulis komentar jangan membalikkan fakta atau konteks.<br />7. Membedakan informasi faktual dan komentar dari iklan dan mengelakkan yang hybrids blur baris antara kedua.<br /><br />Etika blogger memperlakukan sumber-sumber dan mata pelajaran sebagai manusia yang berjasa menghormati.<br />Oleh karena itu, para Blogger harus:<br />1. Menunjukkan belas kasihan bagi mereka yang mungkin akan terpengaruh oleh adversely Weblog konten. Gunakan kepekaan khusus ketika berhadapan dengan anak-anak dan berpengalaman sumber atau subyek.<br />2. Jadi sensitif ketika mencari atau menggunakan wawancara atau foto-foto yang dipengaruhi oleh tragedi atau kesedihan.<br />3. Menyadari bahwa pengumpulan dan pelaporan informasi dapat menimbulkan kerugian atau membingungkan. Pengejaran informasi bukan merupakan lisensi untuk arogan.<br />4. Menyadari bahwa pribadi orang yang lebih tepat untuk mengendalikan informasi tentang diri daripada melakukan pejabat publik dan orang lain yang mencari kekuasaan, pengaruh atau perhatian. Hanya sebuah utama publik harus dapat membenarkan intrusi ke dalam siapapun privasi.<br /><br />4. Mengenal Aplikasi untuk membuat Blog<br />Bagaimana sih cara membuat Blog? Apakah membuat blog itu harus membayar ?<br />Pertanyaan itu sering muncul ketika seseorang ingin membuat blog.<br />Ada beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat blog, baik yang bersifat gratis maupun berbayar.<br /><br />Baiklah, pada bagian ini akan diuraikan beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat blog secara gratis.<br />1. Blogger (http://www.blogspot.com): adalah sebuah layanan publikasi blog yang didirikan oleh Pyra Labs, dan diakuisisi oleh Google pada tahun 2003. <br />• Blogger menawarkan dukungan blog multi-pengarang, yang memungkinkan pengguna membuat sebuah blog untuk kelompok (group blog).<br />• Blogger mendukung layanan Google AdSense sebagai sebuah cara bagi pemilik blog untuk mendapatkan penghasilan dari blog mereka.<br />• Blogger menawarkan fitur pengubahan templat, yang mengijinkan pengguna mengubah desain templat blog sesuai keinginan mereka. <br />• Perlu diingat, ketika mendaftar pada penyedia blog ini, alamat blog akan berubah menjadi blogspot.com, contoh: http://slametriyanto.blogspot.com. Nama pengelola blog akan diletakkan di bagian awal yang menandakan sebagai sub domain.<br /> <br />Gambar halaman utama blogger.com<br /><br /> <br />Gambar Tampilan sebuah blog menggunakan Blogspot<br />2. Blogsome (http://www.blogsome.com): adalah salah satu hosting blog yang mempergunakan Wordpress sebagai engine blog. Sebenarnya masih ada lagi hosting lainnya yang menyediakan Wordpress sebagai engine blog seperti misalnya Blogthing, namun sampai saat ini entah mengapa masih banyak beberapa rekan dari Indonesia mempergunakan blogsome sebagai hosting blog pribadi.<br /> <br />Gambar halaman utama blogsome.com<br /><br /> <br />Gambar Tampilan blog menggunakan Blogsome<br /><br /><br />3. Multiply (http://www.multiply.com): adalah sebuah situs jaringan sosial dengan fitur yang memungkinkan orang untuk saling-berbagi beberapa media, seperti foto, video, maupun blog. Multiply.com menyediakan layanan blog. Blog yang di-posting ke Multiply.com dapat secara otomatis diteruskan ke akun LiveJournal, Blogger atau TypePad. Dimungkinkan pula untuk mem-posting melalui e-mail atau MMS. Pengguna juga dapat memberikan komentar terhadap sebuah film atau buku, atau juga untuk berbagi acara berdasarkan kalender.<br /> <br />Gambar halaman utama multiply.com<br /><br /> <br />Gambar Tampilan blog menggunakan Multiply<br /><br /><br />4. WordPress (http://www.wordpress.com): adalah sebuah perangkat lunak blog yang ditulis dalam PHP dan mendukung sistem basis data MySQL. WordPress adalah penerus resmi dari b2\cafelog yang dikembangkan oleh Michel Valdrighi. Nama WordPress diusulkan oleh Christine Selleck, teman dari ketua developer, Matt Mullenweg. Rilis terbaru WordPress adalah versi 2.7. WordPress didistribusikan dengan lisensi GNU General Public License.<br /><br /> <br />Gambar halaman utama id.wordpress.com<br /> <br />Gambar tampilan blog berbayar<br />Dengan melihat beberapa aplikasi tersebut di atas, anda dapat memilih salah satu sesuai keinginan. Namun pada pembahasan ini, akan menjelaskan pengelolaan blog menggunakan Wordpress. Ada beberapa alasan menggunakan Wordpress yaitu: fitur lebih sederhana dan user friendly, tampilan tema cukup bervariasi, fasilitas lengkap untuk mengelola artikel dalam bentuk teks, gambar, audio, maupun video.<br /> <br />Kegiatan Belajar 3<br />PROSES PEMBUATAN BLOG<br /><br />TUJUAN<br />Setelah mempelajari kegiatan 3, peserta pelatihan diharapkan dapat mengetahui proses pembuatan blog mulai dari yang gratis hingga berbayar.<br />URAIAN MATERI<br />Apakah Anda sudah mengetahui aplikasi apasaja untuk membuat Blog, dan bagaimana cara membuatnya?. Secara umum, untuk membuat blog dibedakan menjadi dua yaitu: gratis dan berbayar. Penyedia blog gratis menyediakan fasilitas untuk mendaftar sebagai anggota dengan cara memasukkan informasi terutama alamat email. Sedangkan blog yang berbayar, terlebih dulu harus membeli dan domain yang harganya relatif murah per tahun, tergantung berapa besar ruang simpan (space) pada server. <br />Namun ada pula beberapa website menyediakan pendaftaran domain dan hosting secara gratis untuk jangka waktu yang lama. Jumlah ruang penyimpanan data (space) pada web hosting juga cukup besar. Tentunya, terdapat kelebihan dan kekurangan antara blog yang gratis dan berbayar. Sekarang, tergantung anda sendiri untuk menentukan aplikasi pembuatan blog. Yang gratis atau yang berbayar?<br />1. Membuat Blog pada penyedia bog<br />Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat blog secara gratis. Apakah Anda masih ingat?<br />Dari beberapa aplikasi tersebut, yang akan dibahas hanya satu saja yaitu menggunakan Wordpress. Mengapa memilih Wordpress? Ada beberapa alasan pokok yaitu: banyaknya themes dan plugins yang dikembangkan oleh pihak ketiga sehingga blog lebih informatif, impresif, dan komunikatif.<br /><br />1. Wordpress juga menyediakan fitur untuk bahasa Indonesia. Nah, untuk membuat wordpress versi bahasa Indonesia, masukkan alamat URL di http://id.wordpress.com. Setelah muncul halaman utama, klik tombol daftar sekarang. <br /><br /> <br /><br />2. Isilah formulir yang telah disediakan. Nama Pengguna akan digunakan sebagai alamat blog Anda. Pada kolom Kata Sandi, isilah dengan kombinasi teks dan angka agar lebih aman. Perlu diingat, alamat email harus yang masih aktif karena semua informasi akan dikirimkan melalui email tersebut. Setelah yakin, klik tombol Next.<br /><br /> <br /><br /><br /><br />3. Pada halaman ini, muncul informasi nama blog yang akan dibuat. Setelah proses pembuatan selesai, nama domain tidak dapat diubah. Oleh karena itu, teliti dengan benar apakah sudah yakin dengan nama blog tersebut. Setelah yakin, klik tombol Signup. <br /> <br /><br />4. Setelah menekan tombol Signup, muncul pemberitahuan untuk memeriksa email agar proses Registrasi berhasil. Email tersebut berisi sebuah link konfirmasi aktifasi. Jika tidak aktifkan, blog tidak dapat diproses secara sempurna sehingga blog tidak dapat diakses sebelum mengaktifkan konfirmasi. <br /> <br /><br /><br />5. Periksa alamat email yang telah ditandai tersebut kemudian klik sebuah link untuk mengaktifkannya<br /><br /><br /><br /><br /><br />6. Muncul informasi, bahwa account Anda sudah aktif.<br /><br /><br />7. Selanjutnya, klik tombol View yoursite untuk melihat halaman utama blog.<br /> <br />8. Hasilnya akan nampak seperti gambar berikut:<br /> <br /><br />2. Membuat Blog berbayar<br />Sebelum membuat blog berbayar, terlebih dulu Anda harus mengetahui istilah domain dan hosting. Apakah yang dimaksud dengan domain dan hosting?<br />Domain adalah nama unik yang diberikan untuk mengidentifikasi nama server komputer seperti web server atau email server di internet. Domain memberikan kemudahan pengguna di internet untuk melakukan akses ke server dan mengingat server yang dikunjungi dibandingan harus mengenal deretan nomor atau yang dikenal IP (Internet Protocol).<br />Hosting adalah ruang penyimpan dalam server komputer yang di gunakan sebagai penempatan data dan file yang ada. <br />Dalam analogi sederhana :<br />Domain = Nomer kartu selular anda (085xxxxxxxx)<br />Hosting = Perangkat Telepon selular anda (SonyEricson800, Nokia864, dll).<br /><br />Untuk membeli sebuah domain, Anda dapat memilih beberapa penyedia domain dan hosting. Harga standar untuk sebuh domain bervariasi, tergantung penyedia domain tersebut sekitar $10 per tahun. Cukup murah bukan?<br />Sedangkan untuk harga hosting, relatif cukup murah. Dengan space 100MB bisa dijual seharga 200 ribu rupiah per tahun. Baiklah, agar lebih jelas akan diulas cara pembelian domain dan hosting. <br />1. Sebagai studi kasus, penyedia domain dan hosting adalah http://besttoweb.com. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />2. Periksa nama domain untuk memeriksa apakah domain yang akan didaftarkan sudah ada yang memilki. Klik menu Registrasi Domain, kemudian masukkan domain yang akan didaftarkan, lalu tekan tombol Search.<br /> <br /><br />3. Tunggu beberapa saat, proses pencarian sedang berjalan. Setelah selesai akan muncul informasi bahwa domain belum ada yang memiliki. Klik tombol Add Cart.<br /> <br />4. Jika sudah memiliki account, masukkan email dan password. Namun jika belum memiliki account, masukkan beberapa informasi yang dibutuhkan. Manfaat pembuatan account adalah proses registrasi selanjutnya akan lebih mudah, tidak perlu memasukkan informasi lagi namun cukup memasukkan alamat email dan password. <br /> <br /><br />5. Masukkan semua informasi yang dibutuhkan. Semua yang bertanda asterik (*) harus diisi. Jika telah yakin, klik tombol Submit.<br /> <br /><br />6. Periksa email Anda, karena informasi secara otomatis terkirim ke alamat yang telah dimasukkan sebelumnya.<br /> <br />7. Informasi tersebut memandu untuk masuk ke halaman konsumen, yang berisi nama pengguna (username) dan password. <br /> <br />8. Untuk masuk ke halaman konsumen, klik link tersebut, lalu masukkan username dan password. Klik tombol Login untuk proses selanjutnya.<br /> <br /><br /><br /><br />9. Klik tombol Continue untuk melanjutkan.<br /> <br /><br />10. Setelah masuk ke halaman konsumen, klik menu Domain > Domain Registration > Check Availability.<br /> <br /><br />11. Masukkan domain yang akan didaftarkan, jangan lupa beri tanda centang ekstensi domain (misal: com, net, org, dan lain-lain). Klik tombol Search untuk mulai pencarian.<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />12. Klik tombol Add to Cart untuk proses selanjutnya.<br /> <br /><br />13. Pilih tempo pengaktifan domain tersebut 1 tahun, 2 tahun, dan seterusnya.<br /> <br /><br />14. Klik tombol Continue untuk melanjutkan, jika muncul informasi klik menu No Thanks, Proceed to Checkout.<br /> <br /><br />15. Beri tanda centang pada bagian I Agree to the ........... Lalu klik tombol Proceed to Payment.<br /> <br /><br />16. Proses pendaftaran domain telah selesai, Anda diharuskan membayar sejumlah yang tertera dalam tagihan. Setelah Anda membayar, domain yang didaftarkan akan segera diproses agar diaktifkan.<br /> <br /><br />17. Jangan lupa keluar dari halaman konsumen, klik tombol Signout untuk keluar.<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />3. Membuat Blog Gratis<br />Apa yang dimaksud dengan membuat Blog gratis? Bukankah pada pembahasan sebelumnya sudah membuat blog gratis pada penyedia blog?<br />Memang, pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan proses pembuatan blog pada penyedia blog. Kemudian dibahas pula proses pembuatan blog berbayar dengan cara membeli domain dan hosting. <br />Pembahasa kali ini adalah membuat domain dan hosting gratis untuk blog yang akan dibuat. Ada beberapa penyedia domain dan hosting gratis dengan kapasitas penyimpanan data yang cukup besar. Proses pembuatannya pun relatif mudah, cukup mengisi formulir yang disediakan maka dalam dua hari domain dan hosting dapat dimiliki secara gratis.<br /><br />Membuat Domain dan Hosting Gratis<br />1. Langsung saja, pertama kali mendaftarkan domain pada website penyedia domain gratis dan hosting gratis di http://www.blinxer.com. Kemudian klik sebuah link untuk registrasi. <br /> <br /><br />2. Masukkan beberapa informasi yang dibutuhkan. Perlu diingat, pada kolome Username akan digunakan sebagai alamat website. Jika Username-nya slametriyanto maka alamat websitenya adalah http://slametriyanto.blinxer.com. Dan pastikan alamat email yang digunakan masih aktif karena informasi aktifasi akan dikirim melalui email tersebut. Jika sudah yakin, klik tombol Registered.<br /><br /><br /><br />3. Jika muncul sebuah informasi untuk konfirmasi, klik tombol Click Me to Continue. Selanjutnya akan muncul verifikasi. Masukkan kode yang nampak ke kolom yang disediakan. Jika salah memasukka kode maka proses registrasi tidak akan dilanjutkan. Jika sudah yakin, klik tombol Register untuk melanjutkan.<br /><br />4. Sebuah informasi muncul, bahwa akun aktifasi telah dikirimka melalui email.<br /> <br />5. Periksa email Anda, kemudian klik sebuah link untuk aktifasi.<br /> <br /><br /><br /><br />6. Informasi tentang hosting telah dibuat, lengkap dengan nama pengguna untuk database, FTP, dan nama domain yang telah didaftarkan. Pada bagian paling atas terdapat informasi bahwa proses pembuatan domain dan hosting $0 alias gratis. <br /> <br /><br />7. Simpan informasi tersebut dengan cara mengklik teks Saved. File akan tersimpan dalam bentuk PDF.<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />8. Setelah tersimpan, klik link Click here to log into your VistaPanel untuk masuk ke Vista Panel. Tampilan halaman utama Vista Panel seperti nampak pada gambar berikut. <br /> <br /><br /><br />Membuat Database<br />Setiap web dinamis pasti memiliki sebuah database untuk menyimpan data, baik berupa teks, gambar, maupun file lainnya. Begitu pula dengan blog yang dibuat menggunakan Wordpress sebagai aplikasinya. Sebelum melakukan instalasi wordpress secara online, terlebih dulu harus membuat database.<br /><br />1. Langsung saja, untuk membuat database klik link MySQL databases.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />2. Masukkan nama database, misal: myblog kemudian tekan tombol Create database.<br /><br />3. Database baru telah terbentuk. Perhatikan, nama database secara otomatis ditambahkan. Mengapa begitu ? Karena hosting dan domain yang kita daftarkan bersifat gratis dan sebagai sub domain.<br /><br />4. Perhatikan, informasi pengguna untuk FTP dan MySQL. Informasi tersebut akan digunakan saat melakukan instalasi Wordpress.<br /><br /><br /><br /><br />Menginstal Wodpress<br />Setelah semua informasi didapatkan, langkah selanjutnya adalah menginstal Wordpress secara online melalui fasilitas layanan Fantastico.<br />1. Klik sebuah link Fantastico type installer untuk memilih beberapa layanan script untuk berbagai kebutuhan berdasarkan kategori script.<br /> <br /><br />2. Terdapat beberapa script untuk membangun website.<br /> <br /><br />3. Pilih Wordpress 2.7.1. lalu tekan link Clik to Install. <br /> <br /><br />4. Klik tombol Complete Install.<br /> <br /><br />5. Proses instalasi dimulai, masukkan nama database, nama pengguna, password, dan database host. Dari mana informasi tersebut didapat? Jawabnya: dari informasi Vista Panel. Jika sudah yakin, klik tombol Submit.<br /> <br /><br />6. Tunggu beberapa saat, sistem akan mengubungkan ke database. Jika berhasil, maka muncul informasi untuk melanjutkan proses instalasi. Klik tombol Run the Install.<br /><br /><br /><br /><br /><br />7. Masukkan informasi untuk Blog yang telah dibuat lalu klik tombol Install Wordpress.<br /> <br /><br />8. Proses instalasi berhasil. Secara default, username = admin dan password dibuat secara random. Ingat! Catatlah password agar tidak lupa saat ingin masuk ke halaman admin. <br /> <br /><br />9. Tampilan standar halaman utama blog Anda menggunakan Wordpress.<br /> <br /> <br />Kegiatan Belajar 4<br />MANAJEMEN BLOG<br /><br />TUJUAN<br />Setelah mempelajari kegiatan 5, peserta pelatihan diharapkan dapat mengelola blog dengan baik pengelolan artikel, komentar dari para pengunjung, dan merancang sebuah blog yang menarik dan impresif.<br />URAIAN MATERI<br />Blog yang tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan sebuah blog yang statis sehingga orang tidak akan mengunjungi blog tersebut. Lalu, bagaimana agar blog kita memiliki rangking paling atas? <br />Salah satu cara untuk meningkatkan ranking hasil pencarian adalah pengelolaan artikel dengan baik artinya menulis artikel secara berkala, mengelola komentar dan membalas komentar maupun pertanyaan dari para pengunjung, juga memilih tampilan blog yang menarik dan informatif agar pengunjung merasa nyaman dalam mencari informasi yang didapatkan .<br />1. Mengelola Artikel<br />Sebuah arikel, jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan ranking hasil pencarian pada search engine. Oleh karena itu, sebelum membuat artikel baru sebaiknya menyiapkan kategori yang cocok untuk artikel yang akan dibuat. Hal ini perlu dilakukan agar mempermudah pengguna dalam menemukan informasi yang diperlukan.<br />Dalam Wordpress, sebuah kategori dapat memiliki sub kategori. <br />Baiklah, kita akan mencoba membahas bagaimana mengelola artikel dengan baik. Namun, pastikan sudah berada pada halaman administrator Wordpress. Bagaimana cara masuk ke halaman administrator?<br />1. Pertama kali jalankan salah satu browser (Internet Explorer, Mozilla, Opera, dan lain-lain), kemudian ketikkan alamat URL misal: http://slametriyanto.blinxer.com/wp-login.php dan tekan Enter. Maka akan muncul halaman untuk login berisi username dan password.<br /><br /><br /><br />2. Setelah berhasil masuk halaman administrator, maka tampilannya seperti nampak pada gambar berikut.<br /> <br /><br />3. Untuk membuat kategori baru, klik tombol Categories pada Posts.<br /><br /><br /><br /><br />4. Masukkan nama kategori, slug, dan deskripsi untuk kategori tersebut.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />5. Sebuah kategori baru telah berhasil dibuat.<br /> <br /><br />6. Untuk membuat kategori baru, lakukan langkah keempat. Mudah bukan? Kini saatnya membuat artikel baru. Caranya, klik tombol Add New pada tab Posts.<br /><br /><br /><br /><br />7. Masukkan Judul artikel, isi artikel pada kolom yang telah disediakan.<br /> <br /><br />8. Artikel yang terlalu panjang sebaiknya dipotong agar tampilan lebih rapi dan menarik. Pemotongan artikel tidak mempengaruhi isinya, namun hanya memisahkan antara kalimat pembuka dengan artikel yang lengkap dan biasanya di akhir baris kalimat pembuka terdapat teks More untuk membaca selengkapnya. Letakkan kursor di akhir paragraf awal kemudian klik tombol More.<br /> <br /><br />9. Setelah mengaktifkan tombol Insert More, secara otomatis paragraf pertama muncul sebuah garis dan teks More.<br /> <br /><br />10. Pada Wordpress tidak tersedia untuk mengatur paragraf rata kiri dan kanan. Untuk itu, kita harus memasukkan kode html agar paragraf nampak lebih rapi. Caranya: klik metode HTML.<br /><br />11. Masukkan teks <p align=”justify”> pada awal paragraf, lalu tambahkan teks </p> sebagai penutup di akhir paragraf.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />12. Selanjutnya, buatlah Tag untuk artikel tersebut. Apa fungsi Tag? Tag berfungsi untuk mengelompokkan sebuah artikel sesuai dengan kata kunci yang populer yang berhubungan dengan artikel tersebut. Semakin banyak kata kunci yang sama dalam Tag maka ukuran teks untuk kata tersebut semakin besar. <br /><br />13. Tentukan kategori yang tepat untuk artikel tersebut. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />14. Terakhir, simpan artikel yang baru saja dibuat. Klik tombol Published dalam tab Publish. Apabila artikel tersebut tidak ingin ditampilkan dikarenakan belum lengkap, dapat disimpan sebagai Draft dengan cara mengklik tombol Save Draft.<br />2. Mengelola Komentar<br />Pernahkah Anda membuat komentar, pertanyaan, atau saran dalam sebuah website atau blog? Nah, blog yang Anda buat terdapat fasilitas untuk mengomentari, menanyakan, dan bahkan memberikan saran terhadap artikel yang telah dibuat.<br />Adakalanya fasilitas komentar dimanfaatkan para spammer untuk memasukkan informasi yang tidak bermanfaat dan menyesatkan. Untungnya, wordpress memiliki penangkal untuk mendeteksi komentar yang diidentifikasi sebagai spam dan secara otomatis akan ditempatkan pada folder Spam, sehingga memudahkan dalam mengelola komentar dari pengunjung.<br />Lain lagi, jika ada sebuah pertanyaan atau komentar terhadap artikel yang ditulis maka hendaknya segera ditanggapi agar pengunjung merasa diperhatikan. Apabila sebuah komentar dari pengunjung tidak segera ditanggapi maka pengunjung akan merasa kecewa, apalagi komentarnya berisi sebuah pertanyaan yang bersifat penting untuk segera diketahui jawabannya.<br /><br /><br />1. Baiklah, untuk mengelola komentar, terlebih dulu Anda harus login ke halaman administrator: Masih ingat cara login? Misalnya: http://slametriyanto.net/wp-admin lalu tekan Enter. Jika mendaftarkan pada penyedia domain dan hosting gratis (misal: blinxer.com), ketik pada alamat URL http://slametriyanto.blinxer.com/wp-login.php lalu tekan Enter. Masukkan Username dan Passwod lalu tekan Login.<br /><br />2. Setelah masuk di halaman administrasi wordpress maka akan muncul tampilan seperti gambar berikut. Diasumsikan, blog yang dibuat menggunakan domain dan hosting gratis pada http://blinxer.com. Bagaimana cara membuatnya ? Pelajari kembali apda pembahasan sebelumnya<br /><br /> <br /><br />3. Untuk mengelola komentar, klik tombol Comment.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />4. Klik tombol Approve untuk menyetujui isi komentar tersebut.<br /> <br /><br />5. Sedangkan untuk membalas komentar tersebut, klik tombol Replay. Selanjutnya, masukkan isi balasan komentar dari pengunjung lalu tekan tombol Submit Reply.<br /> <br /><br />6. Hasilnya seperti gambar berikut.<br /> <br />3. Mengelola Tampilan<br />Apakah Anda menyukai penampilan seseorang yang rapi, menarik, dan karismatik? Nah, sama halnya dengan penampilan seseorang, tampilan blog juga harus lebih menarik dan informatif agar para pengguna dapat menemukan informasi secara cepat. <br />Jika pengunjung merasa betah menikmati informasi yang disajikan, secara otomatis dapat meningkatkan ranking hasil pencarian pada Search Engine.<br />Wordpress menyediakan beberapa pilihan tampilan blog yang siap pakai (instant), hanya dengan meng-klik tema (theme) yang dimaksud, maka dalam hitungan detik tampilan blog akan berubah.<br /><br />1. Untuk memilih tampilan yang diinginkan, klik panel Appereance kemudian pilih menu Themes.<br /><br /><br />2. Akan nampak beberapa pilihan tema<br /><br /> <br /><br />3. Pilih salah satu tema yang diinginkan.<br /> <br />4. Tunggu beberapa saat, proses adaptasi tema sedang berjalan. Jika sudah tampil, klik menu Actvate “namatema” yang berada di sudut kanan atas.<br /> <br /><br />5. Tampilan utama blog akan berubah sesuai dengan tema (theme) yang dipilih.<br /><br /> <br /><br />6. Selanjutnya, mengatur menu yang akan ditampillkan. Caranya, klik tombol Widgets pada panel Appereance.<br /><br /><br />7. Nampak beberapa menu yang dapat ditampilkan pada halaman utama Blog Anda. Sebagai contoh, pilih Recent Posts dengan cara meng-klik menu Add.<br /> <br /><br />8. Ketika menu Add diaktifkan, maka secara otomatis Recents Posts akan muncul di sebelah kanan. Klik menu Edit untuk mengatur parameter jumlah artikel yang akan ditampilkan. Masukkan jumlah artikel yang dinginkan, jika sudah yakin klik tombol Save Changes untuk menyimpan perubahan.<br /> <br /><br />9. Hasilnya akan muncul di halaman utama Blog. Anda dapat menambahkan beberapa menu dengan cara meng-klik tombol Add kemudian mengatur parameter yang ada.<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br />Kegiatan Belajar 5<br />MENYISIPKAN FILE KE DALAM ARTIKEL<br /><br />TUJUAN <br />Setelah mempelajari kegiatan 5, peserta pelatihan diharapkan dapat mengetahui proses penyediaan beberapa format file dalam bentuk gambar, animasi, audio, dan video.<br />URAIAN MATERI<br />Pernahkah Anda mendengarkan suara/lagu dari internet? Atau pernahkah Anda melihat sebuah video melalui internet? Ya, gambar, animasi, audio, dan video dapat ditampilkan dalam sebuah Blog. Namun perlu diketahui, blog yang dibuat melalui web penyedia blog (wordpress.com) tidak mendukung beberapa file audio, animasi, dan video. Agar dapat meletakkan file tersebut ke dalam blog, perlu memiliki blog sendiri yang tidak terdaftar pada penyedia blog gratis. Dianjurkan, Anda memiliki sebuah blog selain di wordpress.com, artinya blog yang dibuat memanfaatkan domain dan hosting gratis, membeli domain dan hosting, atau mendaftarkan blog di Jardiknas.<br />1. Menyisipkan gambar<br />Gambar yang diisisipkan dalam sebuah artikel harus mewaikili isi artikel tersebut. Mengapa? Karena gambar atau ilustrasi dapat mewakili sebuah kalimat penting yang tidak perlu disampaikan melalui tulisan. Ketika mengupload sebuah gambar ke dalam blog, Anda perlu memperhatikan format file yang mendukung agar file dapat diterima oleh sistem. Format file gambar yang dianjurkan adalah: jpg, png, dan gif. Oleh karena itu simpanlah gambar dalam format file tersebut.<br />1. Untuk mengupload gambar, pilih tombol Add an Image.<br /> <br /><br /><br /><br /><br />2. Klik tombol Select File untuk memilih file yang akan diupload.<br /><br /><br /><br />3. Tentukan gambar yang akan diupload, jika Anda sudah yakin dengan pilihan klik tombol Open.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />4. Tunggu beberapa saat, proses upload sedang berjalan. Apabila berhasil terupload, maka akan muncul informasi tentang gambar tersebut. Pilih perataan (Alignment) untuk gambar, misal: Left dan pilih ukuran gambar yang akan ditampilkan. Selanjutnya, klik tombol Insert to Post untuk menyisipkan gambar ke dalam teks.<br /><br /><br /><br />5. Gambar yang telah diupload sudah berhasil disisipkan ke dalam artikel dengan posisi sebelah kiri.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />6. Jangan lupa menyimpan perubahan, klik tombol Update Post jika artikel sudah pernah disimpan. Namun jika belum, klik tombol Publish untuk menampilkan artikel di halaman utama blog Anda.<br /><br /><br /><br />2. Menyisipkan file untuk didownload (DOC, PPT, dan PDF)<br />Pernahkah Anda mendownload sebuah file dalam bentuk Ms. Word (DOC), Presentasi (PPT), dan Portable Documen Format (PDF)?. Ya, beberapa website menyediakan sebuah file dalam bentuk DOC, PPT, maupun PDF untuk dapat didowload oleh para pengunjung. Nah, dengan adanya blog diharapkan para tenaga pendidik dapat menyediakan bahan belajar dalam bentuk file sehingga dapat didownload oleh para anak didiknya untuk dapat dimanfaatkan. <br />Untuk menyisipkan dokumen tersebut, pilih tombol Add Media.<br /><br /><br />7. Klik tombol Select Files untuk menentukan file yang akan diupload.<br /><br /><br />8. Pilih salah satu file (misal: dalam bentuk DOC), lalu klik tombol Open.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />9. Tunggu beberapa saat, proses upload sedang berjalan. Jika berhasil terupload, muncul informasi tentang file tersebut. Klik tombol Inset to Post untuk menyisipkan file ke dalam teks.<br /><br /><br /><br /><br />10. Sebuah teks bergaris bawah menandakan adanya link ke sebuah file yang dapat didownload ketika mengklik teks tersebut.<br /><br /><br /><br /><br />11. Jangan lupa pilih Category yang sesuai untuk artikel tersebut.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />12. Agar artikel tampil di halaman utama Blog Anda, klik tombol Publish. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />13. Untuk menguji file tersebut dapat didownload atau tidak, bukalah halaman utama blog Anda kemudian klik teks tersebut maka akan muncul kotak dialog untuk menyimpan atau membuka file tersebut.<br /> <br />3. Menyisipkan audio ke dalam artikel<br />Apakah Anda pernah mengalami sebuah blog menampilkan beberapa daftar lagu yang dapat dijalankan dan didengarkan melalui internet?. Ya betul, dalam sebuah blog yang Anda kelola dapat disisipkan sebuah file dalam format suara atau audio. Bagaimana caranya?<br />Memang, blog yang masih asli artinya belum ditambah beberapa fitur (plugin) tambahan tidak dapat menampilkan file dalam format suara atau audio secara langsung. Kalaupun file dalam format suara tersebut diupload ke dalam blog Anda, maka ketika diklik oleh pengunjung akan langsung terdownload, bukan mendengarkan melalui sebuah musik di komputer pribadi (PC) dengan Media Player. <br /><br />1. Sebelum mengupload file dalam format audio, terlebih dulu Anda harus menginstal sebuah plugin yang dapat didownload secara gratis div http://wordpress.org/extend/. Downloadlah file audio_player.zip, jika sudah didownload selanjutnya pilih panel Plugins<br /><br /><br /><br /><br />2. Klik sebuah link Plugin Browser/Installer.<br /> <br /><br />3. Klik tombol Browse untuk menentukan file yang akan diupload.<br /> <br /><br />4. Pilih file audio_player.zip, lalu klik tombo Open.<br /> <br /><br />5. Klik tombol Install Now untuk mulai proses instalasi.<br /> <br /><br />6. Tunggu beberapa saat hingga proses instalasi berhasil. Klik teks Activate Plugin untuk mengaktifkan plugin audio player.<br /> <br /><br /><br /><br /><br />7. Untuk mencoba memasukkan file dalam format audio, klik menu Add New pada panel Posts.<br /> <br /><br />8. Klik tombol Add Audio.<br /> <br /><br />9. Klik tombol Select Files untuk menentukan file audio yang akan diupload. Perlu diketahui, format file yang mendukung adalah mp3.<br /> <br /><br />10. Pilih salah satu file yang akan diuplad, lalu klik tombol Open.<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br />11. Tunggu beberapa saat hingga proses instalasi selesai. Jika berhasil terupload, muncul beberapa informasi mengenai file audio. Untuk menyisipkan file ke dalam artikel, klik tombol Insert to Post.<br /> <br /><br />12. Setelah memasukkan file audio ke dalam artikel, Anda perlu memasukkan kode agar file tersebut dapat dijalankan secara otomatis dengan sebuah navigasi untuk menjalakan audio.<br /> <br /><br />13. Tambahkan teks [audio:] di antara nama file tersebut.<br /> <br /><br /><br /><br /><br />14. Setelah memasukkan kode, simpan artikel tersebut dengan cara mengklik tombol Publish pada panel Publish.<br /> <br /><br />15. Untuk melihat hasilnya, buka halaman utama blog Anda kemudian klik navigasi Audio Player. Apa yang terjadi? Ya, terdengar suara dari blog Anda.<br /> <br />4. Menyisipkan animasi ke dalam artikel<br />Mungkin ada sebuah pertanyaan, apakah dalam blog bisa disertakan sebuah animasi? Oh tentu bisa, format file apapun bisa disisipkan ke dalam blog asalkan memenuhi persyaratan untuk sistem wordpress. Nah, sekarang pertanyaanya format file apa saja yang dapat didukung oleh sistem blog Anda?<br />Baiklah, secara umum format file untuk animasi yang berbasis web umumnya berekstensi swf atau gif. Mengapa demikian? Karena format file tersebut berukuran relatif kecil sehingga ketika diakses akan lebih cepat tampilan dibandingkan format file lain. Dan sebagian besar format file yang digunakan adalah swf. <br />Namun sebelum mengupload file animasi dalam bentuk swf, terlebih dulu harus menginstal plugins agar dapat menjalankan file tersebut melalui blog Anda tanpa harus mendownload terlebih dulu.<br /><br />1. Untuk menginsal plugin, klik panel Plugins.<br /><br /><br /><br /><br /><br />2. Klik teks Plugins Browse/Installer.<br /> <br /><br />3. Klik tombol Browse untuk menentukan file yang akan diupload. Jika belum memiliki file plugin, silakan download file swfobj.zip pada situs resmi http://wordpress.org/extend/. <br /> <br />4. Setelah memilih file yang akan diupload, klik tombol Open.<br /> <br />5. Klik tombol Install Now untuk proses instalasi.<br /> <br />6. Klik tombol Activate Plugin untuk mengaktifkan plugin.<br /> <br />7. Sekarang buatlah sebuah artikel, caranya klik menu Add New pada panel Posts.<br /> <br /><br /><br /><br />8. Klik tombol Add Media untuk memasukkan file lain.<br /> <br /><br />9. Klik tombol Select File untuk menentukan file yang akan diupload.<br /> <br /><br />10. Tentukan sebuah file animasi dalam format swf lalu klik tombol Open.<br /> <br /><br />11. Tunggu beberapa saat hingga proses instalasi selesai. Jika proses upload berhasil, akan nampak informasi tentang file animasi dalam format swf. Klik tombol Insert to Post untuk menyisipkan file ke dalam artikel.<br /> <br /><br />12. Jangan lupa, simpan artikel tersebut dengan cara mengklik tombol Publish.<br /> <br /><br />13. Untuk menguji hasilnya, buka halaman utama blog Anda kemudian klik sebuah file animasi<br /> <br /><br />5. Menyisipkan video ke dalam artikel<br />Pembahasan blog makin seru bukan? Setelah mengetahui berbagai macam kelebihan dan keutamaan blog, tentunya akan lebih termotivasi untuk memanfaatkan blog sebagai bahan belajar berbasis online. Mengapa demikian? Karena blog dapat mendukung berbagai macam format file yang tidak dimiliki oleh website biasa.<br />Baiklah, pada pembahasan kali ini akan menyisipkan file video ke dalam artikel. Perlu diketahui pula, beberapa plugin hanya mendukung format file video tertentu. Lalu, apa saja format file video yang umumnya digunakan dalam web? Beberapa file video umumnya berformat file : mov, mpeg, mp4, mwv, dan flv.<br />Tidak semua file video akan dibahas, untuk studi kasus menyisipkan video dalam format file wmv. Namun terlebih dulu harus menginstal sebuah plugin yang dapat menjalankan file video dalam format wmv. <br />1. Klik panel Plugins untuk menginstal plugin baru.<br /> <br /><br />2. Klik teks Plugin Browser/Installer.<br /> <br /><br />3. Klik tombol Browse untuk menentukan file yang akan diupload.<br /> <br /><br />4. Pilih file video-embeded.1.7.1.zip lalu tekan tombol Open.<br /> <br /><br /><br />5. Selanjutnya, klik tombol Install Now untuk proses instalasi.<br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />6. Tunggu beberapa saat hingga proses instalasi selesai, klik menu Activate Plugin untuk mengaktifkan plugin tersebut.<br /> <br /><br />7. Untuk mengatur area tampilan video, klik panel Setting lalu pilih Video Embedder.<br /> <br />8. Nilai yang tertera dalam kolom tersebut merupakan default dari sistemnya. Dan perlu diketahui ketika memasukkan file video dalam format wmv harus memasukan kode [windowsmedia]alamatURLfile[/windowsmedia].<br /> <br /> <br /><br /><br />9. Sekarang buatlah sebuah artikel baru, caranya klik tombol Add New pada panel Posts.<br /> <br /><br />10. Masukkan judul artikel, lalu klik tombol Add Media.<br /> <br /><br />11. Klik tombol Select File untuk menentukan file video yang akan diupload.<br /> <br /><br />12. Pilih salah satu file video yang akan diupload lalu klik tombol Open.<br /> <br /><br />13. Tunggu beberapa saat hingga proses upload selesai. Selanjutnya, klik tombol Insert to Post.<br /> <br /><br />14. Setelah file masuk dalam artikel, klik tab HTML untuk mengedit artikel dalam foramt HTML.<br /> <br /><br />15. Masukkan kode [windowsmedia] dan diakhiri dengan [/windowsmedia] pada nama file video.<br /> <br /><br />16. Jangan lupa menentukan kategori untuk artikel tersebut.<br /> <br /><br /><br /><br />17. Untuk menyimpannya, klik tombol Publish pada panel Publish.<br /> <br /><br />18. Dan untuk melihat hasilnya, buka halaman utama blog Anda. Akan nampak sebuah layar video lengkap dengan tombol navigasi untuk menjalankan maupun menghentikan video.<br /> <br /><br /> <br />Kegiatan Belajar 6<br />MENINGKATKAN RANKING<br />PADA SEARCH ENGINE<br /><br />TUJUAN <br />Setelah mempelajari kegiatan 6, peserta pelatihan diharapkan dapat mengelola blog dengan baik sehingga dapat meningkatkan ranking pada mesin pencari (search engine).<br />URAIAN MATERI<br />Membuat blog memang mudah, tapi mengelola blog jauh lebih sulit. Pengelolaan blog bukan hanya sebatas membuat artikel sebanyak-banyaknya namun harus memperhatikan beberapa teknik agar blog yang dibuat dapat dikenal orang lain dalam waktu yang relatif singkat. Dan pada akhirnya, tujuan pembuatan blog itu sendiri dapat terwujud.<br />Agar blog cepat populer perlu strategi dalam pengelolaanya sehingga ada peningkatan jumlah pengunjung setiap harinya. Orang sangat tergantung pada sebuah mesin pencari dalam menemukan informasi yang diinginkan. Nah, mesin pencari tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga ketika seseorang mencari informasi yang dibutuhkan langsung menuju ke blog kita.<br />Pengetahuan tentang sistem kerja mesin pencari perlu dipahami, mulai dari Search Engine Optimization (SEO), Search Engine Friendly (SEF) dan mengetahui beberapa alat yang dapat digunakan sebagai mesin pencari. Teknik mempromosikan blog juga perlu dipahami, lalu bagaimana caranya? Untuk menemukan jawabannya, pelajari pembahasan berikut ini.<br />1. Mengenal Mesin Pencari (Search Engine)<br />Ada berapa banyak mesin pencari yang Anda ketahui?. <br />Apakah Anda mengenal Yahoo atau Google? Ya, kedua nama tersebut tidak asing bagi kita karena hampir setiap saat kita memanfaatkan jasa kedua perusahaan tersebut. Untuk saat ini, mesin pencari yang paling populer adalah Google.<br />Mesin pencari adalah program komputer yang dirancang untuk membantu seseorang menemukan file-file yang disimpan dalam komputer, misalnya dalam sebuah server umum di web (WWW) atau dalam komputer sendiri. Mesin pencari memungkinkan kita untuk meminta content media dengan kriteria yang spesifik (biasanya yang berisi kata atau frasa yang kita tentukan) dan memperoleh daftar file yang memenuhi kriteria tersebut. <br />Sitem kerja mesin pencari. Mesin pencari web bekerja dengan cara menyimpan informasi tentang banyak halaman web, yang diambil langsung dari WWW. Halaman-halaman ini diambil dengan web crawler — browser web otomatis yang mengikuti setiap pranala yang dilihatnya. Isi setiap halaman lalu dianalisis untuk menentukan cara mengindeksnya (misalnya, kata-kata diambil dari judul, subjudul, atau field khusus yang disebut meta tag). Data tentang halaman web disimpan dalam sebuah database indeks untuk digunakan dalam pencarian selanjutnya. Sebagian mesin pencari, seperti Google, menyimpan seluruh atau sebagian halaman sumber (yang disebut cache) maupun informasi tentang halaman web itu sendiri.<br />Ketika seorang pengguna mengunjungi mesin pencari dan memasukkan query, biasanya dengan memasukkan kata kunci, mesin mencari indeks dan memberikan daftar halaman web yang paling sesuai dengan kriterianya, biasanya disertai ringkasan singkat mengenai judul dokumen dan terkadang sebagian teksnya.<br /><br /> <br /><br />2. Mengenal Search Engine Optimization (SEO)<br />Search Engine Optimization (SEO) atau optimisasi mesin pencari adalah serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan volume dan kualitas trafik dari mesin pencari menuju alamat situs web tertentu dengan memanfaatkan mekanisme kerja alami algoritma mesin pencari tersebut. Tujuan spesifik SEO adalah menempatkan suatu alamat situs web pada posisi teratas (atau setidaknya pada halaman pertama) hasil pencarian berdasarkan subyek tertentu. Secara logis, alamat situs yang menempati posisi teratas hasil pencarian memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pengunjung.<br /><br />Semakin tinggi peringkat halaman blog Anda diterima tergantung sebagaimana friendly dalam SEO apabila ada pencarian Web. Perlu untuk ditambahkan beberapa hal pada blog Anda agar SEO lebih menarik, seperti menambahkan Meta tag ke kode html karena bermanfaat untuk situs Web Anda dan popularitas situs. Pengulangan untuk penambahan konten baru yang kaya dengan keywords yang ampuh dan link akan menghias lebih banyak trafik. Link ditempatkan di situs dan halaman lain melalui media forum sosial, blog dan rss feed, jadi ketika website ini diupdate dengan konten baru, trafik Anda meningkat. Keutamaan dari search engines adalah mengambil konten baru dan mengendalikan lebih banyak trafik ke situs Anda karena penggunaan teknik SEO yang telah Anda gunakan. Promosikan website Anda menggunakan SEO dan anda akan melihat perbedaan besar pada pengunjung (trafik) dan keuntungan yang potensial bagi Anda.<br />3. Mengenal Search Engine Optimization (SEO)<br />Apa itu SEF, ialah struktur halaman sebuah website/ blog yang mudah dibaca oleh search engine. Namun sebagai sebuah trick, SEF mudahnya dipahami sebagai, trick agar halaman kita mudah dibaca oleh search engine. Sudah banyak artikel SEO yang ditulis para analis SEo atau webmaster, semoga menambahi.<br />Yang paling penting adalah standar pemformatan. Gunakanlah pemformatan yang benar, sehingga mesin pencari lebih mudah untuk mengindex isi website anda. Validasi halaman anda di validator.w3.org/check?uri=url website anda<br /><br />Gunakan elemen h1, h2, h3, dan seterusnya untu memberi pemformatan judul dan subjudul. Ini akan diprioritaskan dalam pengindexan.<br /><br />Header adalah yang utama. Jadi title halaman disini sangat penting, buatlah setiap halaman memmpunyai judul yang ada hubungannya dengan isi. Seperti halaman pada website ini, silakan cek dimesin google dengan kata kunci mengenal SEF atau mengenal SEO. Biasanya mesin pencari membutuhkan waktu untuk menindex halaman, 3 sampai 7 hari.<br /><br />Urutan peng-index-an, header, body, sidebar, footer. Perhatikan penyusunan halaman. Gunakanlah xhtml 1 strict untuk menyusun halaman tanpa tabel, sehingga bisa mengurutkan struktur halaman.<br />4. Mempromosikan Blog<br />Pertanyaan yang sering muncul muncul adalah, bagaimana cara mempromosikan blog? Dan apa manfaatnya?<br />Ada banyak cara untuk mempromosikan blog agar pada hasil pencarian menduduki ranking teratas.<br /><br />1. Pergunakan link alamat blog sebagai email signature Anda. Hampir semua platform email saat ini memberi kemudahan kepada para pemakainya untuk membuat signature di bagian bawah email. Dengan menambahkan link (ya, tentu yang clickable, jangan hanya sekedar alamat) alamat blog Anda di signature email dengan pilihan tag line yang menarik, besar kemungkinan setiap penerima email Anda akan tertarik untuk meng-klik alamat blog tersebut dan bukan tidak mungkin kemudian akan menjadi pembaca setia blog Anda.<br /> <br /><br />2. Tambahkan alamat blog Anda pada kartu nama Anda. Cara ini sebenarnya sudah biasa namun akan menjadi berbeda jika Anda memberikan sentuhan yang menarik pada pilihan tag line alamat blog Anda. Kuncinya, jangan sekedar menuliskan alamat blog, namun beri deskripsi singkat yang "menggoda" penerima kartu nama Anda untuk mengunjungi blog Anda. Jika Anda belum punya kartu nama, barangkali ini saat yang tepat untuk membuatnya. Anda bisa membuat kartu nama dengan budget yang cukup terjangkau, bahkan bisa membuatnya sendiri hanya dengan bantuan sebuah printer.<br /> <br /><br />3. Tampilkan alamat blog Anda pada Contact Details akun Yahoo Messenger Anda. Akun Yahoo Messenger memberi ruang kepada Anda untuk menambahkan data situs atau blog pribadi di bagian Contact Details. Ketika chatting, alamat blog Anda akan terlihat oleh lawan bicara Anda. Sekali lagi manfaatkan tag line deskripsi yang menarik untuk memancing rasa ingin tahu lawan bicara Anda.<br /> <br /><br />5. Buat stiker atau pembatas halaman buku dengan logo dan nama blog Anda dan bagikan secara gratis kepada pengunjung warnet di dekat tempat Anda tinggal. <br /><br />6. Buat stiker nama blog Anda dan tempel di mobil atau motor Anda. Jika budget Anda sangat minim, Anda bisa membuat custom stiker dengan jumlah sangat terbatas dan menempelkannya di mobil atau motor Anda sendiri. Sekali lagi, yang terpenting adalah bahasa visual melalui stiker yang berperan sebagai iklan blog Anda. Bukan berapa biayanya.<br /><br />7. Buat topi dengan logo blog Anda dan gunakan dalam setiap kesempatan kemanapun Anda pergi. Membuat logo blog Anda di topi yang biasa Anda pakai setiap hari ke kampus, atau ke tempat kerja, atau sekedar jalan-jalan, adalah cara promosi yang efektif. Saat ini juga banyak teknik sablon topi yang murah dan terjangkau dengan budget rendah.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />RANGKUMAN<br />Sebuah blog dapat dijadikan sebagai media untuk menyediakan bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung tanpa melihat batas wilayah, suku, maupun negara. Bahan belajar berbasis online sangat membantu mereka dalam memanfaatkan informasi yang didapat selain di sekolah maupun akademisi.<br /><br />Blog memberikan dampak yang sangat luas, terutama dalam hal penyebaran informasi berbasis internet yang dapat mendukung berbagai macam media seperti teks, gambar, animasi, suara, dan video. Untuk membangun blog dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu: membuat blog pada aplikasi pembuat blog (misal: blogger.com, multiply.com, wodpress.com, dan lain-lain), membuat blog melalui pendaftaran domain dan hosting gratis, dan membuat blog yang berbayar.<br /><br />Setelah blog terbentuk, hal yang terpenting adalah mengelola blog tersebut agar semakin populer. Salah satunya adalah membuat artikel yang menarik, mengatur permalink, hingga mempromosikan blog melalui berbagai media: internet maupun konvensional. Kunci utama agar blog dikenal oleh masyarakat adalah, bagaimana blog yang kita miliki dikunjungi oleh banyak orang? <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PENUTUP<br /><br /><br /><br />Setelah mengenal tentang Blog, diharapkan para tenaga pendidik dapat memberikan kontribusi dalam menyebarkan bahan belajar berbasis online. Tanpa adanya peran seorang tenaga pendidik, kualitas generasi penerus bangsa akan kalah oleh dari negara-negara tetangga. Internet bukan hanya untuk mencari informasi, membuat email, mencari pertemanan, maupun hanya sekedar mencari aplikasi yang gratis saja. Banyak manfaat yang diambil dari perkembangan internet, salah satunya adalah pemanfaatan Blog.<br /><br />Blog berbeda dengan Groups atau Mailing List, blog berbeda dengan web portal maupun Forum. Blog memiliki kelebihan dibandingkan dengan kegiatan tersebut, diantaranya: penyediaan file dalam bentuk mulmedia: teks, gambar, animasi, suara, dan video dalam sebuah halaman. Forum maupun Mailing List hanya dapat menampilkan informasi dalam bentuk teks dan gambar saja. Web portal juga sangat jarang menampilkan informasi dalam bentuk multimedia dalam sebuah halaman. Mengingat banyaknya kelebihan blog tersebut, sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan, apalagi untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. <br /><br />Jika tidak sekarang, kapan lagi ?<br /><br />Ayo nge-Blog !!<br /> <br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />1. http://www.marketingpilgrim.com/2008/03/optimize-blog-post-titles.html<br />2. http://en.wikipedia.org<br />3. http://id.wikipedia.org<br />4. http://wak-online.blogspot.com/2009/02/mempromosikan-website-anda-dengan-seo.html<br />5. http://kangnawar.com/seo/mendahulukan-yang-manusiawi-ketimbang-mesin-pencari<br />6. http://agung104.wordpress.com/2009/01/14/sepuluh-cara-untuk-meningkatkan-popularitas-blog-anda-di-google-dan-mesin-pencari-lainnya/<br />7. http://www.mangoaddict.com/2008/08/10/tip-blogging-seo-dasar-untuk-pemula/<br /><br /><br /><br /><br />_______oooOooo_______mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-10784174652573370672010-09-04T21:20:00.000-07:002010-09-04T21:21:39.815-07:00PGMKSBMA. Gambaran Umum PGMKSBM<br />1. Rasional PGMKSBM<br /><br />Seperti dideskripsikan dalam Bab IV halaman 72, tampaknya alasan mendasar diselenggarakan PGMKSBM adalah karena tingginya jumlah guru SD/MI yang telah aktif mengajar tapi belum memenuhi kualifikasi D2. Sementara, penyelenggaraan program penataran penyetaraan guru yang diselenggarakan pemerintah baru mampu menyerap 331.000 orang guru, sekitar 600.000 orang guru lain masih belum memenuhi kualifikasi D2. Para guru yang telah aktif mengajar dan belum memenuhi kualifikasi ini tidak mungkin harus meninggalkan kelas untuk mengikuti program pendidikan peningkatan kjualifikasi secara konvensional. Oleh karena itu, perlu dicarikan inovasi pembelajaran lain dimana mereka dapat meningkatkan kualifikasi tanpa harus meninggalkan kelas. Alasan inilah yang melandasi diselenggarakannya inovasi PGMKSBM. <br />Penyelenggaraan inovasi PGMKSBM ini tampaknya tidak mendapatkan kesulitan karena didukung oleh adanya landasan hukum (konstitusional) yang memungkinkan diselenggarakannya program pembelajaran alternatif untuk meningkatkan kualifikasi guru. Landasan hukum tersebut antara lain adalah Garis-Garis Besar haluan Negara (GBHN) tahun 1993, pasal 31 Peraturan Pemerintah No. 38/1992 tentang Tenaga Kependidikan dan SK Mendikbud No. 0854/U/1989 tanggal 30 Desember 1989 yang mempersyaratkan guru SD berkualifikasi minimal D2. Sebagai tindak lanjut dari SK Mendikbud ini, pada tanggal 12 Juni 1996, Universitas Sebelas Maret dan pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis Bandung menandatangani naskah kesepahaman bersama (MoU) untuk melaksanakan pola alternatif penataran guru pendidikan dasar di lingkungan Depdikbud. <br />Secara konseptual, penyelenggaraan PGMKSBM juga didasarkan atas landasan konsep yang jelas. Seperti terlihat dalam Bab IV, terdapat empat pendekatan/paradigma yang digunakan sebagai landasan penyelenggaraan PGMKSBM, yaitu pendekatan reflektif, pendekatan kolaboratif, pendekatan konstruktif, dan pendekatan penelitian tindakan kelas. <br />Inti dari pendekatan reflektif adalah pembelajaran akan efektif apabila didasarkan pada pengalaman sebagai hasil dari perbuatan. Oleh karena itu, implikasi dari pendekatan ini adalah pengalaman mengajar sehari-hari sebagai perbuatan guru harus dapat diolah dengan menggunakan kerangka berpikir dan pengetahuan yang dimilikinya untuk membangun pengetahuan baru yang akan mendukung kemampuan mengajarnya. Pengetahuan atau pemahaman baru ini, melalui pengolahan dan refleksi dapat melahirkan tindakan yang lain sebagai perwujudan dari keingintahuannya. Dengan demikian, proses aktif ini akan terus berkelanjutan tiada henti sebagaimana layaknya bola salju. Pada akhirnya akan membentuk profesionalitas guru yang terus maju berkelanjutan tanpa henti (on-going formation). Oleh karenanya, dalam PGMKSBM guru dituntut untuk: 1) melakukan pemecahan masalah mengajar dengan cara menyusun rancangan pembelajaran; 2) rencana pembelajaran tersebut dievaluasi dan direview bersama dengan teman sejawat; 3) diimplementasikan dalam situasi nyata di kelas dimana guru tersebut mengajar; 4) hasil implementasi tersebut kembali di evaluasi dan direview bersama teman sejawat; 5) berdasarkan hasil review rancangan pembelajaran diperbaiki dan siklus ini terus berlanjut. Melalui proses refleksi seperti ini, kesadaran, pemahaman dan keterampilan guru akan meningkat.<br />Pendekatan kolaboratif adalah peningkatan pemahaman dan kesadaran melalui dimensi sosial atau proses saling interaksi. Implikasi dari paradigma kolaboratif ini adalah bahwa proses pembelajaran PGMKSBM harus melibatkan aktifitas kelompok untuk memecahkan masalah mengajar yang dihadapinya secara nyata. Dengan demikian, diharapan akan terjadi kolaborasi antara satu indivdu dan individu lain dalam kelompok yang saling berketergantungan dalam memecahkan masalah mengajarnya tersebut. Oleh karena itu, dalam PGMKSBM peserta dituntut agar secara kelompok melakukan pertemuan reguler untuk mendiskusikan baik hal yang terkait dengan tugas, maupun masalah pembelajaran yang dihadapi sehari-hari dan melaporkannya dalam bentuk laporan berkala (bulanan). Laporan ini juga menjadi salah satu dasar penilaian hasil belajar. <br />Pendekatan konstruktifistik menjelaskan bahwa pembelajaran akan efektif apabila proses pembentukkan pengetahuan/pemahaman dilakukan oleh pebelajar. Dalam konteks PGMKSBM, pembentukkan pengetahuan /pemahaman harus dilakukan dengan cara mengakomodasi pengalaman mengajar guru sehingga guru punya kemandirian untuk mengendalikan belajarnya sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Implikasi dari pendekatan konstruktifistik bagi proses pembelajaran PGMKSBM adalah: 1) penatar/pengajar yang semula berfungsi sebagai penyaji materi, bergeser menjadi proses belajar bersama dengan peserta PGMKSBM melalui partisipasi aktif sebagai fasilitator; 2) peserta PGMKSBM yang semula dijadikan sebagai obyek, bergeser menjadi peserta sebagai subyek; dan 3) peserta PGMKSBM yang semula mengumpulkan pengetahuan bergeser menjadi penemu dan pengembang pengetahuan.<br />Pendekatan penelitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan konsekuensi dari penerapan pendekatan refletif. Artinya, untuk mengefektifkan terjadinya perubahan pada tingkat sekolah/kelas, maka guru (peserta PGMKSBM) diwajibkan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui praktek-praktek pembelajaran di kelas. Guru (peserta PGMKSBM) dengan mendasarkan pada masalah keseharian yang dihadapinya, dengan dibantu oleh rekan sejawatnya melakukan tindakan berupa rancangan pembelajaran, melaksanakan, mengobservasi dan memperbaikinya kembali secara terus menerus. <br /><br />2. Sejarah singkat PGMKSBM <br />Seperti dideskripsikan dalam tabel 6 halaman 78, sebenarnya cikal bakal PGMKSBM telah muncul sejak tahun 1994. Pada bulan September 1994, Puslitbangjari UNS mengembangkan model penataran terakreditasi dengan sistem belajar mandiri untuk membantu meningkatkan profesionalitas guru dengan memanfaatkan forum PKG/KKG dan MGMP di Kecamatan Pasarkliwon. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualifikasi guru, bagi guru-guru yang sudah mengajar akan tetapi belum memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan. Pada tahap ini, belum terpikirkan kerjasama dengan pihak Departemen Pendidikan. Program ini dilakukan hanya sebagai bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diberikan oleh Puslitbangjari UNS. Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah pada saat itu hanya sebatas mengetahui.<br />Model tersebut menggunakan pendekatan collaborative action research (CAR) dengan sistem belajar mandiri. Yang dimaksud dengan collaborative action research adalah sebagai berikut: 1) setiap guru anggota gugus membuat rancangan pembelajaran; 2) rancangan pembelajaran tersebut diterapkan di kelas dan diamati oleh teman sejawat; 3) hasil pengamatan didiskusikan dengan teman sejawat dan nara sumber (dosen kunjung) pada setiap hari Sabtu siang setelah akhir jam belajar; 4) permasalahan yang tidak dapat dipecahkan dalam diskusi diangkat sebagai materi penataran; 5) materi penataran disajikan oleh nara sumber (dosen kunjung) dari UNS dengan metode diskusi; 6) berdasarkan hasil diskusi pada point 5, guru memperbaiki/menyempurnakan rancangan pembelajarannya; dan 7) rancangan pembelajaran diterapkan kembali di kelas dan diamati oleh teman sejawat. Begitu seterusnya, ketujuh tahapan ini menjadi siklus yang berulang-ulang. <br />Pada saat bersamaan, di akhir tahun 1995, ketika Puslitbangjari UNS menyelenggarakan penataran guru terakreditasi di Kecamatan Pasarkliwon, Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis Bandung, melalui Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Puslitbangjari UNS dalam hal mencari model pembelajaran yang inovatif dengan berbasiskan sistem belajar mandiri. Model pembelajaran ini diharapkan mampu membantu menuntaskan program penyetaraan D2 bagi 600.000 guru yang belum berkualifikasi setara D2 di seluruh Indonesia. Program pendidikan yang ada baru berhasil menyerap 2000 guru dan akan memakan waktu 30 tahun untuk menuntaskan ke-600.000 guru tersebut jika tidak ditemukan alternatif model pembelajaran lain. Beberapa pertemuan dilakukan, (lihat tabel 6) sehingga pada bulan Juni 1996 dicapai suatu perjanjian kerjasama antara P3GT Bandung dengan UNS untuk menyelenggarakan suatu uji coba model pembelajaran yang dinamakan Penataran Guru Terakreditasi Model Kualifikasi dengan Sistem Belajar Mandiri (PGTMKSBM). Pada saat itu disepakati pembagian kewenangan, sebagai berikut: 1) P3GT Bandung sebagai penyandang dana uji coba; 2) Puslitbangjari UNS sebagai pengembang model; dan 3) FKIP UNS sebagai penanggung jawab akreditasi bidang akademik.<br />Bulan Februari sampai dengan akhir Juli 1997, dilakukan uji coba tahap I terhadap 100 orang peserta dari Jawa Tengah dan 100 orang peserta dari Jawa Barat. Hasil uji coba ini dijadikan sebagai bahan penyempurnaan model. Pada bulan September 1997 sampai dengan akhir Januari 1998, dilaksanakan uji coba tahap II. Uji coba tahap kedua ini melibatkan kurang lebih 1800 orang peserta yang tersebar di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. <br />Pada saat tahap uji coba 2 masih berlangsung, tanggal 3 Agustus 1997, Kanwil Depag Jawa Barat melakukan kajian tentang model Penataran Guru Terakreditasi Model Kualifikasi dengan Sistem Belajar Mandiri ke P3GT Bandung. Pengkajian dilaksanakan di Lembang Bandung. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut, Kanwil Depag Jawa Barat didampingi P3GT Bandung ng ke UNS untuk menjajaki kemungkinan kerjasama perluasan penataran di lingkungan Departemen Agama Jawa Barat. Akhirnya di sepakati kerjasama antara UNS dengan Kanwil Depag Jawa Barat untuk memperluas penyelenggaraan penataran ke wilayah Banten (sekarang Propinsi). Kerjasama dengan Depag ini bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi guru Madrasah Ibtidaiyah (D2) dan Madrasah Tsanawiyah (D3) untuk guru mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi dan Bahasa Inggris. <br />Pada tahap ini, pelaksanaannya tidak lagi melalui tahapan penataran, sehingga tidak lagi melibatkan P3GT Bandung. Namanya berubah menjadi Pendidikan Guru Model Kualifikasi dengan Sistem Belajar Mandiri (PGMKSBM). Program D2 dimulai pada bulan September 1997 dan berakhir pada tahun 1999 melalui dua tahapan wisuda. Wisuda tahap I dilakukan pada 19 Juni 1999 dan wisuda tahap II dilakukan pada tanggal 13 Nopember 1999. <br />Pelaksanaan program D3 dimulai pada bulan Desember 1997 dan berakhir pada tanggal 14 April 2001. Sejak tahun 2001 sampai penelitian ini dilakukan, kerjasama antara UNS dengan P3GT Bandung, Kanwil Departemen Agama Jawa Barat dan atau instansi lain masih berlangsung. Namun, mengingat penelitian ini dibatasi hanya sampai pelaksanaan PGMKSBM di wilayah Banten, maka sejarah PGMKSBM pasca tahun 2001 tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini. <br />3. Pengertian PGMKSBM <br />Mengacu pada deskripsi temuan yang digambarkan dalam table 5 halaman 69 dan bagan 3 halaman 70, tampak jelas bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Guru Model Kualifikasi dengan Siste, Belajar Mandiri (PGMKSBM) adalah suatu inovasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi guru, bagi guru yang sedang berstatus aktif mengajar tapi belum memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dengan tanpa harus meninggalkan pekerjaanya. Dengan pengertian ini, maka PGMKSBM dapat dikatakan sebagai program dalam jabatan (in-service). Artinya, program ini tidak berlaku bagi guru dalam status yang tidak aktif mengajar. Seperti digambarkan dalam bab sebelumnya, jelas sekali ditunjukkan bahwa antecedant program PGMKSBM adala para guru yang sedang aktif mengajar. Guru yang sedang aktif mengajar ini mengikuti proses pembelajaran yang dinamakan PGMKSBM yang mengoptimalkan pengetahuan bawaaan, pengalaman, dan lingkungan. Tujuannya adalah meningkatnya kinerja guru dan hasil belajar. <br />Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ciri khas (karakteristik) dari PGMKSBM adalah bahwa 1) PGMKSBM bukan program prajabatan (pre-service training) tapi program dalam jabatan (in-service training); 2) PGMKSBM tidak menitikberatkan pada tatap muka, tapi pada belajar mandiri dalam bentuk tugas-tugas yang diintegrasikan dengan tugas keseharian mengajar di sekolah; 3) PGMKSBM menerapkan pendekatan ”collaborative action research” yaitu mensinergikan antara teori ke dalam praktek mengajar sehari-hari; 4) sumber penilaian diperoleh tidak hanya dari ujian tengah dan kahir semester, tapi juga dari portfolio dalam bentuk laporan mingguan dan bulanan; dan 5) teman sejawat dan kepala sekolah menjadi salah satu sumber dan mitra belajar.<br /><br />B. Proses Difusi Inovasi PGMKSBM<br />Seperti dijelaskan dalam Bab II, proses difusi suatu inovasi dapat dilihat dari sisi saluran komunikasi, sistem social dimana difusi itu berlangsung, waktu dimana proses difusi terjadi serta tahapan keputusan adopsi inovasi terjadi. Demikian pula halnya dengan proses difusi inovasi PGMKSBM dapat digambarkan berdasarkan aspek-aspek tersebut. <br /> <br />1. Saluran Komunikasi, Sistem Sosial dan Waktu <br />Seperti terlihat dalam tabel 8 halaman 84, jenis saluran komunikasi yang paling banyak digunakan dalam mendifusikan inovasi PGMKSBM adalah saluran antar pribadi. Adapun bentuk komunikasinya meliputi kunjungan, rapat/pertemuan, loka karya, dan seminar. Seperti dibahas dalam Bab II, jelas bahwa komunikasi antar pribadi adalah cara yang efektif untuk tahap persuasi. Tampaknya pendekatan persuasif melalui saluran komunikasi antar pribadi inilah yang mendorong percepatan adopsi PGMKSBM oleh Kanwil Departemen Agama Jawa Barat. <br />Tabel 8 tersebut juga menunjukkan bahwa difusi inovasi PGMKSBM terjadi dalam tingkat organisasi. Organisasi yang terlibat dalam proses difusi inovasi tersebut antara lain adalah: 1) Universitas Negeri Sebelas Maret berikut jajaran didalamnya; 2) Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis Bandung; 3) Direktorat Guru dan Tenaga Teknis (Dikgutentis); 4) Kanwil Departemen Agama Jawa Barat; 5) Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah; 6) Balai Penataran Guru se-Indonesia; 7) Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan 8) Lembaga Pendidikan Tinggi dan Kejuruan (LPTK) se-Indonesia. Jadi, jika dilihat dari sisi sistem sosial maka faktor orgaisasi dan termasuk ”opinion leader” di dalamnya yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi PGMKSBM. Hal ini membuktikan kebenaran teori yang diungkapkan oleh Rogers, seperti dijelaskan dalam Bab II, bahwa level organisasi apalagi yang bersifat ”top-down” berpengaruh terhadap kecepatan adopsi suatu inovasi. <br />Sementara itu, seperti terlihat dalam bagan 4 halaman 87, apabila dilihat dari sisi waktu maka perintisan PGMKSBM antara UNS dan P3GT Bandung terjadi selama 4 bulan. Pertemuan pertama antara Puslitbangjari UNS dengan P3GT Bandung terjadi pada bulan Maret 1996 dan penanda tanganan kerjasama terjadi pada bulan Juni 1996. Namun, demikian proses difusi inovasi PGMKSBM antara UNS dengan P3GT Bandung untuk melaksanakan kualifikasi guru setara D2 melalui PGMKSBM, sampai penelitian ini dilakukan masih terus berjalan.<br />Sementara itu difusi inovasi PGMKSBM oleh UNS dan P3GT Bandung terhadap Kanwil Depag Jawa Barat memakan waktu selama 18 bulan (1,5 tahun), yaitu dari bulan Maret 1996 – Agustus 1997. Pelaksanaan PGMKSBM kerjasama antara UNS, P3GT Bandung dan Kanwil Depag Jawa Barat untuk program D2 dan D3 di wilayah Banten berakhir pada bulam Pebruari 2001. Sejak tahun 2001, adopsi inovasi PGMKSBM untuk program D2 dan D3 bagi guru-guru MI dan MTs di wilayah Banten tidak berlanjut (discontinuance). <br /><br />2. Tahapan Keputusan Difusi Inovasi PGMKSBM<br />Rogers, seperti telah dijelaskan dalam Bab II, menjelaskan bahwa tahapan keputusan adopsi inovasi terjadi dalam 5 tahap, yaitu: (1) tahap pencanangan; (2) tahap pencocokan; (3) tahap redefinisi/restrukturisasi; (4) tahap klarifikasi; dan (5) tahap rutinisasi. Seperti terlihat dalam bagan 4 halaman 87, terlihat jelas bahwa sebenarnya proses difusi inovasi terjadi pada dua organisasi, yaitu (1) antara Puslitbangjari UNS dengan P3GT Bandung; dan 2) antara Pusltibangjari UNS dengan Kanwil Departemen Agama Jawa Barat. Tahapan keputusan adopsi inovasi PGMKSBM dalam masing-masing isntitusi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:<br />a. Tahapan Keputusan Adopsi Inovasi PGMKSBM oleh P3GT Bandung<br />Tahap keputusan adopsi inovasi PGMKSBM oleh P3GT Bandung hanya terjadi sampai tahap klarifikasi. Adopsi PGMKSBM tidak terjadi sampai tahap rutinisasi. Secara lebih rinci keputusan adopsi inovasi PGMKSBM oleh P3GT Bandung dapat dijelaskan sebagai berikut:<br /> Tahap 1: Pencanangan Agenda (Agenda Setting). Pencanangan agenda oleh P3GT Bandung didorong oleh adanya kebutuhan bahwa P3GT Bandung membutuhkan inovasi pendidikan yang dapat membantu meningkatkan kualifikasi bagi 600.000 guru se-Indonesia yang sudah mengajar tapi belum memenuhi kualifikasi D2. Jika dilakukan dengan pola pendidikan konvensional akan memakan waktu kurang lebih 30 tahun lamanya. Prof. Yusufhadi Miarso, M.Sc. yang pada waktu itu berperan sebagai konsultan P3GT Bandung mengusulkan pihak P3GT untuk bertemu dengan pihak Puslitbangjari UNS. Puslitbangjari UNS adalah lembaga penelitian yang telah lama mengembangkan model pendidikan dengan sistem belajar mandiri. Pada saat bersamaan, Puslitbangjari UNS saat itu sedang merintis model Penataran Guru Terakreditasi dengan Sistem Belajar Mandiri di Kecamatan Pasarkliwon (lihat sejarah singkat PGMKSBM). <br /> Tahap 2: Pencocokan (Matching). Upaya pencocokan kebutuhan akan model pendidikan alternatif yang inovatif ke Puslitbangjari UNS dilakukan dengan kunjungan. Seperti terlihat dalam tabel 6, pertemuan terjadi dua kali. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 29 Maret 1996 untuk menjajaki kemungkinan dilakukannya kerjasama. Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 26 April 1996 yang berhasil menyusun kerangka operasional program penyetaraan D2 dengan sistem belajar mandiri. Selanjutnya keputusan untuk mengadopsi model penataran dengan sistem belajar mandiri terjadi dengan ditanganinya naskah perjanjian kerjasama antara P3GT Bandung dengan UNS pada bulan Juni 1996. <br /> Tahap 3: Redefinisi/Restrukturisasi. Restrukturisasi / redefinisi dilakukan dengan cara melakukan lokakarya dan penyusunan paket ajar dan pengakreditasiannya. Lokakarya pertama dilakukan pada tanggal 18 sampai dengan 21 Nopember 1996. Lokakarya tersebut menghasilkan model penataran yang dinamakan dengan Penataran Guru Terakreditasi Model Kualifikasi dengan Sistem Belajar Mandiri (PGTMKSBM) beserta perangkatnya yang meliputi: deskripsi program D2, dan silabi/GBPP untuk semester I. Penyusunan paket pembelajaran dilakukan mulai bulan Oktober s/d Desember 1996 dan menghsilkan paket pembelajaran untuk mata tataran: kependidikan, Pendidikan IPA, Pendidikan Matematika 1, Pendidikan IPS 1, Olah Raga dan Kesehatan, PPkn 1 dan Bahasa Indonesia.<br /> Tahap 4: Klarifikasi. Klarifikasi dilakukan dengan cara melaksanakan uji coba. Uji coba tahap 1 dilakukan mulai 1 Februari s/d 31 Juli 1997 di Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan melibatkan masing-masing 100 orang peserta. Kemudian, hasil ujicoba tahap 1 diseminarkan untuk disempurnakan pada bulan April 1997. Sementara peserta uji coba tahap 1 memasuki semester 2, uji coba tahap 2 dilakukan mulai 1 September 1997 s/d 30 Januari 1998. Kali ini melibatkan peserta yang lebih banyak, 1800 orang peserta yang tersebar di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Setelah tahap ini belum masuk ke tahap rutinisasi.<br />b. Tahapan Keputusan Adopsi Inovasi PGMKSBM oleh Kanwil Depag Jawa Barat<br /><br />Tahap keputusan adopsi inovasi PGMKSBM oleh Kanwil Depag Jawa Barat terjadi sampai tahap terakhir, yaitu tahap rutinisasi. Penjelasan lebih rinci dapat digambarkan sebagai berikut: <br /> Tahap 1: Pencanangan Agenda (Agenda Setting). Pencanangan agenda adopsi PGMKSBM oleh Kanwil Depag Jawabarat terjadi pada tahun 1997 yang didorong oleh adanya kenyataan bahwa hampir sebagian besar guru-guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di lingkungan Departemen Agama Jawa Barat belum memenuhi kualifikasi D2. Kanwil Departemen Agama pada saat itu memandang perlu adanya suatu model pendidikan yang dapat memecahkan masalah tersebut secara efektif dan efisien.<br /> Tahap 2: Pencocokan (Matching). Tahap pencocokan dilakukan melalui dua kegiatan. Pertama, Kanwil Depag Jawa Barat pada bulan Agustus 1997 menngi P3GT Bandung untuk melakukan pengkajian terhadap PGTMKSBM yang sedang diuji cobakan oleh P3GT Bandung dan UNS di Propinsi Jawa Tengah. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan dimana pihak Kanwil Depag bersama dengan P3GT Bandung bersedia untuk berkunjung ke UNS dalam rangka menjajaki kemungkinan kerjasama melakukan perluasan penataran di lingkungan Kanwil Depag Jawa Barat. Selanjutnya, pada tanggal 29 Agustus 1997, Kanwil Depag Jawa Barat bersama-sama dengan P3GT Bandung berkunjung ke UNS untuk membahas kemungkinan kerjasama. Hasil dari pertemuan ini adalah kesediaan UNS untuk memperluas penataran di lingkungan Kanwil Depag Jawa Barat.<br /> Tahap 3: Redefinisi/Restrukturisasi. Pada tahap ini terjadi dua bentuk redefinisi/strukturisasi. Pertama, restrukturisasi PGMKSBM untuk program D2 dilakukan dengan cara melakukan analisis kurikulum D2 Pendidikan Agama Islam dan penyusunan deskripsi program kualifikasi. Kegiatan ini terjadi pada bulan Agustus sampai dengan September 1997. Kedua, restrukturisasi PGMKSBM untuk program D3 mata pelajaran Biologi, Fisika, Matematika dan Bahasa Inggris. Inti dari restrukturisasi untuk program D3 ini adalah melakukan persiapan untuk program D3. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) melakukan rapat persiapan pertama antara Puslitbangjari dan fungsionaris FKIP UNS mengenai persiapan pelaksanaan program D3 (13 September 1997); 2) melakukan rapat persiapan kedua dalam rangka mempersiapkan loka karya penyusunan kurikulum untuk program D3 (20 September 2003); 3) melakukan pralokakarya pengembangan kurikulum dan identifikasi calon penulis paket pembelajaran (27 September 1997); dan 4) melaksanakan loka karya penyusunan GBPP/Silabi dan Paket Pembelajaran (29 – 30 September 1997). <br /> Tahap 4: Klarifikasi. Pada tahap ini terjadi tiga tahap pelaksanaan PGMKSBM. Pertama, pelaksanaan uji coba tahap 1 untuk program D2 sebanyak 100 orang peserta dari Jawa Barat (Februari – Juli 1997). Kedua, sementara peserta uji coba tahap 1 memasuki semester II, uji coba tahap 2 untuk program D2 mulai memasuki semester I (September 1997 – Januari 1998). Terakhir, pelaksanaan semester I untuk program D3 (Desember 1997 – Juni 1998). <br /> Tahap 5: Rutinisasi. Pada tahap ini, program D2 dan D3 terus dilanjutkan. Pada tahun 1999 kedua program tersebut untuk wilayah Banten berakhir. Namun demikian, kerjasama antara UNS dan Depag di wilayah lain di Indonesia berlanjut. Begitu pula halnya dengan kerjasama antara P3GT dengan UNS dan P3GT dengan LPTK lain di wilayah lain di Indonesia juga berlanjut. <br /><br />C. Penyelenggraan PGMKSBM di Propinsi Banten<br />Penyelenggaraan PGMKSBM di Propinsi Banten dapat dijelaskan dengan pertama-tama membahas rasional penyelenggaraan sebelum seanjutnya membahas penyelenggaraannya itu sendiri. <br />1. Rasional Penyelenggaraan PGMKSBM di Propinsi Banten<br />Seperti dideskripsikan dalam Bab sebelumnya, terlihat jelas bahwa rasional penyelenggaraan PGMKSBM di Propinsi Banten didasarkan atas adanya kenyataan di lapangan bahwa: 1) masih banyaknya guru Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah yang belum memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan; 2) guru-guru tersebut dalam kondisi aktif mengajar sehingga tidak mungkin meninggalkan tugas mengajar; dan 3) guru-guru tersebut tersebar dibeberapa daerah yang jauh dari lembaga pendidikan tinggi. Tabel 9 halaman 95, menggambarkan dengan jelas bahwa di Kabupaten Pandeglang saja terdapat 1301 guru Madrasah Ibtidaiyah dan 1815 guru Madrasah Tsanawiyah. Guru-guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memenuhi kualifikasi D2 atau diatasnya baru mencapai 3%. Sisanya, 97%, belum memenuhi kualifikasi. Sementara itu, guru-guru Madrasah Tsanawiyah yang telah memenuhi kualifikasi D3 atau diatasnya, baru mencapai 8%, 92% lainnya belum memenuhi kualifikasi. Dengan demikian jumlah guru MI dan MTs yang telah memenuhi kualifikasi masih sangat sedikit, yaitu 11%. Jadi, sebelum mendapat program PGMKSBM, masih terdapat 89% guru MI dan MTs yang masih belum memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan. Situasi yang sama , seperti dungkapkan oleh Kepala Seksi Perguruan Agama Islam Kandepag Kabupaten Pandeglang (lihat halaman 95), juga terjadi di Kabupaten Lebak, dan Serang. <br />Di sisi lain, pada saat bersamaan Puslitbangjari UNS menawarkan program inovatif, yaitu PGMKSBM. PGMKSBM ini dianggap sebagai inovasi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dalam rangka meningkatkan kualifikasi guru MI dan MTS oleh Kanwil Departemen Agam Jawa Barat. Sehingga, PGMKSBM diadopsi untuk diselenggarakan di wilayah Banten. Lihat kembali Bagan 4, tahapan keputusan adopsi inovasi dihalaman 87.<br />2. Penyelenggaraan PGMKSBM di Propinsi Banten<br />Penyelenggaraan PGMKSBM dapat digambarkan dari dua sisi, yaitu: (1) sistem pembelajaran; dan (2) proses pembelajaran.<br />a. Sistem Pembelajaran<br />Seperti telah dideskripsikan pada Bab IV halaman 96 – 107, terlihat jelas bahwa sistem pembelajaran PGMKSBM Sistem pembelajaran dapat dijelaskan kedalam lima komponen, yaitu: 1) tujuan; 2) sasaran; 3) kurikulum dan garis besar struktur program; 4) bahan ajar; 5) sistem evaluasi; 6) tenaga pengajar; 7) mekanisme pengelolaan PGMKSBM; dan 8) perangkat pengelolaan PGMKSBM.<br />PGMKSBM di Propinsi Banten diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kualifikasi guru. Sementara sasaran PGMKSBM adalah bagi guru SD/MI yang belum memenuhi kualifikasi D2 dan guru SLTP/MTS yang belum memenuhi kualifikasi D3 dimana guru-guru tersebut sedang dalam status aktif mengajar sehingga tidak memungkinkan mengikuti pendidikan konvensional yang mengharuskan mereka meninggalkan tugas mengajarnya sehari-hari. Pernyataan ini menunjukkan bahwa PGMKSBM tidak berlaku untuk mereka yang dalam status tidak aktif mengajar atau belum mengajar (pre-service training).<br />PGMKSBM tidak mengembangkan kurikulum baru. Tapi, tetap menggunakan atau mengacu pada kurikulum D2 dan D3 reguler. Walaupun demikian, dengan mengacu pada kurikulum reguler, struktur program pendidikannya dirancang dan dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik peserta dan sistem belajar mandiri. <br />Bahan ajar yang digunakan dalam PGMKSBM dinamakan paket pembelajaran. Paket pembelajaran untuk setiap mata kuliah terdiri atas dua buku, yaitu: 1) Buku Materi (BM); dan 2) Buku Tugas (BT). Buku Materi (BM) berisi tentang data dan atau konsep berkaitan dengan mata kuliah serta cara mengajarkannya kepada siswa. Buku Tugas (BT) berisikan tentang tugas-tugas mandiri baik individu maupun kelompok. Sebagai panduan belajar, peserta dibekali pula dengan satu buku pedoman umum pembelajaran (PUP). PUP disusun berdasarkan program studi dan berisikan tentang : 1) Daftar Tebaran Mata Kuliah; 2) Deskripsi Singkat setiap Mata Kuliah; dan 3) Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran dan Peningkatan Kemampuan Mengajar. <br />Sistem penilaian PGMKSBM dapat diklasifikasikan kedalam enam kelompok: 1) penilaian terhadap hasil belajar mandiri secara individu dalam bentuk Laporan Hasil Pembelajaran Individu (LHP1); 2) penilaian terhadap hasil belajar mandiri secara kelompok dalam bentuk Laporan Hasil Pembelajaran Kelompok (LHP2); 3) penilaian terhadap hasil peningkatan kemampuan mengajar (PKM) untuk setiap mata pelajaran yang dibinanya dalam bentuk Laporan Evaluasi Kegiatan Mengajar Sehari-hari (EKMS) dan Laporan Evaluasi Kegiatan Mengajar Lengkap (EKML); 4) penilaian terhadap hasil Ujian Tengah Semester (UTS); 5) penilaian terhadap hasil Ujian Akhir Semester (UAS); dan 6) penilaian terhadap hasil karya ilmiah/tulis.<br />Dalam program PGMKSBM, tenaga pengajar diistilahkan dengan Dosen Kunjung. Dosen kunjung secara reguler, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan memberikan kuliah tatap muka di satu lokasi yang telah ditentukan. Untuk mengelola kegiatan pembelajaran, dibentuk dua tim pengelola yang dinamakan kelompok kerja. Kedua kelompok kerja tersebut adalah: 1) Kelompok Kerja Konsorsium (K3) yang berpusat di Puslitbangjari UNS/FKIP UNS; dan 2) Kelompok Kerja Daerah (K2D). K2D terdapat di setiap Kabupaten/Kotamadya. Dengan demikian, di propinsi Banten terdapat tiga Kelompok Kerja Daerah, yaitu: 1) Kelompok Kerja Daerah Kabupaten Serang; 2) Kelompok Kerja Daerah Kabupaten Lebak; dan 3) Kelompok Kerja Daerah Kabupaten Pandeglang. Kedua kelompok kerja tersebut, baik K3 maupun K2D diangkat langsung oleh Rektor UNS melalui Surat Keputusan Rektor.<br />Perangkat pengelolaan PGMKSBM dapat dikelompokkan kedalam enam kelompok, yaitu: 1) kurikulum pendidikan program D2 dan D3; 2) pedoman penyusunan bahan ajar atau paket pembelajaran; 3) pedoman umum pembelajaran (PUP); 4) struktur organisasi K3 dan K2D serta tugas dan kewenangannya; 5) mekanisme kerja K3 dan K2D; dan 6) perangkat administrasi akademik dan pengajaran.<br /><br />b. Proses Pembelajaran<br />Proses pembelajaran PGMKSBM dapat dikelompokkan kedalam tiga kegiatan: 1) belajar mandiri secara individu; 2) belajar mandiri secara kelompok; 3) kuliah tatap muka; dan 4) program peningkatan kemampuan mengajar dan praktek pengalaman lapangan (PKM/PPL) .<br />Dalam belajar mandiri secara individu, setelah mempelajari program pembelajaran satu semester dalam bentuk buku Pedoman Umum Pembelajaran (PUP), peserta membuat program kegiatan belajar individu. Setelah itu, sesuai dengan program kegiatan belajar individu yang telah dibuatnya, peserta mempelajari paket pembelajaran. Paket pembelajaran tersebut terdiri dari dua buku, yaitu: 1) Buku 1, merupakan Buku Materi (BM); dan 2) Buku 2, merupakan Buku Tugas (BT). Pertama-tama peserta mempelajari buku 1 (buku materi) beserta latihan-latihannya. Setelah itu peserta mengerjakan tugas-tugas individu yang ada dalam buku 2 (buku tugas). Peserta, kemudian membuat rekapitulasi hasil pengerjaan tugas-tugas belajar mandiri secara individu dengan menggunakan format Laporan Hasil Pembelajaran 1 (LHP1). Terakhir, peserta mengumpulkan LHP1 tersebut secara reguler sesuai jadwal. Hasil analisis data kuesioner, seperti ditunjukkan dalam tabel 10 halaman 103, terlihat jelas bahwa sebagian besar peserta (46,3%) melakukan belajar mandiri secara individu sebanyak satu kali dalam seminggu. Sebagian kecil lainnya (15,7%), ada yang melakukan belajar mandiri secara individu sebanyak dua kali dalam seminggu. Tapi, ada pula peserta (38%) yang dalam seminggu tidak melakukan belajar mandiri sekalipun. Kemungkinan mereka belajar hanya ketika diskusi kelompok atau kuliah tatap muka. <br />Dalam belajar mandiri secara kelompok, setelah mempelajari buku Panduan Umum Pembelajaran, peserta secara kelompok membuat program kegiatan belajar kelompok. Kemudian, sesuai dengan jadwal kegiatan belajar kelompok, peserta dalam kelompok masing-masing melakukan diskusi kelompok. Kemudian secara berkala, peserta membuat laporan kegiatan belajar kelompok tersebut dengan menggunakan format Laporan Hasil Pembelajaran 2 (LHP2). Berdasarkan data hasil analisis terhadap kuesioner seperti terlihat dalam tabel 11 halaman 104, terlihat jelas bahwa sebagian besar peserta (51,9%) melakukan diskusi kelompok sebanyak dua kali dalam sebulan, sisanya (48,1%) melakukannya satu kali dalam sebulan. Sementara itu, dari sisi tingkat kehadiran, sebagian besar peserta (39,8%) menyatakan bahwa tingkat kehadiran mereka dalam diskusi kelompok adalah 50% hadir. 33,3% menyatakan bahwa tingkat kehadirannya adalah 75%. 20,4% peserta lainnya menyatakan bahwa tingkat kehadirannya adalah dibawah 50%. Hanya 6,5% saja dari peserta yang menyakan tingkat kehadirannya dalam diskusi kelompok sebesar 100%. Dari sisi, partisipasi aktif peserta ketika melakukan diskusi kelompok, 48,15% dari peserta menyatakan 75% aktif. 38,89% menyatakan 50% aktif. Sebagian kecil yang lainnya (12,96%) menyatakan dibawah 50% aktif. Data ini menggambarkan bahwa motivasi peserta untuk belajar mandiri secara kelompok dapat dikatakan rendah. Di samping itu, seperti terlihat dalam tabel 12 halaman 105, peserta justeru lebih banyak mengerjakan tugas individu dan tugas kelompok dibandingkan dengan mendiskusikan masalah-masalah mengajar dan mencari solusinya (problem solving).<br />Kuliah tatap muka dilakukan dua kali dalam sebulan oleh dosen kunjung. Pada dasarnya kuliah tatap muka ditujukan untuk mendiskusikan (tanya jawab) tentang materi yang sulit. Namun, dalam pelaksanaannya, nampaknya kuliah tatap muka masih dijadikan sebagai tumpuan. Artinya, peserta menganggap belajar justeru terjadi pada saat kuliah tatap muka tersebut. Masalah kemandirian belajar seperti ini nampaknya yang masih menjadi sisi lemah atau faktor penghambat keberhasilan PGMKSBM.<br />Disamping itu, PGMKSBM juga menerapkan strategi lain untuk memastikan kualitas proses pembelajaran yang dinamakan Program Peningkatan Kemampuan Mengajar dan Praktek Pengalaman Lapangan (PKM/PPL). Program PKM/PPL dikelompokkan kedalam dua jenis kegiatan: 1) Evaluasi Kegiatan Mengajar Sehari-hari (EKMS); dan 2) Pelaksanaan Kegiatan Mengajar secara Lengkap (PKML). Pelaksanaan EKMS bertujuan agar para peserta dapat mengevaluasi pelaksanaan kegiatan mengajarnya sehari-hari dan memperbaiki proses pembelajarannya tersebut. Langkah-langkah yang harus dilakukan peserta adalah: 1) setiap sebulan sekali, peserta melakukan evaluasi terhadap salah satu peristiwa pembelajaran (2 jam pembelajaran) yang ia lakukan; 2) peserta mengisi format EKMS1 yang berisikan data tentang identitas peserta, waktu kegiatan mengajar dan pokok/sub pokok bahasan yang dievaluasi; 3) peserta membuat laporan hasil evaluasi dengan menggunakan format EKMS2; dan 4) dengan menggunakan format EKMS3, peserta menentukan nilai terhadap hasil evaluasi kegiatan mengajar sehari-harinya tersebut. <br />Pelaksanaan kegiatan mengajar lengkap (PKML) dilakukan 3 bulan sekali. Tujuannya adalah agar peserta dapat megaplikasikan langsung antara teori yang diperolehnya dalm kelompok mata kuliah dasar kekhususan dan proses belajar mengajar (MKDK/PBM) dengan praktek mengajar di lapangan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) peserta melakukan kegiatan mengajar secara utuh yang dimulai dari penyiapan rancangan stratedi pembelajaran / rancangan pembelajaran (RSP/RP); 2) bersama teman sejawat mendiskusikan/mengkaji setiap kompnen dari RSP/RP tersebut; 3) peserta menerapkan rancangan tersebut dalam kelas; 4) dengan menggunakan format PKML, pelaksanaan mengajar peserta tersebut di observasi/dievaluasi oleh teman sejawat dan atau kepala sekolah; dan 5) diakhiri dengan membuat laporan PKML.<br /><br /><br /><br />3. Keberhasilan PGMKSBM di Propinsi Banten<br />Keberhasilan PGMKSBM di Propinsi Banten dapat dilihat dari berbagai segi: 1) kuantitas lulusan; 2); peningkatan penguasaan materi 3) peningkatan kinerja peserta; dan 4) peningkatan hasil belajar siswa. <br />a. Kuantitas Lulusan<br />Seperti ditunjukkan dalam tabel 13, 14 dan 15 halaman 109, terlihat bahwa program D2 PGMKSBM telah meluluskan 590 peserta (92,2%) dari total peserta sebanyak 640 orang. Sedangkan untuk program D3 telah meluluskan 329 (94,54%) dari 348 peserta secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelulusan program PGMKSBM di Propinsi Banten dapat dikatakan tinggi. Sementara itu, prosentase kelulusan tertinggi terjadi pada program studi D3 IPA. Prosentase kelulusan terendah terjadi pada program studi D3 Bahasa Inggris. <br />Jika dilihat dari statistik Departemen Agama Kabupaten Pandeglang, jumlah guru MI dan MTs yang telah memenuhi kualifikasi D3 dan atau D2 sebelum adanya program PGMKSBM adalah 11%. Setelah adanya program PGMKSBm meningkat menjadi 44%. Jadi kebutuhan akan guru MI dan MTs yang berkualifikasi D2 Kabupaten Pandeglang telah mengalami peningkatan sebesar 23%. Sementara itu, untuk guru MTs yang berkualifikasi D3 telah meningkat sebesar 10,15% dari sebelumnya yang hanya sebesar 8%. <br /><br /><br />b. Peningkatan Penguasaan Materi<br />Seperti ditunjukkan dalam tabel Tabel 16 halaman 110, terlihat bahwa peningkatan penguasaan materi bervariasi antara 18,15% sampai dengan 35,50. Secara kumulatif, rata-rata penguasaan materi peserta sebelum mengikuti PGMKSBM adalah 46,70%. Setelah mengikuti PGMKSBM meningkat 25,99% menjadi 72,69%.<br /><br />Untuk program studi D2, rata-rata penguasaan materi sebelum PGMKSBM sebesar 53,33%. Setelah mengikuti PGMKSBM, rata-rata penguasaan materi meningkat 22,47% menjadi 75,80%. Secara lebih rinci, penguasaan materi untuk mata kuliah kependidikan atau proses belajar mengajar meningkat 18,90%. Untuk mata kuliah kelompok bidang studi sosial dan bahasa meningkat 27% dan untuk mata kuliah kelompok bidang studi eksakta/MIPA meningkat 21,50%. <br />Untuk program studi D3 IPA, rata-rata penguasaan materi sebelum PGMKSBM sebesar 39%. Setelah mengikuti PGMKSBM rata-rata penguasaan materi meningkat 30,77% menjadi 69,77%. Sementara itu, Penguasaan materi untuk mata kuliah kependidikan atau proses belajar mengajar meningkat 21,50%. Untuk mata kuliah kelompok bidang studi Biologi meningkat 35,30% dan untuk mata kuliah bidang studi Fisika meningkat 35,50%. <br />c. Peningkatan Kinerja<br />Berdasarkan jejak pendapat yang dilakukan oleh pihak UNS terhadap Kepala Sekolah (N = 100), 93% menyatakan bahwa pendidikan yang ditempuh dengan program PGMKSBM berpengaruh positif terhadap kinerja guru, 13 % menyatakan kadang-kadang mengganggu kegiatan sekolah, dan 89% menyatakan meningkatkan kemampuan mengajar. <br />Berdasarkan data hasil analisis terhadap kuesioner seperti terlihat dalam tabel 17 halaman 112, menunjukkan bahwa manfaat program PGMKSBM terhadap pekerjaan guru di lapangan secara berturut-turut adalah: 1) peningkatan dalam penguasaan akan materi mengajar; 2) peningkatan dalam penguasaan metodologi mengajar; 3) perubahan dalam cara/kebiasaan mengajar; 3) peningkatan dalam disiplin kerja; 4) peningkatan dalam kebiasaan berdiskusi.memcahkan masalah mengajar; 5) keterbukaan dalam berpikir dan menerima pendapat orang; dan 6) peningkatan dalam kebiasaan membaca. <br />d. Peningkatan Hasil Belajar Siswa<br />Berdasarkan hasil EBTA/EBTANAS yang dicapai oleh sekolah yang gurunya mengikuti program PGMKSBM menunjukkan adanya pengaruh terhadap peningkatan nilai rata-rata EBTA/EBTANAS dari tahun ke tahun. Dari tahun 1996 (sebelum PGMKSBM) sampai dengan tahun 2000 (ketika PGMKSBM), Madrasah Ibtidaiyah mengalami rata-rata peningkatan nilai EBTANAS sebesar 1,83. sedangkan untuk Madrasah Tsanawiyah mengalami rata-rata peningkatan sebesar 1,01. <br /><br /><br /><br />4. Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan PGMKSBM di Propinsi Banten<br /><br />a. Faktor-Faktor Pendukung<br />Seperti ditunjukkan dalam tabel 18 halaman 114, terlihat jelas bahwa faktor utama pendukung keberhasilan PGMKSBM di Propinsi Banten adalah karakteristik dari inovasi PGMKSBM itu sendiri, yang meliputi: 1) PGMKSBM relatif lebih unggul dibandingkan dengan pola pendidikan konvensional; 2) PGMKSBM sesuai dengan kondisi (compatible) dan kebutuhan guru di lingkungan Departemen Agama wilayah Banten; dan 3) pola belajar melalui PGMKSBM cukup luwes (flexible), peserta dapat belajar mandiri secara individu maupun keompok sesuai dengan kondisi yang dihadapinya kapan saja dan dimana saja. <br />Kedua, adalah adanya dukungan dana dan kebijakan. Departemen Agama pada saat itu memperoleh bantuan dana pinjaman dari Bank Dunia dan mengeluarkan kebijakan kerjasama penyelenggaran program penyetaraan guru sehingga PGMKSBM tersebut dapat terselenggara dan peserta mengikutinya tanpa dipungut biaya. Terakhir adalah adanya dukungan pengalaman dari penyelenggara. PGMKSBM dikelola oleh institusi pengembang pendidikan dengan sistem belajar mandiri, yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Belajar Mandiri (PUSLITBANGJARI) Universitas Sebelas Maret. Puslitbangjari UNS adalah satu-satunya institusi yang khusus meneliti dan mengembangkan penerapan sistem belajar mandiri di Indonesia. <br />b. Faktor Penghambat<br />Ada beberapa faktor penghambat keberhasilan penyelenggaraan PGMKSBM di Propinsi Banten. Seperti ditunjukkan dalam tabel 19 halaman 116, dapat diidentifikasi bahwa faktor-faktor penghambat penyelenggaraan PGMKSBM di Propinsi Banten meliputi: (1) rendahnya motivasi belajar (kesiapan belajar mandiri); (2) jarak dan biaya transportasi untuk pergi dan pulang dari dan ke lokasi diskusi kelompok dan kuliah tatap muka; (3) ketidak sesuaian latar belakang pendidikan dan mata pelajaran yang diampu dengan program studi yang diikuti; (4) rendahnya kualitas bahan belajar; dan (5) pengelolaan PGMKSBM secara keseluruhan. <br />Rendahnya frekuensi dan partisipasi aktif peserta dalam aktifitas belajarRendahnya motivasi belajar ditunj mandiri dan kuliah tatap muka menunjukkan lemahnya motivasi belajar atau kesiapan belajar mandiri peserta. Peserta, nampaknya hanya mengandalkan kuliah tatap muka sebagai satu-satunya waktu belajar. Seperti ditunjukkan dalam tabel 20 halaman 118, terlihat bahwa sebagaian besar responden (50%) menyatakan bahwa dalam seminggu masih ada mahasiswa yang tidak mempelajari buku paket sama sekali dan 39% responden lainnya menyatakan mahasiswa mempelajarinya satu kali dalam seminggu. Hanya 9% responden yang menyatakan mahasiswa mempelajari buku paket dua kali dalam seminggu. Begitu pula halnya dengan pengerjaan tugas dan latihan yang ada dalam buku paket. Sebagian besar dari responden (48%) menyatakan bahwa masih ada yang tidak mengerjakan tugas sekalipun dalam seminggu. 47%, responden lainnya menyatakan bahwa mahasiswa mengerjakan tugas satu kali dalam seminggu. Sementara, 5% responden lainnya menyatakan bahwa mahasiswa mengerjakan tugas dua kali dalam seminggu. <br />Fenomena yang sama terjadi juga pada belajar mandiri secara kelompok (diskusi kelompok). Sebagian besar dari responden (71,3%) menyatakan bahwa prosentase kehadiran mahasiswa dalam diskusi kelompok adalah 50%. Bahkan, 14,8% responden lainnya menyatakan bahwa prosentase kehadiran mahasiswa dalam diskusi kelompok adalah dibawah 50%. Hanya 13,9% responden yang menyatakan prosentase kehadiran mahasiswa dalam diskusi kelompok sebesar 75%. Begitu pula halnya dengan tingkat partisipasi aktif dalam diskusi kelompok. Sebagaian besar dari responden (71,3%) menyatakan bahwa tingka partisipasi aktif mahasiswa dalam diskusi kelompok adalah 25%. Sementara, 26,9% responden lainnya menyatakan 50% dan 1,85% lainnya menyatakan 75%. <br />Masalah yang sama terjadi pula dalam kuliah tatap muka. Sebagian besar responden (64,8%) menyatakan bahwa prosentase kehadiran mahasiswa dalam kuliah tatap muka adalah 50%. Bahkan, 19,5% responden menyatakan prosentase kahadiran mahasiswa dalam kuliah tatap muka dibawah 50%. Hanya sebagian kecil lainnya, (15,7%) yang menyatakan prosentase kehadiran dalam kuliah tatap muka sebesar 75%. Begitu pula halnya dengan tingkat keaktifan dalam kuliah tatap muka. Sebagian besar responden (48,7%) menyatakan tingkat keaktifan dalam kuliah tatap muka dibawah 25%. 37% responden lainnya menyatakan tingkat keaktifan dalam kuliah tatap muka sebesar 25%. Hanya sebagian kecil responden (1,64%) yang menyatakan tingkat keaktifan mahasiswa dalam kuliah tatap muka sebesar 75%. <br />Faktor berikutnya yang merupakan penghambat keberhasilan penyelenggaraan PGMKSBM di Propinsi Banten adalah faktor jarak dan biaya transportasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam PGMKSBM peserta diharuskan melakukan kegiatan belajar mandiri secara kelompok dan tatap muka. Untuk melakukan hal ini, peserta perlu menempuh jarak dan biaya transportasi tertentu. Padahal kebanyakan dari peserta berstatus sebagai pegawai honorer dengan gaji yang kurang layak. <br />Tabel 21 halaman 120 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (51,8%) menyatakan jarak dari tempat tinggal ke lokasi diskusi kelompok antara 10 – 20 kilo meter. Sementara itu, sebagain besar responden (38,9%) menyatakan jarak dari tempat tempat tinggal ke lokasi kuliah tatap muka antara 20 – 30 kilo meter. Faktor jarak ini berpengaruh pula terhadap biaya transportasi yang harus ditanggung mahasiswa untuk diskusi kelompok dan kuliah tatap muka. Sebagian besar responden (44,6%) menyatakan bahwa mahasiswa menghabiskan uang sebesar antara Rp. 10.000,- s/d Rp. 20.000,- untuk pulang dan pergi dari dan ke lokasi diskusi kelompok. Sedangkan untuk pulang dan pergi dari dan ke lokasi kuliah tatap muka, sebagain besar responden (47,7%) menyatakan menghabiskan uang sebesar anatara Rp. 20.000,- s/d 30.000,- . Jik dalam sebulan mahasiswa dua kali pergi ke lokasi kuliah tatap muka dan diskusi kelompok, maka sebagian besar mahasiswa akan menghabiskan uang antara Rp. 60.000,- s/d Rp.100.000,-. Sebagian besar mahasiswa adalah guru yang berstatus honorer dengan gaji rata-rata sekitar Rp. 300.000,- per bulan. Jadi, faktor ekonomi merupakan salah satu faktor penghambat yang cukup signifikan. <br />Faktor penghambat berikutnya adalah ketidak sesuaian antara latar belakang pendidikan dan mata pelajaran yang diampu dengan program studi yang diambil. Tabel 22 halaman 122 menjelaskan bahwa 1) tidak sesuainya latar belakang pendidikan dengan program studi yang diambil; dan 2) tidak sesuainya mata pelajaran yang diampu dengan program studi yang di ambil merupakan salah satu faktor penghambat. Pernyataan ini juga diperkuat oleh data yang diperoleh dari hasil kuesioner seperti terlihat dalam tabel 23 halaman 123 yang menunjukkan bahwa masih ada sebagian mahasiswa (sekitar 38%) yang mengikuti program studi yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang sedang diampunya. <br />Faktor penghambat selanjutnya adalah rendahnya kualitas bahan belajar yang tidak sesuai untuk sistem belajar mandiri. Hasil wawancara (lihat tabel 24 halaman 123) menunjukkan bahwa mahasiswa merasakan kesulitan dalam mempelajari bahan belajar yang disebabkan karena 1) materi terlalu teoretis; 2) terlalu singkat (seperti ringkasan); 3) sulit dipraktekkan; dan 4) hanya menjelaskan teori (what is), bukan cara mengajarkannya (how to) kepada siswa. Hasil analisis terhadap beberapa buku paket juga menunjukkan bahwa dari sisi komponen bahan belajar mandiri, buku paket yang digunakan PGMKSBM kurang memenuhi syarat sebagai bahan belajar mandiri. Dari 19 sampel buku yang berhasil di analisis, 9 diantaranya tidak mencantumkan tujuan pembelajaran, 5 diantaranya tidak memberikan contoh atau ilustrasi, 12 diantaranya tidak mencantumkan latihan dan 9 diantaranya tidak mencantumkan tugas. Satu-satunya syarat yang dipenuhi oleh ke-19 buku paket yang dianalisis tersebut adalah adanya uraian materi.<br />Faktor penghambat terakhir (seperti ditunjukkan oleh tabel 27 hlaman 126) adalah lemahnya pengelolaan yang disebabkan oleh: 1) tidak adanya tenaga pengelola yang secara khusus terlatih untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan pendidikan dengan sistem belajar mandiri; 2) lemahnya koordinasi/komunikasi antara pengelola pusat dengan daerah; 3) lemahnya sistem/mekanisme pendistribusian tugas ke pusat; 4) sulitnya komunikasi dengan tutor/dosen kunjung sehingga menyebabkan lemahnya interaksi (umpan balik tertunda); dan 5) lemahnya sistem seleksi masuk.<br /><br /><br />Kesimpulan<br />Pendidikan Guru Model Kualifikasi dengan Sistem Belajar Mandiri adalah suatu program pendidikan dalam jabatan (in-service training) yang bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi guru (D2 dan D3), bagi guru yang sedang berstatus aktif mengajar tapi belum memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dengan tanpa harus meninggalkan pekerjaanya. PGMKSBM memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) PGMKSBM bukan program prajabatan (pre-service training) tapi program dalam jabatan (in-service training); 2) PGMKSBM tidak menitikberatkan pada tatap muka, tapi pada sistem belajar mandiri dalam bentuk tugas-tugas yang diintegrasikan dengan tugas keseharian mengajar di sekolah; 3) PGMKSBM menerapkan pendekatan ”collaborative action research” yaitu mensinergikan antara teori ke dalam praktek mengajar sehari-hari; 4) sumber penilaian diperoleh tidak hanya dari ujian tengah dan akhir semester, tapi juga dari portfolio dalam bentuk laporan mingguan dan bulanan; dan 5) teman sejawat dan kepala sekolah menjadi salah satu sumber dan sekaligus sebagai mitra belajar. <br />PGMKSBM diselenggarakan atas dasar adanya kebutuhan pemerintah untuk meningkatkan kualifikasi guru yang sedang dalam status mengajar tapi belum memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan. PGMKSBM adalah salah satu alternatif upaya meningkatkan kualifikasi guru tersebut melalui penerapan sistem belajar mandiri sehingga para guru tersebut dapat menyelesaikan program pendidikan tanpa harus meninggalkan tugas mengajar sehari-hari. <br />Ketercapaian tujuan PGMKSBM dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) jumlah lulusan; (2) peningkatan penguasaan materi; (3) peningkatan kinerja di sekolah; (4) peningkatan hasil belajar siswa.<br />Proses difusi inovasi PGMKSBM dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai beirkut: (1) ditinjau dari sisi saluran komunikasi, difusi PGMKSBM paling banyak terjadi melalui saluran komuniksi antar pribadi, yaitu melalui kunjungan, pertemuan/rapat, seminar dan lokakarya; (2) dilihat dari asepk sistem sosial, difusi PGMKSBM terjadi pada tingkat organisasi (lembaga). Organisasi yang terlibat dalam proses difusi PGMKSBM tersebut meliputi: (1) Universitas Negeri Sebelas Maret berikut jajaran didalamnya; (2) Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis Bandung; (3) Direktorat Guru dan Tenaga Teknis (Dikgutentis); 4) Kanwil Departemen Agama Jawa Barat; 5) Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah; 6) Balai Penataran Guru se-Indonesia; 7) Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan 8) Lembaga Pendidikan Tinggi dan Kejuruan (LPTK) se-Indonesia; (3) ditinjau dari aspek waktu, perintisan PGMKSBM antara UNS dan P3GT Bandung terjadi selama 4 bulan. Namun demikian, proses difusi inovasi PGMKSBM antara UNS dengan P3GT Bandung untuk melaksanakan kualifikasi guru setara D2 melalui PGMKSBM, sampai penelitian ini dilakukan masih terus berjalan. Difusi PGMKSBM oleh Universitas Sebelas Maret dan P3GT bandung ke Kanwil Depag Jawa Barat memakan waktu selama 18 bulan (1,5 tahun), yaitu dari bulan Maret 1996 – Agustus 1997. Pelaksanaan PGMKSBM kerjasama antara UNS, P3GT Bandung dan Kanwil Depag untuk program D2 dan D3 di wilayah Banten berakhir pada bulam Pebruari 2001. Sejak tahun 2001, adopsi inovasi PGMKSBM untuk program D2 dan D3 bagi guru-guru MI dan MTs di wilayah Banten tidak berlanjut (discontinuance). Sementara itu, keputusan adopsi inovasi PGMKSBM terjadi dalam dua tahap, yaitu: (1) tahap keputusan adopsi inovasi PGMKSBM oleh P3GT Bandung; dan (2) tahap keputusan adopsi inovasi PGMKSBM oleh Kanwil Depag Jawa Barat. <br />Program Pendidikan Guru Model Kualifikasi dengan Sistem Belajar Mandiri mengacu pada kurikulum D2 dan D3 reguler. Bahan belajar yang digunakan adalah paket pembelajaran untuk setiap mata kuliah yang masing-masing terdiri atas dua buku, yaitu: 1) Buku Materi (BM); dan 2) Buku Tugas (BT). Peserta juga dibekali dengan pedoman umum pembelajaran yang berisi tentang: (1) daftar tebaran mata kuliah; (2) deskripsi singkat setiap mata kuliah; dan 3) pedoman pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan kemampuan mengajar.<br />Proses pembelajaran PGMKSBM dapat dikelompokkan kedalam tiga kegiatan: (1) belajar mandiri secara individu; (2) belajar mandiri secara kelompok; (3) kuliah tatap muka; dan (4) program peningkatan kemampuan mengajar dan praktek pengalaman lapangan (PKM/PPL). Sementara sistem penilaian dikategorikan kedalam enam kategori: (1) penilaian terhadap hasil belajar mandiri secara individu dalam bentuk Laporan Hasil Pembelajaran Individu (LHP1); (2) penilaian terhadap hasil belajar mandiri secara kelompok dalam bentuk Laporan Hasil Pembelajaran Kelompok (LHP2); (3) penilaian terhadap hasil peningkatan kemampuan mengajar (PKM) untuk setiap mata pelajaran yang dibinanya dalam bentuk Laporan Evaluasi Kegiatan Mengajar Sehari-hari (EKMS) dan Laporan Evaluasi Kegiatan Mengajar Lengkap (EKML); (4) penilaian terhadap hasil Ujian Tengah Semester (UTS); (5) penilaian terhadap hasil Ujian Akhir Semester (UAS); dan (6) penilaian terhadap hasil karya ilmiah/tulis.<br />Keberhasilan penyelenggaraan PGMKSBM di Propinsi Banten dapat dilihat dari beberapa faktor. Pertama, dari sisi peningkatan jumlah guru berkualifikasi D2 dan D3, PGMKSBM di Propinsi Banten telah meningkatkan jumlah guru Madrasah Ibtidaiyah yang berkualifikasi D2 sebesar 23,02% dari sebelumnya hanya sebesar 3% dan meningkatkan jumlah guru Madrasah Tsanawiyah yang berkualifikasi D3 sebesar 10,15% dari sebelumnya yang hanya sebesar 8%. Kedua, dari sisi penguasaan materi, PGMKSBM di Propinsi Banten telah berhasil meningkatkan penguasan materi rata-rata sebesar 25,99%. Ketiga, dari sisi peningkatan kinerja, 93% Kepala Sekolah yang menjadi responden menyatakan bahwa lulusan PGMKSBM bermanfaat terhadap peningkatan kinerja sekolah, khususnya (1) peningkatan dalam penguasaan akan materi mengajar; (2) peningkatan dalam penguasaan metodologi mengajar; (3) perubahan dalam cara/kebiasaan mengajar; (4) peningkatan dalam disiplin kerja; (5) peningkatan dalam kebiasaan berdiskusi.memcahkan masalah mengajar; (6) keterbukaan dalam berpikir dan menerima pendapat orang; dan (7) peningkatan dalam kebiasaan membaca. Disisi lain PGMKSBM elah berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Madrasah Ibtidaiyah mengalami rata-rata peningkatan nilai EBTANAS sebesar 1,83, Sedangkan untuk Madrasah Tsanawiyah mengalami rata-rata peningkatan sebesar 1,01.<br /><br />Faktor pendukung utama keberhasilan PGMKSBM di Propinsi Banten adalah karakteristik dari inovasi PGMKSBM itu sendiri, yang meliputi: 1) PGMKSBM relatif lebih unggul dibandingkan dengan pola pendidikan konvensional; 2) PGMKSBM sesuai dengan kondisi (compatible) dan kebutuhan guru di lingkungan Departemen Agama wilayah Banten; dan 3) pola belajar melalui PGMKSBM cukup luwes (flexible), peserta dapat belajar mandiri secara individu maupun keompok sesuai dengan kondisi yang dihadapinya kapan saja dan dimana saja. Faktor kedua adalah adanya dukungan dana dan kebijakan, khususnya dari Deaprtemen Agama. Faktor ketiga adalah dukungan pengalaman dari pengelola yaitu Univrsitas Sebelas Maret (UNS). <br />Sementara itu, faktor-faktor penghambat keberhasilan PGMKSBM di Propinsi Banten adalah sebagai berikut: (1) rendahnya motivasi belajar; (2) jarak dan biaya transportasi untuk pergi dan pulang dari dank ke lokasi diskusi kelompok dan kuliah tatap muka; (3) ketidak sesuaian latar belakang pendidikan, mata pelajaran yang diampu di kelas dan program studi yang diambil; (4) rendahnya kualitas bahan belajar; dan (5) lemahnya pengelolaan secara keseluruhan. <br /><br />Implikasi<br /> PGMKSBM terbukti telah berhasil diselenggarakan untuk meningkatkan kualifikasi guru di Propinsi Banten. Hal ini membuktikan bahwa sistem belajar mandiri dapat diterapkan untuk memecahkan masalah peingkatan kualifikasi guru, khususnya bagi guru yang sedang dalam status aktif mengajar, sehingga mereka dapat belajar sambil tetap mengajar atau sebaliknya tetap mengajar sambil belajar. <br />Masalah peningkatan mutu pendidikan, sampai saat ini masih menjadi salah satu isu strategis kebjikan pendidikan nasional, selain pemerataan dan perluasan akses serta pencitraan publik dan tata kelola. Upaya peningkatan mutu pendidikan, salah satunya dapat dilakukan melalui peningkatan kualifikasi guru. Sampai saat ini, dari 3,31 juta guru yang tersebar di seluruh Indonesia, sekitar 50% lebih guru yang sudah aktif mengajar tapi masih belum memenuhi kualifikasi. Pendekatan pendidikan untuk meningkatkan kualifikasi guru dengan cara konvensional tidak mungkin dapat memecahkan masalah tersebut. Model pendidikan dengan sistem belajar mandiri, seperti PGMKSBM, merupakan salah satu alternatif solusi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. PGMKSBM sebagai salah satu model inovasi pendidikan layak untuk diadopsi dan dimodifikasi untuk memecahkan masalah peningkatan kualifikasi guru, khususnya atau untuk kebutuhan peningkatan pengetahuan dan keterampilan tertentu melalui pelatihan/penataran dengan sistem belajar mandiri.<br />Pendidikan dengan sistem belajar mandiri akan menjadi trend model pendidikan masa depan. Oleh karenanya perlu terus dikembangkan, terutama dengan mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi yang dewasa ini berkembang dengan pesat. Sebagai contoh, pendidikan dengan sistem belajar mandiri yang tidak hanya memanfaatkan bahan belajar cetak, tapi terintegrasi dengan audio/radio, video/televisi dan bila perlu secara online melalui internet.mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-15534426166237525762010-09-04T21:19:00.000-07:002010-09-04T21:20:12.391-07:00Metode Penelitian PendidikanSutama<br />Buku Acuan<br />McMillan, J.H. & Schumacher, Sally. 2001.<br />Research in Education.New York: Logman.<br />Creswell, John W. 1994. Research Design,<br />Qualitative & Quantitative Approarches.<br />Thousand Oaks : Sage Publication.<br />Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode<br />Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja<br />Rosdakarya.<br />Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian<br />Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.<br />Sugiyono. 2002. Metode Penelitian<br />Administrasi. Bandung: Alfabeta.<br />Umar, Husein. 2002. Metode Riset Komunikasi<br />Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama<br />Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku<br />Organisasi. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.<br />Umar, Husein. 2004. Metode Riset Ilmu<br />Administrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka<br />Utama.<br />Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode<br />Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja<br />Rosdakarya<br />Tugas<br />Mata Kuliah Penelitian<br />Sutama<br />1. Proposal Penelitian<br />(Tugas Individu)<br /> Sistematika disesuaikan dengan petunjuk yang ada<br /> Substansi memuat BAB I sampai BAB III<br /> Buat Daftar Isi secara keseluruhan sampai Daftar<br />Pustaka dan Lampiran<br /> Dikumpulkan pada waktu Ujian Akhir Semester<br />Mata Kuliah Bersangkutan<br />2. Review Buku<br />(Tugas Kelompok)<br />a. Buku ditentukan oleh Dosen<br />b. Sistematika :<br />BAB I PENDAHULUAN<br />BAB II RINGKASAN ISI BUKU<br />BAB III PEMBAHASAN<br />BAB IV PENUTUP<br />DAFTAR PUSTAKA<br />c. Dikumpulkan Tengah Semester<br />3. Review Artikel Penelitian<br />Bhs Asing<br />a. Artikel penelitian pendidikan<br />b. Sistematika :<br />BAB I PENDAHULUAN<br />BAB II RINGKASAN ISI ARTIKEL<br />BAB III PEMBAHASAN<br />BAB IV PENUTUP<br />DAFTAR PUSTAKA & LAMP.COPY ARTIKEL ASLI<br />c. Dikumpulkan Tengah Semester<br />Sistematika Laporan Penelitian<br />Kuantitatif<br />BAB I : PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang Permasalahan<br />B. Identifikasi Masalah<br />C. Pembatasan Masalah<br />D. Perumusan Masalah<br />E. Tujuan Penelitian<br />F. Manfaat Penelitian<br />BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN<br />A. Pembahasan Teori<br />B. Hasil Penelitian yang Relevan<br />C. Kerangka Berpikir<br />D. Hipotesis Penelitian<br />BAB III : METODE PENELITIAN<br />A. Jenis Penelitian<br />B. Tempat dan Waktu Penelitian<br />C. Populasi,Sampel dan Sampling<br />D. Metode Pengumpulan Data.<br />E. Definisi Operasional Variabel<br />F. Instrumen Penelitian<br />G. Teknik Analisis data<br />H. Prosedur Penelitian<br />BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN<br />A. Gambaran Umum Obyek Penelitian<br />B. Deskripsi Hasil Penelitian<br />C. Pengujian Hipotesis<br />D. Pembahasan Hasil Penelitian<br />BAB V :KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN<br />A. Kesimpulan<br />B. Implikasi<br />C. Saran<br />DAFTAR PUSTAKA<br />LAMPIRAN<br />Sistematika Laporan Penelitian<br />Kualitatif<br />BAB I : PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang Permasalahan<br />B. Fokus Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian<br />C. Tujuan Penelitian<br />D. Manfaat Penelitian<br />E. Definisi Operasional Istilah<br />BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN<br />A. Pembahasan Teori<br />B. Hasil Penelitian yang Relevan<br />C. Rangkuman Kajian Pustaka<br />BAB III : METODE PENELITIAN<br />A. Jenis Penelitian<br />B. Tempat dan Waktu Penelitian<br />C. Data dan Sumber Data<br />D. Metode Pengumpulan Data<br />E. Instrumen Penelitian<br />F. Teknik Analisis data<br />G. Keabsahan Data<br />H. Prosedur Penelitian<br />BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN<br />A. Profil Tempat Penelitian<br />B. Deskripsi Hasil Penelitian<br />C. Pembahasan Hasil Penelitian<br />BAB V :KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN<br />A. Kesimpulan<br />B. Implikasi<br />C. Saran<br />DAFTAR PUSTAKA<br />LAMPIRAN<br />Sistematika Laporan<br />Penelitian Tindakan Kelas<br />BAB I : PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang Permasalahan<br />B. Rumusan Masalah<br />C. Tujuan Penelitian<br />D. Manfaat Penelitian<br />E. Definisi Operasional Istilah<br />BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN<br />A. Pembahasan Teori<br />B. Hasil Penelitian yang Relevan<br />C. Kerangka Berpikir<br />D. Hipotesis Tindakan<br />BAB III : METODE PENELITIAN<br />A. Jenis Penelitian<br />B. Tempat dan Waktu Penelitian<br />C. Subjek Penelitian<br />D. Rancangan Penelitian<br />E. Metode Pengumpulan Data<br />F. Instrumen Penelitian<br />G. Teknik Analisis data<br />BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN<br />A. Profil Tempat Penelitian<br />B. Deskripsi Hasil Penelitian<br />C. Pembahasan Hasil Penelitian<br />BAB V :KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN<br />A. Kesimpulan<br />B. Implikasi<br />C. Saran<br />DAFTAR PUSTAKA<br />LAMPIRAN<br />Sistematika Laporan<br />Penelitian Eksperimen<br />BAB I : PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang Permasalahan<br />B. Identifikasi Masalah<br />C. Pembatasan Masalah<br />D. Perumusan Masalah<br />E. Tujuan Penelitian<br />F. Manfaat Penelitian<br />BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN<br />A. Pembahasan Teori<br />B. Hasil Penelitian yang Relevan<br />C. Kerangka Berpikir<br />D. Hipotesis Penelitian<br />BAB III : METODE PENELITIAN<br />A. Jenis dan Desain Eksperimen<br />B. Tempat dan Waktu Penelitian<br />C. Populasi,Sampel,dan Sampling<br />D. Metode Pengumpulan Data<br />E. Definisi Operasional Variabel<br />F. Instrumen Penelitian<br />G. Teknik Analisis data<br />H. Prosedur Eksperimen<br />BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN<br />A. Gambaran Umum Obyek Penelitian<br />B. Deskripsi Hasil Penelitian<br />C. Pengujian Hipotesis<br />D. Pembahasan Hasil Penelitian<br />BAB V :KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN<br />A. Kesimpulan<br />B. Implikasi<br />C. Saran<br />DAFTAR PUSTAKA<br />LAMPIRAN<br /><br />Konsep Dasar Penelitian<br />1.Manusia memiliki rasa ingin tahu<br />a. Bertanya kepada orang lain.<br />b. Membaca buku.<br />c. Mengadakan pengamatan<br />d. Melakukan penelitian<br />A.Mengapa Diperlukan Penelitian?<br />2. Manusia ingin memecahkan masalah<br />a. Dogmatis : menerapkan ajaran secara mutlak<br />b. Tradisional : pemecahan melalui kebiasaan<br />c. Intuitif : pemecahan berdasarkan bisikan hati<br />d. Emosional : pemecahan berdasarkan gejolak perasaan<br />e. Spekulatif : pemecahan dgn mencoba-coba (trial and error)<br />f. Penelitian : pemecahan dengan mengadakan kajian berencana,<br />sistematis, teliti, kritis menggunakan metode ilmiah<br />3. Dari penelitian ditemukan<br />a. Fakta data informasi<br />b. Generalisasi<br />c. Prinsip-prisip<br />d. Dalil / kaidah-kaidah<br />e. Teori-teori<br />4. Fungsi penelitian<br />a. Menemukan kejelasan hubungan fakta data<br />informasi Þ Pemecahan masalah<br />b. Menemukan keteraturan / order berupa<br />(prinsip,dalil,teori) Þ Pengembangan ilmu<br />A. Mengapa Diperlukan Penelitian? -cont’d<br />Penelitian :<br />Kajian dgn menggunakan metode illmiah (berencana,<br />simtematis,teliti,kritis) dlm mengumpulkan dan<br />menganalisis data,serta menarik kesimpulan,guna<br />menemukan kejelasan atau keteraturan tentang suatu<br />keadaan yg bersifat teka-teki (masalah).<br />B. Apakah Penelitian itu?<br />C. Berpikir Ilmiah (Berpikir Reflektif)<br /> Mengidentifikasi masalah.<br /> Merumuskan dan membatasi masalah.<br /> Merumuskan hipotesis / pertanyaan penelitian<br /> Mengumpulkan dan mengolah data.<br /> Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.<br />F Menurut fungsi<br />a. Penelitian terapan<br />Penelitian untuk memperoleh kejelasan<br />hubungan antar fakta data informasi,guna<br />pemecahan masalah.<br />b. Penelitian dasar<br />Penelitian untuk menemukan keteraturan/<br />order berbentuk prinsip, dalil/kaidah, hukum<br />atau teori guna pengembangan ilmu.<br />D. Macam-macam Penelitian<br />2. Menurut Pendekatan<br />a.Penelitian kuantitatif/positifistik<br />Penelitian bersifat obyektif, kuantitatif, fixed,<br />menggunakan instrumen standar, guna<br />menghasilkan inferensi, generalisasi prediksi.<br />b.Penelitian kualitatif / naturalistik<br />Penelitian bersifat holistik, kualitatif,<br />subyektif, terbuka, integral, konteksual,<br />rasional, menggunakan penelitian sebagai<br />instrumen, guna menghasilkan deskripsi yang<br />utuh dari suatu keadaan.<br />D. Macam-macam Penelitian --cont’d<br />3. Menurut Sifat<br />a.Penelitian deskriptif<br />Meneliti kondisi dan situasi yg ada sekarang, berupa gambaran /<br />keterkaitan antar hal tanpa pengontrolan terhadap hal-hal<br />lainnya.<br />b.Penelitian eksperimental<br />Mengadakan pengujian hubungan sebab akibat antar variabel<br />dengan pengontrolan terhadap variabel-variabel lainnya.<br />c.Penelitian histori<br />Meneliti peristiwa-peristiwa yg telah terjadi di masa yg lampau.<br />d. Penelitian Pengembangan<br />Meneliti laju perkembangan sesuatu (individu, organisasi,<br />lembaga, dsb) / mengenbangkan hal baru<br />(model,paradigma,sistem software, dll)<br />D. Macam-macam Penelitian --cont’d<br />E. Perbedaan Penelitian Kuantitatif<br />dengan Kualitatif<br />1.Berpijak pd konsep naturalistik.<br />2.Kenyataan berdimensi jamak,<br />kesatuan utuh, terbuka berubah<br />3.Peneliti obyek berinteraksi,<br />penelit dari luar dan dlm peneliti<br />sebagai instrumen, subyektif,<br />judgment.<br />4.Seting penelitian alamiah,terkait<br />tempat dan waktu.<br />5.Analisis subyektif,intuitif-rasional.<br />6.Hasil penelitian berupa deskripsi,<br />interprestasi,tentatif-situasional.<br />1.Berpijak pd konsep positivistik.<br />2.Kenyataan berdimensi tunggal,<br />fragmental terbatas,fixed<br />3.Peneliti obyek lepas,penelit dari<br />luar dgn instrumen standar yg<br />obyektif<br />4.Seting peneliti buatan lepas<br />tempat dan waktu.<br />5.Analisis kuantitatif, statistik,<br />obyektif.<br />6.Hasil penelitian berupa inferensi,<br />generalisasi,prediksi<br />Penelitian kuantitatif Penelitian kualitatif<br />Penelitian kuantitatif (Positivistik)<br />KESIMPUL<br />-AN DAN<br />REKOMEN<br />-DASI<br />ANALISIS<br />DAN<br />INTERPR<br />ETASI<br />DESAIN<br />DAN<br />PENGUMP<br />ULAN<br />DATA<br />SAMPEL DAN<br />PENYUSUNAN<br />INSTRUMEN<br />DEFINISI<br />OPERASIONAL<br />DAN STUDY<br />LITERATUR<br />PERUMUSAN<br />MASALAH<br />DAN<br />HIPOTESIS/<br />PERTANYAAN<br />KESIMPUL<br />AN DAN<br />REKOMEN<br />DASI<br />ANALISIS DAN<br />INTERPRETASI<br />DESAIN DAN<br />PENGUMPULAN<br />DATA<br />SAMPEL<br />DAN<br />PENYUSU<br />NAN<br />INSTRUM<br />EN<br />DEFINISI<br />OPERASIONAL<br />DAN STUDY<br />LITERATUR<br />PERUMUSAN<br />MASALAH DAN<br />PERTANYAAN<br />Penelitian kualitatif (Naturalistik)<br />I. Langkah persiapan<br />1. Mengidentifikasi masalah.<br />2. Merumuskan dan membatasi masalah.<br />3. Mengadakan study kepustakaan.<br />4. Merumuskan tujuan dan manfaat penelitian.<br />5. Merumuskan asumsi dan hipotesis<br />/ pertanyaan penelitian.<br />6. Merumuskan metode penelitian.<br />7. Merumuskan populasi dan sampel<br />8. Menyusun lay out (kisi-kisi) instrumen.<br />9. Merumuskan butir-butir pertanyaan.<br />10. Menyusun persiapan teknis.<br />F. Langkah-langkah Penelitian<br />II. Langkah Pelaksanaan<br />1. Mengumpulkan data.<br />2. Mengolah dan menafsirkan data.<br />3. Menyusun draf laporan<br />III.Langkah pelaporan<br />1. Seminar hasil penelitian<br />2. Menyempurnakan laporan<br />3. Mendistribusikan dan menggunakan hasil penelitian<br />F. Langkah-langkah Penelitian --cont’d<br />1. Mengidentifikasi masalah<br />a. Masalah<br />Suatu situasi yg berisi kesenjangan dan bersifat<br />teka-teki, yang dpt menimbulkan kerawanan,<br />hambatan, ancaman ataupun gangguan<br />b.Tujuan indetifikasi<br />Mencari,memilih,menentukan masalah yg paling<br />urgen dan bermanfaat untuk diteliti.<br />c. Sumber<br />Hasil-hasil : penelitian, evaluasi, seminar, rapat<br />kerja, lokakarnya<br />Kebijakan pemerintah<br />Isu-isu santer dalam masyarakat<br />2.Merumuskan dan membatasi masalah<br />a. Merumuskan masalah<br />Memetakan variabel /komponen /aspek yg terlibat dlm<br />suatu tema masalah dgn menggunakan pola pikir atau<br />dasar teori tertentu<br />b .Membatasi masalah<br />Memisahkan variabel /komponen /aspek yg diteliti dari<br />yg tdk diteliti.<br />c. Merumuskan fokus penelitiann<br />Merumuskan keterkaitan variabel /komponen penelitian<br />dlm suatu judul (apabila ada beberapa fokus bisa dibuat<br />judul yg lbh luas).<br />d. Merumuskan definisi operasional<br />Rumusan definisi yg menggambarkan keadaan /perilaku<br />shg dpt diamati /diukur.<br />3. Asumsi dan hipotesis /pertanyaan penelitian<br />a.Asumsi<br />- Teori /hukum /dalil /kaidah /prinsip sebagai landasan dlm<br />mengkaji permasalahan.<br />- Merupakan kebenaran yg tdk perlu dibuktikan lagi.<br />- Hendaknya jelas mendasari persoalan-persoalan yg inti.<br />b.Hipotesis<br />- Jawaban sementara terhadap suatu persoalan<br />- Perlu dibuktikan secara statistik apakah diterima /ditolak.<br />- Dalam penelitian yg tak menggunakan pengolahan<br />statistik lanjut (seperti survai dan riset kualitatif) cukup<br />pertanyaan penelitian.<br />- Isi hipotesis /pertanyaan harus sejalan dgn tujuan penelitian<br />- Selain pertanyaan pokok dibuat rincian pertanyaan.<br />4. Metode penelitian<br />a.Pendekatan penelitian yg digunakan :<br />- Deskriptif - Pengembangan<br />- Eksperimen - Tindakan<br />- Historis - kualitatif<br />b.Model desain dan pendakatan :<br />- Eksperimen : murni,kuasi,lemah<br />- Deskriptif : Survai,korelatif,komparatif<br />c.Metode pengumpulan data :<br />- Wawancara - Observasi<br />- Angket/kuensioner - Tes<br />- Study dokumenter - Skala<br />d. Teknik analisis/pengolahan data :<br />- analisis statistik : # Deskriptif<br /># Inferensial (parametrik / non parametrik)<br />- analisis rasional-kualitatif<br />e. Alasan/argumentasi : mengapa digunakan metode, desain, teknik,<br />dsb.<br />f. Prosedur pelaksanaan : metode, desain, teknik<br />5. Populasi sampel dan sampling<br />a. Populasi<br />Keseluruhan unit (orang,kelompok,lembaga,organisasi,dll) yg<br />menjadi subjek penelitian<br />b.Sampel<br />- Bagian /cuplikan dr populasi yg secara nyata diteliti.<br />- Sampel mewakili populasi baik dlm karakteristik maupun<br />jumlah.Ukuran Sampel dg rumus Slovin: n = N / (1+ N.e^2)<br />- Bila sampelnya manusia dan diminta memberikan jawaban<br />disebut responden.<br />c. Penentuan sampel<br />- Acak (random) :bila karakteristik populasi sama (homogen)<br />- Strata (stratified) : bila populasi berjenjang<br />- Kluster (cluster) : bila populasi merupakan satuan/kluster<br />- Purposif : bila ada tujuan - tujuan khusus.<br />6. Penyusunan lay out dan butir pertanyaan<br />a.Penyusunan lay out /kisi-kisi instrumen<br />- Komponen lay out :<br />* Bidang masalah,variabel /komponen<br />- Sub variabel /komponen.<br />* Teknik pengumpulan data.<br />* sampel /responden.<br />- Penyusunan format lay out.<br />- Penentuan jumlah dan jenis instrumen<br />b. Penyusunan butir Pertanyaan /pernyataan<br />Umpamanya :<br />- Pedoman wawancara untuk Pimpinan Daerah.<br />- Angket staf dan warga masyarakat<br />- Study dokumentar pimpinan unit<br />c. Pengembangan Instrumen<br />- Seleksi dan pengelompokan butir soal.<br />- Perbanyakan terbatas.<br />- Uji coba instrumen.<br />- Pengolahan hasil uji coba.<br />- Penyempurnaan instrumen.<br />- Perbanyakan instrumen.<br />FORMAT KISI-KISI INSTRUMEN<br />2. X s.d.a s.d.a s.d.a s.d.a s.d.a<br />Dst<br />Desler<br />(2004)<br />dst<br />3<br />dst<br />1, 3, 6<br />dst<br />1)<br />2)<br />dst.<br />1)<br />2)<br />dst.<br />a._____<br />b._____<br />dst.<br />1. Y<br />Jumlah Teori<br />butir<br />Nomor<br />Item<br />Variabel Aspek Indikator<br />Penelitian<br />NOmzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-32463730221738819142010-09-04T21:10:00.000-07:002010-09-04T21:12:25.121-07:00Menggambar Layout PCB Berbantuan KomputerSEKOLAH MENENGAH KEJURUAN<br />BIDANG KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA<br />PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI<br />Menggambar Layout PCB<br />Berbantuan Komputer<br />BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM<br />DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN<br />DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH<br />DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />2003<br />KODE MODUL<br />EI.003<br />ii<br />KATA PENGANTAR<br />Modul Menggambar Layout PCB Berbantuan Komputer digunakan sebagai<br />panduan kegiatan belajar untuk membentuk salah satu kompetensi, yaitu :<br />Mengoperasikan Peralatan Industri Berbasis Peralatan Elektronik. Modul ini dapat<br />digunakan untuk peserta diklat pada Program Keahlian Teknik Elektronika<br />Industri.<br />Modul ini memberikan latihan untuk mempelajari identifikasi dan prosedur<br />gambar layout pada PCB berbantuan perangkat lunak aplikasi. Modul ini terdiri<br />atas dua kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas tentang pengenalan<br />perangkat lunak (software) Protel for Windows 1.5. Kegiatan Belajar 2<br />membahas tantang prinsip dasar pembuatan PCB berbantuan program Protel for<br />Windows 1.5.<br />Yogyakarta, Desember 2003<br />Penyusun.<br />Tim Fakultas Teknik<br />Universitas Negeri Yogyakarta<br />iii<br />DAFTAR ISI MODUL<br />Halaman<br />HALAMAN DEPAN ................................................................................. i<br />KATA PENGANTAR ................................................................................ ii<br />DAFTAR ISI MODUL ............................................................................. iii<br />PETA KEDUDUKAN MODUL .................................................................. v<br />PERISTILAHAN / GLOSSARY ............................................................... viii<br />I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1<br />A. Deskripsi ................................................................................... 1<br />B. Prasyarat .................................................................................. 1<br />C. Petunjuk Penggunaan Modul ....................................................... 2<br />1. Petunjuk Bagi Siswa ............................................................. 2<br />2. Peran Guru .......................................................................... 2<br />D. Tujuan Akhir ............................................................................. 3<br />E. Kompetensi ............................................................................... 4<br />F. Cek Kemampuan ....................................................................... 5<br />II. PEMBELAJARAN ........................................................................... 6<br />A. Rencana Belajar Siswa ............................................................... 6<br />B. Kegiatan Belajar ........................................................................ 7<br />1. Kegiatan Belajar 1 : Pengenalan Perangkat Lunak (Software)<br />Protel for Windows 1.5 .......................................................... 7<br />a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ......................................... 7<br />b. Uraian Materi 1................................................................ 7<br />c. Rangkuman 1.................................................................. 16<br />d. Tugas 1 .......................................................................... 16<br />e. Tes Formatif 1................................................................. 16<br />f. Kunci Jawaban Formatif 1 ................................................ 16<br />g. Lembar Kerja 1................................................................ 17<br />iv<br />2. Kegiatan Belajar 2 : Prinsip Dasar Pembuatan PCB Berbantuan<br />Program Protel for Windows 1.5 ............................................. 19<br />a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ........................................ 19<br />b. Uraian Materi 2................................................................ 19<br />c. Rangkuman 2.................................................................. 20<br />d. Tugas 2 .......................................................................... 21<br />e. Tes Formatif 2................................................................. 21<br />f. Kunci Jawaban Formatif 2 ................................................ 22<br />g. Lembar Kerja 2................................................................ 23<br />III. EVALUASI ..................................................................................... 29<br />A. Pertanyaan ............................................................................. 29<br />B. Kunci Jawaban Evaluasi ........................................................... 29<br />C. Kriteria Penilaian...................................................................... 30<br />IV. PENUTUP ...................................................................................... 31<br />DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 32<br />v<br />PETA KEDUDUKAN MODUL<br />A. Diagram Pencapaian Kompetensi<br />Diagram ini menunjukan tahapan urutan pencapaian kompetensi yang<br />dilatihkan pada peserta didik dalam kurun waktu tiga tahun. Modul<br />Menggambar Layout PCB Berbantuan Komputer merupakan salah satu dari<br />27 modul untuk membentuk kompetensi Mengoperasikan Peralatan Industri<br />Berbasis Peralatan Elektronik (blok A).<br />Keterangan :<br />A. : Mengoperasikan peralatan industri berbasis peralatan elektronik<br />B. : Merawat peralatan industri berbasis peralatan elektronik<br />C. : Menginstalasi peralatan kontrol proses berbasis peralatan elektronik<br />D. : Menerapkan peralatan kontrol proses berbasis peralatan elektronik<br />E. : Trouble shooting peralatan kontrol proses berbasis peralatan elektronik<br />F. : Memperbaiki peralatan kontrol proses berbasis peralatan elektronik<br />LULUS<br />SMK<br />SLTP & yang<br />sederajad<br />5<br />6<br />TINGKAT I TINGKAT II<br />C<br />D<br />3<br />4<br />E<br />F<br />TINGKAT III<br />A 1<br />B 2<br />vi<br />B. Kedudukan Modul<br />Modul EI.003 ini merupakan prasyarat untuk menempuh modul EI.008.<br />Keterangan :<br />EI.001 Menggambar Teknik Elektronika dan Layout pada PCB<br />EI.002 MenggambarTeknik Elektronika berbantuan komputer<br />EI.003 Menggambar Layout PCB Berbantuan komputer<br />EI.004 Menggambar Chasis Elektronika<br />EI.005 Menggambar Chasis Elektronika Berbantuan komputer<br />EI.006 Keselamatan dan Kesehatan Kerja<br />EI.007 Teknologi Bengkel Elektronika<br />EI.008 Pemrosesan PCB<br />EI.009 Pengawatan PCB<br />EI.010 Perakitan Peralatan Elektronika<br />EI.011 Elektrostatika<br />EI.012 Elektrodinamika<br />EI.013 Komponen Pasif<br />EI.014 Komponen Aktif<br />EI.015 Kemagnetan<br />EI.016 Rangkaian Listrik DC<br />EI.017 Rangkaian Listrik AC<br />EI.018 Konsep Dasar Mesin Listrik<br />EI.019 Pengoperasian Alat Ukur Listrik DC<br />EI.020 Pengoperasian Alat Ukur Listrik AC<br />EI.021 Pengoperasian Alat Ukur Frekuensi (CRO)<br />EI.022 Teknik Pengoperasian Motor DC<br />EI.001<br />EI.003<br />EI.002<br />EI.011<br />EI.005<br />EI.006<br />EI.004<br />EI.007<br />EI.012 EI.013 EI.014<br />EI.015 EI.016 EI.017 EI.018<br />EI.019 EI.020 EI.021<br />EI.022<br />EI.024<br />EI.026<br />EI.023<br />EI.025<br />EI.027<br />1<br />EI.008<br />vii<br />EI.023 Teknik Pengoperasian Motor AC<br />EI.024 Teknik Pengoperasian Peralatan Kendali Berbasis Elektronik<br />EI.025 Teknik Pengoperasian Peralatan Kendali Berbasis Pneumatik<br />EI.026 Teknik Pengoperasian Peralatan Kendali Berbasis Hydrolik<br />EI.027 Komponen Semi Konduktor<br />viii<br />PERISTILAHAN/ GLOSSARY<br />Layout : Skema jalur pengawatan<br />Troubleshooting : Pemecahan permasalahan yang sering terjadi<br />Software : Piranti lunak, sebuah aplikasi program komputer<br />Multilayer : Multi lapisan, yaitu PCB dengan metode pengawatan<br />menggunakan beberapa lapisan yang digabungkan menjadi<br />satu PCB sehingga tidak memakan tempat<br />1<br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. DESKRIPSI JUDUL<br />Menggambar Layout PCB Berbantuan Komputer merupakan modul<br />teori dan atau praktikum yang membahas dasar-dasar menggambar<br />pembuatan jalur (layout) papan rangkaian tercetak (PRT/PCB) menggunakan<br />media komputer.<br />Modul ini hanya terdiri dari 2 (dua) kegiatan belajar, yaitu pengenalan<br />perangkat lunak (software) Protel for Windows 1.5 dan prinsip dasar<br />pembuatan PCB berbantuan program Protel for Windows 1.5. Dengan<br />menguasai modul ini diharapkan peserta diklat mampu membuat jalur papan<br />rangkaian tercetak (PRT/PCB) dengan berbantuan perangkat lunak computer.<br />Sehingga kesalahan jalur layout PCB dapat diminimalisir.<br />B. PRASYARAT<br />Persyaratan mempelajari modul Menggambar Layout PCB Berbantuan<br />Komputer, adalah:<br />1. Peserta diklat telah lulus modul / materi diklat Menggambar Teknik<br />Elektronika dan Layout pada PCB<br />2. Peserta diklat menguasai pengetahuan pengoperasian komputer dasar<br />3. Peserta diklat mampu membaca diagram skema rangkaian elektronika<br />4. Peserta diklat mampu menentukan komponen rangkaian elektronika<br />5. Peserta diklat mampu merencanakan tata letak dan jalur sambungan<br />berdasarkan diagram skema<br />2<br />C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL<br />1. Petunjuk Bagi Siswa<br />Siswa diharapkan mampu berperan aktif dan berinteraksi dengan sumber<br />belajar yang mendukungnya, karena itu harus diperhatikan beberapa hal<br />sebagai berikut :<br />a. Langkah – langkah Belajar<br />Modul ini berisi materi mengenai kompetensi Menggambar Layout PCB<br />Berbantuan Komputer, oleh sebab itu perlu diperhatikan beberapa hal<br />agar peserta diklat lebih berkompeten dan professional, yaitu :<br />1) Apa yang harus dikerjakan pertama kali dalam menggambar<br />layout PCB dengan bantuan computer ?<br />2) Bagaimana cara merancang layout PCB dengan baik dan simple ?<br />3) Apakah kita sudah sesuai aturan dalam merancang PCB ?<br />b. Perlengkapan yang Harus Dipersiapkan<br />Guna menunjang kelancaran tugas yang akan Anda lakukan, maka<br />persiapkanlah seluruh perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan<br />jenis tugas pada masing-masing kegiatan pembelajaran.<br />c. Hasil Pelatihan<br />Anda akan mampu melakukan tugas/pekerjaan menggambar PCB<br />dengan bantuan computer sesuai dengan jenis rangkaian elektronika<br />yang dikehendaki.<br />2. Peran Guru<br />Guru yang akan mengajarkan modul ini hendaknya mempersiapkan diri<br />sebaik-baiknya yaitu mencakup aspek strategi pembelajaran, penguasaan<br />materi, pemilihan metode, alat bantu media pembelajaran dan perangkat<br />evaluasi.<br />Guru harus menyiapkan rancangan strategi pembelajaran yang mampu<br />mewujudkan peserta diklat terlibat aktif dalam proses pencapaian/<br />penguasaan kompetensi yang telah diprogramkan. Penyusunan<br />rancangan strategi pembelajaran mengacu pada kriteria unjuk kerja<br />(KUK) pada setiap sub kompetensi yang ada dalam GBPP.<br />3<br />D. TUJUAN AKHIR<br />Setelah mempelajari modul ini, peserta diklat diharapkan kompeten dan<br />professional melakukan tugas/pekerjaan menggambar layout PCB<br />menggunakan bantuan komputer sesuai dengan rangkaian elektronika yang<br />dikehendaki.<br />4<br />E. KOMPETENSI<br />Modul ini merupakan subkompetensi Menguasai gambar teknik elektronika yang menjadi salah satu unsur untuk membentuk<br />kompetensi mengoperasikan peralatan industri berbasis peralatan elektronik. Uraian subkompetensi ini dijabarkan seperti ini.<br />Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Materi Pokok Pembelajran<br />Kerja Lingkup Belajar<br />Sikap Pengetahuan Keterampilan<br />1 2 3 4 5 6<br />A.1<br />Menguasai gambar<br />teknik elektronika<br />A.1.4.<br />Identifikasi dan<br />prosedur gambar<br />layout pada PCB<br />berbantuan<br />perangkat lunak<br />aplikasi<br />Menggambar<br />layout pada PCB<br />berbantuan<br />perangkat lunak<br />aplikasi<br />Kecermatan,<br />aturan<br />penggambaran,<br />dan pemahaman<br />perangkat lunak<br />aplikasi dalam<br />proses dan hasil<br />gambar layout<br />PCB<br />Pengggunaan<br />perangkat<br />lunak aplikasi<br />untuk gambar<br />layout PCB<br />Menggambar layout<br />pada PCB dengan<br />perangkat lunak<br />aplikasi<br />5<br />F. CEK KEMAMPUAN<br />Sebelum mempelajari modul ini, isilah cek list () kemampuan yang telah anda miliki dengan sikap jujur dan dapat<br />dipertanggung jawabkan:<br />Jawaban<br />Sub Kompetensi Pernyataan<br />Ya Tidak<br />Bila Jawaban “Ya”<br />Kerjakan<br />1. Saya mampu menguasai dan<br />terampil menggunakan aplikasi<br />program Protel for Windows 1.5<br />Soal Tes Formatif 1<br />Menguasai gambar<br />teknik elektronika<br />2. Saya mampu merancang layout<br />PCB dengan menggunakan<br />aplikasi program Protel for<br />Windows 1.5<br />Soal Tes Formatif 2<br />6<br />BAB II<br />PEMBELAJARAN<br />A. RENCANA PEMBELAJARAN<br />Kompetensi : Mengoperasikan peralatan industri berbasis peralatan<br />elektronik<br />Sub Kompetensi : Menguasai gambar teknik elektronika<br />Jenis Kegiatan Tanggal Waktu Tempat<br />Belajar<br />Alasan<br />Perubahan<br />Tanda<br />Tangan<br />Guru<br />Pengenalan<br />Perangkat Lunak<br />(Software) Protel<br />for Windows 1.5<br />Prinsip Dasar<br />Pembuatan PCB<br />Berbantuan<br />Program Protel for<br />Windows 1.5<br />7<br />B. KEGIATAN BELAJAR<br />1. Kegiatan Belajar 1 : Pengenalan Perangkat Lunak (Software)<br />Protel for Windows 1.5<br />a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran<br />1) Peserta diklat mampu membuka aplikasi perangkat lunak Protel<br />for Windows 1.5<br />2) Peserta diklat mengetahui fungsi-fungsi dari pilihan menu pada<br />aplikasi perangkat lunak Protel for Windows 1.5<br />b. Uraian Materi 1<br />Protel PCB merupakan salah satu program (software) popular untuk<br />merancang jalur layout PCB. Keistimewaan program ini diantaranya<br />yaitu sebagai berikut :<br />1) Dijalankan menggunakan Sistem Operasi Windows yang banyak<br />dipakai oleh pengguna computer di dunia<br />2) Bisa digunakan merancang PCB dengan multilayer (beberapa<br />lapisan), sehingga mampu menangani pembuatan PCB yang<br />sangat kompleks (rumit)<br />3) Mudah dalam penggunaannya karena menu utamanya sudah<br />diwakili dengan menggunakan button (tombol)<br />4) Terdapat fasilitas Auto Route, yakni suatu fasilitas yang secara<br />otomatis akan membuat jalur layout PCB<br />Perlu diingat bahwa dalam merancang PCB hendaknya jalur<br />pengawatan antara satu dengan yang lain tidak membentuk sudut<br />kurang dari 90O ( Ð90O).<br />Tampilan awal menjalankan program aplikasi Protel for Windows 1.5<br />ditunjukan pada Gambar 1 sebagai berikut :<br />8<br />Gambar 1. Tampilan Awal aplikasi Protel for Windows 1.5<br />Pilihan menu<br />Tombol (button) perintah<br />9<br />Penjelasan mengenai pilihan menu adalah sebagai berikut :<br />Gambar 2. Tampilan Menu pada Aplikasi Protel for Windows 1.5<br />1) Menu FILE<br />Gambar 3. Tampilan dari menu File<br />10<br />Terdiri dari beberapa pilihan submenu yakni :<br />a) New : Untuk membuat suatu lembar kerja/worksheet baru<br />b) Open : Untuk membuka lembar kerja yang pernah dibuat<br />c) Exit : Keluar dari aplikasi program<br />2) Menu INFO<br />Gambar 4. Tampilan dari menu Info<br />Memuat system status yang memberitahukan status dari system<br />computer, seperti status penggunaan memori, status penggunaan<br />harddisk, waktu, dan tanggal.<br />3) Menu HELP<br />Menu HELP ini memuat segala permasalahan yang ada pada<br />program, termasuk didalamnya cara penggunaan program ini.<br />Anda bisa mempelajarinya secara mandiri dengan membaca<br />semua informasi yang ada didalamnya.<br />Pilihan submenu yang ada ialah :<br />a) Index<br />b) Using help<br />c) Basic concepts<br />d) Commands<br />e) Printing<br />f) Managing files<br />g) Screen regions<br />h) Reference<br />i) About<br />11<br />Gambar 5. Tampilan dari menu Help<br />12<br />Ketika kita akan membuat suatu dokumen baru (File à New) atau membuka (File à Open), maka tampilan menu diatas<br />akan berubah menjadi sebuah lembar kerja seperti yang ditunjukan pada Gambar 6 berikut :<br />Gambar 6. Tampilan Lembar Kerja/Worksheet Protel for Windows 1.5<br />Worksheet<br />13<br />Menu-menu yang perlu diketahui diantaranya adalah :<br />1) File<br />Memuat bagian submenu yang berhubungan dengan membuat file<br />baru (New), membuka file (Open), menyimpan file (Save), keluar<br />dari program (exit), dan masih banyak lainnya.<br />2) Edit<br />Memuat bagian submenu yang berhubungan dengan menyalin<br />(Copy), memotong (Cut), membersihkan lembar kerja (Clear),<br />menghapus (Delete), merubah (Change), memindahkan (Move),<br />dan masih banyak lainnya.<br />3) Library<br />Memuat bagian submenu yang berhubungan dengan data<br />komponen (library = perpustakaan) dan juga tipe dari pad PCB<br />yang akan digunakan.<br />4) Netlist<br />Memuat submenu konversi dari text editor (dengan ekstensi file<br />NET) ke bentuk rangkaian PCB secara otomatis.<br />5) Auto<br />Pada pilihan submenu ini terdapat pilihan antara lain auto route<br />dan auto place, yang berfungsi secara otomatis membuat jalur<br />layout.<br />6) Current<br />Pilihan submenu ini memuat karakteristik tipe Pad yang<br />digunakan, jenis grid yang akan digunakan, lapisan Pad (layer)<br />yang digunakan, jenis track/jalur, jenis lubang kaki komponen<br />(diameter).<br />7) Options<br />Pilihan submenu ini memuat beberapa pilihan diantaranya untuk<br />menentukan warna dari tiap lapisan (layer) yang akan digunakan,<br />tampilan layar, termasuk juga tampilan toolbar.<br />8) Zoom<br />Untuk memperpesar maupun memperkecil tampilan<br />14<br />9) Info<br />Memberitahukan kepada kita mengenai status dari system, ukuran<br />papan PCB, pengukur jarak<br />10) Window<br />Untuk mengubah tampilan layar menjadi Cascade, Tile, dan<br />membuka file yang sudah pernah digunakan<br />11) Help<br />Memuat tentang permasalahan (troubleshooting) yang<br />kemungkinan terjadi dalam penggunaan aplikasi Protel PCB<br />Disamping pilihan menu yang telah diterangkan diatas, pada program<br />ini segala perintah (command) yang akan sering digunakan sudah<br />diwakili dengan tombol (button) dibawah menu. Caranya yaitu dengan<br />mengklik 1x tombol tersebut. Penjelasan mengenai beberapa tombol<br />yang penting ditunjukan pada Tabel 1 sebagai berikut :<br />Tabel 1. Fungsi tombol perintah cepat<br />Tombol Kegunaan<br />Membuka file PCB yang tersimpan<br />Menyimpan file PCB dengan nama yang sama<br />Membuka dialog setup untuk pencetakan gambar kerja<br />Menampilkan papan kerja (board) pada perbesaran yang<br />disesuaikan dengan layar monitor<br />Perbesaran tampilan papan kerja yang areanya<br />disesuaikan oleh pengguna<br />Refresh, memperbarui tampilan pada layar<br />Menyalin item (komponen) yang dipilih ke bagian lain<br />papan kerja, dan memindahkannya dari posisi semula<br />Menempatkan komponen yang telah dipilih (copy, cut,<br />move, dll) ke bagian tertentu pada papan kerja (board)<br />15<br />Memilih (memblok) komponen dalam area yang dipilih<br />Untuk memindah komponen yang telah dipilih ke bagian<br />lain papan kerja<br />Mengatur ukuran snap grid<br />Membuat lingkaran secara bebas dimulai dari titik pusat<br />Menempatkan komponen pada library secara manual<br />Untuk memblok area secara manual<br />Menempatkan titik bantalan (lubang kaki komponen )<br />secara manual<br />Menambahkan suatu teks sebagai keterangan tambahan<br />pada komponen (area papan)<br />Membuat jalur pengawatan secara manual pada papan<br />Menempatkan via secara manual<br />Menampilkan kembali kotak dialog setup<br />Membuka library untuk memilih komponen yang<br />dikehendaki<br />Menghubungkan Protel Windows Schematic (dengan<br />syarat sudah terinstal pada satu komputer yang sama)<br />Untuk membatalkan perintah sebelumnya<br />Mengulangi perintah yang telah dibatalkan sebelumnya<br />Bantuan program<br />16<br />c. Rangkuman 1<br />1) Program aplikasi Protel for Windows 1.5 mempunyai fasilitas Auto<br />Route, yakni suatu fasilitas yang secara otomatis akan membuat<br />jalur layout PCB<br />2) Program aplikasi Protel for Windows 1.5 mampu menangani<br />perancangan PCB dengan multilayer (beberapa lapisan) sehingga<br />dapat diterapkan pada rangkaian elektronika yang rumit<br />d. Tugas 1<br />1) Buka aplikasi program Protel for Windows 1.5, lakukan<br />pengamatan dengan membuka beberapa pilihan menu yang ada<br />pada program tersebut<br />2) Kliklah beberapa tombol yang berada di bawah pilihan menu.<br />Pilihan/perubahan apa yang tampil pada layar monitor ?<br />e. Tes Formatif 1<br />1) Sebutkan beberapa keistimewaan program Protel for Windows 1.5<br />dalam perancangan PCB !<br />2) Apakah yang dimaksud dengan PCB multilayer menurut pendapat<br />anda ?<br />3) Jelaskan fungsi dari pilihan tombol dibawah pilihan menu yang<br />ada pada program Protel for Windows 1.5 !<br />f. Kunci Jawaban Formatif 1<br />1) Beberapa keistimewaan Program aplikasi Protel for Windows 1.5<br />adalah :<br />a) Dijalankan menggunakan Sistem Operasi Windows yang<br />banyak dipakai oleh pengguna computer di dunia<br />b) Bisa digunakan merancang PCB dengan multilayer (beberapa<br />lapisan), sehingga mampu menangani pembuatan PCB yang<br />sangat kompleks (rumit)<br />17<br />c) Mudah dalam penggunaannya karena menu utamanya sudah<br />diwakili dengan menggunakan button (tombol)<br />d) Terdapat fasilitas Auto Route, yakni suatu fasilitas yang secara<br />otomatis akan membuat jalur layout PCB<br />2) Multilayer dalam hal perancangan PCB merupakan suatu cara<br />untuk menghemat tempat untuk penempatan jalur layout PCB.<br />Gambaran secara umum misalnya 1 buah PCB terdiri dari<br />beberapa lapis PCB tipis yang digabungkan menjadi satu, dimana<br />tiap lapisnya terdapat jalur layout rangkaian elektronika.<br />3) Lihat uraian materi 1.<br />g. Lembar Kerja 1<br />Alat dan bahan :<br />Satu unit computer yang telah terinstal aplikasi Protel for Windows 1.5<br />Kesehatan dan Keselamatan Kerja :<br />1) Berdo’alah sebelum memulai kegiatan belajar.<br />2) Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar<br />kegiatan belajar.<br />3) Pastikan komputer dalam keadaan baik, semua kabel penghubung<br />terkoneksi dengan baik.<br />4) Jangan meletakkan benda yang dapat mengeluarkan medan<br />elektromagnetik di dekat komputer (magnet, handphone, dan<br />sebagainya).<br />5) Gunakanlah komputer sesuai fungsinya dengan hati-hati.<br />6) Setelah selesai, matikan komputer dengan benar.<br />Langkah Kerja :<br />1) Periksa semua kabel penghubung pada komputer.<br />2) Hidupkan komputer dengan menekan saklar pada komputer,<br />jangan menghidupkan komputer dengan memasukkan colokan ke<br />stop kontak ketika saklar dalam keadaan on.<br />18<br />3) Jika komputer telah hidup, panggil aplikasi Protel 15 PCB.<br />Tunggulah hingga proses loading selesai.<br />4) Silahkan anda mengamati dan mencoba berbagai pilihan menu<br />serta tombol yang ada pada aplikasi tersebut. Pahami dan<br />hapalkanmasing-masing kegunaan menu dan tombol tersebut.<br />5) Jika telah selesai, tutuplah aplikasi Protel for Windows 1.5 anda<br />dan matikanlah komputer dengan benar.<br />19<br />2. Kegiatan Belajar 2 : Prinsip Dasar Pembuatan PCB Berbantuan<br />Program Protel for Windows 1.5<br />a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran<br />1) Peserta diklat mampu membuat jalur layout PCB dengan<br />menggunakan aplikasi perangkat lunak Protel for Windows 1.5<br />2) Peserta diklat mampu merancang dan mendesain layout PCB<br />menggunakan aplikasi perangkat lunak Protel for Windows 1.5<br />sesuai dengan rangkaian elektronika yang dikehendaki<br />b. Uraian Materi 2<br />Setelah memahami fungsi dari menu dan tombol yang ada, pada<br />kegiatan belajar yang kedua ini peserta diklat berlatih untuk<br />merancang layout PCB dari rangkaian elektronika yang akan<br />diberikan.<br />Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah layout PCB<br />diantaranya adalah sebagai berikut :<br />1) Kerapian dari jalur layout PCB<br />Jalur layout yang teratur dan rapi akan memudahkan dalam<br />pembacaan (perunutan) jalur pengawatan terhadap rangkaian<br />elektronika<br />2) Kebersihan jalur layout PCB<br />Layout PCB hendaknya bersih dari segala macam benda yang<br />dapat mempengaruhi dalam proses pembuatan PCB, misal<br />bayangan hitam karena tinta, benda kecil, dan lain sebagainya.<br />Karena akan ikut tercetak pada papan lapisan tembaga yang<br />dikhawatirkan akan terjadi hubung singkat antara jalur<br />pengawatan yang satu dengan yang lainnya.<br />3) Ketelitian dari jalur layout PCB, apakah sudah sesuai dengan jalur<br />pada rangkaian elektronika yang dikehendaki atau tidak ?<br />4) Percabangan jalur layout dihindari tidak membentuk sudut kurang<br />dari 90o (<90o).<br />20<br />5) Hendaknya peserta diklat mengetahui ukuran jarak antara lubang<br />kaki komponen yang satu dengan lainnya. Oleh karenanya peserta<br />diklat harus benar-benar mengetahui karakteristik fisik dari<br />komponen elektronika.<br />6) Mengetahui karakteristik rangkaian elektronika, apakah AC atau<br />DC, + dan -, output-input, dan lain-lain.<br />7) Segi ekonomis, yaitu tidak memerlukan banyak tempat pada<br />papan PCB<br />Setelah peserta diklat membuat layout PCB dengan benar, kemudian<br />dapat mencetaknya pada media khusus seperti kertas transparan<br />(akan dipelajari lebih mendalam pada modul Pemrosesan PCB), dan<br />siap untuk dicetak pada papan PCB.<br />c. Rangkuman 2<br />1) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah layout<br />PCB diantaranya adalah sebagai berikut :<br />a) Kerapian dari jalur layout PCB<br />Jalur layout yang teratur dan rapi akan memudahkan dalam<br />pembacaan (perunutan) jalur pengawatan terhadap rangkaian<br />elektronika<br />b) Kebersihan jalur layout PCB<br />Layout PCB hendaknya bersih dari segala macam benda yang<br />dapat mempengaruhi dalam proses pembuatan PCB, misal<br />bayangan hitam karena tinta, benda kecil, dan lain<br />sebagainya. Karena akan ikut tercetak pada papan lapisan<br />tembaga yang dikhawatirkan akan terjadi hubung singkat<br />antara jalur pengawatan yang satu dengan yang lainnya.<br />c) Ketelitian dari jalur layout PCB, apakah sudah sesuai dengan<br />jalur pada rangkaian elektronika yang dikehendaki atau tidak ?<br />d) Percabangan jalur layout dihindari tidak membentuk sudut<br />kurang dari 90o (<90o).<br />21<br />e) Hendaknya peserta diklat mengetahui ukuran jarak antara<br />lubang kaki komponen yang satu dengan lainnya. Oleh<br />karenanya peserta diklat harus benar-benar mengetahui<br />karakteristik fisik dari komponen elektronika.<br />f) Mengetahui karakteristik rangkaian elektronika, apakah AC<br />atau DC, + dan -, output-input, dan lain-lain.<br />g) Segi ekonomis, yaitu tidak memerlukan banyak tempat pada<br />papan PCB<br />2) Hasil perancangan layout PCB dengan menggunakan aplikasi<br />Protel for Windows 1.5 dicetak dengan media transparan untuk<br />kemudian dilanjutkan dicetak pada papan PCB<br />d. Tugas 2<br />1) Kerapian, kebenaran, dan ketelitian dalam merancang layout PCB<br />sangat berpengaruh terhadap kualitas pencetakan jalur<br />pengawatan pada papan PCB<br />2) Hasil rancangan layout PCB dicetak dengan media transparan<br />(kertas transparan, palstik OHP), dan kemudian dilakukan proses<br />pencetakan ke papan lapisan tembaga PCB<br />e. Tes Formatif 2<br />1) Sebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang<br />layout PCB !<br />2) Rancanglah sebuah layout PCB rangkaian Power Supply<br />menggunakan Protel for Windows 1.5 seperti Gambar 7.<br />Gambar 7. Rangkaian Power Supply<br />D1 1N4002<br />1 2<br />D4<br />1N4002<br />1 2<br />TX<br />1<br />D5<br />1N4702<br />1<br />2<br />Q1<br />BC108<br />A<br />R1<br />560 ohm<br />C1<br />4700uF/50V<br />C3<br />100 uF<br />C2<br />100n<br />D2<br />1 1N4002<br />2<br />D3<br />1 1N4002<br />2<br />220<br />25<br />0<br />output<br />+<br />+<br />22<br />f. Kunci Jawaban Formatif 2<br />1) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang layout<br />PCB diantaranya adalah sebagai berikut :<br />a) Kerapian dari jalur layout PCB<br />b) Jalur layout yang teratur dan rapi akan memudahkan dalam<br />pembacaan (perunutan) jalur pengawatan terhadap rangkaian<br />elektronika<br />c) Kebersihan jalur layout PCB<br />d) Layout PCB hendaknya bersih dari segala macam benda yang<br />dapat mempengaruhi dalam proses pembuatan PCB, misal<br />bayangan hitam karena tinta, benda kecil, dan lain<br />sebagainya. Karena akan ikut tercetak pada papan lapisan<br />tembaga yang dikhawatirkan akan terjadi hubung singkat<br />antara jalur pengawatan yang satu dengan yang lainnya<br />e) Ketelitian dari jalur layout PCB, apakah sudah sesuai dengan<br />jalur pada rangkaian elektronika yang dikehendaki atau tidak ?<br />f) Percabangan jalur layout dihindari tidak membentuk sudut<br />kurang dari 90o (<90o).<br />g) Hendaknya peserta diklat mengetahui ukuran jarak antara<br />lubang kaki komponen yang satu dengan lainnya. Oleh<br />karenanya peserta diklat harus benar-benar mengetahui<br />karakteristik fisik dari komponen elektronika<br />h) Mengetahui karakteristik rangkaian elektronika, apakah AC<br />atau DC, + dan -, output-input, dan lain-lain<br />i) Segi ekonomis, yaitu tidak memerlukan banyak tempat pada<br />papan PCB<br />2) Penilaian rancangan layout memperhatikan hal-hal yang telah<br />dibahas pada uraian materi 2<br />23<br />g. Lembar Kerja 2<br />Alat dan bahan :<br />Satu unit computer yang telah terinstal aplikasi Protel for Windows 1.5<br />Kesehatan dan Keselamatan Kerja :<br />1) Berdo’alah sebelum memulai kegiatan belajar.<br />2) Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar<br />kegiatan belajar.<br />3) Pastikan komputer dalam keadaan baik, semua kabel penghubung<br />terkoneksi dengan baik.<br />4) Jangan meletakkan benda yang dapat mengeluarkan medan<br />elektromagnetik di dekat komputer (magnet, handphone, dan<br />sebagainya).<br />5) Gunakanlah komputer sesuai fungsinya dengan hati-hati.<br />6) Setelah selesai, matikan komputer dengan benar.<br />Langkah Kerja :<br />1) Periksa semua kabel penghubung pada komputer.<br />2) Hidupkan komputer dengan menekan saklar pada komputer,<br />jangan menghidupkan komputer dengan memasukkan colokan ke<br />stop kontak ketika saklar dalam keadaan on.<br />3) Jika komputer telah hidup, panggil aplikasi Protel for Windows 1.5.<br />Tunggulah hingga proses loading selesai.<br />4) Sebagai langkah permulaan dalam merancang pengawatan PCB,<br />kita akan mecoba menghubungkan beberapa komponen<br />elektronika :<br />a) Klik tombol library dibawah menu untuk membuka library<br />dan memilih lubang kaki komponen yang dikehendaki. Klik<br />pilihan Display untuk memunculkan tampilan dari komponen<br />yang dipilih. Tampilan yang muncul ditunjukan pada Gambar 8<br />berikut :<br />24<br />Gambar 8. Tampilan Jendela Library<br />25<br />b) Jika sudah pasti, klik Place untuk menempatkan komponen<br />yang dipilih ke lembar kerja (worksheet). Sebelumnya Anda<br />diminta untuk mengisi Component Designator (bisa diisi<br />kode komponen, misal C1 untuk Kapasitor) seperti pada<br />Gambar 9. Kemudian diminta pula untuk mengisi Comment<br />(bisa diisi dengan besar nilai komponen, misal 1000uF) seperti<br />pada Gambar 10.<br />Ingat : Pada dasarnya Component Designator dan<br />Comment hanya sebagai penambah keterangan komponen<br />saja.<br />Gambar 9. Jendela Component Designator<br />Gambar 10. Jendela Comment<br />c) Klik Close untuk mengakhiri pemilihan komponen dari library<br />dan kembali ke worksheet.<br />d) Sehingga worksheet akan menempatkan/menampilkan<br />komponen yang telah dipilih dari library ke worksheet seperti<br />pada Gambar 11 berikut :<br />26<br />Gambar 11. Tampilan Komponen Yang Telah Dipilih Pada Worksheet<br />27<br />e) Anda bisa mengeditnya seperti memutar (rotate), menyalin<br />(copy), memindahkan (move), dan lain sebagainya melalui<br />pilihan menu Edit.<br />f) Dengan cara yang sama, silakan Anda mencoba memilih<br />komponen yang lain sesuai dengan kreatifitas Anda masingmasing.<br />Catatan : Apabila ukuran kaki komponen yang dikehendaki<br />tidak terdapat pada library, Anda dapat<br />membuatnya dengan mengklik tombol dibawah<br />pilihan menu. Kemudian Anda tinggal<br />menempatkannya sesuai keinginan.<br />g) Setelah pemilihan kaki-kaki komponen dipilih, selanjutnya<br />melakukan pengawatan terhadap kaki-kaki komponen sesuai<br />dengan rancangan gambar elektronika yang dikehendaki.<br />Pengawatan kaki komponen dengan cara mengklik tombol<br />. Kemudian tunjuk dengan mouse anda ke kaki komponen<br />untuk memulai pengawatan. Sebagai contoh, hasil yang<br />didapat seperti Gambar 12 berikut :<br />28<br />Gambar 12. Contoh Pengawatan Kaki Komponen<br />29<br />h) Setelah proses jalur pengawatan selesai, anda bisa langsung<br />untuk memulai proses pencetakan, yaitu dengan memilih<br />menu File à Print à Composite/Final Artwork. Atau anda bisa<br />juga secara langsung dengan mengklik 1x tombol dibawah<br />pilihan menu. Jangan lupa printer telah dipasang (terinstal)<br />secara benar dengan komputer.<br />i) Demikianlah cara perancangan sederhana PCB dengan<br />menggunakan aplikasi Protel for Windows 1.5. Anda dapat<br />lebih menguasainya jika anda mau berlatih secara terus<br />menerus.<br />5) Silahkan anda mencoba merancang PCB rangkaian Catu Daya<br />(Power Supply) seperti pada gambar berikut :<br />Catatan : Perhatikan untuk merancang PCB dengan<br />memperhatikan ketelitian jalur pengawatan,<br />kerapian layout PCB, nilai ekonomis dari PCB<br />(hemat PCB).<br />Sebagai contoh layout PCB dari rangkaian di atas dengan<br />menggunakan aplikasi Protel for Windows 1.5 ditunjukan pada<br />Gambar 13.<br />6) Jika telah selesai, tutuplah aplikasi Protel for Windows 1.5 dan<br />matikanlah komputer dengan benar.<br />30<br />Gambar 13. Contoh Layout PCB Power Supply<br />29<br />BAB III<br />EVALUASI<br />A. PERTANYAAN<br />1. Sebutkan beberapa keistimewaan aplikasi Protel for Windows 1.5! (skor<br />20)<br />2. Dalam merancang sebuah layout PCB, hal-hal apa sajakah yang harus<br />diperhatikan ? (skor 20)<br />3. Rancanglah sebuah layout PCB dengan aplikasi Protel for Windows 1.5.<br />Terserah anda dalam memilih gambar rangkaian elektronikanya. (skor 60)<br />B. KUNCI JAWABAN EVALUASI<br />1. Keistimewaan dari aplikasi Protel for Windows 1.5 adalah :<br />a. Dijalankan menggunakan Sistem Operasi Windows yang banyak<br />dipakai oleh pengguna computer di dunia<br />b. Bisa digunakan merancang PCB dengan multilayer (beberapa lapisan),<br />sehingga mampu menangani pembuatan PCB yang sangat kompleks<br />(rumit)<br />c. Mudah dalam penggunaannya karena menu utamanya sudah diwakili<br />dengan menggunakan button (tombol)<br />d. Terdapat fasilitas Auto Route, yakni suatu fasilitas yang secara<br />otomatis akan membuat jalur layout PCB<br />2. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang sebuah PCB<br />diantaranya adalah :<br />a. jalur pengawatan tidak boleh membentuk sudut kurang dari 90O<br />b. ketelitian jalur pengawatan<br />c. kerapian jalur pengawatan<br />d. bernilai ekonomis (hemat pemakaian PCB/tidak memakan tempat<br />terlalu banyak)<br />30<br />3. Penilaian berdasarkan kerapian, ketelitian, dan kebenaran layout PCB<br />terhadap rangkaian elektronika.<br />C. KRITERIA PENILAIAN<br />Kriteria<br />Skor<br />(1-10)<br />Bobot Nilai Keterangan<br />Kognitif (soal no 1 s/d 2) 3<br />Kebenaran layout PRT 3<br />Kerapian, kebersihan,<br />ketelitian<br />2<br />Ketepatan waktu 2<br />Nilai Akhir<br />Syarat lulus<br />nilai minimal<br />70<br />31<br />BAB V<br />PENUTUP<br />Peserta diklat yang telah mencapai syarat kelulusan minimal dapat melanjutkan<br />modul EI.008. Sebaliknya, apabila peserta diklat dinyatakan tidak lulus, maka<br />peserta diklat harus mengulang modul ini dan tidak diperkenankan untuk<br />mengambil modul selanjutnya.<br />Jika peserta diklat teleh lulus menempuh 27 modul, maka peserta diklat berhak<br />mendapatkan sertifikat kompotensi Mengoperasikan Peralatan Industri Berbasis<br />Peralatan Elektronik.<br />32<br />DAFTAR PUSTAKA<br />http://www.media.mit.edu/physics/pedagogy/fab/electronics/protel.html (21<br />Desember 2003)<br />http://www.protel.com/ (23 Desember 2003)mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-91547621372017414362010-09-04T21:05:00.000-07:002010-09-04T21:10:11.463-07:00MEMBANGUN KOMITMEN ORGANISASI PENDIDIKANOleh : H. INAYATULAH<br /><br />Kepala Seksi : Kursus dan Kelembagaan pada Bidang PNFI dan PAUD <br />Dinas Pendidikan Kota Bekasi<br /><br /><br />1. Pendahuluan<br />M Fakry Gaffar (1987:143) menyatakan bahwa produktivitas adalah output total organisasi yang merupakan kontribusi dua faktor besar : teknologi dan performance kerja. Kedua faktor tersebut merupakan hasil bentukan dari sejumlah faktor lain yang saling berpengaruh dan kompleks. Faktor tekonogi terdiri dari sejumlah faktor seperti bahan baku, metoda kerja, bangunan/ gedung, kualitas dan desain produk, alur kerja proses produksi dan manajemen. Sedangkan faktor manusia merupakan bentukan antara motivasi dan kemampuan pelaku dalam organisasi.<br />Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan, produktivitasnya tidak hanya ditentukan oleh tekonogi ( sistem, kurikulum, sarana prasarana, biaya dan manajemen) saja, tetapi juga oleh tenaga kependidikan. Lebih dari itu penyelenggaraan pendidikan dan peserta didik harus mempunyai motivasi dan kemampuan yang prima untuk melaksanakan proses dan memperoleh hasil yang memuaskan. Kepuasan kerja atau kepuasan belajar mengajar merupakan salah satu indikator dari seperangkat kebutuhan manusia ( penyelenggara dan peserta didik) dalam organisasi lembaga pendidikan. Kepuasan harus menjadi tujuan utama organisasi kedua setelah produktivitas.<br />Kepuasan seseorang baik sebagai pribadi atau sebagai bagian dari organisasi tidak akan terlalu sulit tercapai apabila mempunyai visi, motivasi, misi dan komitmen yang kuat untuk mencapai kepuasan tersebut.<br />Kualitas pelayanan prima dari setiap organisai merupakan dambaan setiap pelanggan, bahkan semua yang berkepentingan dengan organisasi tersebut. Untuk dapat memuaskan semuanya itu saran Bill Creech (1996 : 521) diantaranya bangun TQM anda dan prinsip-prinsipnya, pada lima buah pilar sistem : Produk-proses-organisasi-kepemimpinan-komitmen. Kelima pilar tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Selanjutnya Bill Creech (1996 : 6) menyatakan bahwa :<br />Produk adalah titik pusat tujuan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu dalam proses tak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Komitmen yang kuat, dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain. Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah dengan sendirinya yang lain juga lemah.<br />Dengan pendekatan TQM ( pendekatan mutu terpadu), komitmen merupakan unsur yang tidak dapat diabaikan dalam mencapai tujuan organisasi yang berkualitas.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Sementara Jam’an Satori (2000) yang dikutip Tumpal Situmorang (2000 :2) mengatakan bahwa pengertian umum komitmen dapat disebut sebagai : kepemilikan tanggung jawab, loyalitas atau pengorbanan seseorang dalam bidang pekerjaannya.<br />Dengan demikian komitmen merupakan kepemilikan tanggung jawab dan loyalitas atau kesetiaan dan pengorbanan yang dipengaruhi oleh persepsi, moral, motivasi, konsistensi, kepemimpinan, kepuasan kerja, proses dan budaya organisasi.<br /><br />Sikap berani mengambil resiko merupakan manifestasi dari tanggung jawab seseorang terhadap lingkungannya, organisasi atau pekerjaannya. Bentuk tindakan yang muncul antara lain : partisipasi aktif, berusaha untuk menguasai berbagai kemampuan bidang kerjanya dan lainnya. Sikap terbuka adalah sikap individu untuk menerima masukan dan saran berkaitan dengan hasil pekerjaannya. Tindakannya antara lain siap ditanya, siap dikritik dan lainnya. Sikap kritis adalah sikap individu untuk tidak cepat percaya dan selalu berusaha untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan sekecil apapun. Tindakannya antara lain mencari penyebab permasalahan, bebas untuk mengeluarkan pendapat dan lainnya.<br />Berdasarkan eksplorasi sikap-sikap yang dapat menimbulkan komitmen baik pada diri pribadi maupun terhadap organisasi dari pengertian komitmen dan sikap seperti pada uraian diatas, dapat diidentifikasi tindakan-tindakan sebagai berikut :<br />No Sikap Tindakan <br />1 Berani mengambil resiko 1. Berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri<br />2. Berusaha untuk meningkatkan kualitas layanan<br />3. Bertanggungjawab terhadap yang dikerjakannya<br />4. Aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok kerja<br />5. Berusaha untuk menguasai dan mempelajari berbagai kemampuan yang menyangkut dengan bidangnya<br />6. Menganggap kesalahan yang dilakukan anggota tim sebagai kesempatan untuk belajar<br />7. memberitahukan dan membetulkan kesalahan yang dilakukan orang lain<br />8. Tidak malu untuk bertanya<br />9. Mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah<br />10. Siap mengikuti perubahan<br />11. Secara aktif berusaha untuk meningkatkan kondisi kerja<br />12. Menganggap perubahan merupakan hal yang wajar harus diikuti<br />13. Melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih baik<br />14. Berusaha untuk memperbaiki produk/ layanan secara kontinu<br />2 Terbuka 1. Selalu siap ditanya mengenai bidang pekerjaannya<br />2. Selalu siap untuk dikritik<br />3. Selau siap untuk menerima saran<br />4. Menghargai pertanyaan orang lain mengenai bidang pekerjaanya<br />5. Menganggap pertanyaan yang diajukan sebagai koreksi positif<br />6. Berusaha untuk mempelajari penyebab kesalahan dan segera memperbaikinya<br />3 Kritis 1. Bebas untuk mengambil keputusan yang menyangkut bidang pekerjaannya<br />2. Bebas berpikir dan mengeluarkan pendapat<br />3. Mempertanyakan asal usul fakta/ data yang diterima<br />4. Mencari penyebab terjadinya permasalahan<br />5. mengidentifikasi terjadinya permasalahan<br />6. Melakukan tindakan secara cepat dalam mengatasi permasalahan<br />7. Sering mengamati, dan mempelajari keunggulan organisasi lain untuk dikembangkan dan diterapkan sesuai kondisi organisasinya<br /><br /><br />Komitmen organisasi pendidikan dibangun oleh komitmen pemimpin, bawahan, peserta didik, sertaP orang tua dan masyarakat.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />A. Komitmen Pemimpin<br />Yang dimaksud dengan pemimpin pendidikan adalah pimpinan pendidikan mulai dari tingkat pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan, sampai pada unit pelaksana teknis, Kepala Sekolah baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.<br />Memperoleh dan menjaga komitmen merupakan hal yang penting bagi seorang pemimpin, karena komitmen terhadap perilaku seseorang memiliki bebagai implikasi. Untuk meyakinkan orang lain mengenai harapan masa depan, seorang pemimpin harus dapat memberi alternatif pilihan, membuat pilihan tersebut mudah untuk dilaksanakan dan sulit untuk diubah seketika.<br />Memberikan sebuah pilihan akan membantu menyingkirkan keraguan dan menghilangkan berbagai hal yang tidak konsisten antara perilaku dan sikap. Pemimpin yg bijaksana tidak memaksakan perubahan terhadap orang lain, melainkan akan mengajak untuk bergabung, menawarkan berbagai pilihan untuk diambil kesepakatan bersama. Pemimpin yang demikian akan memelihara dorongan alamiah terhadap otonomi yang dimiliki seseorang, sehingga akan memiliki rasa tanggung jawab secara pribadi terhadap keputusan yang disepakati bersama tersebut. Nampaknya membangun komitmen mudah dilaksanakan oleh seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan James M Kouzes dan Barry Z Posner (1995:254) yang mengatakan bahwa :<br />Commitment is also more likely if choice are made visible. By announcing oru choices to the public and by making the subsequent actions visible, we over tangible, undentile evidence of our commitment to the cause. We also become subject to other peoples review and observation.<br />Komitmen juga relatif lebih mudah dibangun bila pilihan yang ada dapat dibuat lebih mudah untuk dipahami dan dilaksanakan. Dengan memberitahukan kepada public tentang pilihan yang akan kita ambil, kita juga memberikan bukti yang tidak terbantahkan dari komitmen kita terhadap hasil yang ingin kita capai. Sebagai tambahan, pilihan yang kita ambil sebaiknya merupakan pilihan yang tidak mudah untuk diubah. Semakin sulit sebuah pilihan untuk diubah, maka semakin besar investasi orang yang ada didalamnya. Ketika kita mengambil tindakan yang tidak mudah untuk diulangi, kita diharuskan untuk menemukan dan menerima argument yang mendukung dan membenarkan tindakan kita, proses itu akan menghasilkan alasan yang kuat bersifat internal yang bergantung pada tanggung jawab personal dan berkaitan dengan kepercayaan kita akan kebenaran tindakan kita.<br />Sejalan dengan Komitmen Pemimpin, maka Walikota dan Wakil Walikota Bekasi periode tahun 2008 – 2013 mempunyai visi menjadikan Kota Bekasi Cerdas, Sehat dan Ihsan.Bekasi Cerdas bermakna bahwa pembangunan kota Bekasi dalam kurun waktu 2008 – 2013 diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang cerdas melalui penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan merintis wajib belajar 12 tahun dengan demikian masyarakat kota Bekasi diharuskan memiliki kwalifikasi ijasah SMA/sederajat, untuk mendukung visi tersebut maka anggaran pendidikan tahun 2009 lebih kurang 37 % dari APBD kota Bekasi yang salah satunya di peruntukkan pembebesan iuran dan pungutan bagi siswa yang bersekolah di SD/MI Negeri dan SMP/MTs Negeri serta pemberian bantuan bagi siswa yang bersekolah di SD/MI dan SMP/MTs Swasta.Dengan Anggaran Pendidikan yang sangat besar, khususnya di kota Bekasi maka pelayanan dan kwalitas mutu pendidikan diharapakan meningkat secara signifikan. Sebagaimana yang di katakan bapak Walikota Bekasi Pendidikan di Kota Bekasi untuk Indonesia.<br /><br />B. Komitmen Bawahan<br />Yang dimaksud dengan bawahan adalah tenaga kependidikan baik tenaga administrasi, tenaga edukatif, laboran, pustakawan, dan teknisi media yang tidak menjadi pimpinan pada unit pelaksana<br />Seorang pemimpin pendidikan sebaiknya menyadari bahwa tenaga kependidikan perlu dimotivasi dan diperlakukan secara spesifik. Tenaga kependidikan yang baru masuk ke dalam organisasi kependidikan tidak serta merta memiliki komitmen terhadap organisasi kependidikan. Tenaga kependidikan sebenarnya ingin memiliki komitmen terhadap organisasi tempat mereka bekerja, meskipun nilai tradisional seperti penghasilan dan keamanan kerja sangat mewarnai keinginan berkomitmen tersebut<br />Untuk membangun komitmen terhadap organisasi di kalangan tenaga kependidikan, kita perlu menemukan terlebih dahulu nilai-nilai yang dianut dalam organisasi. Nilai-nilai yang dianggap penting dan berharga bagi pekerja. Nilai-nilai tersebut dapat berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tenaga kependidikan, baik yang sifatnya kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan akan kekuasaan, juga dapat berkaitan dengan harga diri tenaga kependidikan, serta dukungan sosial yang didapatkan dalam lingkungan organisasi.<br />Proses membangun dan memelihara komitmen seiring dengan proses penguatan terhadap orang lain. Seseorang akan merasa kuat dan berkomitmen terhadap tugasnya ketika mereka memainkan peranan dalam penentuan tujuan dan ketika pekerjaan mereka menawarkan kejalasan dan determinasi sendiri. Seseorang akan lebih memiliki komitmen ketika merasa memiliki kontrol dalam pengambilan keputusan, dan semakin kuat saat tidak dimonitor atau disupervisi secara ketat. Pilihan yang diambil akan menguatkan orang – orang di dalam kelompok dan menguatkan ikatan dalam kolompok<br />Stephen R Covey (1997 : 82) mengatakan bahwa bagian paling inti dari lingkaran pengaruh kita adalah kemampuan kita untuk membuat dan memenuhi komitmen dan janji. Komitmen yang kita buat pada diri sendiri dan orang lain, dan integritas kita pada komitmen itu adalah inti dan manifestasi paling jelas dari produktivitas kita.<br />Hubungan konstruktif antara tenaga kependidikan dan pemimpin pendidikan dan hubungan antara tenaga kependidikan adalah hal yang krusial untuk membangun komitmen. Melalui hubungan interpersonal orang dapat merasakan dukungan sosial yang dimilikinya dan menerima konfirmasi diri yang dapat memperkuat diri. Orang dapat bekerjasama sebagai sebuah tim yang produktif, bekerjasama untuk memuaskan kebutuhan, untuk mempengaruhi dan memiliki dampak terhadasp orang lain. Tim produktif dapat memberikan umpan balik dan dukungan yang dapat memperkuat harga diri dan kepercayaan diri.<br /><br />C. Komitmen Peserta Didik<br />Komitmen peserta didik terhadap organisasi pendidikan jangan sampai ditinggalkan karena peserta didik merupakan objek yang sekaligus subjek dari tujuan organisasi pendidikan. Membangun dan memelihara komitmen peserta didik untuk mencari dan memperoleh pengetahuan keterampilan dan sikap harus dimulai sejak peserta didik tersebut masuk sampai keluar dari organisasi /lembaga pendidikan<br />Ketika memasuki lembaga pendidikan setiap siswa mempunyai visi yang diinginkan sehingga menarik minat peseta didik untuk mewujudkan visi tersebut, dan untuk mewujudkannya tidak ada pilihan lain kecuali mereka memiliki komitmen<br />Bobby Deporter dan Mike Hernacki (2001:305) menyatakan bahwa <br />Orang yang berkomitmen secara intrinsik termotivasi dan terdorong oleh mimpi-mimpi mereka, komitmen adalah proses dua langkah (1) temukan keinginan anda, (2) putuskan untuk melaksanakannya, tanpa peduli apapun. Ketika anda mempunyai visi yang kuat tampaknya mungkin seakan-akan anda tidak mempunyai pilihan lain kecuali berpegang pada komitmen. Komitmen juga bisa terkait dengan suatu prinsip, atau kepuasan dalam kebahagiaan orang lain<br /><br />D. Komitmen Orang Tua dan Masyarakat<br />Orang tua dan masyarakat adalah orang yang berkepentingan terhadap hasil pendidikan. Oleh karenanya komitmen orang tua dan masyarakat untuk membantu terhadap organisasi pendidikan sangat diperlukan melalui partisipasi aktif dalam pemikiran dan finansial<br />Organisasi pendidik yang mendapat dukugan partisipasi aktif orang tua, dan masyarakat akan menumbuhkan komitmen mereka terhadap perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan tersebut.<br />Jam’an Satori dkk (2001:38-39) menyatakan bahwa :<br />Sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah ( MBS ) memiliki karakteristik partispasi warga sekolah dan masyarakat yang tinggi. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin tinggi tingkat partispasi, makin besar rasa memiliki makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya.<br /><br />E. Langkah-langkah Membangun Komitmen <br />James M Kauzes & Barry Z Posner (1995:259-265) menyarankan 8 langkah untuk membangun komitmen adalah sebagai berikut :<br />1. Mulailah proses dengan memperlakukan seseorang secara personal, singgunglah beberapa isu kritis yang bisa saja berkaitan dengan pendidikan, perawatan kesehatan, inovasi, komunitas dan lainnya. Perubahan khusus yang ada dimulai secara personal<br />2. Buatlah perencanaan yang matang. Arah perencanaan yang disusun sebaiknya diwarnai oleh visi dan nilai yang diantut. Libatkan sebanyak mungkin pihak yang akan mengimplementasikan rencana. Susun rencana tersebut dalam rentang tahapan yang kecil-kecil atau jangka pendek. Gunakanlah proses penyusunan rencana sebagai sesuatu yang bermakna secara mental bagi orang yang mengikuti perjalanan ini<br />3. Ciptakan sebuah model. Gunakan sebuah eksperimen yang dapat digunakan model apa yang sesungguhnya anda ingin lakukan dalam program atau lokasi lain<br />4. Jangan ragu untuk berlatih, karena semakin banyak berlatih kita akan menjadi semakin terampil dan semakin ahli. Tetap jaga konsentrasi yang ada untuk fokus terhadap makna dan signifikansi visi yang dianut dan buatlah satu waktu khusus untuk mengingatnya<br />5. Pentingnya seseorang yang bersifat sukarela mau menjadi bagian dari rencana yang dijalankan. Komitmen akan mudah timbul bila seseorang secara sukarela mau menjadi bagian dari peristiwa yang sedang berlangsung<br />6. Gunakan sebuah papan buletin yang dapat mempermudah seseorang untuk melihat apa yang sedang berlangsung, menjaga semangat dan perhatian pada tugas yang sedang dilakukan<br />7. Anda akan lebih mudah mendapatkan penerimaan dan komitmen terhadap inovasi yang anda tawarkan bila anda dapat menunjukkan pada orang lain apa keuntungan yang akan mereka dapatkan dari inovasi tersebut.<br />8. Bangkitkan rasa kebesamaan melalui aktivitas bersama dan informal seperti acara makan pagi bersama atau acara makan malam bersama. Melalui acara-acara tersebut, proses sosialisasi dapat berjalan lebih natural dan lancar, dan merupakan semen yang kuat untuk menjaga ikatan sosial yang adamzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-57863108302825071432010-09-04T21:03:00.000-07:002010-09-04T21:05:25.091-07:00KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUANBAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Hari Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa : “Muara dari suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sektor formal maupun sektor non formal”.<br />Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan. <br />Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.<br />Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.<br />Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok Normatif, Adaptif dan kelompok Produktif. <br />Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai dari berpikir mengenai ide kurikulum sampai bagaimana pelaksanaannya di sekolah. Hasan (1988) mengungkapkan bahwa, aspek-aspek dalam prosedur pengembangan kurikulum merupakan aspek-aspek kegiatan kurikulum yang terdiri atas empat dimensi yang saling berhubungan satu terhadap yang lain, yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses) dan (4) Kurikulum sebagai suatu hasil belajar.<br />Kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini, khusus untuk kelompok produktif masih menggunakan kurikulum tahun 2004, sedangkan untuk kelompok normatif dan adaptif sudah menggunakan model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran implementasi kurikulum ini mauntut kreativitas guru di dalam memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, karena betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan aktivitas dan kreativitas guru sebagai ujung tombak implementasi suatu kurikulum. <br />Pendidikan dan pelatihan di SMK; khusnya pada program produktif yang sesuai dengan bidang keahlian, secara ideal dituntut untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan kompetensi atau kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri. Pendekatan pembelajaran tersebut terdiri dari : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan Berbasis Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan seluruh kompetensi yang harus dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka mampu mengikuti uji level pada setiap akhir semester untuk Kelas X dan XI serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilaksanakan oleh pihak industri sebagai inatitusi pasangan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN<br /><br /><br />A. Karakteristik Pendidikan Kejuruan<br /> Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan, substansi pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya. <br />1. Tujuan pendidikan kejuruan<br /> Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian.<br /> Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami filosofi pendidikan kejuruan perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut :<br />a. Asumsi tentang anak didik<br /> Pendidikan kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang selalu dalam proses untuk mengembangkan pribadi dan segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik, seperti proses menjadi lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang, yang menyangkut proses perubahan akibat pengaruh eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.<br /> Pendidikan kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya. Oleh karena itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.<br /><br />b. Konteks sosial pendidikan kejuruan<br /> Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut serta menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut.<br /> Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.<br /><br />c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan<br /> Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik. <br />Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi manusia produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum.<br /><br />d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan <br /> Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen pendidikan dan pelatihan yang mampu mengembangkan potensi manusia secara optimal. Meskipun pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan dan kebijakan ketenagakerjaan adalah hubungan yang didasari oleh kepentingan ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa hubungan penyelenggraan pendidikan kejuruan tidak semata-mata ditentukan oleh kepentingan ekonomi. <br /> Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih kepentingan ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik anak didik dengan seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja, karena keadaan ini tidak memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik, berarti memberikan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja.<br /><br />2. Peserta didik<br /> Peserta didik pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan memiliki kemampuan vokatif. Harapan mereka setelah lulus dapat langsung bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mengambil bidang profesional atau bidang akademik. Usia peserta didik secara umum pada rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau peserta didik berada pada masa remaja.<br /> Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa ini biasanya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi karena adanya perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh karena itu, di dalam merancang pembelajaran bagi anak yang berusia remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan para remaja. Beberapa tugas perkembangan remaja yang disarikan dari Sukmadinata (2001), yaitu : <br />a. Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Belajar bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu, bisa melepaskan perasaan pribadi dan mampu memimpin tanpa mendominasi.<br />b. Mampu melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita. Mampu menghargai, menerima dan melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita dewasa.<br />c. Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut untuk menyenangi dan menerima dengan wajar kondisi badannya, dapat menghargai atau menghormati kondisi badan orang lain, dapat memelihara dan menjaga kondisi badannya.<br />d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai kanak-kanak dari orang tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai orang tua atau orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka.<br />e. Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki, kemudian berangsur-angsur pula tumbuh pada anak wanita, perasaan mampu untuk mencari nafkah sendiri.<br />f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Anak telah mampu membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan yang cocok dan mampu ia kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai.<br />g. Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga. Memiliki sikap yang positif terhadap hidup berkeluarga dan punya anak. <br />h. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep tentang hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan modern, mengembangkan keterampilan berpikir dan berbahasa untuk dapat memecahkan problema-problema masyarakat modern.<br />i. Memiliki perilaku sosial seperti yang diharapkan masyarakat. Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.<br />j. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. Telah memiliki seperangkat nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan, ada kemauan dan usaha untuk merealisasikannya. <br /><br />3. Substansi pendidikan kejuruan<br /> Substansi dari pendidikan kejuruan harus menampilkan karakteristik pendidikan kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu :<br />a. Orientasi (Orientation) <br /> Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi pada proses dan hasil atau lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur dengan keberhasilan pendidikan peserta didik di sekolah saja, tetapi juga dengan hasil prestasi kerja dalam dunia kerja. Finch dan Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman dan aktivitas dalam lingkungan sekolah) dan hasil (pengaruh pengalaman dan aktivitas tersebut pada peserta didik).<br /><br />b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)<br /> Pengembangan program pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yang jelas. Justifikasi untuk program pendidikan kejuruan adalah adanya kebutuhan nyata tenaga kerja di lapangan kerja atau di dunia usaha dan industri. Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan menurut Finch dan Crunkilton (1984 : 12), meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum berorientasi pada peserta didik, maka dukungan bagi kurikulum tersebut berasal dari peluang kerja yang tersedia bagi para lulusan.<br /><br />c. Fokus (Focus)<br /> Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara simultan mempersiapkan peserta didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984 : 13) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berhubungan langsung dengan membantu siswa untuk mengembangkan suatu tingkat pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang luas. Setiap aspek tersebut akhirnya bertambah dalam beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan mengupayakan di dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik, keahlian meniru, sikap dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja yang sebenarnya.<br /> Seluruh kemampuan tersebut di atas, dapat dikuasai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yang diaplikasikan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mengajar di sekolah maupun situasi kerja yang sebenarnya pada dunia usaha atau industri (pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yang telah dikuasai diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan diri peserta didik, sehingga mereka mampu bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.<br /><br />d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards)<br /> Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan diukur dari keberhasilan peserta didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang akan dia masuki. Penilaian keberhasilan pada peserta didik di sekolah harus pada penilaian sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa dalam standar keberhasilan sekolah harus berhubungan erat dengan keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan, dengan kriteria yang digunakan oleh guru dengan mengacu pada standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan oleh dunia kerja (dunia usaha dan dunia industri).<br /><br />e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards) <br /> Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan beragam antar sekolah dan antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan, kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan. <br /> Sebagai contoh, untuk menentukan keberhasilan di luar sekolah yang sudah dilakukan pada SMK adalah dengan dilaksanakannya uji level untuk kelas X dan XI, serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilakukan oleh dunia usaha atau industri berdasarkan standar kompetensi nasional sesuai bidang keahlian.<br /> Standar kelulusan di luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh dunia usaha dan industri yang mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang dihasilkan oleh masing-masing industri.<br /><br />f. Hubungan kerja sama dengan masyarakat (School-community relationships)<br /> Suatu usaha pendidikan harus berhubungan dengan masyarakat, demikian pula dengan pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab di dalam mempertahankan hubungan yang kuat dengan berbagai bidang keahlian yang berkembang di masyarakat.<br /> Pengertian msyarakat yang dimakasud adalah dunia usaha dan dunia industri. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus relevan dengan tuntutan kerja pada dunia usaha atau industri, maka masalah hubungan antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha atau industri merupakan suatu ciri karakteristik yang penting bagi pendidikan kejuruan.<br /> Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan dunia usaha atau industri, menampung peserta didik untuk mendapat kesempatan pengalaman belajar di lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.<br /><br />g. Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement) <br /> Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan dengan dana pendidikan yang akan dialokasikan, karena hal ini akan mempengaruhi kurikulum. Misalnya : Ketentuan jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan tertentu yang digunakan di bengkel atau laboratorium dapat membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yang lebih tinggi.<br /><br />h. Kepekaan (Responsivenenss)<br /> Komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan harus mempunyai ciri berupa kepekaan atau daya suai terhadap perkembangan masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Perkembangan ilmu dan teknologi, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah pendidikan kejuruan harus bersifat responsif proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada sifat adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir peserta didik dalam jangka panjang.<br /><br />i. Logistik<br /> Kurikulum pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung oleh fasilitas beajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada sebagai fasilitas bagi peserta didik di dalam mengembangkan kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.<br /> Kebutuhan untuk koordinasi program kejuruan yang bekerja sama dengan industri di masyarakat, berhubungan erat untuk menjalin dan mempertahankan pusat kerja bagi peserta didik menunjukkan suatu susunan unit permasalahan logistik.<br /><br />j. Pengeluaran (Expense)<br /> Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang kegiatan pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan dan penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui secara periodik juga guru berharap untuk memberikan pengalaman belajar yang sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa menjadi mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian adalah pembelian bahan habis sebagai bahan praktikum yang digunakan secara rutin sesuai dengan program keahlian yang dikembangkan pada SMK masing-masing.<br /> Dari uraian mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1984) di atas, dapat dijadikan acuan di dalam pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan di Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indoneisa seyogianya mengacu pada karakteristik sebagai berikut :<br />1) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja <br />2) Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja<br />3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.<br />4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “hands-on” atau performance dalam dunia kerja <br />5) Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci keberhasilan pendidikan kejuruan<br />6) Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi<br />7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing” <br />8) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri<br /><br />B. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan<br /> Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan kejuruan, karena saat ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan membuka peluang kerja sama antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain, persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan dalam perdagangan bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan sumber daya aktif yang dapat menentukan kelangsungan hidup dan kemenangan dalam persaingan suatu bangsa.<br /> Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kerja sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Oleh karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan pelatihan kejuruan di SMK untuk masa depan.<br />1. Tuntutan peserta didik <br /> Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja. <br /> Tuntutan peserta didik dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan sumber pijakan di dalam merumuskan tujuan pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, yang dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut. <br />Tujuan Umum :<br />a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa<br />b. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.<br />c. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia<br />d. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.<br />Tujuan Khusus :<br />a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga tingkat kerja menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.<br />b. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.<br />c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi<br />d. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dipilih.<br />(Disarikan dari Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana, 2004).<br /><br />2. Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat<br /> Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas duia usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan bagi SMK, baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya : <br />a. Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan<br />b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan trend perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh peserta didik selama dan sesudah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi<br />c. Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan. <br /> Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK. Dengan fenomena ini, apakah SMK masih diperlukan ? <br />Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”. <br />Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan jika secara hukum tidak dapat dipertahankan atau karena adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali tidak dapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk menutup SMK selama institusi tersebut masih dapat menjalankan peran dan fungsi serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.<br />Upaya untuk mempertahan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat, dalam hal ini SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan di SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :<br />a. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.<br />b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.<br />c. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendri<br />d. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi<br />e. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang dapat untung darinya<br />f. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya<br />g. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan<br />h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut<br />i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda-tanda pasar kerja)<br />j. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata<br />k. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tersebut<br />l. Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya<br />m. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan<br />n. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut<br />o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika dia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar<br />p. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.<br /><br />3. Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan<br /> Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan yang diturunkan dari kebijakan link and match, yaitu :<br />a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven<br /> Dengan deman driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, dunia kerja ikut berperan serta karena proses pendidikan itu sendiri lebih dominan dalam menentukan kualitas tamatannya, serta dalam evaluasi hasil pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja.<br /> Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam pengembangan kurikulum SMK harus melakukan sinkronisasi kurikulum yng direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK diupayakan sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri, serta memiliki relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah dapat membaca keahlian dan performansi apa yang dibutuhkan dunia usaha atau industri untuk dapat dimasuki oleh lulusan SMK. <br /><br />b. Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based Program) <br /><br /> Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link and match, mengharapkan supaya program pendidikan kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat. Sebagian program pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.<br /><br />c. Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran berbasis kompetensi<br /><br /> Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk paket-paket kompetensi.<br /><br />d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar yang mendasar, kuat dan luas (Broad Based)<br /><br /> Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem baru yang berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut prinsip, bahwa : tidak mungkin membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan yang memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi untuk membentuk keunggulan, sekaligus beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer. Sistem baru ini harus memberi dasar yang lebih luas tetapi kuat dan mendasar, yang memungkinkan seseorang tamatan SMK memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan.<br /><br />e. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut prinsip multy entry, multy exit<br /><br /> Dengan adanya perubahan dari supply driven ke demand driven, dari schools based program ke dual based program, dari model pengajaran mata pelajaran ke program berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yang memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka peserta didik tersebut dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan kalau peserta didik tersebut ingin masuk sekolah kembali menyelesaikan program SMK nya, maka sekolah harus membuka diri menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh peserta didik yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem program berbasis ganda juga memerlukan pengaturan praktek kerja di industri sesuai dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang tidak sama dengan aturan kalender belajar di sekolah.<br /><br />f. Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)<br /><br /> Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu, misalnya dari pengalaman kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal untuk pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Untuk ini SMK perlu menyiapkan diri sehingga memiliki instrument dan kemampuan menguji kompetensi seseorang darimana dan dengan cara apapun kompetensi itu didapatkan.<br /><br />g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu<br /><br /> Program baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan standarisasi kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai melalui program pendidikan, program pelatihan atau bahkan dengan pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.<br /><br />h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan<br /> Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak tamatan SMK yang potensial, dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu proses artikulasi yang mengakui dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK dan dari pengalaman kerja sebelumnya.<br /> Untuk mendapatkan sistem artikulasi yang efisien diperlukan “program antara” (bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi. <br /><br />i. Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi)<br /><br /> Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan inovasi. Proses pendewasaan SMK perlu ditekankan, untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa yang baik menurut sekolah, dengan prinsip akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas memberikan penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan menindak mereka yang pantas ditindak.<br /><br />j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat<br /><br /> Sejalan dengan prinsip demand driven, dual based program, pendewasaan manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />MODEL KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN : <br />SMK PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA<br /><br /><br />A. Dasar Pemikiran<br />1. Konsep dasar pendidikan kejuruan<br /> Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan umum. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari kriteria pendidikan, substansi pelajaran dan lulusannya. Pendidikan kejuruan seyogianya memiliki kriteria sebagai berikut :<br />a. Orientasi pada kinerja individu dunia kerja<br />b. Jastifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan<br />c. Fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotor, afektif dan kognitif<br />d. Tolok ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah<br />e. Kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja<br />f. Memerlukan saana dan prasarana yang memadai<br />g. Adanya dukungan masyarakat<br />(Disarikan dari Finch dan Crunkilton, 1984).<br />Substansi pelajaran pada pendidikan kejuruan menurut Nolker dan Shoenfel (Sonhadji, 2006) harus selalu mengikuti perkembangan IPTEK, kebutuhan masyarakat, kebutuhan individu, dan lapangan kerja. Lulusan dari pendidikan kejuruan, minimal harus memiliki kecakapan atau kemampuan kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha atau industri yang dirumuskan dalam standar kompetensi nasional bidang keahlian.<br /><br />2. Tinjauan filosofis<br /> Landasan filosofis yang mendasari pendidikan kejuruan, harus mampu menjawab dua pertanyaan : 1) Apa yang harus diajarkan ? dan 2) Bagaimana harus mengajarkan ? (Calhoun dan Finch, 1982). Chalhoun dan Finch menegaskan bahwa sumber prinsip-prinsip fundamental pendidikan kejuruan adalah individu dan perannya dalam suatu masyarakat demokratik, serta peran pendidikan dalam transmisi standar sosial. <br /> Secara filosofis, penyusunan kurikulum SMK perlu mempertimbangkan perkembangan psikologis peserta didik dan perkembangan atau kondisi sosial budaya masyarakat.<br />a. Perkembangan psikologis peserta didik <br /> Manusia, secara umum mengalami perkembangan psikologis sesuai dengan pertambahan usia dan berbagai faktor lainnya; yaitu latar belakang pendidikan, ekonomi keluarga, dan lingkungan pergaulan, yang mengkibatkan perbedaan dalam dimensi fisik, intelektual, emosional, dan spiritual. Pada kurun usia peserta didik di SMK, mereka memiliki kecenderungan untuk mencari identitas atau jati diri.<br /> Fondasi kejiwaan yang kuat diperlukan peserta didik agar berani menghadapi, mampu beradaptasi dan mengatasi berbagai masalah kehidupan, baik kehidupan profesional maupun kehidupan keseharian, yang selalu berubah bentuk dan jenisnya serta meningkatkan diri dengan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.<br /><br />b. Kondisi sosial budaya<br /> Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan yang diterima dari lingkungan keluarga (informal), diserap dari masyarakat (nonformal), maupun yang diperoleh dari sekolah (formal) akan menyatu dalam diri peserta didik, menjadi satu kesatuan yang utuh, saling mengisi dan diharapkan dapat saling memperkaya secara positif.<br /> Peserta didik SMK berasal dari anggota berbagai lingkungan msyarakat yang memiliki budaya, tata nilai, dan kondisi sosial yang berbeda. Pendidikan kejuruan mempertimbangkan kondisi sosial, maka segala upaya yang dilakukan harus selalu berpegang teguh pada keharmonisan hubungan antar sesama individu dalam masyarakat luas yang dilandasi dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur, serta keharmonisan antar sistem pendidikan dengan sosial budaya. <br /><br /><br /><br /><br /><br />B. Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana<br />1. Tujuan program keahlian Tata Busana<br /> Tujuan program keahlian Tata Busana secara umum mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara spesifik tujuan program keahlian Tata Busana adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar kompeten dalam :<br />a. Mengukur, membuat pola, menjahit dan menyelesaikan busana<br />b. Memilih bahan tekstil dan bahan pembantu secara tepat<br />c. Menggambar macam-macam busana sesuai kesempatan<br />d. Menghias busana sesuai desain<br />e. Mengelola usaha di bidang busana<br />(Disarikan dari Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana, 2004).<br /><br />2. Isi Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana<br />Di dalam penyusunan kurikulum atau substansi pembelajaran SMK program kehalian Tata Busana; mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu : kelompok normatif, adaptif dan produktif. <br />Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang berfungsi membentuk peesrta didik menjadi pribadi yang utuh, pribadi yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial (anggota masyarakat), sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai warga nagara dunia. Dalam kelompok normatif, mata pelajaran dialokasikan secara tetap meliputi :<br />1) Pendidikan Agama <br />2) Pendidikan Kewarganegaraan <br />3) Bahasa Indonesia<br />4) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan<br />5) Seni Budaya. <br />Kelompok adaptif adalah mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran : <br />1) Bahasa Inggris<br />2) Matematika<br />3) IPA<br />4) IPS<br />5) Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi<br />6) Kewirausahaan. <br />Kelompok produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Nasional (SKN). Kelompok produktif program keahlian Tata Busana terdiri dari kompetensi :<br />1) Memberikan pelayanan prima<br />2) Melakukan pekerjaan dalam lingkungan sosial<br />3) Mengikuti prosedur K3<br />4) Mengukut tubuh<br />5) Menggambar busana<br />6) Memilih/membeli bahan baku busana<br />7) Membuat pola busana teknik konstruksi<br />8) Melakukan pengepresan<br />9) Menjahit dengan mesin<br />10) Menyelesaikan busana dengan jahitan tangan<br />11) Membuat hiasan busana<br />12) Melakukan penyelesaian akhir busana<br />13) Memelihara alat jahit<br />14) Memotong bahan<br />15) Membuat pola busana konstruksi di atas kain<br />16) Membuat pola busana teknik kombinasi<br />17) Membuat pola dasar teknik drapping<br /> Dari kompetensi di atas, sebagai mata diklat pada kelompok produktif (Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana, 2004), kemudian dirinci menjadi sub-sub kompetensi sebagai berikut :<br />Level Kualifikasi Kompetensi Sub Kompetensi<br />Operator jahit (penjahit) Memberikan layanan secara prima kepada pelanggan (Customer care) • Melakukan komunikasi di tempat kerja<br />• Memberikan bantuan untuk pelanggan internal dan eksternal<br />• Menjaga standar prestasi personal<br />• Melakukan pekerjaan secara rutin<br /> Melakukan pekerjaan dalam lingkungan sosial yang beragam (Customer care) • Melakukan komunikasi dengan pelanggan dan kolega dari latar belakang yang berbeda<br />• Menangani kesalah fahaman antar budaya <br /> Mengikuti prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan dalam bekerja • Mengikuti prosedur tempat kerja dan memberikan umpan balik tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan<br />• Menangani situasi darurat<br />• Menjaga standar presentasi perorangan yang aman<br /> Mengukur tubuh pelanggan sesuai dengan desain (Pattern Making) • Menganalisis desain<br />• Menganalisis bentuk tubuh<br />• Mengukur<br /> Menggambar busana (Fashion drawing) • Menyiapkan tempat kerja (meja, alat dan lain-lain<br />• Menggambar busana<br />• Menyelesaikan gambar busana<br /> Memilih/membeli bahan baku busana sesuai desain (material) • Merencanakan persiapan dan waktu pemilihan/pembelian bahan baku<br />• Mengidentifikasi jenis bahan utama (fashion fabric)<br />• Mengidentifikasi jenis bahan pelapis<br />• Menentukan bahan pelengkap<br />• Menyusun rencana belanja<br />• Menyediakan bahan utama dan pelengkap<br /> Membuat pola busana sesuai dengan teknik konstruksi (Pattern Making) • Menggambar pola dasar<br />• Mengubah pola dasar sesuai desain<br />• Memeriksa pola<br />• Menggunting pola<br />• Melakukan uji coba pola<br />• Menyimpan pola<br />Level Kualifikasi Kompetensi Sub Kompetensi<br />Operator jahit (penjahit) Melakukan pengepresan (pressing) • Menyiapkan tempat dan alat press<br />• Mengerjakan pengepresan<br />• Menyerahkan pekerjaan pengepresan<br />• Menerapkan praktik keselamatan dan kesehatan kerja<br /> Menjahit dengan mesin (Sewing) • Menyiapkan tempat kerja dan alat <br />• Menyiapkan mesin jahit<br />• Mengoperasikan mesin jahit<br />• Menjahit bagian-bagian busana<br /> Menyelesaikan busana dengan jahitan tangan (Embroidery) • Menyiapkan tempat kerja dan alat<br />• Membuat desain hiasan busana<br />• Memindahkan desain hiasan pada busana/kain<br />• Mengemas busana/kain yang sudah dihias<br />• Menyimpan<br /> Melakukan penyelesaian akhir busana (Finishing) • Menyeterika busana<br />• Mengemas busana<br />• Menyimpan<br /> Memelihara alat jahit (Maintenance & Repair) • Menyiapkan alat dan tempat kerja<br />• Memelihara dan memperbaiki alat jahit dan alat Bantu jahit<br />Operator Potong (Tukang potong) Memotong bahan (cutting) • Menyiapkan tempat kerja (meja, alat dan lain-lain)<br />• Menyiapkan bahan<br />• Meletakkan pola di atas bahan<br />• Memotong<br />• Memindahkan tanda-tanda pola pada bahan<br />• Mengemas<br />Operator Pola (Pembuat pola) Membuat pola busana dengan teknik konstruksi di atas kain (Pattern Making) • Melakukan persiapan pembuatan pola di atas kain/bahan<br />• Membuat pola di atas kain/bahan<br />• Memeriksa pola<br /> Membuat pola busana dengan teknik kombinasi (Pattern Making) • Melakukan persiapan tempat dan alat<br />• Membuat pola dengan teknik kombinasi<br />• Memeriksa pola<br />• Menggunting pola <br />• Melakukan uji coba pola<br />• Menyimpan pola<br /> Membuat pola dasar busana dengan teknik drapping • Melakukan persiapan drapping<br />• Memulir/drapping bahan sesuai ukuran<br />• Menyelesaikan pola dasar drapping sesuai ukuran<br />• Menyimpan pola<br />3. Strategi pembelajaran<br /> Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan cara atau sistem penyampaian isi kurikulum dalam upaya pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Keberhasilan aktivitas belajar peserta didik banyak dipengaruhi oleh strategi mengajar yang digunakan oleh guru. <br /> Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMK adalah pembelajaran berbasis kompetensi. Pendekatan pembelajaran ini harus menganut pembelajaran tuntas (mastery learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai profesinya seperti yang dituntut suatu kompetensi. Untuk dapat belajar secara tuntas, dikembangkan prinsip pembelajaran sebagai berikut : <br />a. Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, yang memberikan pengalaman belajar bermakna), dikembangkan menjadi pembelajaran berbasis produksi<br />b. Individualized learning (pembelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap individu) dilaksanakan dengan sistem modular.<br /><br />4. Evaluasi<br /> Komponen evaluasi ini ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan menilai proses implementasi kurikulum secara keseluruhan termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil dari evaluasi ini dapat dijadikan umpan balik untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan komponen-komponen kurikulum. Pada akhirnya evaluasi ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi penentuan kebijakan pengambilan keputusan kurikulum khususnya dan pendidikan umumnya, baik bagi para pengembang kurikulum, para pemegang kebijakan pedidikan maupun bagi para pelaksana kurikulum pada tingkat lembaga pendidikan atau sekolah.<br /> Evaluasi hasil belajar peserta didik di SMK pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, yang diarahkan untuk menilai kinerja peserta didik (memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar) secara berkesinambungan. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan secara langsung pada saat peserta didik melakukan aktivitas belajar, maupun secara tidak langsung melalui bukti hasil belajar sesuai dengan kriteria kinerja (performance criteria). Oleh karena itu sistem penilaian untuk program produktif menitikberatkan pada penilaian hasil belajar berbasis kompetensi (competency based assessment).<br /><br />C. Model Konsep Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana<br /> Model konsep kurikulum yang dapat dijadikan dasar di dalam pengembangan kurikulum terdiri dari empat model. Sesuai dengan yang dikemukakan Syaodih (2001), yaitu : Model konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum subjek akademis, pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistik, teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis dan pendidikan interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi sosial.<br /> Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan, sehingga belajar menekankan untuk berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Dalam model konsep kurikulum ini, pendidikan berfungsi untuk memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu. Dalam perkembangan kurikulum Subjek Akademis terdapat tiga pendekatan, yaitu : Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integratif. Pendekatan ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis. <br /> Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik, berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) oleh Dewey (Progressive Education) dan oleh Rousseau (Romantic Education). Para ahli pendidikan humanistik bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan, sehingga kurikulum humanistik lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Siswa dipandang sebagai subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, siswa memiliki potensi, kemampuan dan kekuatan untuk berkembang.<br /> Kurikulum rekonstruksi sosial lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat, karena tujuan utama dari kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan yang dihadapi manusia.<br /> Kurikulum teknologis ada persamaannya dengan aliran pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit atau khusus dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati dan diukur. <br /> Dari penjelasan keempat model konsep kurikulum di atas, maka dapat dikategorikan bahwa kurikulum pendidikan kejuruan diantaranya Kurikulum SMK program keahlian Tata Busana menganut model konsep kurikulum teknologis. Karena apabila dikaji dari tujuan, isi kurikulum, strategi pembelajaran dan evaluasi yang dilaksanakan di SMK program keahlian Tata Busana sejalan dengan ciri-ciri kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan (Syaodih, 2001), sebagai berikut :<br />1. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif (tujuan instruksional). Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan-keterampilan yang dapat diamati atau diukur.<br />2. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respon yang diharapkan, maka respons tersebut diperkuat.<br />3. Bahan ajar atau kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan objektif. Urutan dari objektif ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan<br />4. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.<br /> Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, menunjukkan bahwa pendidikan kejuruan senantiasa berupaya melakukan penyesuaian terhadap perkembangan jaman. Untuk lebih jelasnya, perubahan orientasi kurikulum pendidikan kejuruan dapat ditampilkan pada tabel berikut.<br /><br />Kurikulum Orientasi<br />1964 STM<br />1968 SMEA Pendekatan kebutuhan masyarakat akan pendidikan (social demand approach) : 1) bertujuan agar siswa dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sekaligus dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, 2) lebih berorientasi pada isi (subject matter), 3) dokumen kurikulum hanya berbentuk struktur program, dan 4) bobot praktik kejuruan berkisar antara 5 – 20 % dari keseluruhan program pendidikan.<br />1972 STM <br />Pembangunan,<br />1973 SMEA<br />Pembina Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (manpower demand approach) dilaksanakan secara terbatas, proses mencari bentuk yang tepat untuk pendidikan teknisi industri. Kurikulum 1964 dan 1968 masih diberlakukan<br />1976 Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (untuk sekolah yang belum memperoleh peralatan praktik), mempunyai ciri : 1) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja (program terminal), 2) lebih berorientasi pada hasil, 3) lebih menekankan pada CBSA, 4) bobot praktik kejuruan berkisar 40 – 50 % dari keseluruhan program pendidikan, 5) Teori kejuruan terpisah dari praktik kejuruan.<br />1984 Pendekatan humaniora yang memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor; teori dan praktik dikemas dalam satu semester; pihak industri terlibat dalam Forum Pendidikan Kejuruan. Berorientasi pada keterampilan proses, menyiapkan lulusan untuk bekerja tapi diberi kebebasan untuk melanjutkan, dapat pindah jurusan/program studi, siswa berpeluang mendapat kredit maksimal. Teori kejuruan diintegrasikan ke dalam praktik kejuruan dan menggunakan sistem kredit.<br />1994 Pendekatan kurikulum berbasis kompetensi (competence-base curriculum), luas, kuat dan mendasar (broad-based curriculum). Berorientasi pada kebutuhan dunia kerja dan validasi dilakukan bersama-sama dengan dunia kerja untuk mengetahui keterampilan yang diperlukan (aktif). Menerapkan sistem unit produksi dan institusi pasangan (PSG).<br /><br /><br /><br />Kurikulum Orientasi<br />1999 Perubahan orientasi dari supply-driven ke demand/market-driven, dari mata pelajaran/topik pembelajaran ke kompetensi, dari pengukuran tingkat hasil belajar ke pengukuran kompetensi, dari belajar “hanya” di SMK menjadi belajar di SMK dan di industri, dari SMK yang “berdiri sendiri” ke SMK sebagai bagian tak terpisahkan dari Politeknik, BLK, kursus-kursus, dan lembaga Diklat lainnya. Perubahan ke arah ini telah dimulai.<br />2004 Pemenuhan permintaan pasar, rancangan pendekatan pengembangannya dengan menerapkan : pendekatan akademik, pendekatan kecakapan hidup (life skill), kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum), kurikulum berbasis luas dan mendasar (Broad Based Curriculum)<br /><br /><br />D. Model Pengembangan Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana<br /> Kurikulum termasuk di dalamnya rancangan program pembelajaran/diklat untuk dapat diimplementasikan di lapangan, perlu dirancang selaras dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan khususnya dunia kerja (dunia usaha dan industri). Proses penyelarasan kurikulum sebenarnya merupakan tahapan penentuan model pengembangan kurikulum yang harus sesuai dengan kebutuhan dan tututan IPTEKS.<br /> Kurikulum yang dberlakukan pada SMK program keahlian Tata Busana saat ini adalah kurikulum tahun 2006 untuk kelompok normatif dan adaptif, sedangkan khusus untuk kelompok produktif masih menggunakan kurikulum tahun 2004 yang dikembangkan oleh sekolah (desentralisasi) dengan mengacu pada Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Tata Busana. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pengembangan kurikulum SMK adalah grass roots model, karena dalam penyelarasan KTSP SMK diterapkan kolaborasi dengan dunia usaha/industri dan komite sekolah khususnya dalam menyepakati rumusan-rumusan kurikulum yang siap diimplementasikan. <br /> Dalam model pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots; seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass roots akan lebih baik. Kondisi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan penyempurna dari pengajaran di kelas.<br /> Strategi penerapan model grass roots perlu dipertimbangkan khususnya dalam pengembangan kurikulum program produktif di SMK, karena panduan pengembangan KTSP yang dirumuskan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk kurikulum SMK baru memuat pengembangan kelompok normatif dan adaptif. Sedangkan untuk program produktif diserahkan kepada satuan pendidikan, yang harus disesuaikan dengan karakteristik program keahlian dan potensi dunia usaha.industri yang menjadi institusi pasangan di lapangan dalam kegiatan pembelajaran di dunia kerja (pelatihan berbasis industri). Mulyasa (2006) mengungkapkan bahwa KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan aspek-aspek sebagai berikut :<br />1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya<br />2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.<br />3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya<br />4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat<br />5. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.<br />6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat<br />7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.<br /><br />E. Model dan Pendekatan Pembelajaran Keahlian Tata Busana di SMK<br />1. Model Pembelajaran<br /> Model pembelajaran yang dapat dikembangkan di SMK dapat dipilih dari rumpun yang berhubungan dengan perilaku (behavioral), karena di SMK pada intinya mendasarkan pada teori pembelajaran behaviorism. Teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar, yang menjadi prinsip dalam pembelajaran keahlian Tata Busana di SMK. Model mengajar dari rumpun sistem tingkah laku (the behavioral systems family of models, Joyce : 2000) yang dapat diterapkan di SMK diantaranya adalah belajar tuntas.<br /> Belajar tuntas merupakan suatu kerangka dalam merencanakan pembelajaran yang berurutan, dirumuskan oleh John B. Carroll (1971) dan Benyamin Bloom (1971). Belajar tuntas disajikan secara ringkas dan menarik untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar (kinerja) peserta didik. Secara tradisional, kecerdasan dianggap sebagai karakter yang berhubungan dengan hasil belajar peserta didik. Carroll memandang kecerdasan sebagai sejumlah waktu yang digunakan seseorang untuk belajar dibanding kapasitasnya untuk menguasai bahan ajar. Dalam pandangan Carroll, peserta didik yang mempunyai penguasaan bahan ajar dibanding dengan peserta didik yang mempunyai kecerdasan lebih tinggi.<br /> Bloom mengubah pandangan Carroll ke dalam sebuah sistem dengan mengikuti karakteristik :<br />a. Penguasaan didefinisikan dalam istilah pencapaian tujuan utama dalam pembelajaran<br />b. Materi ajar dibagi dalam unit terkecil yang akan dipelajari<br />c. Penentuan materi ajar dan pemilihan startegi pembelajaran <br />d. Setiap unit disertai dengan tes diagnostik untuk mengukur kemajuan peserta didik (evaluasi formatif) dan menentukan masalah yang dihadapi masing-masing peserta didik.<br />e. Hasil tes digunakan untuk memberikan pengajaran pengayaan dan remedial<br /> Belajar tuntas menurut pembelajaran individual, peserta didik bekerja bebas dengan bahan ajar yang diberikan setiap hari (setiap beberapa hari), tergantung pada kemampuan dan gaya belajarnya. Model belajar tuntas yang dapat diterapkan pada pembelajaran di SMK adalah Individually Prescribed Instructional Program (IPI). Tujuan dari IPI adalah :<br />1) Memungkinkan setiap peserta didik untuk mempelajari unit bahan ajar yang berurutan<br />2) Menjadikan setiap peserta didik mencapai derajat penguasaan<br />3) Mengembangkan inisiatif sendiri dalam belajar<br />4) Mengembangkan proses problem solving<br />5) Mendorong evaluasi diri dan motivasi untuk belajar<br /> Belajar tuntas dapat diterapkan pada pembelajaran di SMK, karena merupakan strategi pembelajaran terstruktur yang bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran kepada peserta diantara peserta didik. Belajar tuntas dirancang mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang sering melekat pada pembelajaran klasikal, antara lain hanya peserta didik yang pandai yang akan mencapai semua tujuan pembelajaran, sedangkan peserta didik yang kurang pandai hanya mencapai sebagian dari tujuan instruksional. Belajar tuntas juga dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai pelajaran dan kompetensi yang dipelajarinya sesuai dengan standar, melalui langkah-langkah pembelajaran secara bertahap, utuh, dan tuntas; sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning).<br /> Organisasi pembelajaran tuntas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :<br />a) Ditetapkan batas minimal tingkat kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik <br />b) Menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP) untuk menilai keberhasilan belajar peserta didik mencapai standar minimal<br />c) Peserta didik tidak diperkenankan pindah topik atau pekerjaan berikutnya, apabila topik atau pekerjaan yang sedang dipelajarinya belum dikuasai sampai standar minimal<br />d) Memberikan kemampuan yang utuh, mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap<br />e) Memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk mencapai standar minimal, sesuai dengan irama dan kemampuan belajarnya masing-masing<br />f) Disediakan program remedial bagi peserta didik yang lambat, dan program pengayaan bagi peserta didik yang lebih cepat menguasai kompetensi<br /> Penerapan model belajar tuntas pada keahlian Tata Busana di SMK; diperlukan kemampuan dan kreativitas guru di dalam mengkemas kegiatan pembelajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah (industri) sesuai dengan tuntutan standar dunia kerja.<br /><br />2. Pendekatan pembelajaran<br />Dalam upaya penerapan model belajar tuntas pada pembelajaran keahlian Tata Busana di SMK, dapat digunakan berbagai pendekatan sebagai berikut :<br />a. Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training)<br /> Pelatihan berbasis kompetensi merupakan proses pengajaran yang perencanaan, pelaksanaan dan penilaiannya mengacu kepada penguasaan kompetensi peserta didik. Tujuan dari pendekatan ini adalah agar kegiatan yang dilakukan dalam proses pengajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk mencapai penguasaan kompetensi yang telah diprogramkan bersama antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri.<br /> Dengan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi ini, pembelajaran pada intinya berisi seperangkat kompetensi yang perlu dimiliki peserta didik melalui proses kegiatan pembelajaran yang memiliki ciri sebagai berikut :<br />1) Kegiatan pembelajaran adalah penguasaan kompetensi oleh peserta didik<br />2) Proses pembelajaran harus memiliki kesepadanan dengan kondisi dimana kompetensi tersebut akan digunakan<br />3) Aktivitas pembelajaran bersifat perseorangan (individualized instruction), antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya tidak ada ketergantungan<br />4) Harus tersedia program pengayaan (enrichment) bagi peserta didik yang lebih cepat dan program perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang lebih lamban<br /> Strategi pembelajaran ini menekankan penguasaan kompetensi sesuai standar yang ditentukan, melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara terstruktur serta berfokus pada peserta didik (learner focused) melalui penyelesaian tugas/kompetensi (task focused) secara bertahap. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :<br />a) Kurikulum harus dikembangkan mengacu kepada standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri/asosiasi profesi, dan memuat isi yang menunjang pencapaian kompetensi<br />b) Modul/bahan ajar harus dikembangkan berdasarkan kurikulum dan standar kompetensi, serta mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti program sesuai dengan tingkat kecepatan yang dimilikinya<br />c) Guru atau instruktur harus memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya<br />d) Peserta didik, telah memiliki pengetahuan dasar yang memadai<br />e) Kegiatan diklat diorganisasi secara tepat agar dapat dilaksanakan secara fleksibel dan memberikan perlakuan secara adil kepada peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya<br />f) Fasilitas harus memadai untuk seluruh peserta didik, baik dari sisi jenis, jumlah dan kualitas<br />g) Manajemen institusi perlu dikembangkan sesuai dengan semangat pembaharuan<br />h) Biaya operasional diklat, memadai sesuai kebutuhan operasional dalam pencapaian kompetensi peserta didik<br /><br />b. Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training)<br /> Pelatihan berbasis produksi adalah proses pembelajaran keahlian atau keterampilan dirancang berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.<br /> Tujuan dari pelatihan berbasis produksi adalah : <br />1) Membekali peserta dengan kompetensi yang sepadan dengan tuntutan dunia kerja, sekaligus menghasilkan produk/jasa yang laku dijual. <br />2) Menanamkan pengalaman produktif dan mengembangkan sikap wirausaha, melalui pengalaman langsung memproduksi barang atau jasa yang berorientasi pasar (konsumen)<br /> Pelaksanaan pelatihan berbasis produksi di SMK antara lain :<br />a) Pelatihan berbasis produksi dilaksanakan bekerja sama dengan unit produksi atau institusi pasangan<br />b) Setiap peserta kelompok, dapat dibagi tugas sesuai dengan jenis pekerjaan dan tingkat kompetensi masing-masing, tetapi tetap dalam prosedur dan standar kerja yang menjamin ketepatan waktu dan mutu hasil pekerjaan yang dituntut oleh konsumen. Jadi setiap peserta/kelompok peserta tidak harus mengerjakan suatu produk/jasa secara keseluruhan<br />c) Keberhasilan pelatihan berbasis produksi harus didukung oleh : Fasilitas yang siap pakai, Guru/instruktur yang memiliki profesionalisme tinggi, Kesiapan bekerja yang tidak semata-mata bergantung kepada jam kerja sekolah, Sikap menghargai kepada kualitas, dan Sikap komitmen kepada kualitas.<br />d) Hasil pembelajaran merupakan produk jadi yang layak jual atau bagian-bagian produk (komponen) yang dapat dirakit menjadi produk yang layak jual<br /> Dengan kriteria pembelajaran tersebut di atas, pada dasarnya desain yang lebih memungkinkan adalah mengintegrasikan pelaksanaan pelatihan berbasis produksi dengan penyelenggaraan unit produksi sekolah. Kondisi ini sejalan dengan tujuan penyelenggaraan unit produksi, yaitu :<br />(1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan praktik yang berorientasi pasar<br />(2) Mendorong peserta didik dan guru dalam pengembangan wawasan ekonomi dan kewirausahaan<br />(3) Memperoleh tambahan dana untuk membantu mengatasi kekurangan biaya operasional sekolah, terutama digunakan untuk perawatan dan perbaikan fasilitas<br />(4) Meningkatkan pendayagunaan sumber daya pendidikan yang ada di sekolah<br />(5) Meningkatkan kreativitas peserta didik dan guru<br />(6) Dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, terutama menyangkut keterampilan yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan masyarakat, sehingga diharapkan dapat lebih cepat menyesuaikan diri terhadap dunia kerja.<br /><br />c. Pelatihan berbasis industri (Pembelajaran di dunia kerja)<br /> Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta mengalami proses belajar melalui bekerja langsung (learning by doing) pada pekerjaan yang sesungguhnya. Pelaksanaannya dinamakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)/Praktek Industri sesuai dengan bidang keahlian yang dikembangkan. PSG adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. <br /> Dalam pelaksanaan PSG, kedua belah pihak secara sungguh-sungguh terlibat dan bertanggung jawab mulai dari tahap peencanaan program, tahap penyelenggaraan, sampai pada tahap penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik, serta upaya pemasaran tamatannya. Mengingat iklim kerja yang ada di sekolah berbeda dengan yang terjadi di dunia kerja, maka sekolah harus benar-benar menyiapkan peserta sesuai dengan karakteristik dan tuntutan dunia kerja tempat berlatih. Bukan hanya menyangkut dasar-dasar kompetensi, tetapi juga menyangkut kesiapan fisik, mental, wawasan dan orientasi kerja yang benar. <br /> Pemahaman peraturan ketenagakerjaan secara umum dan tertib (disiplin) pekerja di tempat mereka akan bekerja dan orientasi tempat bekerja, termasuk pengenalan keselamatan kerja dan proses produksi, melalui pendekatan pelatihan berbasis industri ini peserta diharapkan :<br />1) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkkungan dunia kerja yang sesungguhnya<br />2) Memiliki tingkat kompetensi terstandar sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh dunia kerja<br />3) Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu ekonomi, bisnis, kewirausahaan dan produktif<br /> Pelatihan berbasis industri pada dasarnya memiliki nilai kebermaknaan lebih tinggi, terutama dalam memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta didik. Pelatihan berbasis industri ini dapat memberikan pengalaman belajar dan bekerja bagi peserta didik sesuai dengan dunia nyata pada dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki, sehingga lulusan pendidikan kejuruan mampu bersaing untuk bekerja pada dunia usaha atau industri sesuai dengan bidang keahlian yang dikuasainya.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />IMPLEMENTASI KURIKULUM SMK PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA <br /><br /><br />A. Laporan Hasil Implementasi Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana<br /><br /> Hasil implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana yang dilaporkan ini merupakan hasil wawancara dengan guru yang mengajar pada program keahlian Tata Busana dan hasil observasi pada pembelajaran “Menjahit dengan mesin”. <br />1. Hasil Wawancara<br /> Laporan ini merupakan deskripsi dari hasil wawancara dengan guru “Menjahit dengan mesin” (2 orang guru sebagai tim teaching), yang sudah berpengalaman sebagai guru senior di salah satu SMK Program Keahlian Tata Busana di Kota Bandung. <br />a. Profil sumber data<br /> Guru 1; sebagai sumber data dalam implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana pada mata diklat “Menjahit dengan mesin”, menjadi guru SMK dengan bekal pendidikan Program D3 dari P3GK Rawamangun IKIP Jakarta. Pengalaman mengajar (guru 1) di SMK sudah 38 tahun. Selama menjadi guru di sekolah ini, beliau telah mengikuti pelatihan Busana Industri dan Busana Tailoring. Pelatihan ini dalam upaya mengembangkan keahlian guru di bidang pembuatan busana, khususnya untuk keahlian pembuatan busana tailoring yang dapat diaplikasikan pada mata diklat yang dibinanya.<br /> Guru 2; sebagai sumber data dalam implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana pada mata diklat “Menjahit dengan mesin”, menjadi guru SMK dengan bekal pendidikan Program D3 Jurusan PKK IKIP Jakarta. Pengalaman mengajar (guru 2) di SMK sudah 21 tahun. Selama menjadi guru di sekolah ini, beliau telah mengikuti berbagai pelatihan, diantaranya : Busana Tailoring, Garment, Keahlian Pola dan Kreativitas guru SMK. Pelatihan ini dalam upaya mengembangkan keahlian guru di bidang pembuatan busana tailoring dan teknik pembuatan busana sistem garment, dengan harapan dapat diaplikasikan pada mata diklat yang dibinanya, dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sebagai bekal dalam kegiatan praktek kerja industri.<br /><br />b. Pemahaman guru tentang implementasi kurikulum di SMK<br /> Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana, penulis melakukan wawancara dengan dua orang guru “Menjahit dengan mesin” sebagai sumber data. Hasil wawancara tersebut ditampilkan dalam bentuk paparan sebagai berikut.<br />Penulis : Bagaimana pemahaman ibu tentang implementasi kurikulum di SMK, khususnya pada program keahlian Tata Busana ?<br />Guru : Sepengetahuan saya kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini belum secara penuh menggunakan KTSP, karena untuk KTSP baru pada kelompok normatif dan adaptif. Sedangkan untuk kelompok produktif masih menggunakan kurikulum 2004.<br />Penulis : Kalau masih menggunakan kurikulum 2004 untuk program produktif, apakah ibu ditugaskan untuk menyusun silabus untuk mata diklat “Menjahit dengan mesin” ?<br />Guru : Sebetulnya kami di SMK ini, semua guru sudah ditugaskan untuk menyusunan silabus sesuai dengan mata diklat binaannya. Yang saya ketahui, silabus yang sudah selesai dibuat itu baru untuk mata pelajaran pada kelompok normatif dan adaptif. Sedangkan untuk kelompok produktif belum selesai dibuat, khususnya saya sebagai guru mata diklat “Menjahit dengan mesin”, karena masih menggunakan kurikulum 2004.<br />Penulis : Kalau silabus belum dibuat, lalu rencana pengajaran apa yang ibu siapkan untuk pendidikan dan pelatihan “Menjahit dengan mesin” ?<br />Guru : Untuk perencanaan pengajaran, kami masih menggunakan modul yang baru rampung pada tahun 2006, karena pada waktu diimplementasikan kurikulum 2004 pada tahun 2005 kami diwajibkan membuat modul.<br />Penulis : Dalam kegiatan pembelajaran di kelas untuk diklat “Menjahit dengan mesin”, pendekatan pembelajaran apa yang ibu gunakan ?<br />Guru : Saya menggunakan pendekatan CBT, pelatihan berbasis kompetensi<br />Penulis : Menurut pemahaman ibu, mengapa harus CBT ?<br />Guru : Menurut saya dalam belajar menjahit perlu dengan pendekatan CBT, karena menurut saya CBT merupakan sistem pembelajaran tuntas. Peserta didik harus menyelesaikan kompetensi yang harus dikuasai pada program produktif harus sesuai SKN. Kami dalam pelaksanaan pembelajaran menjahit, menggunakan modul. Kami memberikan penjelasan terlebih dahulu secara lisan, kemudian para siswa dapat mempelajari materi pelajaran secara tertulis yang ada dalam modul.<br />Penulis : Bagaimana pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang ibu lakukan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam menjahit yang sesuai dengan SKN ?<br />Guru : Dalam menilai kemampuan peserta didik, saya melakukan penilaian pada proses kerja dan produk yang dihasilkan. Dilihat dari kerapihan, ketepatan teknik jahit, kecepatan, kebersihan, kesesuaian dengan desain dan tampilan busana secara keseluruhan.<br />Penulis : Menurut ibu, apakah fsilitas praktikum yang ada di SMK ini sudah memadai ? <br />Guru : Menurut saya belum, karena untuk piranti menjahit dan mesin jahit masih digunakan secara bergantian, karena jumlahnya tidak mencukupi, masih terbatas.<br /><br />2. Hasil observasi<br /> Pembelajaran “Menjahit dengan mesin” dilaksanakan 6 jam/minggu pada satu hari kerja dari jam 07.00 sampai dengan jam 15.00 yang dikondisikan ruang praktek busana sebagai tempat bekerja atau usaha busana. Hasil pengamatan terhadap proses kegiatan belajar mengajar “Menjahit dengan mesin” yang dilaksanakan oleh 2 orang guru (Guru 1 dan Guru 2) di kelas X Busana akan dideskripsikan sebagai berikut.<br /> Penyajian materi pembelajaran teori disajikan oleh satu orang guru secara bergantian sesuai dengan pokok bahasan yang telah disepakati, sedangkan untuk praktikum dilaksanakan oleh dua orang guru (team teaching). Penyajian materi diawali dengan menuliskan pokok bahasan di papan tulis, kemudian menjelaskan materi pelajaran secara sistematis sesuai dengan rencana pengajaran dalam modul. Materi pelajaran teori yang dijelaskan mencakup : 1) Persiapan mesin jahit sesuai prosedur, 2) Mengoperasikan mesin jahit sesuai prosedur, 3) Langkah menjahit bagian-bagian busana, 4) Teknik menjahit busana dan 5) Sikap kerja. Materi praktikum mencakup : penjelujuran yang kemudian dilanjutkan pada tahap penjahitan dengan mesin.<br /> Penyajian materi pembelajaran teori dan praktek pembuatan busana wanita disajikan dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, Tanya jawab, pemberian tugas dan latihan. Pendekatan klasikal dilakukan dalam menjelaskan materi teori dan penjelasan praktikum secara umum, sedangkan untuk pendekatan individual dilakukan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan di dalam menjahit bagian-bagian busana.<br /> Pada akhir kegiatan pembelajaran teori mengenai pengetahuan menjahit dengan mesin, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan. Guru menjawab pertanyaan yang diajukan peserta didik dengan cara menjawab untuk seluruh kelas agar seluruh peserta didik memperhatikan dan memahami kesulitan yang dihadapi dalam teknik penjahitan bagian-bagian busana pada pembuatan busana wanita sesuai dengan kesempatan.<br /> Sebelum pelaksanaan praktek secara individual guru membagikan bahan untuk pembuatan busana wanita sesuai dengan kesempatan, yang terdiri dari : kain untuk bahan utama, kain furing dan bahan pelengkap dalam pembuatan busana wanita sesuai dengan kesempatan. Guru terlebih dahulu mendemonstrasikan langkah kerja dalam pembuatan busana kerja. Di samping penjelasan dari guru, peserta didik diberi panduan dalam melakukan praktikum berupa modul. Dalam penyajian materi pembelajaran “Menjahit dengan mesin”, guru 1 dan guru 2 menggunakan media pembelajaran berupa : 1) Contoh model desain busana wanita untuk berbagai kesempatan, 2) Pragmen bagian-bagian busana yang harus dijahit dan 3) Contoh beberapa model busana jadi berupa busana kerja dan busana pesta.<br /> Selama praktek berlangsung kedua guru mengawasi dan membimbing peserta didik secara individual dengan cara berkeliling. Saat ditemui peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menjahit bagian-bagian busana, guru mengarahkan dan membimbing peserta didik sampai dapat menyelesaikan jahitan bagian busana. Apabila yang mengalami kesulitan tersebut lebih dari dua orang, maka guru menjelaskan kembali kepada seluruh kelas dengan harapan seluruh peserta didik dapat menyelesaikan jahitannya dengan tepat dan cepat. Beberapa menit sebelum berakhir jam praktek, guru menginstruksikan kepada seluruh peserta didik agar menghentikan kegiatannya dan memberikan kesempatan untuk bertanya bila masih ada kesulitan. Guru memberikan tugas kepada seluruh peserta didik untuk melanjutkan jahitannya di rumah agar pekerjaannya segera dapat diselesaikan.<br /> Penilaian yang dilakukan oleh guru, yaitu saat kegiatan praktek berlangsung, karena pekerjaannya belum selesai secara keseluruhan. Penilaian pada saat berlangsung praktek dilihat dari langkah-langkah kerja pada setiap bagian busana yang harus diselesaikan, tetapi pada saat melakukan penilaian guru tidak menggunakan alat penilaian yang baku. Sedangkan untuk penilaian produk busana, guru sudah menggunakan alat penilaian yang memuat aspek-aspek yang harus dinilai, yaitu : kecepatan, ketepatan, teknik jahit, kerapihan, kebersihan, dan tampilan busana keselruhan.<br /><br />B. Pembahasan terhadap Implementasi Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana pada Mata Diklat Menjahit dengan Mesin<br /><br /> Kurikulum yang saat ini diberlakukan di SMK program keahlian Tata Busana adalah kurikulum tahun 2004 (khusus untuk program produktif) dan model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 (untuk program normatif dan adaptif). Di samping kurikulum, pada SMK program keahlian Tata Busana adanya kebijakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan Standar Kompetensi Nasional (SKN) bidang keahlian Tata Busana. <br /> Dalam dokumen kurikulum tahun 2004, untuk program produktif diungkapkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran harus mengandung prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning), karena keberhasilan belajar peserta didik ditetapkan oleh tingkat penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja (dunia usaha dan dunia industri). Upaya yang harus dilakukan dalam pencapaian tujuan di atas, keberadaan kurikulum dalam pengertian kurikulum sebagai dokumen tertulis, kurikulum sebagai kegiatan, dan kurikulum sebagai gambaran keberhasilan belajar; sangat tergantung kepada kemampuan guru di dalam memahami kurikulum tersebut.<br />1. Analisis terhadap hasil wawancara dengan guru<br /> Dari hasil wawancara dengan guru (team teaching) mata diklat “Menjahit dengan mesin”, teramati bahwa guru belum sepenuhnya memiliki pemahaman dalam kurikulum yang diimplementasikan di sekolah, karena guru baru pada tingkat mengetahui apa yang harus dilaksanakan. Guru belum memiliki pemahaman tentang KTSP, teramati dari lambatnya penyusunan salah satu perangkat kurikulum khususnya pada penyusunan silabus untuk mata diklat yang dibinanya. Seharusnya guru di samping menggunakan modul yang sudah ada, harus secara kreatif dilengkapi dengan silabus yang baru sesuai dengan tuntutan KTSP SMK dan Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian. <br /><br />2. Analisis terhadap hasil observasi pada pendidikan dan pelatihan “Menjahit dengan Mesin” <br /> <br />Kajian implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana pada mata diklat “Menjahit dengan mesin” dapat dilakukan terhadap dokumen tertulis dan kegiatan pembelajaran sebagai hasil pengamatan lasung. Kajian dilakukan dengan mengevaluasi empat komponen kurikulum, yaitu : tujuan, isi kurikulum (materi pelajaran), strategi pengajaran, dan evaluasi.<br /><br />a. Tujuan<br /> Tujuan yang dirumuskan untuk mata diklat “Menjahit dengan mesin” dalam rencana pembelajaran belum jelas dan sulit untuk diukur. Khusunya rumusan tujun pada aspek pengetahuan, masih belum operasional sehingga sulit untuk mengukur kemampuan peserta didik di dalam penguasaan pengetahuan tentang menjahit dengan mesin. Tujuan pembelajaran seharusnya dirancang sampai pada tingkat operasional, sehingga tujuan tersebut dapat terukur sampai tingkat keberhasilannya. Pengkajian terhadap rumusan tujuan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.<br />MATA TUJUAN<br />DIKLAT SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN<br />Menjahit dengan mesin • Menyiapkan alat jahit dengan cermat dan teliti<br />• Mesin jahit dipersiapkan dengan teliti dan benar<br />• Teliti dan berhati-hati dalam mengoperasikan mesin jahit<br />• Teliti dalam memeriksa kelengkapan bagian-bagian busana<br />• Mengikuti prosedur dan teknik menjahit dalam menjahit bagian-bagian busana<br />• Mengikuti prosedur keselamatan kerja dalam menjahit busana • Memahami fungsi alat jahit pokok dan alat bantunya<br />• Memahami langkah kerja menyiapkan mesin jahit<br />• Memahami prosedur pengoperasian mesin jahit<br />• Memahami cara mengatur setikan mesin jahit sesuai jenis bahan<br />• Memahami bagian-bagian busana<br />• Memahami prosedur menjahit bagian-bagian busana<br />• Memahami teknik menjahit busana<br />• Memahami kesehatan dan keselamatan kerja dalam menjahit • Menyiapkan alat jahit sesuai kebuuthan<br />• Mengisi kumparan, mengatur tegangan benang, mengatur jarak setikan mesin jahit, memasang jarum, memasang kumparan dan skoci, memasang benang<br />• Mengoperasikan mesin jahit pada garis lurus, lengkung, sudut dan lain-lain<br />• Mengatur setikan mesin jahit sesuai dengan jenis bahan<br />• Memeriksa kelengkapan bagian-bagian busana<br />• Menjahit bagian-bagian busana sesuai prosedur<br />• Menyelesaikan busana sesuai dengan teknik menjahit busana<br />• Menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja dalam menjahit<br /><br />b. Isi kurikulum/materi pembelajaran<br /> Materi pembelajaran yang disajikan meliputi materi teori dan praktek. Materi sudah sesuai denga tuntutan dari kurikulum dan Standar Kompetensi Nasional. Materi pembelajaran disajikan secara berkesinambungan dari mulai tugas praktek yang paling sederhana hingga materi praktek lanjutan. Materi pembelajaran dikemas dalam bentuk modul yang menjadi sumber belajar bagi peserta didik di dalam melakukan praktek menjahit dengan mesin. Materi dalam modul dituangkan secara sistemtis, sehingga mudah dipahami dan diikuti oleh peserta didik di dalam mengerjakan tugas sesuai prosedur.<br /><br />c. Strategi pengajaran <br /> Dalam kegiatan pembelajaran “Menjahit dengan Mesin”, guru baru menerapkan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi (Competency Based Training). Seharusnya di samping menerapkan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi, dalam pembelajaran “Menjahit dengan Mesin” perlu diterapkan pendekatan pelatihan berbasis produksi (Production Based Training) melalui kerja sama dengan unit produksi sekolah. Dengan pelatihan berbasis produksi ini, dalam upaya memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di samping membuat produk, harus pula mengalami belajar bagaiman mengelola suatu usaha busana (sanggar busana, modiste, atelier atau butik).<br /><br />d. Evaluasi<br /> Penilaian hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru pada program produktif khususnya pada mata diklat menjahit dengan mesin, teramati bahwa guru belum siap untuk melaksanakan penilaian secara komprehensif pada keberhasilan belajar peserta didik, yang meliputi : proses kerja, prestasi kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan penilaian produk kerja. Guru dalam melakukan penilaian proses kerja atau kegiatan praktikum cenderung mengandalkan pengamatan langsung tanpa menggunakan alat penilaian, sedangkan untuk penilaian produk kerja telah menggunakan alat penilaian berupa skala penilaian yang memuat aspek-aspek yang harus dinilai sesuai dengan Standar Kompetensi Nasional (SKN). Seharusnya guru di dalam melakukan penilaian baik untuk penilaian proses ataupun penilaian produk hendaknya menggunakan alat penilaian yang baku, sehingga penilaian dapat diberikan secara objktif. Sebagaimana dikemukakan oleh Gronlund (1977) mengemukakan bahwa jenis tes yang paling sesuai untuk mengukur keterampilan praktek adalah dengan menggunakan tes perbuatan, meliputi : 1) paper and pencil performance, 2) identification test, 3) simulated performance dan 4) work sample.<br /> Faktor yang turut mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran program keahlian Tata Busana, di samping pengetahuan guru dalam keahlian Tata Busana dan strategi pembelajaran; diantaranya dipengaruhi pula oleh dukungan fasilitas belajar. Fasilitas belajar yang dimiliki sekolah belum sepenuhnya menunjang terhadap pendidikan dan pelatihan menjahit dengan mesin, karena jumlah peralatan yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang melaksanakan praktium. <br />Kendala utama adalah keterbatasan fasilitas praktikum yang tersedia di laboratorium Tata Busana. Piranti menjahit dan mesin jahit yang tersedia di laboratorium berjumlah 2 buah, mesin obras, mesin lubang kancing dan mesin juki terbatas sekali yaitu hanya ada 1 buah untuk setiap laboratorium, sedangkan jumlah peserta didik yang harus melaksanakan praktikum untuk setiap kelas rata-rata 35 orang. Piranti atau alat menjahit kecil seharusnya satu alat digunakan untuk satu orang peserta didik. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi keterbatasan tersebut, melalui pembentukan kelompok kecil, dengan pengaturan satu mesin jahit digunakan untuk dua orang peserta didik secara bergantian. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB V<br />KESIMPULAN<br /><br /> Dari seluruh kajian yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan dapat disimpulkan, bahwa pendidikan kejuruan dikembangkan berdasar pada tuntutan dunia kerja, yaitu dunia usaha dan dunia industri yang berkembang di masyarakat. Sebagai realisasi di dalam memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, maka dalam perancangan kurikulum pendidikan kejuruan mengacu pada karakteristik pendidikan kejuruan yang seharusnya. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. <br /> Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya mansia yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.<br /> Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan tuntutan dunia kerja terhadap sumber daya manusia yang dibutuhkan, oleh karena itu pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan harus bisa mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan standar kompetensi dan tuntutan dunia usaha dan dunia industri.<br /> Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana, guru sebagai pelaksana kurikulum cenderung sulit di dalam melakukan perubahan. Guru masih mengandalkan sumber dan rencana pengajaran yang ada tanpa melakukan pengembangan yang dituntut oleh KTSP SMK dan Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian. Di samping itu, teramati bahwa guru belum siap dalam melakukan penilaian secara komprehensif di dalam menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Khusunya dalam menilai proses kerja,guru belum menggunakan alat penilaian yang baku atau standar.<br /> Keberhasilan pendidikan dan pelatihan di SMK ditentukan dari kualitas lulusannya, dimana mereka harus mencerminkan individu yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Lulusan SMK diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga mereka memiliki kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor untuk mampu bekerja sesuai dengan yang dipelajarinya. Lulusan SMK harus mampu bersaing secara kompetitif, sehingga dapat memasuki dunia kerja baik pada dunia usaha maupun industri pada tingkat nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan pada tingkat internasional.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />Abdulhak, I. dan Sanjaya, W. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung : Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung.<br /><br />Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.<br /><br />Blank, W.E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training Programs. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.<br /><br />Block, J.H. (1971). Mastery learning : Theory and Practice. New York : Holt. Rinehart and Wiston. Inc.<br /><br />Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982). Vocational Education : Concept and Operations. California : Wads Worth Publishing Company.<br /><br />Curtis, T.E. dan Bidwell, W.W. (1976). Curriculum and Instruction for Emerging Adolescents. New York : State University of New York at Albany.<br /><br />Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.<br /><br />Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.<br /><br />------- (2003). Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.<br /><br />Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.<br /><br />Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.<br /><br />Evarinayanti. (2002). Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.<br /><br />Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning,Content and Implementation. Boston : Allyn and Bacon, Inc.<br /><br />Gronlund, N.E. (1977). Constructing Achievement Test. Englewood Ciffs : Prentice-Hall. Inc.<br /><br />Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : PPLPTK.<br /><br />Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.<br /><br />Indonesia Australia Partnership for Skills Development Program. (2001). Competency Based Training. West Java Institutional Development Project.<br /><br />Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.<br /><br />Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22. Terdapat di [On line] http://www.puskur.net/index.php?menu=profile&pr0=148&iduser=5)<br /><br />Rivai, A. (1995). Competency Based Training (Pelatihan Berdasarkan Kompetensi). Bandung : Technical Education Development Centre.<br /><br />Samsudi. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Model Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotof). Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.<br /><br />Sonhadji, A. ( … ). Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Terdapat di [On line] http://www.depdiknas.go.id/sikep/Issue/SENTRA1/F18.html (3 Oktober 2006.<br /><br />Sudjana, N. dan Rivai, A. (1997). Media Pengajaran. Bandung : CV. Sinar Baru.<br /><br />Sukmadinata, N.S. (2001). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.<br /><br />------- (2001). Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum. Bandung : Program Studi Pengembangan Kurikulum Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-28632777808295989272010-09-04T20:55:00.000-07:002010-09-04T20:59:59.995-07:00LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIALAPORAN TAHUNAN <br /> <br />DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT <br />UNIVERSITAS INDONESIA<br />TAHUN 2007<br /><br /><br />Bidang Riset<br />Bidang Pengabdian Masyarakat<br /><br /><br />Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat <br />Universitas Indonesia<br />1. PENDAHULUAN<br /><br /> Hasil-hasil yang telah dicapai dalam kurun waktu itu menjadi sebuah titik awal dalam menunjang terwujudnya Universitas Indonesia sebagai universitas riset pada tahun 2010 mendatang. Dalam era universitas riset itu, diharapkan DRPM UI akan semakin menjadi garda depan dalam kegiatan riset universitas dan hasil-hasil riset itu mampu menjadi sumbangan yang bermanfaat untuk kehidupan dan kemaslahatan masyarakat Indonesia. <br /> Sejumlah upaya yang dilakukan DRPM UI untuk masuk ke era Universitas Indonesia sebagai universitas riset, antara lain menggagas terbangunnya kawasan riset di Kampus UI, Depok dengan nama “UI Science Park”, sebuah konsep yang menempatkan UI dan lingkungannya sebagai taman keilmuan yang ditunjang oleh sarana dan prasarana riset yang berkelas dunia; menata dan memetakan pusat-pusat riset yang tersebar di setiap fakultas di UI, sehingga melalui penataan dan pemetaan ini dapat mengoptimalkan SDM riset secara terpadu dan secara bersama-sama membangun universitas riset; membuat pemetaan kepakaran di tiap fakultas, dan sebagai langkah awal dilakukan pemetaan kepakaran dalam bidang sosial humaniora yang selanjutnya ke bidang kesehatan, sains dan teknologi.<br /> Sejumlah kendala dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan DRPM UI pun terjadi, terutama dalam hal koordinasi dengan unit-unit kerja setara dalam lingkungan PAU. Namun, kendala itu dapat teratasi seiring dengan berjalannya waktu, dan untuk ke depan kendala-kendala teknis hendaknya dapat dihilangkan melalui koordinasi yang lebih baik dan rapi.<br /> Dalam hal kerja sama riset dan pengelolaan riset dengan instansi di luar universitas, seperti Dediknas (DIKTI) dan Kementerian Ristek, yang telah berjalan lama, selamam kurun waktu 2007 mengalami peningkatan dalam hal pengelolaan hibah riset. Peningkatan itu ditunjang oleh semakin tingginya kebutuhan meneliti di kalangan dosen dan peneliti Universitas Indonesia. Bahkan dari hibah itu, telah pula dihasilkan sejumlah paten dan hak cipta yang dimiliki oleh para peneliti Universitas Indonesia. Ke depan diharapkan hasil-hasil riset itu dapat dikembangkan menjadi produk industri yang mampu bersaing di dunia industri. Demikian juga dari hasil riset itu telah pula muncul sebagai publikasi ilmiah dalam bentuk artikel di jurnal internasional, selain regional dan nasional, buku-buku ilmiah. <br /> Data yang dimiliki DRPM UI dalam hal riset dan hasil riset para dosen dan peneliti Universitas Indonesia menjadi salah satu modal yang berharga untuk digunakan sebagai bahan informasi dalam rangka pengembangan riset di berbagai bidang, seperti kesehatan, sains, teknologi, dan sosial humanira. Untuk itu, pembangunan situs DRPM UI dan Jurnal Ilmiah Makara menjadi sarana yang penting untuk mempublikasikan hasil-hasil riset ke penjuru dunia melalui www.research.ui.edu dan www.jurnalmakara.ui.edu<br />Secara lengkap laporan tahunan ini disusun sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawab DRPM UI. <br /> <br /><br />2. LAPORAN KERJA<br /><br />2.1 Program Kerja DRPM UI <br />Berlandaskan pada Rencana Strategis Universitas Indonesia Tahun 2003-2007 Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI, sebagai administrator, koordinator, dan fasilitator kegiatan riset di UI berusaha semaksimal mungkin meningkatkan baik secara kuantitas dan kualitas kegiatan riset dan pengabdian masyarakat di Universitas Indonesia. Berbagai kerja sama dengan fihak luar dijajagi selain pengoptimalan sumber dana dan sumber daya manusia dari Universitas Indonesia sendiri. <br /> Program kerja yang diagendakan DRPM UI terfokus pada tiga tugas pokok, yaitu penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan publikasi hasil-hasil riset dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga tugas pokok itu dijabarkan melalui program-program dengan skala prioritas sebagai berikut. Kegiatan Rutin meliputi 1) Pelaksanaan kegiatan riset, antara lain Riset Unggulan Universitas Indonesia (RUUI), Hibah Riset Universitas Indonesia; Kegiatan pengabdian kepada masyarakat meliputi pemberian Penghargaan kepada para dosen dan peneliti yang menulis artikel di jurnal internasional, penulisan buku, pemeroleh paten dan hak cipta, dan peneliti terbaik Universitas Indonesia, Research Day's UI, proses pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual, Penerbitan Jurnal Makara dan Pendaftaran Sitasi Jurnal di tataran Internasional, Koordinasi antara Fakultas (termasuk pusat-pusat riset) dengan DRPM UI, penyelenggaraan Lokakarya Mekanisme Riset; Kegiatan Pengembangan mencakup penyelenggaraan Pelatihan Manajemen Pusat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian, Desiminasi Hasil Riset, Science Park, Pembuatan Renstra dan Struktur Organisasi DRPM UI Tahun 2008, Pengembangan Sistem Informasi Riset dan Pengabdian Masyarakat (SIRIP); Kegiatan Tambahan antara lain Corporate License Software Analysis Data. <br /> Kegiatan penelitian dan pengkajian pada tahun 2007 pihak UI telah menghibahkan dana riset kepada para peneliti melalui suatu kompetisi sebesar Rp 3.895.653.895,00 (Rp 75 juta/peneliti bidang utama dan Rp. 100 juta/peneliti bidang unggulan), di samping fihak fakultas/departemen juga memberikan dana riset melalui berbagai sumber kepada para peneliti dengan jumlah yang tidak sedikit. Beberapa dosen dan kelompok peneliti di beberapa fakultas bahkan ada yang melakukan pembiayaan mandiri bagi penelitiannya. <br /> Jumlah topik penelitian yang teragendakan pada tahun 2007 cukup banyak (263), dan sebagian besar dari topik tersebut relevan dengan bidang keilmuannya. Untuk departemen yang memiliki agenda penelitian sebagian besar penelitiannya juga dapat terlaksana dengan baik.<br /><br /><br />2.2 Penelitian dan Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat<br /><br />Penelitian<br /><br />Kebijakan Dasar Penelitian <br />Universitas Indonesia telah memiliki draft pedoman penelitian yang antara lain memuat aspek : kebijakan dasar, panitia penilai usulan dan etika penelitian, dan tatacara pendanaan. Sedang aspek etika penelitian dan perlindungan hasil penelitian dirujuk melalui ketetapan MWA No. 007/TAP dan 003/Peraturan tahun 2005. Untuk aspek rancangan dan prosedur pengusulan dan pelaksanaan penelitian pada umumnya telah tertuang disetiap pedoman pembuatan proposal penelitian (Riset Unggulan UI). Pada saat ini draft masih dalam proses pembahasan dan penyempurnaan, komentar dan masukan telah disampaikan oleh beberapa fihak terkait. Diharapkan pedoman pengelolaan riset dapat disahkan pada akhir tahun 2007 dan diimplementasikan pada tahun 2008.<br />Implementasi Pedoman Pelatihan<br />Implementasi diharapkan dilakukan pada tahun 2008. Pada tahun 2006 penelitian tetap berjalan dengan baik dengan menggunakan pedoman umum penelitian yang telah digariskan oleh Majelis Wali Amanat UI, melalui keputusan No. 007, 009, 010/TAP/MWA-UI/2005, No. 003, 005/Peraturan/MWA-UI/2005. dan Kebijakan Umum UI No. 001/SK/MWA-UI /2005<br />Program Pengembangan Riset mendasarkan diri pada realitas yang ada di Universitas Indonesia. Mengingat sasaran Universitas Indonesia pada tahun 2010 menjadi universitas riset, maka hal yang diprioritaskan adalah melakukan pembenahan di bidang manajemen dan infrastruktur riset pada skala intern. Pembenahan yang bersifat intern ini menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak agar terbangunnya landasan yang kokoh untuk menjadikan Universitas Indonesia sebagai universitas riset berkelas dunia. <br /> Sejumlah rancangan pengembangan sejalan dengan pembenahan intern tersebut dilaksanakan melalui program-program yang terpadu, yaitu:<br />• Membangun kerja sama internal dan eksternal;<br />• Menata dan mengoptimalkan Pusat Riset yang tersebar di setiap fakultas;<br />• Membentuk Tim Kerja Pengelola Riset di bawah koordinasi DRPM UI;<br />• Membentuk Interest Group yang dikoordinasi oleh Pusat Riset di fakultas.<br /><br /> Program-program tersebut satu demi satu telah dilaksanakan oleh DRPM UI sejak tahun 2005. Membangun kerja sama internal dilaksanakan antara lain dengan rapat-rapat rutin para Manajer Riset Fakultas di bawah koordinasi DRPM UI; kerja sama eksternal dilakukan dengan mengikutsertakan pemerintah daerah (DKI) dan pihak swasta dalam hal perencanaan pengolahan sampah. Penataan Pusat Riset yang tersebar di fakultas di lingkungan UI diawali dengan pendataan, kemudian dilanjutkan dengan seminar tentang pusat riset pada bulan November 2007. Penataan pusat riset merupakan program yang telah digariskan oleh MWA UI dan harus sudah selesai pada bulan Agustus 2008 mendatang. Pembentukan Tim Kerja Pengelola Riset sebagai pelaksana teknis administrasi dilaksanakan oleh DRPM UI yang kegiatannya dikelola oleh Kasubdit Riset dan Kasubdit Riset dan Laboratorium bekerja sama dengan para Manajer Riset Fakultas. Dalam hal ini, DRPM UI bertindak sebagai fasilitator untuk Pengelolaan Riset. Pembentukan interest group dimaksudkan sebagai salah satu cara membangun budaya riset di setiap fakultas sesuai dengan minat keilmuan para dosen dan peneliti. Melalui grup itu diharapkan akan lahir sejumlah riset multidisiplin yang melibatkan sejumlah pakar dari berbagai bidang ilmu untuk menggarap sebuah riset. Dalam hal itu, Universitas Indonesia telah menetapkan sejumlah riset unggulan, yaitu nanotechnology, genome technology, information communication technology, public policy, dan indigenous studies. <br /><br /> Penelitian Melalui Riset Unggulan<br />DRPM UI menyelenggarakan riset tahunan dengan dana dari universitas dengan nama Risat Unggulan Universitas Indonesia (RUUI). Kategori RUUI pada tahun 2005—2006 hanya berdasarkan rumpun ilmu (sains, teknologi, kesehatan, dan sosial humaniora), namun mulai tahun 2007 kategori RUUI dibagi menjadi dua, yaitu Riset Unggulan yang menggarap tema-tema unggulan universitas sebagaimana diamanatkan oleh MWA, yaitu dalam bidang nano teknologi (nanotechnology), genom teknologi (genome technology, teknologi informasi dan komunikasi (ICT) strategi dan kebijakan publik (strategy and public policy), studi tentang kearfian lokal (indigenous studies). Untuk mendukung riset unggulan universitas ini, mulai tahun 2007 setiap fakultas di lingkungan UI harus memiliki keunggulannya sendiri-sendiri dalam bidang riset, sesuai dengan bidang keilmuan dan bidang terapannya. <br /><br />Riset Unggulan Universitas Indonesia (RUUI)<br />Salah satu program rutin DRPM UI adalah menyelenggarakan kegiatan Riset Unggulan Universitas Indonesia (RUUI). Riset yang bersifat kompetitif ini ditujukan untuk para dosen dan peneliti Universitas Indonesia. Selama kurun waktu 2005—2007 pengajuan proposal, proposal yang didanai, dan besarnya dana riset per tahun melalui program ini sebagaimana terlihat pada grafik berikut.<br /><br />Tahun 2007<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DRPM UI sejak bulan November 2007 telah mempublikasikan pelaksanaan RUUI Tahun 2008. Proposal yang masuk dan diseleksi terdiri dari dua kategori, yaitu RUUI Unggulan (UG: 24 proposal) dan RUUI Utama (UT: 43 proposal). Selain itu, penelitian S2 (14 proposal), S3 (18 proposal), dan Multidisiplin (MD: 13 proposal). <br /><br />Riset bidang Unggulan yang menggarap bidang-bidang nano technology, genome technology, strategy and public policy, ICT, dan indigenous studies. Sedangkan untuk kategori riset Utama selain bidang-bidang tersebut, dapat juga menggarap disiplin ilmu sesuai dengan keilmuan yang dikembangkan di fakutas. <br /><br />Penelitian Bidang Unggulan <br /><br />Penelitian unggulan Universitas Indonesia diarahkan pada bidang-bidang nano technology, genome technology, strategy and public policy, ICT, dan indigenous studies. Penelitian dalam bidang-bidang tersebut baru dilaksanakan dalam RUUI tahun 2007 dengan usulan proposal sebanyak 146 buah (Unggulan dan Utama). Dari jumlah itu proposal yang didanai pelaksanaan risetnya sebanyak 51 buah (seperti dalam tabel) dan yang tidak disetujui 95 proposal. <br /><br />No Peneliti Fakultas<br />1 Gunawan Wibisono FTUI<br />2 Dadang Gunawan. FTUI<br />3 M. Rahmat Widiyanto Fasilkom UI<br />4 Hizar Maruli Manurung Fasilkom UI<br />5 Yova Ruldeviyani, M.Kom Fasilkom UI<br />6 Muhamad Asvial FTUI<br />7 Belawati H Wdjaja Fasilkom UI<br />8 Febriana Setiawati S, FKG UI<br />9 Bagus Takwin S FPsi UI<br />10 Junaiti Sahar FIK UI<br />11 Robert M.Z Lawang FISIP UI<br />12 Sugiharso FEUI<br />13 Syamsul Hadi FISIP UI<br />14 Sari Wahyuni FEUI<br />15 Tien Handayani Nafi FHUI<br />16 Kusmardi FKUI<br />17 Arianti Oetari FMIPA UI<br />18 Dian Hendrayanti, FMIPA UI<br />19 Katrin FMIPA UI<br />20 Sri Harjanto FTUI<br />21 Slamet FTUI<br />22 Gandjar Kiswanto FTUI<br />23 Endang Winiati B FKG UI<br />24 Boy Muchlis Bacthiar FKG UI<br />25 Elza Ibrahim Auerkari FKG UI<br />26 Septelia Inawati Wanandi FK UI<br />27 Bambang Wispriyono FKM UI<br />28 Noverita Dian T FMIPA UI<br />29 Yulianto Sulistyo Nugroho FT UI<br />30 Anondho Wijanarko FT UI<br />31 Retno Wigajatri Purnamaningsih FT UI<br />32 Nandy Putra FT UI<br />33 Nasrudin FT UI<br />34 Yanuar FT UI<br />35 Effionora Anwar FMIPA UI<br />36 Budiharto FKG UI<br />37 Dewi Fatma Suniarti FKG UI<br />38 Ernie Purwaningsih. FK UI<br />39 Hamdani Zain FK UI<br />40 Sri Bekti Subakir FK UI<br />41 Rr.Tutik Sri Hariyati FIK UI<br />42 Ratna sitorus FIK UI<br />43 Dewi Susanna FKM UI<br />44 Frieda Maryam M FPsi UI<br />45 Kristi Poerwandari FPsi UI<br />46 SS Budi Hartono FPsi UI<br />47 Dwi Martani FE UI<br />48 Omas Bulan Samosir FE UI<br />49 Antonius Cahyadi FH UI<br />50 Lita Arijati FH UI<br />51 Ninie Soesanti Tedjowasono FIB UI<br /><br /> Proyek Penelitian yang Ditangani DRPM UI<br />Program penelitian yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah, seperti DIKTI dan Ristek, dan dikelola oleh DRPM UI umumnya penelitian berupa hibah. Keterlibatan dosen dan peneliti Universitas Indonesia dalam program penelitian ini dari tahun ke tahun semakin meningkat. <br /><br /> Hibah Kompetitif DIKTI<br />Riset kompetitif berskala nasional yang diikuti oleh dosen dan peneliti dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia telah diikuti secara rutin oleh dosen dan peneliti UI. Dalam hal itu, DRPM UI setiap tahun mengelola sejumlah hibah riset dari DIKTI, yaitu:<br /><br />Hibah Riset <br />1. Hibah Bersaing<br />2. Hibah Pascasarjana DIKTI<br />3. Hibah Pekerti<br />4. Hibah Penerapan IPTEK<br />5. Penelitian Fundamental<br />6. Riset Andalan Perguruan Tinggi (RAPID)<br /><br />Penelitian Dosen Muda dan Kajian Wanita<br />Untuk kegiatan penelitian ini, DRPM UI menjadi fasilitator dalam hal monitoring dan evaluasi pada tahap awal dan menerima laporan akhir penelitian dosen muda dan kajian wanita tersebut. Penelitian hibah ini hanya dalam topik-topik kajian wanita yang dapat diikuti oleh dosen dan peneliti Universitas Indonesia, sedangkan untuk Penelitian Dosen Muda, dosen dan peneliti Universitas Indonesia tidak diperkenankan ikut, karena penelitian hibah ini dimaksudkan untuk perguruan tinggi swasta dan negeri di wilayah Jabodetabek selain UI, Bandung, dan Lampung. <br /><br /> Riset Kolaboratif Multidisiplin<br />DRPM UI mengkoordinasi sejumlah pelaksanaan riset kolaborasi multidiplin, yaitu:<br />1. Riset Kolaborasi Multidisiplin Internasional TZU CHI, Taiwan dan UI. <br />Agreement of Implementation telah ditandatangani tanggal 5 Februari 2007 antara Prof. Hsu Mutsu dan Direktur DRPM UI. Penelitian yang berjudul “Improvingg and Maintaining The Water Quality of Kali Angke and Improve The Quality of Human Life From Kali Angke Citizens” ini menggunakan dana senilai Rp720 Juta. Para penelitinya berasal dari FK, FKG, FMIPA, FKM, FIK, FPSI, FISIP, FIB, dan FH Universitas Indonesia;<br /><br />2. Riset Kolaborasi Multidisiplin Internasional On Mobile, India dan UI. <br />Agreement of Implementation telah ditandatangani tanggal 17 April 2007 antara dan Direktur DRPM UI untuk senilai Rp 60.750.000,00. Riset ini dikerjakan secara bersama oleh para peneliti dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom).<br /><br /> Riset Insentif RISTEK 2007<br />Riset Insentif RISTEK 2007 diajukan untuk riset-riset yang berkaitan dengan Insentif Dasar Terapan, Kapasitas Industri, dan Peningkatan Kapasitas Industri. Program Insentif Ristek 2007 terdiri dari 11 Peneliti dari FMIPA, FIK, FT, FASILKOM, FKG, dan FK. Dana riset yang terserap untuk program ini adalah Rp 2,013 Miliar.<br /><br />Program Riset yang Dikelola Swasta<br />Tawaran pelaksanan riset tidak saja dari pemerintah, tetapi juga sektor swasta sangat berkepentingan dengan riset-riset yang berkaitan dengan produk yang mereka hasilkan. Untuk itu, sejumlah perusahaan swasta menawarkan riset untuk bidang-bidang sains dan teknologi. Berikut adalah usulan riset yang diakukan ke pihak swasta, yaitu:<br />1. Program Riset Indofood Nugraha 2007<br />Dua peneliti dari FMIPA dan FIK mengajukan program riset dengan total dana riset sebesar Rp 311 juta. Namun, kedua proposal itu tidak ada yang lolos seleksi.<br />2. Indonesia Toray Foundation 2007<br />Program ini diikuti oleh empat peneliti dari FT dan FKG. Total biaya riset yang diajukan adalah Rp193 juta. Hasilnya dari dua proposal yang diajukan terebut tidak lolos seleksi.<br />3. JSPS-DGHE Joint Research 2007<br />Program yang didanai Pemerintah Jepang dan Indonesia ini diperoleh Peneliti dari FKG. Besaran biaya risetnya tidak terlaporkan.<br /><br />Keterlibatan Dosen dan Mahasiswa dalam penelitian<br />Keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam penelitian sebanyak 722 dosen dan 2888 mahasiswa. Jika diprosentasekan dengan jumlah dosen tetap (1967 dosen), maka besarnya adalah 36,7 %, sedang jumlah mahasiswa yang terlibat jika diprosentasekan dengan jumlah mahasiswa terdaftar (39035) besarnya adalah 8 %.<br /><br /><br />Pengabdian dan Pelayanan Kepada Masyarakat<br /><br />Sesuai dengan visi dan misi Universitas Indonesia (UI) untuk menjadi universitas riset kelas dunia, maka UI harus terus meningkatkan kegiatan Pengabdian dan Pelayanan kepada masyarakatnya. UI sebagai sebuah perguruan tinggi yang menyandang nama bangsanya, dituntut untuk senantiasa dapat turut memikirkan dan membantu meningkatkan derajat kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya. Sejak mulai berdiri, UI telah menjalankan kegiatan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. Adanya berbagai perangkat keahlian dan bidang keilmuan yang dimiliki oleh UI sehingga diharapkan dapat berperan besar dalam melakukan berbagai kegiatan nyata sebagai pengamalan ilmu dan teknologi yang dimilikinya guna memenuhi kebutuhan masyarakat.<br />Melalui kegiatan Pengabdian dan Pelayanan kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh sivitas akademika UI, diharapkan dapat dirasakan oleh masyarakat sehingga derajat kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya dapat meningkat. Setiap kegiatan Pengabdian dan Pelayanan kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh sivitas akademika UI hendaklah memenuhi prosedur standar dengan menggunakan sarana dan prasarana yang memenuhi standar, mentaati landasan ideal Pengabdian dan Pelayanan kepada masyarakat, serta berdasarkan pada manajemen Pengabdian dan Pelayanan kepada masyarakat yang berkualitas dengan menjunjung tinggi profesionalisme, integritas, dan transparansi. Sivitas akademika UI yang melakukan Pengabdian dan Pelayanan menghargai keterlibatan semua pihak. <br />Oleh karena itu diperlukan adanya pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat, untuk dapat meningkatkan mutu kegiatan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. <br /><br /><br />Pengertian Umum Pengabdian dan Pelayanan masyarakat <br />Kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan yang mencakup upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia antara lain dalam hal perluasan wawasan, pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan yang dilakukan oleh Sivitas Akademika sebagai perwujudan dharma bakti serta wujud kepedulian untuk berperan aktif meningkatkan kesejahteraan dan memberdayakan masyarakat luas terlebih bagi masyarakat ekonomi lemah. <br />Kegiatan pelayanan kepada masyarakat merupakan kegiatan penerapan ilmu dalam rangka memenuhi tuntutan dinamika perkembangan dan kemajuan di berbagai aspek kehidupan masyarakat yang dilakukan oleh Sivitas Akademika dan ditujukan kepada kelompok masyarakat yang bergerak di sektor publik , bisnis atau usaha swasta. Kegiatan pelayanan kepada masyarakat untuk selanjutnya disebut layanan jasa profesional.<br /><br />Kebijakan Dasar Pengabdian Kepada Masyarakat<br /><br />Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan oleh Sivitas Akademika Universitas Indonesia. Kegiatan tersebut berpedoman pada Ketetapan MWA-UI Nomor: 004/SK/MWA-UI/2004 tentang Pengabdian dan Pelayanan kepada Masyarakat, yang memuat aspek: Kebijakan dasar, Arah dan Fokus pengabdian kepada masyarakat (tingkat PT, Fakultas dan Jurusan/Departemen), Sifat pengabdian kepada masyarakat, Bentuk kegiatan, Kedudukan organisasi, Sumber daya yang melibatkan dosen dan mahasiswa, dana dan fasilitas, rencana dan prosedur pengusulan dan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat secara kelembagaan. Sedangkan etika pengabdian kepada masyarakat, Tata cara pendanaan pengabdian kepada masyarakat, termasuk sumber dana, pengelolaan dana dan keberlanjutan pendanaan mengacu pada Ketetapan MWA-UI Nomor: 006/TAP/MWA-UI/2005 tentang Norma Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat. Untuk pokok-pokok pengawasan mutu kegiatan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat berpedoman pada peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia No. 001/Peraturan/MWA-UI/2006.<br /><br /> Jenis Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat<br />Pengabdian/Pelayanan kepada Masyarakat yang umumnya dilakukan di tingkat fakultas di lingkungan UI dapat dikategorikan pada beberapa jenis, yaitu: penyuluhan, pelayanan kesehatan, kegiatan sosial, pemeriksaan dan pengobatan, pelatihan, kursus, konsultasi, seminar, diskusi keilmuan, simposium, kuliah umum, penataran, pembinaan, penyebaran informasi, dan aplikasi/transfer teknologi. Jenis kegiatan tersebut diarahkan agar masyarakat semakin merasakan manfaatnya dari perkembangan keilmuan melalui riset. <br /><br />Kegiatan Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat<br />Berlandaskan pada Rencana Strategis 2004-2007, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI telah melaksanakan berbagai kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat melalui pusat pengabdian masyarakat yang ada di tingkat universitas dan fakultas di lingkungan Universitas Indonesia. DRPM UI sebagai administrator, koordinator, dan fasilitator kegiatan pengabdian masyarakat di UI berusaha semaksimal mungkin meningkatkan, baik secara kuantitas dan kualitas, kegiatan pengabdian masyarakat di UI. Berbagai kemungkinan kerja sama dengan fihak luar dijajagi di samping pengoptimalan sumber dana dan manusia dari UI sendiri. <br /><br /> Keterlibatan Dosen dan Mahasiswa<br />Sampai saat ini, jumlah dosen UI yang aktif melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berjumlah 951 orang (48,35% dari jumlah dosen tetap yang aktif). Mahasiswa UI keseluruhan berjumlah 39.035 orang, sedangkan yang ikut aktif dalam kegiatan tersebut berjumlah 2.282 orang (5.85%). Secara kuantitatif, keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen masih harus ditingkatkan, sehingga transfer ilmu pengetahuan tidak saja melalui perkuliahan tetapi juga melalui kegiatan luar kampus (lapangan). <br /> <br />Jenis dan Jumlah Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (penerapan hasil penelitian sendiri atau penerapan konsep)<br /><br />Kajian terhadap jumlah kegiatan pengabdian masyarakat di lingkungan UI tahun 2007 menunjukkan peningkatan yang berarti dibanding tahun sebelumnya. Kegiatan yang dibiayai oleh UI pada tahun 2007 juga mengalami peningkatan yang sangat berarti dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk kegiatan yang dibiayai oleh pihak luar mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, seperti terlihat pada tabel berikut :<br /><br />Tahun Dibiayai oleh<br />UI Dibiayai pihak<br />Luar UI<br />2006 45 627<br />2007 260 745<br /><br />Peningkatan kegiatan pada tahun 2007 tersebut seharusnya lebih berarti, karena kegiatan yang dilakukan pada tahun itu belum sepenuhnya dilaporkan dari beberapa unit kerja di lingkungan UI. Dari data tahun 2007 dapat disimpulkan bahwa dari 1.005 kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan oleh Sivitas Akademika UI, sebagian besar kegiatan dibiayai oleh pihak luar, yaitu berjumlah 745 jenis kegiatan (atau 74,13 %) sedangkan kegiatan yang dibiayai oleh pihak universitas, yaitu berjumlah 260 kegiatan (atau 25,87 %).<br /><br />Dampak Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat, Program Pemerintah dan atau Dunia Usaha<br />Seluruh kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja di UI, baik di tataran lokal, nasional, maupun internasional, telah menunjukkan dampak positif, baik untuk masyarakat maupun bagi Universitas Indonesia sendiri. Kegiatan tersebut umumnya dilaksanakan di fakultas di lingkungan UI. Berikut adalah beberapa kegiatan dan dampaknya dari Pengabdian kepada Masyarakat yang diselengarakan oleh fakultas-fakultas tersebut.<br /><br /><br /><br />Fakultas Kedokteran <br /> Kegiatan yang telah dilakukan oleh FKUI adalah Kursus Penyegar Ilmu Kedokteran yang memberikan manfaat pengetahuan kedokteran terbaru agar dapat memberikan pelayanan medik terbaik. Di samping itu, dilakukan pengobatan massal yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Demikian juga berbagai kegiatan penyuluhan untuk masyarakat, antara lain penyuluhan gizi, penyuluhan mengenai berbagai penyakit, sehingga masyarakat dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan. <br /><br />Fakultas Kedokteran Gigi<br /> Pelatihan dan berbagai seminar kedokteran gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh FKGUI telah memberikan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran gigi. Bakti sosial berupa pelayanan kesehatan dan perawatan gigi telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat.<br /><br />Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam<br /> Berbagai temu ilmiah yang diselenggarakan FMIPA UI, memberikan konstribusi sangat besar dalam melakukan transfer IPTEK di kalangan pemerintah, industri dan masyarakat. Kegiatan tersebut di antaranya Seminar Nasional Obat Herbal, Bioteknologi, Farmasetika, dan Mikrobiologi yang diselenggarakan Departemen Farmasi; seminar tentang biofisika oleh Departemen Fisika. Departemen Geografi MIPA telah memberikan kesadaran kepada pemerintah daerah dan masyarakat luas mengenai pentingnya perencanaan dan pengendalian tata ruang kota.<br /><br />Fakultas Teknik<br /> Berbagai pelatihan yang diselenggarakan FTUI, antara lain pelatihan dan lokakarya produk handal, pelatihan teknologi informasi, pelatihan maintenance, telah memberikan peningkatan pemahaman, ketrampilan dan manfaat bagi pengguna.<br /><br />Fakultas Hukum<br /> Bantuan dan konsultasi hukum yang diselenggarakan oleh FHUI, sangat bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkannya, di samping berbagai seminar dan pelatihan hukum dan HAM telah memberi tambahan pemahaman hukum bagi masyarakat.<br /><br />Fakultas Ekonomi<br /> Pelatihan konsultasi akuntansi, dan pelatihan bisnis untuk para pengusaha besar dan kecil yang dilaksanakan oleh FEUI telah memberikan sumbangan besar bagi pembangunan ekonomi dan pemberdayaan SDM di bidang ketenagakerjaan dan kegiatan perekonomian kecil, menengah, dan besar.<br /><br />Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya<br /> Kegiatan diskusi, seminar, pelatihan dan layanan bahasa yang telah dilakukan FIBUI memberikan manfaat dalam meningkatkan informasi teknik berkomunikasi, penguasaan bahasa, penulisan ilmiah dan non-ilmiah.<br /><br /><br /><br />Fakultas Psikologi<br /> Berbagai kegiatan yang dilakukan FPSi UI, seperti pelayanan psikologi, pelatihan, dan pendampingan untuk korban bencana, konflik, dan kekerasan memberikan manfaat dalam meningkatan pengetahuan dan keterampilan serta kualitas hidup para korban bencana, konflik, dan kekerasan.<br /><br />Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik<br /> Berbagai kegiatan seperti pelatihan, lokakarya, kuliah umum, diskusi publik, dll. yang telah telah dilakukan FISIP UI membuka wacana baru bagi masyarakat, serta meningkatkan pemahaman dan wawasan mengenai isu sosial dan politik terkini didalam masyarakat.<br /><br />Fakultas Kesehatan Masyarakat<br /> FKM UI telah melaksanakan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat seperti peningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat serta peningkatkan manajemen SDM rumah sakit.<br /><br />Fakultas Ilmu Komputer<br /> Fasilkom UI telah melaksanakan berbagai pelayanan, pelatihan, konsultasi, serta pengembangan ICT yang memberikan manfaat dalam meningkatan kinerja melalui pemanfaatan ICT, serta dapat mempermudah kehidupan manusia sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih efisien, cepat dan tepat.<br /><br />Fakultas Ilmu Keperawatan<br /> FIK UI telah melaksanakan berbagai penyuluhan, pelatihan, seminar yang bersifat nasional dan internasional serta Pekan Imunisasi Nasional yang dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan/keperawatan, meningkatkan pengembangan ilmu keperawatan serta meningkatkan taraf hidup dan kesehatan masyarakat.<br /><br />Program Pascasarjana<br /> Program Pascasarjana UI telah melakukan berbagai kegiatan yang telah menginformasikan pada masyarakat hasil-hasil penelitian terkini melalui peluncuran jurnal, meningkatkan pengetahuan mengenai topik-topik penting melalui kuliah umum, serta workshop yang membahas mengenai isu dan permasalahan yang sedang berkembang dan menghasilkan rumusan yang kemudian disampaikan kepada institusi/lembaga terkait.<br /><br />Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh DRPM<br /><br />Research Day's UI (Gelar Ilmu UI 2007)<br />Kegiatan ini dilakukan atas kerjas ama DRPM UI dan Mahalum UI sebagai rangkaian kegiatan Dies Natalis Universitas Indonesia (UI) yang ke-57 dengan menggelar acara Gelar Ilmu dan Inovasi UI 2007 dalam tema ”Ilmu dan Inovasi Untuk Kesejahteraan” pada tanggal 6-8 Agustus 2007 bertempat di Balairung Kampus UI Depok.<br /> Dalam kegiatan ini, seluruh fakultas dan Program Pascasarjana di lingkungan UI menampilkan berbagai Karya Ilmiah dan Inovasi dosen dan mahasiswa, seperti temuan inovasi dalam berbagai wujud produk barang dan jasa ilmiah, publikasi buku, jurnal, kegiatan pusat riset, laboratorium serta produk unggulan atau inovatif lainnya. Selain itu ditampilkan pula profil para Guru Besar UI dengan karya kepakarannya, serta profil dosen dan mahasiswa yang berprestasi. Melengkapi pameran ini, UI menampilkan juga capaian-capaian penting yang telah dan akan dilakukan dalam rangka pengembangan UI sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi terbesar dan terbaik di Indonesia.<br /><br />Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Presiden RI pada Senin, 6 Agustus 2007 pada pukul 09.00 WIB sekaligus mencanangkan UI sebagai Science Park, yang menandai langkah awal UI menjadi universitas riset. Berbagai acara yang bersifat ilmiah digelar di Balairung UI, antara lain dialog-dialog keilmuan yang mengangkat sejumlah topik yang dibahas bersama dengan narasumber para pakar dari lingkungan UI. <br /><br />Selain acara-acara tersebut, diadakan pula kegiatan pergelaran seni dan budaya oleh “Professor Band” dan pakeliran Wayang Kulit oleh Ki Darmoko dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Kunjungan ke Laboratorium dan Tur Kampus UI.<br /><br />Kegiatan seminar, pelatihan, dan diskusi yang diselenggarakan oleh DRPM UI antara lain Seminar Infrastruktur sebagai tindak lanjut dari kerja sama tiga perguruan tinggi negeri (UI-UGM-ITB) dalam bidang infrastruktur. Seminar yang diselenggarakan oleh DRPM UI pada tanggal 24—25 Oktober 2007 di Wisma Makara ini merupakan seminar kedua yang sebelumnya dilakukan di Yogyakarta (UGM) pada tahun 2006. Dalam seminar ini tampil DR (HC) Sutiyoso sebagai pembicara kunci. Hasil dari pertemuan tiga perguruan tinggi in adalah ditandatanganinya Nota Kesepahaman UI-UGM-ITB dalam hal riset dan pembelajaran infrastuktur. <br /><br />Seminar hasil penelitian para dosen dan peneliti Universitas Indonesia diselenggarakan dalam Gelar Ilmu dan Inovasi UI 2007 di Balairung UI. Seminar ini merupakan presentasi hasil riset RUUI tahun 2006 yang sudah selesai. Ke depan program presentasi hasil riset dapat diintgegrasikan dengan kegiatan UI sehingga kegiatan tersebut dapat disaksikan oleh kalangan lebih luas, bahkan masyarakat industri.<br /><br />Diskusi ilmiah yang diselenggarakan DRPM UI pada tahun 2008 adalah Diskusi Ilmiah Biomedik yang menampilkan tiga pakar biomedik dari Massachussets Institute of Technology (MIT), yaitu Dr. Chang, Dr. Sotirios dan Dirk Steuerwald. <br /><br />Seminar Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan sosialisasi INHERENT dan SIRIP merupakan serangkaian kegiatan yang ditujukan bagi seluruh Dosen dan Peneliti di lingkungan UI. Dari kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan pegangan ketika melakukan riset agar riset berjalan sistematis serta dihasilkan output maksimal tanpa harus ada pihak yang rugi ataupun dirugikan.<br />Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian yang dikoordinasi oleh DRPM dilaksanakan disetiap fakultas di lingkungan UI yang bertujuan untuk 1) meningkatkan kemampuan dan pengalaman staf akademik dalam penulisan proposal, 2) meningkatkan budaya riset dan budaya bersaing dalam kegiatan penelitian ilmiah. Kegiatan ini yang sedianya dilaksanakan di seluruh fakultas, tetapi fakultas yang baru melaksanakan kegiata tersebut adalah dari FKG, FMIPA, FIB, FISIP, FKM, Fasilkom, FIK dan PPs. Pada fakultas (FK, FT, FH, FE, dan Fpsi) yang belum melaksanakan kegiatan tsb. diharapkan dapat melaksanakannya di awal tahun 2008. <br />Pelatihan Manajemen Pusat Riset dan Pengabdian Masyarakat (RPM) UI 2007. Dalam rangka menata dan membantu pengelola Pusat Riset yang ada di Universitas Indonesia, dan untuk meningkatkan mutu kinerja Pusat Riset, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Universitas Indonesia mengadakan Pelatihan Manajemen Pusat riset. Dengan Pelatihan tersebut diharapkan pengelola Pusat Riset dapat menata dan meningkatkan mutu Pusat Riset menurut kebijakan Universitas Indonesia.<br />Pelatihan Manajemen Pusat RPM bertujuan untuk:<br />- Menata dan mengelola Pusat Riset dengan sebaik-baiknya<br />- Menerapkan manajemen riset, mewujudkan pranata dan wadah kelembagaan untuk meningkatkan mutu dan kinerja riset<br />- Mewujudkan Pusat Riset unggulan pada tingkat Fakultas dan Universitas<br />- Mengembangkan potensi sivitas akademika<br />- Membentuk manusia yang memiliki budaya meneliti dan mengabdi pada masyarakat<br />- Mewujudkan Universitas Riset, sebagai pusat unggulan dalam bidang Kesehatan, Sains-Teknologi dan Sosial-Humaniora. <br /><br /><br /> Sumber Dana Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat<br />Besarnya dana setiap kegiatan sangat bervariasi dan jumlah totalnya meningkat setiap tahun. Pendanan kegiatan berasal dari Perguruan Tinggi (PT), luar PT atau dari luar negeri. <br /><br />Tahun Biaya dari<br />UI (dalam rupiah) Biaya dari<br />Luar UI<br />2007 1.567.210.000,00 26.126.248.000,00<br /><br />Dari tabel di tersebut, dapat dikaji bahwa dari keseluruhan dana, sebesar Rp 27.693.458.000,00 untuk melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, yang dikeluarkan oleh pihak luar universitas (94,34 %) sangatlah besar bila dibanding dengan kontribusi dana yang berasal dari UI (5,66 %). Hal itu menunjukkan bahwa pihak luar UI (pemerintah, dunia usaha/industri dan masyarakat) menaruh perhatian dan memberikan dukungan sangat besar terhadap kegiatan pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan sivitas akademika UI sebagai salah satu unsur dari Tridharma Perguruan Tinggi, dimana sebagai timbal baliknya terhadap mereka adalah memberikan pengabdian/pelayanan berupa hasil pemikiran/karya PT yang dampaknya dapat dirasakan secara positif.<br /> UI dalam hal ini telah berhasil melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan mengajak unsur luar perguruan tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam seluruh kegiatannya, dan telah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat berupa konsultasi, penyuluhan, penyebaran informasi, advokasi/bantuan hukum, aplikasi teknologi, transfer teknologi, seminar, pelatihan, lokakarya, semiloka, dan workshop. <br /><br />Monitoring dan Evaluasi<br />Kegiatan pengabdian masyarakat melalui pusat pengabdian masyarakat di tingkat universitas atau fakultas senantiasa dievaluasi dan dimonitoring pada tataran manajemen, kualitas dan efektivitas pengabdian masyarakat oleh Pimpinan Universitas atau Fakultas melalui fungsi akademik dari badan penjaminan mutu serta badan audit. Pimpinan Universitas atau Fakultas melakukan upaya pengembangan evaluasi dan monitoring kegiatan dan manajemen pengabdian masyarakat dalam rangka menciptakan suatu sistem yang bermutu, mantap, berkelanjutan, dan berhasil guna. <br /><br />Kesesuaian Hasil Kegiatan Pengabdian dan Pelayanan kepada Masyarakat dengan yang diharapkan<br />Kegiatan pengabdian dan pelayanan kepada Masyarakat yang merupakan wujud kontribusi Universitas Indonesia kepada masyarakat, berupa kepedulian dan bakti sosial, konsultasi, pelatihan, lokakarya, seminar, penelitian terapan, dan/atau penyelenggaraan kursus yang dilengkapi analisis telah dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaannya mengacu pada pedoman pengelolaan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. Demikian juga, hasil kegiatan yang didapat menunjukan kesesuaian dengan target yang diharapkan untuk masing-masing kegiatan.<br /><br /> Pemicu Dosen dalam Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat<br />Di samping berbagai hibah/sumber dana penelitian dan pengabdian masyarakat yang ditawarkan dari pihak luar seperti dari Dikti, Ristek, Balitbang, dan instansi lainnya Univeritas Indonesia terus memacu dosen UI untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Setiap tahunnya UI memberikan dana penelitian yang bersifat kompetitif berupa dana Riset Unggulan Universitas Indonesia (RUUI) untuk memicu dan memberi kesempatan lebih banyak para peneliti UI untuk mendapatkan dana secara kompetitif. Di samping itu, UI menyelenggarakan berbagai kegiatan konsultasi, pelatihan seperti: pelatihan penulisan proposal bersifat kompetitif, penulisan artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah internasional/jurnal ilmiah nasional terakreditasi, ikut dalam pelatihan penulisan karya ilmiah hasil penelitian berbasis riset/paten/hak cipta, yang kesemuanya untuk memicu dan mendorong peneliti/dosen UI untuk terus meneliti, melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang hasilnya dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah atau dipatenkan/hak cipta. <br /><br /><br />Hak Kekayaan Intelektual<br />Pemeroleh HaKI untuk tahun 2005 tidak ada sedangkan pada tahun 2006 jumlah Paten/Hak Cipta sebanyak 10 buah. Jumlah penerima Paten/Hak Cipta: 4 orang yaitu dari FIK, FT, FKG, dan FASILKOM. Untuk tahun 2007 tercatat satu Paten (FT) dan delapan Hak Cipta (Fasilkom). Diperkirakan masih ada beberapa paten, copyright, dan award yang belum dilaporkan dari berbagai fakultas.<br /><br />Upaya pengorganisasian, komersialisasi HaKI dan upaya sinergi telah dilakukan di Klinik HaKI Fakultas Hukum UI. Kendalanya adalah biaya pengurusan yang diajukan harus ditanggung oleh periset, sehingga Hak Kekayaan Intelektual berada di tangan Periset bukan atas nama UI. Pada tahun 2007 upaya tersebut diangkat dalam tataran yang lebih tinggi di universitas, yaitu di DRPM UI.<br /><br />Karya yang Diciptakan dalam Tiga Tahun Terakhir<br />Pendataan mengenai karya yang diciptakan dalam tiga tahun terakhir ada 23 karya cipta yang telah diakui secara nasional. Temuan antara lain Aspal, Desalinasi Air Laut, Listrik Murah, Sampah, Herbal (Obat Kanker), Food Product, Inkubator Bayi, Alat Diagnostik, Pasta Gigi. <br /><br />Buku yang Diterbitkan UI<br />Sebanyak 264 dosen UI yang terdata di DRPM, telah menerbitkan 346 buah buku dalam tiga tahun terakhir. Jika dibandingkan dengan jumlah dosen UI (1967 orang), maka baru 13.4 % dosen yang menulis buku. <br /><br />Di beberapa fakultas dukungan untuk menulis buku telah diprogramkan dan disediakan dana penulisan buku yang dianggarkan pada RKAT fakultas, pemberian dana khusus, melalui skema sabatikal, atau memasukkan beban penulisan dalam remunerasi. Peningkatan penerbitan buku pada tahun 2006 cukup signifikan. Untuk lebih meningkatkan dan mendorong semangat para dosen dalam menulis buku, UI pada tahun anggaran 2007 telah menyiapkan dana sebesar Rp10—20 juta/buku.<br /><br />Penerbitan Buku, Brosur, Katalog oleh DRPM<br />Sejumlah kegiatan DRPM UI telah diterbitkan dalam bentuk buku atau brosur untuk disebarluaskan ke berbagai pihak. Buku dan brosur tersebut adalah sebagai berikut.<br /><br />No Judul Terbitan (Tahun) Jenis Terbitan<br />1 Penghargaan Universitas Indonesia, 2007<br />Penghargaan UI, 2008 Brosur<br />Brosur<br />2 Kajian Aspek Kemasyarakatan di <br />Dalam Pengembangan Infrastruktur Indonesia, 2007 Buku (prosiding Seminar Infrastruktur UI-UGM-ITB)<br />3 UI Science Park, 2007 Brosur<br />4 Panduan Peneliti (SIRIP) Brosur<br />5 Ilmu dan Inovasi untuk Kesejahteraan Masyarakat Katalog Gelar Ilmu dan Inovasi UI, 2007<br />6 Pemetaan Kepakaran UI Bidang Ilmu Humaniora dan Ekonomi Buku (Unit DRPM)<br />7 Profil Laboratorium di UI Buku (Unit DRPM)<br />8 Pemetaan dan Standarisasi Pengelolaan Laboratorium dalam Rangka Pengintegrasian Pemanfaatan Laboratorium di UI Buku Panduan (Unit DRPM)<br /><br /><br />Penerbitan Hasil-hasil Penelitian<br />Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti Universitas Indonesia dan menghasilkan temuan-temuan telah dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah di tataran lokal, regional, dan internasional, juga dalam bentuk penerbitan buku. Untuk artikel-artikel yang diterbitkan di jurnal internasional, DRPM UI memberikan penghargaan berupa dana insentif kepada penulis artikel, penulis buku, peneliti terbaik, dan pemeroleh paten. Penghargaan itu diserahkan kepada penulis pada saat Dies Natalis Universitas Indonesia. <br /><br />Jurnal Ilmiah Makara<br />Kegiatan penerbitan dan publikasi dilakukan dalam tiga aktivitas yaitu 1) Penerbitan Jurnal Makara UI; 2) Pendataan Penilai dan Penulis Artikel di Jurnal Makara; dan 3) Pengembangan Website DRPM UI dan Website Jurnal Makara<br /><br />Jurnal Makara yang sudah terakreditasi sangat membantu publikasi berbagai penelitian yang dilakukan oleh dosen dan peneliti UI, termasuk peneliti dari instansi lain. Dalam rangka membangun atmosfer riset yang kondusif, Direktorat Riset dan Pengabdian pada Masyarakat UI perlu melakukan upaya untuk meningkatkan nilai akreditasi jurnal agar makin banyak dosen dan peneliti UI yang berminat memublikasikan penelitiannya di Jurnal Makara. Sehubungan dengan pemikiran itu, DRPM UI melakukan beberapa upaya yaitu: <br />• Menyempurnakan petunjuk pengajuan dan penulisan naskah,<br />• Membuat pangkalan data (database) naskah yang masuk, artikel dan penulis yang lolos seleksi, dan penilai (reviewer).<br />• Membuat SOP mulai dari penerimaan naskah hingga penerbitan,<br />• Melibatkan pakar nasional sebagai mitra bestari (peer group),<br />• Membuat lembar penilaian baku untuk mitra bestari,<br /><br />Jurnal Makara terbit dalam empat seri, yaitu Seri Kesehatan, Seri Sosial Humaniora, Seri Sains, dan Seri Tekhnologi. Setiap terbitan dikirim ke berbagai tujuan intern UI dan ekstern, di samping untuk para penulis yang artikelnya dimuat. <br /><br />Pengiriman artikel ke Jurnal Makara dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dikirim sendiri ke DRPM UI, menggunakan fasilitas e-journal Makara secara on-line melaui SIRIP (Sistem Informasi Riset dan Pengabdian Masyarakat) dengan alamat www.sirip.ui.edu <br /><br />Semua artikel yang masuk ke meja redaksi diseleksi oleh para mitra bestari. Rata-rata sekitar 37% dari artikel yang masuk terpaksa ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan para peer reviewer. <br /><br />Penerbitan Makara edisi tahun 2005, 2006 dan 2007 untuk semua seri telah dilaksanakan sehingga kondisi saat ini tidak ada lagi terbitan jurnal Makara yang terutang. <br /><br />Untuk meningkatkan kualitas dan kesinambungan penerbitan, DRPM UI telah melakukan reorganisasi Dewan Editor untuk semua seri. Komposisi Ketua Dewan Editor dan Dewan Editor semua seri adalah sebagai berikut. <br /><br />Jurnal Makara Seri Sains <br />Ketua Dewan Editor: Dr. Jarnuzi Gunlazuardi<br />Dewan Editor :<br />1. Prof. Dr. Barmawi (ITB)<br />2. Prof. Dr. Benyamin Kusumoputro (UI)<br />3. Prof. Dr. Soleh Kosela (UI)<br />4. Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo (UI)<br />5. Prof. Dr. Soetikno (UGM)<br />6. Prof. Dr. Teruna Jaya Siahaan (Univ. of Kansas)<br />7. Dr. Cynthia Linaya Radiman (ITB)<br />8. Dr. Arif Budi Witarto (LIPI)<br />9. Dr. Eko Kusratmoko, M.Sc. (UI)<br />10.Dr. Rer. Nat. Anya Meriandani (IPB)<br />11.Dr. Pramudita Anggraita (BATAN)<br /><br />Jurnal Makara Seri Teknologi <br />Ketua Dewan Editor: Dr. Ing. Misri Gozan <br />Dewan Editor :<br />1. Prof. Dr. Ir. Heri Susanto (ITB)<br />2. Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya, APU (LIPI)<br />3. Prof. Dr. Ir. Raldi Artono Koestoer (UI)<br />4. Ir. Kemas Ridwan, Ph.D. (UI)<br />5. Dr. Ing. Ir. Kalamullah Ramli (UI)<br />6. Dr. Ir. Haryodwito Armono (ITS)<br />7. Dr. Ir. Mukhtasor (ITS)<br />8. Dr. Ir. Muhammad Waziz Wildan, M.Sc. (UGM)<br />9. Prof Seung Koo Song (Pusan, Korea)<br /><br /><br />Jurnal Makara Seri Kesehatan <br />Ketua Dewan Editor: Dr. dr. Sudijanto Kamso, SKM<br />Dewan Editor :<br />1. Prof. Dr. Charles Suryadi, P.D. (Unika Atmajaya)<br />2. Prof. Dra. Elly Nurachmah, DNSc., RN (UI)<br />3. Dr. dr. Ratna Djuwita, MPH (UI)<br />4. Dr. dr. Purwantyastuti, M.Sc., Sp.FK (K) (UI)<br />5. Dr. drg. Harun Gunawan (UI)<br />6. dr. Suwarta Kosen, MPH, Ph.D. (Depkes RI)<br />7. Ir. Ahmad Syafiq, MSc., Ph.D. (UI)<br />8. Prof. Dr. dr. Thaufiq Boesoirie, MS., Sp.THT-KL(K) (Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran)<br /><br />Jurnal Makara Seri Sosial Humaniora <br />Ketua Dewan Editor: Dr. Ali Nina Liche Seniati<br />Dewan Editor :<br />1. Prof. Dr. Adrianus Meliala, Msi, MSc (UI)<br />2. Prof. Dr. Andreas Budiarjo (Prasetya Mulya)<br />3. Prof. Dr. H. T. Fatimah Jajasudarma (Unpad)<br />4. Prof. Hikmahanto Juwana, SH, LLM, Ph.D. (UI)<br />5. Prof. Sri Hartati Suradijono, MA, Ph.D. (UI)<br />6. Andre Ata Ujan, Ph.D. (Unika Atmajaya)<br />7. Dr. Avanti Fontana, SE (UI)<br />8. Daniel Sparingga, Ph.D. (Unair)<br /><br />Jurnal Ilmiah Makara oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional dinilai mengalami peningkatan kualitas. Hasilnya adalah sebagai berikut: <br /><br />• Jurnal Makara Seri Sains dari terakreditasi C menjadi B,<br />• Jurnal Makara Seri Teknologi dari terakreditasi C menjadi B,<br />• Jurnal Makara Seri Sosial Humaniora dari terakreditasi C menjadi B, serta<br />• Jurnal Makara Seri Kesehatan dari tak terakreditasi menjadi terakreditasi B.<br /><br />Daftar Artikel Setiap Seri<br />Daftar artikel dosen dan peneliti UI yang lulus seleksi serta dipublikasikan di Jurnal Makara dapat dilihat di lampiran. Di samping itu, publikasi hasil penelitian para dosen dan peneliti Universitas Indonesia, dalam jangka waktu tiga tahun terakhir, mencapai 1040, di mana sebanyak 236 dipublikasikan dalam tingkat internasional, sehingga jika dipersentasekan mencapai 22,7 %. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam tingkat nasional sebanyak 622 (59.8%). Sedang hasil penelitian yang dipublikasikan dalam prosiding seminar/pertemuan tingkat internasional sebanyak 218 (21 %) dan yang dipublikasikan pada tingkat nasional sebanyak 624 (60 %)<br /><br />Pendataan Penilai (reviewer) dan Penulis artikel di Jurnal Makara merupakan program pembangunan pangkalan data (database) yang menjadi standar dalam pengelolaan jurnal ilmiah. Ketersediaan pangkalan data ini merupakan proses pendokumentasian dan riwayat alur penilaian terhadap artikel-artikel yang masuk. Dengan demikian, proses penjaminan mutu artikel yang dimuat dalam jurnal pun dapat terjaga dan objektivitas penilaian tergambar dengan jelas. Instrumen penilaian yang standar telah dimiliki oleh Jurnal Makara.<br /><br /><br />Penghargaan Karya Inovatif dan Hasil-hasil Penelitian<br />Setiap tahun Universitas Indonesia, dalam rangka Dies Natalis, memberikan penghargaan kepada para dosen dan peneliti Universitas Indonesia untuk kategori penulis artikel di jurnal internasional dan pemeroleh paten/hak cipta atas temuan-temuan dalam bidang kesehatan, sains dan teknologi, dan sosial humaniora. Penghargaan itu diberikan sebagai salah satu upaya apresiasi dan meningkatkan kegiatan riset serta publikasi ilmiah. <br /> Proses seleksi terhadap artikel-artikel di jurnal internasional dilandaskan pada sejumlah kriteria yang ditetapkan oleh DRPM UI, yaitu 1) jurnal tercatat dalam database Jurnal ilmiah Internasional; 2) Afiliasi UI oleh Penulis; 3) Citation Index dengan menggunakan Software “Harzing’s Publish Public Perish”; dan 4) Impact Factors. Dengan kriteria tersebut diperoleh 3 (tiga) kategori, yaitu:<br /><br />Kategori I dengan insentif Rp7,5 juta per artikel. Artikel yang masuk kategori ini adalah artikel dengan citation index dan impact factors.<br /><br />Kategori II dengan insentif Rp5 juta per artikel. Artikel yang masuk kategori ini adalah artikel yang jurnalnya terdaftar dalam database jurnal internasional. <br /><br />Kategori III dengan insentif Rp2,5 juta per artikel untuk jurnal internasional berskala regional dan belum tercatat dalam database jurnal internasional.<br /><br />Pemberian penghargaan untuk karya ilmiah para dosen dan peneliti UI ini menjadi bahan publikasi yang bermanfaat untuk menaikkan peringkat universitas, selain sebagai bukti bergiatnya para dosen melakukan riset-riset yang bermanfaat dalam proses belajar-mengajar di masing-masing fakultas. Pendidikan berbasis riset adalah salah satu tujuan yang sudah ditetapkan dalam Renstra Universitas Indonesia 2007—2012, <br /><br />TAHUN 2007<br />Penghargaan yang diberikan kepada dosen dan peneliti untuk tahun 2007 yang diserahkan pada Dies Natalis ke-57 Universitas Indonesia (2 Februari 2008) selain penulis artikel di jurnal internasional, juga diberikan penghargaan untuk penulis buku teks, pemeroleh paten/hak cipta, dan peneliti muda terbaik, serta peneliti terbaik. <br /><br /><br />Penulis Artikel di Jurnal Internasional<br />Seleksi terhadap usulan yang masuk dari setiap fakultas dilakukan oleh tim seleksi yang ditunjuk oleh Direktur DRPM UI. Hasil seleksi untuk penulis artikel di jurnal internasional kategori I terdiri dari dosen FMIPA (5 orang), FK (1 orang), sedangkan artikel yang masuk kategori ini berjumlah sembilan artikel. Kategori II dari FMIPA (1 orang) dan dari FIK (1 orang), jumlah artikel pada kategori ini adalah tiga artikel. Kategori III berjumlah 30 artikel yang ditulis oleh dosen FK (8 orang), FKG (2 orang), FIK (tidak ada), FKM (2 orang), FT (2 orang), FMIPA (3 orang), FASILKOM (2 orang), FE (2 orang), FH (tidak ada), FIB (3 orang), FISIP (tidak ada), dan FPSI (1 orang).<br /> Untuk tahun 2007 ini, jumlah artikel yang diseleksi sebanyak 90 buah, sedangkan jumlah artikel yang lolos seleksi adalah 72 buah yang tersebar dalam ketiga kategori (I: 15; II: 23; dan III: 46).<br /><br /><br />Peneliti Muda Terbaik dan Peneliti Terbaik <br />Penghargaan untuk Peneliti Muda Terbaik diraih oleh Muhammad Rahmat Widyanto dari Fakultas Ilmu Komputer yang menduduki peringkat pertama untuk rumpun ilmu Sains Teknologi, peringkat kedua tidak ada, dan peringkat ketiga diperoleh oleh Sylvia Veronica N.P.S. dari Fakultas Ekonomi untuk rumpun ilmu Sosial Humaniora. <br /><br />Penghargaan untuk Peneliti Terbaik untuk peringkat pertama dalam bidang rumpun ilmu sains teknologi diraih oleh Heru Suhartanto dari Fakultas Ilmu Komputer, peringkat kedua oleh Rosari Saleh dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, peringkat ketiga diraih oleh Ivandini Tribidasarai Angganingrum dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Peneliti terbaik untuk rumpun sosial humaniora dan ilmu kesehatan untuk tahun 2007 tidak ada.<br /><br />Penulis Buku Teks<br />Penghargaan untuk Penulis Buku Teks diraih oleh dosen dari FISIP (1 orang), FT (2 orang), FH (1 orang), FIB (3 orang), FMIPA (1 orang), dan FE (1 orang). Jumlah buku teks yang mendapat penghargaan 11 buku. <br /><br />Paten/Hak Cipta<br />Penghargaan untuk pemeroleh paten/hak cipta untuk tahun 2007 diraih oleh M. Nasikin dari Fakultas Teknik untuk satu paten, dan Heru Suhartanto dari Fakultas Ilmu Komputer untuk delapan hak cipta.<br /><br />Pemanfaatan Potensi Kerja Sama<br />DRPM UI dalam kurun waktu 2005—2007 telah menjalin kerja sama dengan pihak luar Universitas Indonesia, terutama dalam bidang pelaksanaan riset. Kerja sama yang telah berhasil digalang adalah dengan On-Mobile, Huawei, dan Tzu Chi University. Kerja sama antarperguruan tinggi juga dilakukan antara UI-UGM-ITB dalam bidang studi infrastruktur, baik dalam hal riset maupun pendidikan tentang infrastruktur di Indonesia. Program kerja sama itu, secara internal dikerjakan secara bersinergi antara DRPM dengan Direktorat Kerja Sama dan Inkubator Bisnis UI. Kerja sama dalam hal pengelolaan riset DRPM UI bertindak sebagai fasilitator kegiatan riset-riset yang diselenggarakan oleh Dikti dalam bentuk hibah riset dan penulisan buku teks. <br /><br /><br />Situs Resmi DRPM dan Situs Jurnal Ilmiah Makara<br />Untuk penyebarluasan informasi dan kegiatan riset dan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Universitas Indonesia kepada masyarakat umum dan kalangan akademisi di seluruh dunia, DRPM UI telah membangun situs resmi DRPM UI. Sebelum pada tampilan terakhir, pembangunan situs resmi DRPM UI telah dilakukan sejak tahun 2004 dengan alamat situs www.research.ui.org kemudian pada tahun 2005 alamatnya berubah menjadi www.research.ui.ac.id dan setelah adanya penataan sistem IT oleh Direktorat PPSI UI, maka semua situs di lingkungan UI menggunakan alamat baru, sehingga untuk situs DRPM UI pun mengalami perubahan sejak tahun 2006, yaitu www.research.ui.edu. Situs ini senantiasa disempurnakan isi dan tampilannya. <br />Melalui situs ini diharapkan tergambar program riset, dinamika riset dan pengabdian masyarakat yang telah, sedang, dan akan dikerjakan. Menu tampilan yang tersedia dalam situs ini meliputi informasi mengenai pusat riset di lingkungan UI; Jurnal Makara; Penghargaan, Paten/Hak Cipta (Proses, Hasil Temuan, dan Profil Hasil Temuan), Panduan Program Riset, Kebijakan Riset UI, dan Berita Kegiatan. <br />Sarana berkomunikasi dan berbagi informasi mengenai riset dan kegiatan lainnya melalui dunia maya telah difasilitasi DRPM UI melalui mailing list (milis) yang memanfaat jaringan www.yahoo.com dengan alamat penelitian@yahoogroups.com <br /><br />Pada tahun 2007 ini sedang dibangun situs khusus untuk Jurnal Makara yang memuat pilihan artikel dari setiap seri yang dapat diunduh secara terbatas. Pengunduhan dalam versi lengkap akan dikenakan biaya, sebagaimana lazimnya diberlakukan pada situs jurnal internasional. Dalam waktu dua bulan diharapkan situs Jurnal Makara sudah selesai dan dapat dipublikasi. <br /><br />Sistem Informasi Riset dan Pengabdian Masyarakat (SIRIP)<br />DRPM UI bersama dengan Direktorat PPSI UI membangun Sistem Informasi Riset dan Pengabdian Masyarakat (SIRIP). Fasilitas berbasis web ini dimaksudkan untuk informasi, pendataan kegiatan riset dan pengabdian masyarakat, dan profil peneliti Universitas Indonesia. Fasilitas ini melengkapi fasilitas berbasis web lainnya yang dikembangkan UI dalam rangka cybercampus, seperti SIPEG mengenai sistem informasi kepegawaian dan SILAKIP untuk sistem pelaporan dan akuntabilitas. <br />SIRIP mulai digunakan sejak awal bulan Desember 2007 dan secara penuh berfungsi sejak Februari 2008 untuk aplikasi pengajuan RUUI 2008. Fasilitas ini memuat informasi mengenai kegiatan riset dan pengabdian masyarakat, profil pusat riset dan laboratorium, profil kepakaran SDM yang ada di Universitas Indonesia, dan aplikasi secara online pengiriman artikel ke jurnal Makara dan pengajuan proposal penelitian.<br /><br />Profil kapasitas akademik penelitian yang dimiliki <br />Pemetaan Kepakaran UI Bidang Ilmu Humaniora dan Ekonomi<br />Tujuan kegiatan ini dalam lingkup internal adalah untuk mengetahui potensi, kapasitas dan kekuatan yang ada pada ketiga rumpun ilmu, khususnya rumpun ilmu-ilmu humaniora dan sosial (ekonomi), sedangkan dalam lingkup eksternal (nasional maupun internasional) adalah untuk memperbesar peluang kerjasama, guna mewujudkan Universitas Indonesia sebagai Enterprising University dengan perolehan nilai tambah dari hasil kegiatan penelitian, pelayanan pada masyarakat dan ventura komersial/penunjang. <br />Output/Keluaran dari kegiatan ini meliputi:<br />1. Hasil pengumpulan rekam-jejak kinerja staf akademik pada 5 fakultas bidang humaniora dan ekonomi berupa Buku Direktori<br />2. Pengolahan data/informasi yang berasal dari hasil pengumpulan rekam jejak berupa database<br />3. Software yang dapat digunakan untuk pengumpulan hasil rekam jejak tersebut dan untuk updating data berkelanjutan<br /><br />Outcome (Dampak) dari kegiatan ini antara lain adalah:<br /> Dampak Langsung<br />o Untuk lingkup internal UI: diketahuinya potensi, kapasitas dan kekuatan yang ada pada rumpun ilmu humaniora dan ekonomi<br />o Lingkup eksternal (nasional maupun internasional) adalah untuk memperbesar peluang kerjasama, guna mewujudkan UI sebagai Enterprising University dengan perolehan nilai tambah dari hasil kegiatan penelitian, pelayanan pada masyarakat<br />o Sebagai media untuk menjadi sumber informasi bagi kegiatan ventura komersial/penunjang<br />o Pencarian (searching) kepakaran dan peminatan penelitian (research interest) berdasarkan hal-hal berikut: Nama, Fakultas/Departemen, Grup Kode Dewey (klasifikasi utama, sub, subsub), dan kata kunci (peminatan penelitian)<br />o Statistik kepakaran berdasarkan jumlah Pakar vs Grup Dewey (atau subnya)- (per Universitas/Fakultas) dan trend Kepakaran vs Tahun- (per Universitas/Fakultas)<br /><br /> Dampak Tidak langsung<br />o Sebagai baseline data bagi UI untuk mengembangkan dan penyusunan kebijakan khususnya yang terkait dengan pengembangan sumber daya manusia<br />o Sebagai media informasi dan komunikasi bagi internal maupun pihak eksternal UI<br />o Peta keunggulan yang dimiliki UI<br /><br />Pemetaan dan Standarisasi Pengelolaan Laboratorium Dalam Rangka Pengintegrasian Pemanfaatan Laboratorium <br /><br />Kegiatan Pemetaan dan Standarisasi Pengelolaan Laboratorium Dalam Rangka Pengintegrasian Pemanfaatan Laboratorium ini ditujukan untuk:<br />a. Untuk melakukan pemetaan seluruh laboratorium yang ada di UI sehingga dapat diketahui potensi, kapasitas, dan kekuatan laboratorium laboratorium yang ada pada ketiga rumpun ilmu, yaitu social humaniora-ekonomi, sains dan teknologi, serta kesehatan.<br />b. Untuk melakukan standarisasi pengelolaan laboratorium dalam rangka pengintegrasian laboratorium-laboratorium di Universitas Indonesia dengan cara penyusunan Dokumen Standar Panduan Mutu Laboratorium. <br />c. Untuk memperbesar peluang kerjasama, mewujudkan Universitas Indonesia sebagai Integration, Excellence dan Enterprising University dengan mewujudkan integrasi dan resource sharing, memaksimalkan penggunaan laboratorium yang ada di UI, serta meningkatkan kapasitas ventura komersial maupun penunjang. <br />Output/Keluaran yang dicapai dari kegiatan ini meliputi:<br /><br />1. Hasil pengumpulan data laboratorium berupa Buku Direktori 100 eksemplar<br />2. Dokumen Standar Panduan Mutu Laboratorium berupa Buku 100 eksemplar<br />3. Pengolahan data/informasi berupa softfile dan database profil laboratorium & Panduan Mutu Laboratorium serta uploading ke web DRPM UI<br />4. Software yang dapat digunakan untuk pengumpulan database profil laboratorium dan untuk updating data berkelanjutan<br /><br />Buku Direktori Laboratorium di UI merupakan profil laboratorium-laboratorium yang terdapat di UI dapat terdokumentasi. Dokumen Standar Panduan Mutu Laboratorium di UI digunakan sebagai acuan untuk panduan mutu laboratorium yang ada di UI. Dokumen Standar Manajemen Pengelolan Laboratorium disusun berdasarkan hasil pengumpulan data, informasi dan survey ke laboratorium yang ada di UI serta studi atas standar manajemen pengelolaan laboratorium di luar negeri. Dokumen Standar Manajemen Pengelolaan Laboratorium ini berisi antara lain meliputi: definisi laboratorium, struktur organisasi laboratorium, pimpinan puncak, staf dibawah pimpinan puncak, kebijakan mutu laboratorium, SOP untuk manajemen laboratorium, dan pengelolaan sumber daya laboratorium. Database laboratorium dikembangkan dengan tujuan untuk mengubah hardcopy kedalam bentuk softcopy; serta tersusunnya data mentah hasil pengumpulan data ke laboratorium dalam bentuk database yang selanjutnya merupakan input untuk di upload sebagai tampilan menu pada web DRPM (Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat).<br /><br />Sistem Informasi Laboratorium (SILAB) di Universitas Indonesia dikembangkan untuk menampung database laboratorium di lingkungan Universitas Indonesia. Dari hasil pengumpulan data laboratorium akan dapat dilakukan pemetaan dan pemanfaatan bersama fasilitas laboratorium di antara fakultas-fakultas dan pusat riset di lingkungan Universitas Indonesia. Selain itu software ini akan mempermudah penyebaran informasi dan pemanfaatan bersama fasilitas antar laboratorium, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan nilai sinerginya.<br />Outcome/Dampak dari kegiatan ini antara lain adalah:<br /> Dampak Langsung<br />o Terdokumentasinya laboratorium yang tersedia di UI<br />o Diketahuinya potensi laboratorium yang ada di UI <br />o Sebagai media komunikasi antar unit organisasi yang ada di UI serta menjadi sumber informasi bagi kegiatan ventura komersial/penunjang<br />o Peta keunggulan laboratorium di UI<br />o Adanya acuan standar panduan mutu laboratorium di UI<br />o Tersusunnya dokumen standar panduan mutu laboratorium<br />o Tersusunnya data mentah informasi panduan mutu laboratorium dari hardcopy menjadi softcopy<br />o Terdokumentasinya data panduan mutu laboratorium dalam bentuk softcopy<br />o Ketersediaan Informasi sarana dan sumber daya laboratorium di U<br />o Pencarian (searching) daftar laboratorium dan peralatan berdasarkan hal-hal berikut: Nama Laboratorium, Fakultas, Peralatan, Kegiatan<br />o Meningkatnya kemudahan perolehan (akses) informasi tentang Laboratorium yang ada di UI <br /><br /> Dampak Tidak langsung<br />o Sebagai baseline data bagi UI untuk mengembangkan dan penyusunan kebijakan khususnya yang terkait dengan pengembangan laboratorium<br />o Memperkuat infrastruktur di UI<br />o Meningkatnya peluang kerjasama antar laboratorium di internal UI maupun dengan pihak eksternal<br />o Lingkup eksternal (nasional maupun internasional) adalah untuk memperbesar peluang kerjasama, guna mewujudkan UI sebagai Integration dan Enterprising University dengan perolehan nilai tambah dari hasil kegiatan di laboratorium <br />o Sebagai baseline acuan bagi UI untuk mengembangkan dokumen standar panduan mutu laboratorium spesifik di masing-masing departemen.<br />o UI dapat memulai upaya penyeragaman sistem pengelolaan laboratorium yang menunjang efisiensi pemanfaatan peralatan di UI serta pemeliharaan dan peningkatan mutu pekerjaan laboratorium melalui system manajemen mutu yang terkendali<br />Meningkatnya riset berbasis laboratorium melalui penggunaan bersama fasilitas laboratorium<br /><br />Sarana dan Prasarana<br /> Program renovasi Gedung A DRPM UI merupakan salah satu langkah awal dalam mewujudkan UI Science Park. Ketersediaan kantor yang layak dan sesuai dengan rancang-bangun UI Science Park menjadi skala prioritas. Pekerjaan renovasi didahului dengan menata lantai dasar gedung sejak bulan Oktober 2007 dan selesai pada bulan Februari 2008. Untuk renovasi lantai dua, saat ini terhambat karena masalah birokrasi. Saat ini ruangan-ruangan di lantai dasar, digunakan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis, dan dua ruangan dipinjam oleh Direktorat Pendidikan. <br /> Sarana untuk melaksanakan administrasi DRPM sebagian besar menggunakan barang-barang yang lama dan telah diusulkan untuk menambah dan mengganti sarana-sarana yang sudah kurang optimal, seperti komputer, mesin fotokopi, meja dan kursi. Untuk sambungan internet jumlahnya masih terbatas dan belum semua ruangan memiliki instalasi ini. <br /> Inventaris Kantor DRPM perlu diperbarui dan ditambah. Kondisi mutakhir dari inventaris kantor pada umumnya dalam keadaan baik, namun ada barang-barang yang rusak dan tidak berfungsi sebagaimana terlihat dalam lampiran terlampir<br /><br />Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia DRPM UI<br />Efektivitas dan efisiensi kerja di DRPM tergambar dari struktur organisasi. Struktur organisasi DRPM UI menalami perampingan sejak tahun 2005. Perampingan itu dilaksanakan sebagai langkah awal penataan sejalan dengan berubahnya fungsi lembaga dari LPUI menjadi DRPM sebagaimana diamanatkan oleh MWA. Dengan mengacu pada kedua SK Rektor, maka struktur organisasi DRPM UI pada tahun 2005--2006 adalah sebagai berikut.<br /> Direktur : Prof. Dr. A. Dahana<br /> Deputi : Prof. Dr. Multamia RMT Lauder<br /> Staf Administrasi: Mukhlis Sutami, S.Pd.<br /> Cucu Sukaesih<br /> Yusuf<br /><br />Sejak tahun 2007, penambahan SDM untuk mengisi posisi staf intern dan Kepala Sub-Direktorat (Kasubdit) untuk bidang Riset, dan Pengabdian Masyarakat disetujui, sehingga struktur organisasi DRPM UI semakin lengkap.<br /><br /><br /> Direktur : Prof. Dr. A. Dahana<br /> Deputi : Prof. Dr. Multamia RMT Lauder<br /> Drh. Wiku Adisasmito, Ph.D.<br /> Kasubdit Riset : Dr. Ir. Budiarso, M.Eng.<br /> Kasubdit Pengabdian Masyarakat: Dr. Yoki Yulizar<br /> Staf Intern : Rr. Tutik Sri Haryati, SKp., MARS., <br /> M. Yoesoef, S.S., M.Hum.<br /> Staf Administrasi: Mukhlis Sutami, S.Pd.<br /> Cucu Sukaesih<br /> Yusuf<br /><br />dan pada bulan desember 2007 satu Kasubdit baru ditambahkan untuk menangani masalah riset dan laboratorium dan satu tenaga administrasi. Di sisi lain, dengan terpilihnya Rektor UI yang baru, dua tenaga dari DRPM UI ditugaskan sebagai direktur di lingkungan UI. Dengan demikian struktur SDM di DRPM UI terakhir adalah sebagai berikut.<br /><br /> Direktur : Prof. Dr. A. Dahana<br /> Kasubdit Riset : Dr. Ir. Budiarso, M.Eng.<br /> Kasubdit Pengabdian Masyarakat: Dr. Yoki Yulizar<br /> Kasubdit Riset dan Laboratorium: Fatma Lestari, Ph.D.<br /> Staf Intern : Rr. Tutik Sri Haryati, SKp., MARS., <br /> M. Yoesoef, S.S., M.Hum.<br /> Staf Administrasi: Mukhlis Sutami, S.Pd.<br /> Cucu Sukaesih<br /> Yusuf<br /> Aziz<br /> <br /><br />Program Pengembangan Menuju UI sebagai Universitas Riset Kelas Dunia<br />DRPM UI dalam tahun 2006 menggagas pendirian UI Science Park sebagai landasan institusional terwujudnya Universitas Indonesia sebagai Universitas Riset berkelas dunia. Selain itu, Sistem Informasi Riset dan Pengabdian Masyarakat (SIRIP) berbasis web dibangun untuk mendukung tersedianya data riset dan informasi riset dan pengabdian masyarakat, serta pelaksanaan seminar, diskusi, dan pelatihan yang pada dasarnya memberi tambahan pengetahuan para dosen dan peneliti di lingkungan UI.<br /><br />UI Science Park<br /><br />1. Perencanaan Pembangunan Infrastruktur <br />a. Konsep, Desain, Organisasi, dan Manajemen Science Park <br />Pembangunan infrastruktur UI Science Park dimulai dengan menyusun konsep, rancangan desain, organisasi dan manajemen yang akan mengelola proses pembangunannya. Berikut diuraikan hal-hal yang substansial mengenai UI Science Park. <br /><br /><br /><br /><br />Konsep Science Pak<br />Science Park dalam bahasa Indonesia adalah Taman Ilmu atau Taman Widya tempat ilmu pengetahuan bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan intelektual dengan dukungan berbagai fasilitas akademik dan riset. Acuan UI Science Park adalah sebuah Science Park berbasis pendidikan tinggi (Universitas) dengan modal 1) keilmuan multidisplin, 2) kemampuan SDM periset, 3) fasilitas laboratorium sebagai inkubator ilmu dan bisnis yang mampu mengembangkan dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan langsung untuk kesejahteraan masyarakat. Inkubator ilmu dan bisnis adalah tempat untuk menumbuhkembangkan ilmu menghasilkan ilmu dan teknologi yang mempunyai nilai komersial / bisnis dan pemanfaatan oleh masyarakat untuk kesejahteraan.<br /><br />Visi, Misi, dan Tujuan<br /><br />Visi: Menjadi pusat inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat untuk pembangunan manusia Indonesia. <br /><br />Misi : <br /> Meningkatkan pemanfaatan riset untuk kepentingan Tri Dharma Perguruan Tinggi. <br /> Mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang ilmu sains dan teknologi, sosial humaniora, dan kesehatan;<br /> Membantu sektor industri dan bisnis melalui riset terapan;<br /> Mengglobalkan keberhasilan ilmu pengetahuan dan teknologi;<br /> Meningkatkan peran Indonesia dalam pemanfaatan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologinya.<br /><br />Tujuan:<br /> Membangun laboratorium multidisiplin baru di dalam kompleks Kampus UI Depok untuk mengakomodasi keperluan riset dan pelayanan. Kepada masyarakat;<br /> Menghasilkan produk riset yang memiliki nilai sosial ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia<br /> Mengembangkan kerja sama riset monodisiplin dan multidisiplin dengan dunia bisnis untuk menghasilkan produk ber-HaKI yang memiliki nilai komersial/bisnis;<br /> Melaksanakan kerja sama riset multidisiplin antarbidang ilmu di Universitas Indonesia sehingga menghasilkan produk riset yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat;<br /> Mengembangkan kerja sama riset multidisiplin yang terarah dan terintegrasi antarbidang ilmu Sains dan Teknologi, Sosial dan Humaniora, dan Kesehatan di Universitas Indonesia.<br /><br /><br />Prinsip-Prinsip UI Science Park<br />1. Pembangunan UI Science Park berlandaskan pada prinsip singkronisasi, harmonisasi, kerja sama multidisiplin, vertilisasi silang, kolaborasi internal Pusat Riset dan Laboratorium, dan kolaborasi eksternal/Research Grant (Pemerintah dan Swasta)<br /><br />2. Renovasi Gedung DRPM UI menjadi kantor DRPM UI dan Science Park<br />Saat ini tengah dilakukan renovasi kantor DRPM UI- UI Science Park sehingga aktivitas operasional dilakukan di lantai dua dan lantai dasar (ruang baru). Lantai Dasar (Ruang Seminar, Ruang Diskusi, Business Center, Ruang Inkubator Bisnis, Ruang Pamer Hasil Riset dan HaKI, Ruang Kantor HaKI); Lantai Atas (Ruang Perkantoran DRPM UI)<br /><br />Gerbang Masuk UI Science Park<br /> <br />Gerbang masuk ke UI melalui sebuah area yang menunjang keseharian kehidupan kampus dari sisi tempat bertemu dan bersosialisasi dalam suasana yang ringan pada lingkungan yang tetap menggambarkan kerindangan kampus UI.<br />Akses mobil dari luar dapat dihentikan di sini dengan disediakannya fasilitas parkir yang nyaman dan teduh berada di bawah fasilitas retail – tanpa membangkitkan kesan parkir di bawah kolong.<br /><br />Dari sini perpindahan pedestrian dari area parkir ke fasilitas transportasi dalam kampus akan melalui serangkaian area retail/shopping arcade.<br /> <br /><br />Laboratorium terdiri dari 3 blok bangunan masing-masing dengan sifat<br />penunjang yang berbeda:<br />Laboratorium Blok I – bangunan berlantai 6 untuk mengakomodasi laboratorium berbasis penelitian biomedik dan bioteknologi. Berkaitan dengan zoning area containment diamankan di lokasi yang paling tinggi sehingga aman dari gangguan luar dan tidak membahayakan lingkungan sekitarnya. Pada bangunan ini dimungkinkan pengolahan limbah dan udara spesifik untuk kebutuhan riset berkaitan dengan containment room.<br /><br />Laboratorium Blok II – bangunan berlantai 1 dengan lantai mezanin mengakomodasi kantor dan ruang kontrol dengan jangkauan pandangan ke ruang lab di lantai bawahnya. Ruang dirancang menyerupai hanggar dengan ketinggian langit-langit sampai dengan 7 m untuk mengakomodasi kegiatan penelitian berkaitan dengan teknik dan fisika. Lab ini memerlukan akses jalan servis, mengingat kemungkinan penelitian dengan alat berat, dan bahan-bahan basah.<br /><br />Laboratorium Blok III – bangunan berlantai 1 dengan spesifikasi ruangan fleksibel untuk mengakomodasi kegiatan penelitian berkaitan dengan surveillance, teknologi informasi dan humaniora.<br /><br />Ruang-ruang dapat dirancang mengikuti setting yang dibutuhkan dan dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan penelitian. Juga dimungkinkan lokasi untuk area bersih – cleanroom – berkaitan dengan penelitian elektronik/komputer. Blok lab ini menghasilkan minimum limbah.<br /> <br />Merupakan sebuah bangunan 3 – 4 lantai bernuansa tropis – tipis dengan kedua sisi terbuka diapit pepohonan hutan kota. Fasilitas gedung ini antara lain:<br />o Selasar retail seluas 895 m2, berupa arcade antar jemput sebagai area transisi menuju beberapa destinasi pada kompleks UI Science Park 10 trave seluas sampai dengan11.060 m2 memungkinkan kombinasi penyewa besar sebagai magnet dan penyewa kecil dengan kombinasi toko buku, food dan beverage, departemen store, pasar swalayan, fashion, elektronik, household dan komputer.<br />o Lima trave seluas sampai dengan 4.940 m2 menyambung dari area retail terdapat area ‘office park’ dan kompleks teater dan pertemuan dengan kapasitas sedang (200 orang). Sports Club di lantai bawah gedung ini, memanfaatkan hutan penyangga lingkungan UI Science Park.<br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br />Hotel Berbintang Lima<br />Hotel berhubungan langsung dengan gedung laboratorium antardisiplin ilmu. Fasilitas pertemuan (Convention Hall), pameran (Exhibition Hall) bersifat fleksibel berada pada ujung terluar gedung blok laboratorium II. Ruang hangar dengan ketinggian langit-langit mencapai 7 m, dilengkapi penunjang di lantai mezanin. Fasilitas pertemuan (Convention Hall) bertaraf internasional memiliki potensi menjadi fasilitas pertemuan internasional dengan nuansa ilmiah/akademik untuk pertemuan ilmiah ataupun seremonial lainnya (multi function) dengan akses jalan kereta dan jalan tol yang mudah dicapai dari berbagai penjuru kota dan airport. Hotel dapat digunakan untuk pendukung untuk penginapan peserta kegiatan akademik, ilmiah, dan fasilitas umum lainnya seperti rumah sakit.<br /> <br /><br />c. Skema Pendanaan dan Kerjasama<br />Universitas Indonesia akan mendedikasikan beberapa asetnya, yaitu: aset citra institusional, aset kekayaan intelektual baik secara institusional maupun sumber daya manusia riset, dan fasilitas lainnya untuk mendukung operasional inkubator ilmu dan bisnis. Mitra Swasta / Investor dan pemerintah diharapkan mendanai investasi yang terkait dengan pemanfaatan teknologi yang kredibel dan pembangunan fisik laboratorium ilmu dan bisnis UI Science Park. Untuk itu kami mengundang partisipasi berbagai pihak:<br /><br />A. Program Kerja<br />1. Sosialisasi Science Park<br />2. Perencanaan Pembangunan Infrastruktur <br />3. Pembuatan maket UI Science Park<br />4. Renovasi gedung DRPM UI menjadi kantor DRPM UI dan Science Park<br />5. Pendirian fasilitas Laboratorium UI Science Park berstandar Internasional, Laboratorium, Perpustakaan, Ruang Konvesi, Toko Buku Internasional, Inkubator Bisnis, Galeri Ilmu dan Temuan, Information Communication Technology (ICT)<br /><br />B. Pelaksanaan Program <br />Sosialisasi UI Science Park telah dilakukan di lingkungan internal UI dan eksernal sebagaimana tergambar pada uraian berikut. Sosialisasi internal di tingkat universitas yang dilakukan diantaranya kepada: MWA UI, REKTOR UI, SAU, SOM, INVESTOR, INDUSTRI, Fakultas, dan Mahasiswa. Sosialisasi eksternal kepada publik dilakukan kepada pejabat-pejabat pemerintahan dan institusi terkait, di antaranya adalah kepada Presiden Republik Indonesia, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri perdagangan dan perindustrian, para pengusaha, dan KADIN<br /><br /><br />Masalah dan Kendala <br /> Masalah yang dihadapi DRPM dalam hal penyelenggaraan kegiatan rutin pada dasarnya meliputi dalam hal ketersediaan SDM administrasi yang masih di bawah memadai. Untuk menghadapi kendala tersebut, DRPM merekrut tenaga paruh waktu yang diisi oleh para mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkungan UI. <br /> Masalah rutin lainnya adalah koordinasi dengan Direktorat Keuangan dalam hal realisasi pencairan dana kegiatan DRPM UI yang senantiasa mengalami penundaan waktu pencairan. Kendala tersebut sangat tidak menguntungkan bagi DRPM UI karena umumnya distribusi dana berkaitan dengan sistem tata laksana riset yang sudah baku, antara lain dalam hal pemonitoran dan evaluasi hasil riset, jadwal pendanaan riset-riset yang akan dimulai dan riset-riset yang sudah selesai. <br /> <br />Pekerjaan Lanjutan<br />Sejumlah kegiatan DRPM yang saat ini sedang dijalankan dan perlu ditindaklanjuti meliputi program riset yang rutin dan telah terjadwal. <br />1. Revitalisasi kaji etik riset dengan target kaji etik riset dipahami dan diimplementasikan oleh seluruh sivitas akademika UI, antara lain melalui pembentukan komisi etik riset, kebijakan dan panduan kode etik riset <br />2. Pemetaan secara riil riset-riset bidang unggulan (nanotechnology, genome technology, indigeneous study, strategy and public policy, dan ICT) baik dari aspek SDM, infrastruktur, pendanaan, dan road map agar dalam dua sampai tiga tahun mendatang telah dapat ditentukan kelayakan pengembangan unggulan-unggulan tersebut;<br />3. Pemetaan interest group (track record) sebagai wahana untuk mengembangkan riset-riset yang diminati dalam konteks untuk program riset hibah dan kompetisi;<br />4. Penataan pusat riset, Klasifikasi pusat riset atau pusat kajian baik di tataran universitas maupun fakultas sebagai modal dasar yang kuat untuk mendukung universitas riset;<br />5. Implementasi pengelolaan laboratorium riset terintegrasi di lingkungan UI;<br />6. Penyempurnaan panduan riset dan pengabdian masyarakat, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, serta pendirian, evaluasi, dan penutupan pusat riset atau pusat kajian di tingkat universitas maupun fakultas;<br />7. Persiapan DRPM UI untuk mendapat standar ISO 9001-2000 dalam Quality Management System.<br />8. Pelaksanaan dan pemantauan kegiatan riset yang dikelola oleh DRPM UI, seperti RUUI 2008, Riset S2 dan S3, Riset Multidisiplin, Kegiatan Penelitian Dosen Muda dan Studi Kajian Wanita (program DIKTI), Riset Infrastruktur (sebagai realisasi dari Nota Kesepahaman UI-UGM-ITB). <br />9. Pemetaan keilmuan dan kepakaran staf akademik UI bidang Sains-Teknologi dan Kesehatan<br />10. Pemetaan kegiatan pengabdian masyarakat yang tersebar di lingkungan UI<br />11. Usulan penentuan payung kegiatan pengabdian masyarakat UI<br />12. Pelaksanaan kegiatan hibah kompetisi kegiatan pengabdian masyarakat<br />13. Menyusun roadmap pengabdian masyarakat yang bersifat lintas dan multi disiplin.<br />14. Pengembangan web DRPM UI dan sistem informasi Riset dan Pengabdian Masyarakat yang didalamnya ditambahkan sistem informasi kepakaran, laboratorium, dan sistem pengelolaan jurnal makara on-line.<br />15. Untuk program perencanaan UI Science Park sejak oktober 2007 berpindah dalam koordinasi direktorat kemitraan dan inkubator bisnis<br /><br /><br />Bidang Riset<br />Pelaksanaan Riset Unggulan Universitas Indonesia (RUUI ) 2008 sampai akhir bulan Desember 2007 memulai proses evaluasi administrasi. Tahapan selanjutnya yang harus dikerjakan adalah evaluasi substansi, proses seleksi, penandatangan kontrak riset, pengajuan pentransferan dana riset (50%) kepada Direktur Keuangan UI, dan pelaksanaan riset. Kegiatan selanjutnya sesuai dengan jadwal yang telah disusun sampai pelaporan dan pembayaran tahap akhir (50%). Demikian juga dengan Riset Multidisiplin, Riset S2/S3, dan Riset Hibah Dikti. <br /><br />Pemetaan Kepakaran untuk bidang Humaniora dan Ekonomi telah memasuki tahap akhir. Hasil pemetaan ini menghasilkan sebuah buku tentang kepakaran dalam bidang sosial humaniora. Selain bidang sosial humaniora, pemetaan juga harus dilakukan untuk bidang kesehatan, sains dan teknologi. Pembiayaan program pemetaan ini dibebankan pada RKAT DRPM Tahun 2008. <br /><br />Penataan Pusat Riset dan Kajian di lingkungan UI dan Fakultas telah dilaksanakan sejak tahun 2005, yaitu dengan tahap sosialisasi melalui surat; tahun 2006 melakukan pendataan pusat riset dan kajian serta pendataan laboratorium di lingkungan UI. Tahun 2007, dilakukan pelatihan pengelolaan pusat riset. Per Agustus 2008, penataan Pusat Riset dan Kajian harus sudah selesai, sehingga dapat dilanjutkan pada proses berikutnya, yaitu pengoptimalan pusat riset dan kajian melalui riset yang menggarap unggulan setiap fakultas. <br /><br />Pedoman Pelaksanaan Riset di Universitas Indonesia telah mencapai taraf penyempurnaan untuk segera dapat ditetapkan oleh SAU dan MWA. Pedoman ini dilengkapi juga dengan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang sampai bulan Maret 2008 belum tergarap. Oleh karena itu, dalam waktu dekat, juklak dan juknis mengenai pelaksanaan riset di UI harus dilaksanakan, sehingga target pada akhir tahun 2008, baik pedoman maupun juklak dan juknis riset tersebut sudah selesai.<br /><br />Bidang Pengabdian Masyarakat<br />Penyusunan Pedoman pelaksanaan Pengabdian/Pelayanan kepada Masyarakat di lingkungan UI pada akhir 2007 masih dalam proses penyempurnaan. Dalam bidang ini masih banyak yang harus dikerjakan, antara lain koordinasi antara DRPM UI dengan setiap fakultas di lingkungan UI untuk memfasilitasi dan memperoleh data kegiatan pengabdian masyarakat (konsultasi, penyuluhan, pelayanan, penyebaran informasi, dan aplikasi teknologi, dll), termasuk data sumber daya yang terlibat. Targetnya hal-hal tersebut dapat terwujud pada akhir tahun 2008. Untuk meningkatkan mutu dan mengembangkan program-program pengabdian pada masyarakat direncanakan dan dianggarkan Hibah Kompetisi Kegiatan Pengabdian Masyarakat (Penerapan Iptek/Unit Usaha Jasa dan Industri/Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat). Sehingga dapat tersedia proposal pengabdian masyarakat berbasis riset yang layak untuk didanai, dan sisanya dapat diperbaiki untuk diusulkan ke sumber dana lain seperti dari Dikti<br /><br />Dalam bidang Publikasi Ilmiah, khususnya penerbitan Jurnal Makara, kegiatan rutin yang dilaksanakan adalah mempersiapkan terbitan jurnal setahun dua kali untuk keempat seri, yaitu Seri Sains dan Seri Teknologi dengan jadwal terbit pada bulan April dan November; Seri Kesehatan dan Seri Sosial Humaniora pada bulan Juni dan Desember. Di samping itu, proses akreditasi untuk Seri Sains sudah selesai dengan nilai akreditasi B pada bulan Oktober 2007. Sedangkan untuk Seri Teknologi, Seri Kesehatan, dan Seri Sosial Humaniora harus dilakukan proses akreditasi kembali karena adanya masalah dalam penilaian oleh tim penilai di DIKTI. Untuk itu, sampai bulan Maret 2008, DRPM UI kembali memasukkan ketiga seri terebut untuk dinilai ulang oleh Dikti. Kelengkapan untuk penilaian sedang dikerjakan dan akan diajukan pada akhir bulan Maret 2008. <br /><br /> Kerja Sama<br />Bidang kerja sama antara DRPM UI dengan pihak luar universitas yang perlu ditindaklanjuti adalah dengan Dikti untuk pelaksanaan Penelitian Dosen Muda dan Studi Kajian Wanita yang mulai bulan Maret 2008 ini proposal risetnya mulai terkumpul di DRPM UI.<br /><br /> Sarana dan Prasarana<br />Sarana perkantoran untuk melaksanakan kegiatan DRPM UI sehari-hari masih dalam taraf penyempurnaan dan penambahan. Renovasi Gedung A DRPM UI yang saat ini harus berbagi dengan direktorat kemitraan dan direktorat pendidikan, menyebabkan semakin berkurangnya sarana dan prasarana yang semula untuk menunjang kegiatan riset dan pengabdian masyarakat yang dikelola oleh DRPM UI. Renovasi lantai dua yang rencananya mulai dilakukan pada bulan Februari 2008 sampai bulan Maret 2008 belum terlaksana. Penundaan renovasi disebabkan oleh kendala dalam hal kesepakatan pendanaan dan pelaksanaan pekerjaannya. Secara prinsip pendanaannya sudah disetujui Rektor UI.<br /><br />Sumber Daya Manusia <br />Salah satu unsur dalam pelaksanaan kegiatan DRPM UI adalah ketersediaan sumber daya manusia. Sejak tahun 2005—2007 tenaga administrasi yang bekerja di DRPM UI hanya tiga orang, yang masing-masing melakukan pekerjaan dalam bidang kesekretariatan (dua orang) dan pengelolaan jurnal makara (satu orang). Sejak bulan Februari 2008 tenaga administrasi bertambah satu orang untuk mengisi kekurangan dalam bidang kesekretariatan). <br /> <br />Aktivitas kegiatan DRPM UI yang semakin meningkat sejak tahun 2006 hingga sekarang dibutuhkannya sejumlah tenaga administrasi. Untuk itu, DRPM UI merekrut para mahasiswa dari berbagai fakultas dan dari berbagai jenjang pendidikan untuk secara bersama-sama melaksanakan setiap kegiatan yang sudah terjadwal. Jumlah mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan DRPM UI sebanyak 14 orang. Keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan DRPM UI, terutama sepanjang tahun 2007 menunjukkan hasil yang optimal, khususnya dalam hal pelaksanaan tugas administrasi pada setiap kegiatan DRPM UI. Pada tahun 2006 DRPM UI mengusulkan tenaga kearsipan untuk menata arsip DRPM UI. Usul tersebut kemudian terealisasi pada awal tahun 2007 dengan penempatan satu orang ahli arsip lulusan FIB UI. Di tataran manajemen DRPM UI terdiri dari Direktur, Kasubdit (3 orang), dan Staf Internal (2 orang). Saat ini tenaga administrasi yang ada di DRPM UI sebanyak 4 orang.<br /><br /><br />3. Penutup<br /> Misi utama DRPM UI memfasilitasi kegiatan riset dan pengabdian masyarakat di lingkungan Universitas Indonesia telah dilaksanakan dengan hasil-hasil yang dapat dijadikan landasan untuk membangun Universitas Indonesia sebagai Universitas Riset pada tahun 2010 mendatang. Modal tersebut merupakan titik awal ke arah terbinanya budaya riset dan pengabdian masyarakat di Universitas Indonesia. Sejumlah kegiatan untuk menunjang pelaksanaan riset dan pengabdian masyarakat sejak tahun 2007 dituangkan dalam sejumlah pedoman dan panduan, sehingga tersedianya acuan standar dalam hal pelaksanaan riset dan pengabdian masyarakat. Namun demikian, terdapat juga sejumlah program DRPM UI yang belum terselesaikan pada masa 2007.<br /> Laporan ini merekam berbagai kegiatan dan program DRPM UI serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan dan pencapaian hasil dari program-program DRPM UI tahun 2007. Kesinambungan dalam hal penyelesaian dan program DRPM UI sesuai dengan proses tahapan ke arah universitas riset senantiasa harus menjadi awal keberangkatan dalam memimpin DRPM UI. Di samping itu, terobosan-terobosan baru pun selayaknya dilakukan agar terjadi percepatan dan perkembangan dalam melaksanakan program-program DRPM UI, khususnya dan Universitas Indonesia umumnya.mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-76004880113108184462010-09-04T20:54:00.001-07:002010-09-04T20:54:57.366-07:00TIM ADVOKASI KOALISI PENDIDIKAN1<br /><br />Sekretariat: Jalan Kalibata Timur IV/D Nomor 6, Jakarta Selatan, Jakarta,<br />Telp (021) 7901885, Fax (021) 7994005<br />Jakarta, 10 September 2009<br />Yang terhormat,<br />Majelis Hakim Konstitusi Perkara No 21/PUU-VII/2009<br />Pengujian UU Badan Hukum Pendidikan<br />dan Pasal 53 ayat (1) UU Sistem Pendidikan Nasional<br />Di -<br />Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia<br />K E S I M P U L A N<br />Dengan hormat,<br />Untuk dan atas nama Para Pemohon Perkara No 21/PUU-VII/2009 Pengujian UU No 9<br />Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan dan Pasal 53 ayat (1) UU No 20 Tahun<br />2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional:<br />1. Yura Pratama Yudhistira, selaku PEMOHON I ;<br />2. Fadiloes Bahar, selaku PEMOHON II ;<br />3. Lodewijk F Paat, selaku PEMOHON III ;<br />4. Jumono, selaku PEMOHON IV ;<br />5. Zaenal Abidin, selaku PEMOHON V ;<br />6. Yayasan Sarjana Wiyata Tamansiswa, selaku PEMOHON VI ;<br />7. Sentra Advokasi Untuk Hak Pendidikan Rakyat (SAHdaR), selaku PEMOHON VII ;<br />8. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) “Qaryah Thayyibah”, PEMOHON VIII ;<br />9. Serikat Rakyat Miskin Kota, selaku PEMOHON IX ;<br />bersama ini kami Taufik Basari S.H., S.Hum, LL.M dan kawan-kawan berdasarkan Surat<br />Kuasa Khusus tertanggal 1 Maret 2009 (terlampir), menyampaikan KESIMPULAN.<br />Adapun Kesimpulan ini kami susun dengan sistematika sebagai berikut:<br />A. Ringkasan Kesimpulan<br />B. Kewenangan Mahkamah Konstitusi<br />C. Legal Standing Para Pemohon<br />D. Analisis Hukum<br />1. UU BHP Menciptakan Sistem dan Paradigma Baru Penyelenggaraan<br />Pendidikan<br />2<br />2. Semangat dan Titik Pijak (Standing Point) Keberadaan Sistem dan UU BHP<br />Dilandaskan pada Keinginan untuk Melepaskan Tanggung Jawab Negara atas<br />Penyelenggaraan Pendidikan<br />a. Pemerintah dan DPR RI mengartikan Otonomi Pendidikan sebagai<br />Pengurangan peran dan Tanggung Jawab Pemerintah<br />b. Menurut DPR RI dan Pemerintah, UU BHP Muncul Atas Keinginan<br />Menyamakan Sekolah atau Perguruan Tinggi Negeri dengan Swasta<br />c. Keinginan Melepaskan Tanggung Jawab Pemerintah dan Mendorong<br />Masyarakat Terbebani Tanggung Jawab Menanggung Biaya Pengelolaan<br />Pendidikan menjadi Roh dari Sistem dan UU BHP.<br />d. Pemerintah dan DPR RI Memiliki Landasan Berpijak di Dua Rel yang<br />Berbeda dengan Para Pemohon: Rel Pelepasan Tanggung Jawab<br />Pemerintah dan Rel Menegaskan Tanggung Jawab Pemerintah dalam Hal<br />Penyelenggaraan Pendidikan<br />3. Dengan Sistem dan UU BHP, Akses Pendidikan di Indonesia Menjadi Terbatas<br />a. Prinsip Nirlaba dalam UU BHP Hanya Slogan Karena Tidak Sejalan dengan<br />Roh UU BHP Itu Sendiri<br />b. UU BHP Memberi Banyak Ruang Bagi Orang Mampu Secara Ekonomi dan<br />Membuka Sedikit Ruang Bagi Orang Miskin Berprestasi, Namun Menutup<br />Ruang bagi Orang Miskin Tidak Berprestasi<br />c. UU BHP Mengejar Kualitas Namun Mengesampingkan Pemerataan<br />Kesempatan Memperoleh Pendidikan<br />d. Akses Pendidikan yang Terbatas Membuat Tujuan Negara Melindung<br />Segenap Bangsa dan Seluruh Tumpah Darah Indonesia, Memajukan<br />Kesejahteraan Umum, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Menjadi Tidak<br />Terpenuhi<br />4. Mandat Penyelenggaraan Sistem Pendidikan oleh UUD 1945 adalah melalui<br />Pendekatan Universal Sedangkan UU BHP Melalui Pendekatan Residual<br />5. Pasal 53 ayat (1) UU Sisdiknas dan UU BHP Bertentangan dengan UUD 1945<br />E. Petitum<br />A. Ringkasan Kesimpulan<br />Kesimpulan ini disusun berdasarkan keterangan Pemerintah RI dan DPR RI, keterangan<br />ahli dan saksi, baik dalam persidangan maupun yang disampaikan tertulis. Dari<br />keterangan-keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat dua landasan<br />berpijak yang berbeda antara Pemerintah RI dan DPR RI di satu sisi dengan Para<br />Pemohon di sisi lain terkait dengan paradigma baru yang diciptakan oleh sistem dan UU<br />BHP. Pemerintah dan DPR RI berpijak pada suatu semangat bahwa penyelenggaraan<br />pendidikan seharusnya tidak lagi menjadi beban pemerintah melainkan harus menjadi<br />3<br />beban masyarakat karena itulah dibutuhkan UU BHP. Sementara Para Pemohon justru<br />berkeinginan agar Pemerintah tidak menjauhi bahkan lepas tangan dalam hal sistem<br />penyelenggaraan pendidikan agar tujuan negara sebagaimana dalam Pembukaan UUD<br />1945 dapat terwujud. Masing-masing pijakan ini dikemukakan oleh kedua belah pihak<br />dalam persidangan dengan argumentasi yang valid, namun tidak dapat disatukan karena<br />berbeda rel karena terdapat perbedaan fundamental. Oleh karena itu, “rel” yang<br />menjadi landasan berpijak (standing point) inilah yang menentukan posisi landasan yang<br />mana yang sesuai dan selaras dengan UUD 1945.<br />Pemerintah RI dan DPR RI dalam persidangan telah jelas-jelas menunjukkan bahwa<br />maksud diundangkannya UU BHP adalah adanya keinginan untuk tidak lagi<br />membebankan penyelenggaraan pendidikan kepada negara dan membuka ruang seluasluasnya<br />kepada masyarakat untuk berpartisipasi (baca: dibebani tanggung jawab) turut<br />menanggung biaya pelaksanaan pendidikan. Pelepasan tanggung jawab ini memakai dalih<br />otonomi pendidikan, sebab jelas sekali Pemerintah RI dan DPR RI mengartikan otonomi<br />sebagai bentuk perginya peran pemerintah dalam pengelolaan pendidikan. Di samping<br />itu, ternyata ada semangat untuk menyamakan sekolah atau perguruan tinggi negeri<br />dengan swasta. Dengan kata lain, UU BHP bermaksud menswastakan sekolah-sekolah<br />negeri.<br />Akibatnya adalah biaya pendidikan di Indonesia mejadi tinggi. Penyelengggara ataupun<br />satuan pendidikn berlomba-lomba untuk menggalang dana sebanyak-banyaknya karena<br />peran pemerintah berkurang. Siapa yang berhasil mendapatkan dana sebanyakbanyaknya<br />dari masyarakat, itulah yang akan maju. Akhirnya, syarat utama dari<br />kemajuan atau peningkatan kualitas adalah dana. Tanpa dana tak ada kualitas. Money<br />talks.<br />Sebenarnya pembuat UU menyadari bahwa UU BHP menciptakan pendidikan biaya<br />tinggi. Oleh karena itu muncul ketentuan yang memberikan “jatah” bagi masyarakat<br />miskin yang berprestasi untuk dapat ikut menikmati fasilitas pendidikan di tengah<br />mahalnya biaya pendidikan. Namun masyarakat miskin ini harus berprestasi terlebih<br />dahulu jika ingin bertambah pintar. Sementara masyarakat miskin yang memang tidak<br />berprestasi tidak akan dapat jatahnya ini dah jika ingin mendapatkan pendidikan maka<br />mereka harus bersaing dengan masyarakat mampu, baik itu berprestasi maupun tidak.<br />Akibatnya, dengan adanya UU BHP ini maka tidak ruang bagi kelompok masyarakat<br />ekonomi rendah yang tidak berprestasi ini untuk mendapatkan akses pendidikan.<br />Merujuk pada pendapat ahli Alamsyah Ahmad yang memaparkan ciri-ciri dari sistem<br />penyelenggaraan pendidikan di berbagai negara, ciri-ciri sistem yang dibangun oleh UU<br />BHP ini termasuk ke dalam ciri-ciri pendekatan residual. Berbeda dengan pendekatan<br />sosialis yang menjadikan pendidikan itu adalah kewajiban warga negara dan pendekatan<br />universal yang menjadikan pendidikan sebagai hak warga negara, sementara pendekatan<br />residual pelayanan pendidikan diserahkan kepada masyarakat (yang dimaksud<br />masyakarat termasuk pelaku-pelaku pendidikan).<br />4<br />Ciri dari pendekatan universal adalah negara wajib menyediakan pendidikan kepada<br />warganya tidak peduli ia mampu atau tidak mampu, kecuali jika warga yang<br />bersangkutan tidak mau, karena pendidikan merupakan hak warga negara. Hal ini<br />berbeda dengan pendekatan residual. Negara menyerahkan penyelenggaraan dan<br />pengelolaannnya kepada masyarakat dengan mekanisme pasar, apabila ada yang tidak<br />mampu barulah negara turun tangan. Skema yang terakhir inilah yang dibangun oleh UU<br />BHP.<br />Para Pemohon meyakini bahwa mandat konstitusional dalam hal sistem penyelenggaraan<br />pendidikan nasional adalah dengan pendekatan universal karena secara tegas disebutkan<br />baik dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 31 UUD 1945 bahwa<br />pendidikan adalah hak warga negara dan Negara wajib mewujudkan pendidikan yang<br />mampu diakses seluruh warganya agar mampu memenuhi tujuan negara mencerdaskan<br />kehidupan bangsa dan memajukan kesejahtearaan umum. Sementara itu, implementasi<br />dari paradigma baru yang diciptakan oleh UU BHP merupakan pendekatan residual yang<br />melemparkan beban tanggung jawab pembiayaan pendidikan kepada masyarakat<br />sementara pemerintah baru turun tangan ketika dibutuhkan untuk memberikan jatah<br />bagi kelompok masyarakat miskin yang berprestasi. Artinya, jika masyarakat sudah<br />mampu membiayai ongkos pendidikan, maka pemerintah merasa tidak perlu turun<br />tangan lagi. Keadaan ini oleh Pemerintah RI dan DPR RI justru disyukuri karena dianggap<br />negara tidak lagi terbebani untuk menunjang biaya penyelenggaraan pendidikan. Bahkan<br />di dalam persidangan, melalui tanya jawab yang berlangsung, terlihat bahwa Pemerintah<br />RI dan DPR RI menganggap kemampuan menggalang dana dari masyarakat dianggap<br />sebagai indikator keberhasilan penyelenggara satuan pendidikan.<br />Jika mandat konstitusi berbeda dengan implementasi norma undang-undang sudah tentu<br />undang-undang tersebut tidak memiliki pijakan konstitusional. Jika konstitusi<br />mewajibkan negara menjamin penyelenggaraan pendidikan yang dapat diakses seluruh<br />masyarakat, termasuk masyarakat yang berekonomi lemah namun tidak berprestasi,<br />sementara implementasi UU tidak dapat mengakomodir hal tersebut maka UU tersebut<br />melanggar konstitusi. Jika konstitusi mengamanatkan agar negara menjadi subjek utama<br />dalam penyelenggaraan pendidikan sementara UU justru mendorong agar negara atau<br />pemerintah mundur dan mengurangi tanggung jawabnya serta menyerahkan beban<br />tanggung jawab tersebut kepada masyarakat dan masyarakat beralih fungsi menjadi<br />subjek utama penyelenggaraan pendidikan, maka UU tersebut bertentangan dengan<br />konstitusi.<br />Oleh karena itu, Pasal 53 ayat (1) UU Sisdiknas yang memberi landasan kebijakan<br />mengenai BHP dan UU BHP yang menciptakan paradigma baru pendidikan yang<br />berorientasi pasar, maka Pasal 53 ayat (1) UU Sisdiknas dan seluruh UU BHP<br />bertentangan dengan UUD 1945, khususnya alinea keempat Pembukaan UUD 1945, Pasal<br />1 ayat (3), Pasal 28 C ayat (1), Pasal 28 D ayat (1), Pasal 28 E ayat (1) serta Pasal 28 I ayat<br />(2), Pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), UUD 1945.<br />5<br />B. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI<br />1. Bahwa UU yang diuji adalah UU No 20 Tahun 2003 dan UU No 9 Tahun 2009 terhadap<br />UUD 1945, maka berdasarkan Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi<br />berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat<br />final untuk menguji undang-undang terhadap UUD.<br />2. Bahwa meskipun Pasal 53 ayat (1) UU Sisdiknas pernah diajukan ke Mahkamah<br />Konstitusi dengan perkara No 021/PUU-IV/2006, namun putusan perkara tersebut<br />adalah Niet Ontvankelijk verklaard (N.O.) atau tidak dapat diterima. Pernyataan<br />Pemerintah RI dan DPR RI dalam persidangan yang menyatakan permohonan ne bis in<br />idem, menunjukkan ketidakmengertian Pemerintah dan DPR RI atas pengertian NO.<br />Pertimbangan Mahkamah dalam putusan tersebut salah satunya adalah karena UU<br />BHP belum diundangkan. Saat ini UU BHP sebagaimana dimaksud Pasal 53 ayat (1)<br />UU Sisdiknas aquo telah diundangkan menjadi UU No 9 Tahun 2009 Tentang BHP.<br />Oleh karena, Mahkamah Konstitusi RI masih memiliki wewenang menguji ketentuan<br />tersebut.<br />C. LEGAL STANDING PARA PEMOHON<br />3. Bahwa Para Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan<br />konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang. Pemohon adalah<br />perorangan WNI dan badan hukum privat, yang terdiri dari mahasiswa, guru, dosen,<br />orang tua murid dan badan hukum yang bergerak di bidang pendidikan dan/atau<br />advokasi pendidikan.<br />4. Oleh karena keberlakuan Pasal 53 ayat (1) UU Sisdiknas dan UU BHP telah merugikan<br />hak konstitusional Para Pemohon untuk mendapatkan jaminan pemenuhan hak atas<br />pendidikan, jaminan hukum yang adil dan tidak diskrimintatif, maka Para Pemohon<br />memiliki legal standing untuk mengajukan permohonan ini.<br />D. ANALISIS HUKUM<br />(1) UU BHP Menciptakan Sistem dan Paradigma Baru Penyelenggaraan Pendidikan<br />5. Baik Para Pemohon dalam permohonannya maupun Pemerintah RI dan DPR RI dalam<br />keterangannya, sama-sama mengakui bahwa UU BHP menciptakan paradigma baru<br />pendidikan yang berbeda dengan paradigma yang selama ini telah dijalankan.<br />6. (Mantan) Wakil Ketua Komisi X DPR RI - Prof. Dr. Anwar Arifin (vide Risalah Sidang<br />tanggal 30 April 2009, point 26, halaman 13-14) dan Sekjen Depdiknas - Prof. Dr. Ir.<br />Dody Nandia (vide Risalah Sidang, tanggal 30 April 2009, point 64, halaman 34) dalam<br />persidangan menekankan paradigma baru berupa diperluasnya partisipasi<br />6<br />masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Bagi Pemohon, perluasan partisipasi<br />masyarakat dalam paradigma baru itu merupakan kata lain lain pengurangan<br />tanggung jawab pemerintah dan mundurnya peran pemerintah dalam<br />penyelenggaraan pendidikan di satu sisi, dan di sisi lain membebankan tanggung<br />jawab kepada masyarakat serta mendorong agar penyelenggaraan pendidikan<br />diserahkan pada mekanisme yang berlaku di tengah masyarakat. Mendorong<br />penyelenggaraan pendidikan masuk ke dalam mekanisme yang berlaku di masyarakat<br />sama saja mendorong pendidikan ke dalam mekanisme pasar. Sebab mekanisme<br />pasar adalah mekanisme dimana pemerintah sangat kurang perannya dan<br />pelaksanaannya tergantung pada hukum permintaan dan penawaran yang terjadi di<br />tengah-tengah masyarakat.<br />7. Oleh karena itu, Para Pemohon berkesimpulan paradigma baru yang dibangun oleh<br />sistem BHP dan UU BHP adalah paradigma pendidikan yang berorientasi pasar.<br />(2) Semangat dan Titik Pijak (Standing Point) Keberadaan Sistem dan UU BHP<br />Dilandaskan pada Keinginan untuk Melepaskan Tanggung Jawab Negara atas<br />Penyelenggaraan Pendidikan<br />a. Pemerintah RI dan DPR RI mengartikan Otonomi Pendidikan sebagai<br />Pengurangan Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah<br />8. Pemerintah RI dan DPR RI dalam keterangannya baik dalam persidangan maupun<br />dalam keterangan tertulisnya menyatakan bahwa alasan dipilihnya sistem dan<br />diundangkannya UU BHP adalah dalam kerangka mewujudkan otonomi pendidikan.<br />9. Dalam hal ini, Pemerintah dan DPR RI mengartikan otonomi pendidikan sebagai<br />langkah mengurangi peran dan dan tanggung jawab Pemerintah dalam<br />penyelenggaraan pendidikan. Kemandirian dan otonomi pendidikan diartikan bahwa<br />penyelenggaran satuan pendidikan harus berusaha sendiri untuk membiayai dirinya<br />sendiri. Kesempatan untuk meraup dan menggalang dana sebesar-besarnya dibuka<br />seluas-luasnya, bahkan didorong (being encouraged) dan distimulus oleh Pemerintah<br />karena keberhasilan meraup dana dari masyarakat menjadi indikator keberhasilan.<br />(lihat Risalah Sidang, 3 September 2009, pernyataan dan pertanyaan Mendiknas RI,<br />Prof. Dr. Bambang Sudibyo dalam point 130, halaman 31 dan pernyataan Wakil Ketua<br />Komisi X DPR RI, Heri Akhmadi, point 157, halaman 35 serta keterangan Ahli<br />Pemerintah Prof. Dr. Djoko Hartanto).<br />10. Bahkan, dalam presentasi keterangan Saksi dari Pemerintah, Prof. Dr. Johannes<br />Gunawan, mantan Ketua Komisi Khusus Pembahasan RUU BHP dari Depdiknas dan<br />anggota Panja RUU BHP dari Pemerintah RI yang terlibat aktif dalam penyusunan UU<br />BHP, ditegaskan bahwa salah satu maksud dan tujuan utama dari UU BHP adalah<br />mengeluarkan atau “melepaskan” Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang tadinya bagian<br />dari badan hukum negara menjadi badan hukum pendidikan yang terpisah, berdiri<br />sendiri (vide Risalah Sidang 3 September 2009, Point 171, halaman 41). Hal secara<br />jelas terlihat dari animasi slide yang ditampilkan Saksi Pemerintah, Prof. Dr. Johannes<br />Gunawan yang menggambarkan bahwa PTN yang tadinya berada dalam satu kotak<br />7<br />dengan negara dilepaskan atau dikeluarkan dari kotak tersebut sebagai konsekwensi<br />pelaksanaan UU BHP. Saksi Pemerintah tersebut juga membandingkan dengan<br />Perguruan Tinggi Swasta (PTS), dimana pasca pelaksanaan UU BHP kedudukan PTN<br />dan PTS menjadi sama. Menurut Saksi Pemerintah, inilah maksud dari otonomi<br />pendidikan, yakni melepas peran dan tanggung jawab Pemerintah.<br />b. Menurut DPR RI dan Pemerintah, UU BHP Muncul Atas Keinginan Menyamakan<br />Sekolah atau Perguruan Tinggi Negeri dengan Swasta<br />11. DPR RI dan Pemerintah RI dalam keterangannya di persidangan menjelaskan bahwa<br />salah satu alasan utama diundangkannya UU BHP ini adalah adanya keinginan untuk<br />menyamakan sekolah atau perguruan tingggi negeri dengan sekolah atau perguruan<br />tingggi swasta.<br />12. Mendiknas RI, Prof. Dr. Bambang Sudibyo menyatakan sebagai berikut:<br />Bisa dibayangkan sebuah perguruan tinggi lembaga yang sangat cerdas mungkin termasuk<br />yang tercerdas di republik ini kalau kemudian dikungkung oleh aturan-aturan birokrasi, inilah<br />yang ingin kita hilangkan. Sekaligus dengan cara seperti itu dengan diperlakukan sebagai<br />badan hukum maka status kelembagaan antara satuan pendidikan negeri dengan swasta itu<br />menjadi sama. Jadi tidak ada lagi diskriminasi kelembagaan antara satuan pendidikan negeri<br />dengan satuan pendidikan swasta karena kalau swasta sudah lama itu berbadan hukum.<br />(vide Risalah Sidang 3 September 2009, point 43 halaman 12).<br />13. Keinginan menyamakan sekolah atau perguruan tinggi negeri dengan yang swasta<br />sebagai alasan diundangkannya UU BHP tersebut di atas kembali ditegaskan oleh<br />Wakil Ketua Komisi X, Heri Akhmadi dalam keterangannya di persidangan (vide<br />Risalah Sidang 3 Septemer 2009, point 45, halaman 14).<br />14. Oleh karena itu, Para Pemohon berkesimpulan bahwa UU BHP hendak melakukan<br />swastanisasi sekolah dan perguruan tinggi negeri. Dengan bentuk seolah-olah<br />menjadi swasta, maka peran dan tanggung jawab Pemerintah menjadi jauh<br />berkurang.<br />c. Keinginan Melepaskan Tanggung Jawab Pemerintah dan Mendorong Masyarakat<br />Terbebani Tanggung Jawab Menanggung Biaya Pengelolaan Pendidikan menjadi<br />Roh dari Sistem dan UU BHP<br />15. Dalam persidangan, Mendiknas RI, Prof. Dr. Bambang Sudibyo menyatakan: “Roh dari<br />Badan Hukum Pendidikan adalah keinginan untuk memberikan otonomi kepada<br />satuan pendidikan.” (vide Risalah Sidang 3 September 2009, point 43, halaman<br />11).<br />16. Sementara itu, sebagaimana telah disebutkan di atas, Pemerintah RI mengartikan<br />otonomi sebagai pengurangan peran dan tanggung jawab pemerintah dalam<br />penyelenggaraan pendidikan.<br />17. Dengan logika yang sangat sederhana, dapat disimpulkan bahwa roh dari BHP<br />adalah pengurangan peran dan tanggung jawab pemerintah di satu sisi dan di sisi<br />lain mendorong masyarakat terbebani tanggung jawab menanggung biaya<br />pengelolaan pendidikan.<br />8<br />d. Pemerintah RI dan DPR RI Memiliki Landasan Berpijak di Dua Rel yang Berbeda<br />dengan Para Pemohon: Rel Pelepasan Tanggung Jawab Pemerintah dan Rel<br />Menegaskan Tanggung Jawab Pemerintah dalam Hal Penyelenggaraan<br />Pendidikan<br />18. Dari keterangan Pemerintah RI, keterangan DPR RI, keterangan ahli yang diajukan<br />Pemerintah, dapat ditarik benang merah bahwa kesemuanya berpendapat bahwa<br />paradigma pendidikan baru di Indonesia adalah paradigma yang harus mengurangi<br />peran dan tanggung jawab pemerintah dan menyodorkan pengelolalan pendidikan<br />pada sistem yang berlaku di tengah masyarakat.<br />19. Sementara itu, permohonan Para Pemohon dan keterangan ahli dan saksi yang<br />diajukan Para Pemohon justru sebaliknya berangkat dari landasan berpikir bahwa<br />justru Pemerintah tidak boleh mengurangi peran dan tanggung jawabnya karena<br />peran dan tanggung jawab tersebut merupakan amanat konstitusi.<br />20. Seluruh keterangan yang diberikan di persidangan tersebut terlihat logis dan valid<br />dari hukum logika. Namun terdapat perbedaan fundamental dari premis dasarnya.<br />Jelas argumentasi Pemerintah RI dan DPR RI yang mempertahankan BHP berangkat<br />dari premis bahwa pengurangan peran dan tanggung jawab pemerintah dalam hal<br />penyelenggaraan pendidikan justru harus dilakukan. Sementara premis Para<br />Pemohon sebaliknya, peran dan tanggung jawab pemerintah dalam hal<br />penyelenggaraan pendidikan justru harus dipertegas dan tidak boleh ada upaya<br />melepas pendidikan ke dalam mekanisme pasar.<br />21. Persoalannya adalah terletak pada pendirian Mahkamah Konstitusi untuk menilai dua<br />premis dasar yang berbeda ini, mana yang sejalan dengan UUD 1945 dan mana yang<br />bertentangan dengan UUD 1945.<br />(3) Dengan Sistem dan UU BHP, Akses Pendidikan di Indonesia Menjadi Terbatas<br />a. Prinsip Nirlaba dalam UU BHP Hanya Slogan Karena Tidak Sejalan dengan Roh<br />UU BHP Itu Sendiri<br />22. Meskipun dalam UU BHP dinyatakan bahwa BHP harus berprinsip nirlaba, ternyata<br />prinsip ini hanya slogan semata karena tidak sejalan dengan roh UU BHP itu sendiri.<br />23. Dari keterangan Pemerintah RI, DPR RI dan saksi dan ahli yang diajukan Pemerintah,<br />nampak jelas dan nyata bahwa BHP dipacu untuk dapat menghidupi dirinya sendiri<br />dengan cara menggalan dana masyarakat. Semakin berhasil penggalangan dana<br />tersebut maka penyelenggara satuan pendidikan tersebut dianggap berprestasi.<br />24. Artinya, setiap BHP dipacu untuk berusaha dan mencari keuntungan. Segala<br />proyeknya termasuk proyek penelitian harus menghasilkan sumber dana.<br />25. Argumentasi yang selama ini dibangun Pemerintah dan DPR bahwa UU BHP tetap<br />berprinsip nirlaba ternyata tidak konsisten. Pemerintah dan DPR berdalih bahwa BHP<br />9<br />tidak dapat dikatakan profit karena keuntungan dari “usaha” yang dilakukan BHP<br />kembali kepada BHP itu sendiri dan diperuntukan untuk menunjang operasional dan<br />bukan diperuntukkan kepada pengurusnya. Pengertian nirlaba seperti ini tidaklah<br />tepat. Jelas-jelas BHP dituntut untuk mendapatkan sisa hasil usaha atau dengan kata<br />lain keuntungan. Meskipun bukan untuk para pengurusnya, namun sifat mencari dan<br />mengejar keuntungan ini tidak lain dan tidak bukan merupakan sifat dari profit.<br />b.UU BHP Memberi Banyak Ruang Bagi Orang Mampu Secara Ekonomi dan Membuka<br />Sedikit Ruang Bagi Orang Miskin Berprestasi, Namun Menutup Ruang bagi Orang<br />Miskin Tidak Berprestasi<br />26. Pada kenyataannya, bila di analisis leb ih lanjut UU BHP Memberi Banyak Ruang Bagi<br />Orang Mampu Secara Ekonomi dan Membuka Sedikit Ruang Bagi Orang Miskin<br />Berprestasi, Namun Menutup Ruang bagi Orang Miskin Tidak Berprestasi<br />27. Ahli Darmaningtyas dalam persidangan menyatakan UU BHP tidak memberi tempat<br />bagi orang miskin yang bodoh sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini:<br />A<br />KAYA dan<br />PINTAR<br />C<br />MISKIN tapi<br />PINTAR<br />B<br />KAYA tapi<br />BODOH<br />D<br />MISKIN dan<br />BODOH<br />A<br />SD – PT Negeri<br />Favorit, skr: SSN,<br />SBI, PT BHMN, LN<br />C<br />Dulu : SD – PT<br />Negeri favorit<br />Skr: Negeri<br />pinggiran<br />B<br />SD – PT swasta<br />mahal/LN. Skr<br />bisa di PT BHMN.<br />D<br />SD Inpres, SMP –<br />SMTA swasta<br />pinggiran<br />28. Pada akhirnya, ketentuan 20% untuk kelompok ekonomi lemah yang berprestasi<br />bukan jawaban terhadap pemerataan kesempatan mendapatkan akses pendidikan<br />karena tetap saja akses pendidikan sulit terjangkau dan dijangkau oleh kelompokjkelompok<br />marjinal.<br />c. UU BHP Mengejar Kualitas Namun Mengesampingkan Pemerataan Kesempatan<br />Memperoleh Pendidikan<br />29. Dari keterangan Pemerintah RI, DPR RI, saksi dan ahli yang diajukan Pemerintah<br />terlihat jelas bahwa pihak-pihak ini menekankan bahwa UU BHP Mengejar Kualitas<br />Namun ternyata Mengesampingkan Pemerataan Kesempatan Memperoleh<br />Pendidikan.<br />30. Kualitas pendidikan dianggap dapat dicapai apabila penyelenggara pendidikan<br />memperoleh dana yang besar dari masyarakat melalui proyek-proyeknya agar dapat<br />berkembang. Sementara, dampak dari kondisi ini adalah biaya pendidikan yang<br />10<br />tinggi. Dengan tingginya biaya pendidikan maka justru menutup pemerataan<br />kesempatan mendapatkan akses pendidikan.<br />d. Akses Pendidikan yang Terbatas Membuat Tujuan Negara Melindung Segenap<br />Bangsa dan Seluruh Tumpah Darah Indonesia, Memajukan Kesejahteraan Umum,<br />Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Menjadi Tidak Terpenuhi<br />31. Konsekwensi dari akses yang terbatas adalah Tujuan Negara Melindung Segenap<br />Bangsa dan Seluruh Tumpah Darah Indonesia, Memajukan Kesejahteraan Umum,<br />Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Menjadi Tidak Terpenuhi.<br />32. Jika tujuan negara tidak terpenuhi maka eksistensi negara menjadi hilang. Oleh<br />karena itu begitu pentingnya UU menjamin agar akses pendidikan tidak menyulitkan<br />seluruh warga negara Indonesia.<br />33. Segala hal di atas dapat terjadi karena sistem dan UU BHP menciptakan Pendidikan<br />Berbiaya Tinggi<br />34. Selain itu, UU BHP Menjadikan Uang menjadi Syarat Utama Penentu Kualitas<br />Pendidikan<br />35. UU BHP Mendorong Penyelenggara Pendidikan Berlomba-Lomba Menggalang Dana<br />Masyarakat Karena Pemerintah Tidak Lagi Bertanggung Jawab Penuh<br />36. Sementara itu, Skema Pembiayaan Pendidikan dalam UU BHP Sama Sekali Tidak<br />Menjamin Akses Pendidikan yang Terjangkau<br />37. Oleh karenanya, Biaya Pendidikan yang Mahal Mempersempit Akses Masyarakat<br />Memperoleh Pendidikan Murah Berkualitas<br />(4) Mandat Penyelenggaraan Sistem Pendidikan oleh UUD 1945 adalah melalui<br />Pendekatan Universal Sedangkan UU BHP Melalui Pendekatan Residual<br />38. Sebagaimana dijelaskan di atas dan disampaikan oleh ahli Pemohon Alamsyah Ahmad<br />dalam persidangan, terdapat tiga pendekatan<br />Sosialis Otoriter Universal Residual<br />Prinsip Kewajiban warga Hak dasar Mekanisme Pasar<br />Cara Pandang Warga wajib menerima<br />apa yang disediakan<br />Negara<br />Pelayanan adalah hak warga<br />tak peduli mampu/ tak<br />mampu. Negara wajib<br />menyediakan sesuai standar<br />kecuali bagi yang “tidak<br />mau” .<br />Pelayanan dilaksa-nakan<br />sendiri oleh warga melalui<br />mekanisme pasar, Negara<br />hanya mengurus yang tak<br />mampu.<br />Implikasi<br />(aspek<br />keadilan dan<br />diskri-minasi)<br />Tak ada diskriminasi<br />terhadap warga baik<br />dalam pelayanan<br />maupun pajak.<br />Tak ada diskriminasi<br />terhadap warga dalam<br />pelayanan, tetapi ada pada<br />pajak.<br />Ada diskriminasi dalam<br />pelayanan tapi diskriminasi<br />dalam pajak berusaha<br />dikurangi.<br />11<br />39. Bahwa ternyata jika dikaji mendalam, Mandat Penyelenggaraan Sistem Pendidikan<br />oleh UUD 1945 adalah melalui Pendekatan Universal Sedangkan UU BHP Melalui<br />Pendekatan Residual.<br />(5) Pasal 53 ayat (1) UU Sisdiknas dan UU BHP Bertentangan dengan UUD 1945<br />40. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa<br />Sistem dan UU BHP menciptakan Paradigma Baru Penyelenggaraan Pendidikan yang<br />Bertentangan dengan UUD 1945<br />41. Oleh karena itu, Pasal 53 ayat (1) UU Sistem Pendidikan Nasional dan UU BHP secara<br />keseluruhan Bertentangan dengan Pembukaan UUD 1945, Pasal 31 ayat (1), (2), (3),<br />(4), dan (5), Pasal 28 C ayat (1), Pasal 28 D ayat (1) Pasal 28 E ayat (1) serta Pasal 28 I<br />ayat (2) dan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945<br />E. Petitum<br />Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Para Pemohon mohon kepada Majelis Hakim<br />Mahkamah Konstitusi untuk memutus sebagai berikut:<br />1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian Undang-Undang<br />Para Pemohon ;<br />2. Menyatakan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem<br />Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No 9 Tahun 2009 Tentang Badan<br />Hukum Pendidikan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik<br />Indonesia Tahun 1945, khususnya alinea keempat Pembukaan UUD 1945, Pasal 1<br />ayat (3), Pasal 28 C ayat (1), Pasal 28 D ayat (1), Pasal 28 E ayat (1) serta Pasal 28 I<br />ayat (2), Pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), UUD 1945;<br />3. Menyatakan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem<br />Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No 9 Tahun 2009 Tentang Badan<br />Hukum Pendidikan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;<br />4. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia<br />sebagaimana mestinya.<br />Atau apabila Majelis Mahkamah Konstitusi berpendapat lain mohon putusan yang seadiladilnya<br />(ex aeque et bono)<br />Hormat Kami,<br />Kuasa Hukum Para Pemohon<br />Taufik Basari, S.H., S.Hum, LL.M<br />Illian Deta Artasari, S.H.<br />Ricky Gunawan, S.H.mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-80149339879132330202010-09-04T20:51:00.000-07:002010-09-04T20:52:49.729-07:00PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN DOSEN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL216<br />KEPUTUSAN<br />MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL<br />Nomor : 36/D/O/2001<br />Tentang<br />PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN<br />PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN DOSEN<br />MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL<br />Menimbang :<br />Dalam rangka memperoleh keseragaman pengertian, memudahkan pemahaman dan<br />untuk kelancaran pelaksanaan Keputusan Menkowasbangpan Nomor<br />38/Kep/MK.WASPAN/8/1999 tanggal 24 Agustus 1999, maka perlu dikeluarkan petunjuk<br />teknis pelaksanaan penilaian angka kredit jabatan dosen.<br />Mengingat :<br />1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 jo Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;<br />2. Peraturan Pemerintah :<br />a. Nomor 60 Tahun 1999;<br />b. Nomor 98 Tahun 2000;<br />c. Nomor 99 Tahun 2000;<br />3. Keputusan Presiden Republik Indonesia :<br />a. Nomor 85/M/Tahun 1999<br />b. Nomor 234/M/Tahun 2000<br />c. Nomor 9 Tahun 2001<br />4. Keputusan Menkowasbangpan Nomor 38/Kep/MK.WASPAN/8/1999 tanggal 24<br />Agustus 1999<br />5. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan<br />Kepegawaian Negara Nomor 61409/MPK/KP/99 dan Nomor 181 Tahun 1999<br />tanggal 13 Oktober 1999.<br />6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 074/U/2000 tanggal 4 Mei 2000.<br />217<br />MEMUTUSKAN :<br />Menetapkan :<br />Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian<br />Angka Kredit Jabatan Dosen.<br />Pasal 1<br />(1) Nama dan jenjang jabatan/pangkat dosen :<br />a. Asisten Ahli, yang meliputi pangkat Penata Muda (Gol.III/a), dan Penata<br />Muda Tk. I (Gol. III/b).<br />b. Lektor, yang meliputi pangkat Penata (Gol. III/c) dan Penata Tk. I (Gol.III/d).<br />c. Lektor Kepala, yang meliputi pangkat Pembina (Gol.IV/a), Pembina Tk.I<br />(Gol.IV/b) dan Pembina Utama Muda (Gol.IV/c).<br />d. Guru Besar, yang meliputi pangkat Pembina Utama Madya (Gol.IV/d) dan<br />Pembina Utama (Gol. IV/e).<br />(2) Batas jenjang jabatan dan pangkat dosen yang ditugaskan pada jenis/program<br />pendidikan profesional adalah Lektor Kepala, Pembina Utama Muda (Gol. IV/c).<br />(3) Untuk dapat diangkat pada masing-masing jabatan dan pangkat tersebut di atas,<br />harus memenuhi jumlah angka kredit sebagaimana tersebut dalam Lampiran III<br />Keputusan Menteri Negara Koordinator Pengawasan Pembangunan dan<br />Pendayagunaan Aparatur Negara No. 38/Kep/MK.WASPAN/8/1999 tanggal 24<br />Agustus 1999 yaitu :<br />a. Asisten Ahli : - Penata Muda (Gol.III/a) = 100<br />- Penata Muda Tk.I (Gol.III/b) = 150<br />b. Lektor : - Penata (Gol.III/c) = 200<br />- Penata Tk.I (Gol.III/d) = 300<br />c. Lektor Kepala : - Pembina (Gol.IV/a) = 400<br />- Pembina Tk.I (Gol.IV/b) = 550<br />- Pembina Utama Muda (Gol.IV/c) = 700<br />218<br />d. Guru Besar : - Pembina Utama Madya (Gol.IV/d) = 850<br />- Pembina Utama (Gol.IV/e) = 1050<br />(4) Kenaikan jabatan dosen dilakukan sekurang-kurangnya setelah 1 tahun dalam<br />jabatan dan kenaikan pangkat dilakukan sekurang-kurangnya setelah 2 tahun dalam<br />pangkat yang sedang dimiliki.<br />(5) Bagi dosen yang telah memperoleh kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi, namun<br />pangkatnya masih dalam lingkup jabatan sebelumnya, maka untuk kenaikan pangkat<br />berikutnya tidak lagi disyaratkan angka kredit sampai pada pangkat maksimum dalam<br />linkup jabatan tersebut apabila jumlah angka kredit yang telah ditetapkan memenuhi.<br />(6) Bagi dosen yang telah memperoleh kenaikan jabatan 2 (dua) tingkat lebih tinggi<br />melalui loncat jabatan, maka kenaikan pangkat berikutnya sampai pada pangkat<br />maksimum dalam lingkup jabatan setingkat lebih tinggi dari jabatan semula tidak lagi<br />disyaratkan angka kredit, sedangkan untuk kenaikan pangkat sampai pada pangkat<br />maksimum dalam lingkup jabatan yang diperoleh melalui loncat jabatan sesuai<br />dengan jumlah angka kredit yang telah ditetapkan, diharuskan mengumpulkan angka<br />kredit sebanyak 30% dari angka kredit yang disyaratkan untuk setiap kali kenaikan<br />pangkat tersebut.<br />(7) Bagi dosen yang menggunakan angka kredit untuk kenaikan pangkatnya terlebih<br />dahulu karena terlambat mengumpulkan angka kredit untuk kenaikan jabatan maka<br />angka kredit tersebut dapat digunakan untuk kenaikan jabatan berikutnya.<br />(8) Seorang dosen PNS tidak mempunyai pangkat lebih tinggi dari jabatan fungsional<br />dosen, kecuali bagi mereka yang diangkat ke dalam jabatan fungsional dosen dalam<br />rangka alih status menjadi dosen atau bagi mereka yang memperoleh kenaikan<br />pangkat melalui jalur struktural.<br />(9) Pengangkatan dosen ke dalam jabatan awal Asisten Ahli, baru dapat<br />dipertimbangkan apabila telah memenuhi syarat sebagai berikut :<br />a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun melaksanakan tugas utama (tugas<br />mengajar) sebagai dosen atau calon PNS dosen.<br />b. Memiliki ijazah S1/DIV atau S2/Sp.I sesuai dengan penugasan.<br />c. Telah memenuhi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) angka kredit di luar<br />angka kredit ijazah yang dihitung sejak yang bersangkutanmelaksanakan<br />219<br />tugas mengajar sebagai calon PNS dosen. Bagi dosen Non PNS/dosen<br />swasta/dosen luar biasa disyaratkan telah memiliki 25 angka kredit bagi yang<br />berpendidikan S1/DIV dan10 angka kredit bagi yang berpendidikan S2/Sp.I.<br />Khusus untuk karya penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan<br />penunjang tridharma perguruan tinggi yang dilaksanakan/diperoleh sebelum<br />bertugas sebagai dosen, dapat dihitung angka kreditnya.<br />d. Memiliki kinerja, integritas, tanggung jawab pelaksanaan tugas dan tata<br />krama dalam kehidupan kampus yang dibuktikan dengan Berita Acara Rapat<br />Pertimbangan Senat Fakultas bagi Universitas/Institut atau Senat Perguruan<br />Tinggi bagi Sekolah Tinggi/ Politeknik dan Akademi.<br />e. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />(10) Pengangkatan dosen ke dalam jabatan awal Lektor, baru dapat dipertimbangka<br />apabila telah memenuhi syarat sebagai berikut :<br />a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun melaksanakan tugas utama (tugas<br />mengajar) sebagai dosen atau sebagai calon PNS dosen.<br />b. Memiliki ijazah S3/Sp.II sesuai dengan penugasan.<br />c. Telah memenuhi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) angka kredit di luar<br />angka kredit ijazah yang dihitung sejak yang bersangkutan melaksanakan<br />tugas mengajar sebagai calon PNS dosen. Bagi dosen Non PNS/dosen<br />swasta/dosen luar biasa disyaratkan telah memiliki 25 angka kredit. Khusus<br />untuk karya penelitian, pengabdian kepada Masyarakat dan penunjang<br />tridharma perguruan tinggi yang dilaksanakan/diperoleh sebelum bertugas<br />sebagai dosen, dapat dihitung angka kreditnya.<br />d. Memiliki kinerja, integritas, tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas dan<br />tata krama dalam kehidupan kampus yang dibuktikan dengan Berita Acara<br />Rapat Pertimbangan Senat Fakultas bagi Universitas/Institut/atau Senat<br />perguruan tinggi bagi Sekolah Tinggi/Politeknik dan Akademi.<br />e. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />(11) Dosen yang tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri sipil yang telah atau<br />pernah memiliki jabatan fungsional dosen, maka jabatan tersebut tetap diakui<br />apabila telah menjadi pegawai negeri sipil dengan tugas sebagai dosen.<br />220<br />Pengakuan tersebut hanya pada jabatan fungsional, sedangkan pangkatnya sama<br />dengan yang dimiliki sebagai pegawai negeri sipil.<br />(12) Pemberian jabatan dosen sebagaimana tersebut pada ayat (11), pejabat yang<br />berwenang menetapkan angka kredit dan pengangkatan ke dalam jabatan dosen<br />membuat kembali penetapan angka kredit dan surat keputusan jabatan dosen<br />pengawai negeri sipil ybs pada perguruan tinggi di mana yang bersangkutan<br />ditempatkan, didasarkan pada penetapan angka kredit dan surat keputusan<br />pengangkatanke dalam jabatan yang telah dimiliki ybs setelah diteliti secaracermat<br />keabsahannya.<br />(13) Kenaikan jabatan dosen secara reguler (setingkat lebih tinggi), baru dapat<br />dipertimbangkan, apabila telah memenuhi syarat sebagai berikut :<br />a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun menduduki jabatan terakhir yang<br />dimiliki.<br />b. Telah memenuhi angka kredit yang disyaratkan.<br />c. Memiliki publikasi ilmiah dalam jurnal ilmiah nasional yang terakreditasi<br />sebagai penulis utama yang jumlahnya mencukupi 25% dari persyaratan<br />angka kredit minimum untuk kegiatan penelitian bagi kenaikan jabatan dalam<br />kurun waktu 1 sampai dengan 3 (tiga) tahun.<br />d. Memiliki kinerja, integritas, tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas dan<br />tata krama dalam kehidupan kampus berdasarkan penilaian senat yang<br />dibuktikan dengan berita acara rapat pemberian pertimbangan senat fakultas<br />bagi universitas/institut atau senat perguruan tinggi bagi sekolah<br />tinggi/politeknik dan akademi untuk pengangkatan/kenaikan jabatan Asisten<br />Ahli dan Lektor serta berita acara pemberian pertimbangan senat perguruan<br />tinggi untuk pengangkatan/kenaikan jabatan ke Lektor Kepala dan berita<br />acara pemberian persetujuan senat perguruan tinggi bagi<br />pengangkatan/kenaikan jabatan ke Guru Besar.<br />e. Khusus bagi kenaikan jabatan ke Guru Besar harus pula memenuhi syarat<br />tambahan yaitu mempunyai kemampuan akademik membimbing Calon<br />Doktor yang dapat dibuktikan dengan memenuhi salah satusyarat sebagai<br />berikut ;<br />1) Memiliki pendidikan Doktor (S3) atau Spesialis II (Sp.II) dalam bidang<br />yang sesuai dengan penugasan.<br />221<br />2) Mempunyai karya ilmiah di bidang ilmu yang ditugaskan sebagai<br />penulis utama yang diterbitkan dalam jurnal, sekurang-kurangnya 1<br />(satu) pada tingkat internasional yang memiliki reputasi ditambah 2<br />(dua) pada tingkat nasional yang terakreditasi.<br />3) Mempunyai sekurang-kurangnya 2 (dua) karya monumental yang<br />mendapat pengakuan kedua-duanya nasional dan Internasional.<br />f. Syarat-syarat akademik lainnya yang ditentukan oleh Direktur Jenderal<br />Pendidikan Tinggi atas nama Menteri Pendidikan Nasional sejalan dengan<br />tuntutan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian<br />dalam kerangka peningkatan kualitas dosen.<br />g. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />(14) Bagi dosen yang potensial/berprestasi tinggi dapat dinaikan langsung ke jenjang<br />jabatan yang lebih tinggi (loncat jabatan) maksimal menjadi Lektor Kepala dan<br />pangkatnya dinaikan setingkat lebih tinggi sesuai ketentuan apabila memenuhi<br />syarat sebagai berikut :<br />a. Sekurang-kurangnya telah menduduki jabatan Asisten Ahli selama 1 (satu)<br />tahun.<br />b. Memiliki ijazah Doktor (S3) atau Spesialis II (Sp.II) pada saat masih<br />menduduki jabatan Asisten Ahli.<br />c. Memiliki 4 (empat) publikasi ilmiah dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi<br />sebagai penulis utama.<br />d. Telah memenuhi jumlah angka kredit yang disyaratkan.<br />e. Memiliki kinerja, integritas, tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas dan<br />tata krama dalam kehidupan kampus yang dibuktikan dengan berita acara<br />rapat pemberian pertimbangan senat perguruan tinggi.<br />f. Syarat-syarat akademik lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal<br />Pendidikan Tinggi atas nama Menteri Pendidikan Nasional sejalan dengan<br />tuntutan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian<br />dalam rangka peningkatan kualitas dosen.<br />222<br />g. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />(15) Bagi dosen yang potensial/berprestasi tinggi dapat dinaikan langsung ke jenjang<br />jabatan yang lebih tinggi (loncat jabatan) menjadi Guru Brsar dan pangkatnya<br />dinaikan setingkat lebih tinggi sesuai ketentuan apabila memenuhi syarat sebagai<br />berikut :<br />a. Sekurang-kurangnya telah menduduki jabatan Lektor selama 1 (satu) tahun.<br />b. Memiliki ijazah Doktor (S3) atau Spesialis II (Sp.II)<br />c. Memiliki 4 (empat) publikasi ilmiah dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi<br />sebagai penulis utama.<br />d. Telah memenuhi jumlah angka kredit yang disyaratkan.<br />e. Memiliki kinerja, integritas, tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas dan<br />tata krama dalam kehidupan kampus yang dibuktikan dengan berita acara<br />rapat pemberian pertimbangan senat perguruan tinggi.<br />f. Syarat-syarat akademik lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal<br />Pendidikan Tinggi atas nama Menteri Pendidikan Nasional sejalan dengan<br />tuntutan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian<br />dalam rangka peningkatan kualitas dosen.<br />g. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />Pasal 2<br />(1) Untuk pengangkatan ke dalam jabatan dosen dalam rangka penyesuaian jabatan<br />bagi dosen yang sudah lama bertugas pada suatu perguruan tinggi tetapi belum<br />mempunyai jabatan dosen karena sesuatu hal, baik dosen negeri maupun dosen<br />swasta, baik dosen biasa maupun dosen luar biasa, ia dapat menyesuaikan<br />jabatannya sebagai dosen dengan menggunakan angka kredit kumulatif dengan<br />beberapa ketentuan sebagai berikut :<br />a. Telah memenuhi angka kredit kumulatif yang disyaratkan. Khusus untuk<br />karya penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan penunjang tridharma<br />perguruan tinggi yang dilaksanakan/diperoleh sebelum bertugas sebagai<br />dosen, dapat dihitung angka kreditnya.<br />223<br />b. Telah bertugas sebagai dosen minimal 7 (tujuh) tahun bagi yang<br />berpendidikan Doktor/Sp.II<br />c. Telah bertugas sebagai dosen sebelum 1 April 1988 bagi yang berpendidikan<br />S1/D IV atau S2/Sp.I.<br />d. Jenjang jabatan yang diberikan setinggi-tingginya Lektor Kepala sesuai<br />dengan jumlah angka kredit kumulatif yang ditetapkan.<br />e. Memiliki kinerja, integritas, tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas dan<br />tata krama dalam kehidupan kampus yang dibuktikan dengan berita acara<br />rapat pemberian pertimbangan senat fakultasebagi Universitas/institut atau<br />senat perguruan tinggi bagi sekolah tinggi/politeknik dan akademi untuk<br />penyesuaian ke jabatan Asisten Ahli dan Lektor dan Senat perguruan tinggi<br />bagi penyesuaian ke jabatan Lektor Kepala.<br />f. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />h. Apabila terdapat hal-hal yang luar biasa pada seorang dosen yang<br />berpendidikan Doktor/Sp.II, maka penyesuaian jabatan bagi dosen yang<br />bersangkutan dapat ditetapkan dengan menyimpang dari ketentuan pada<br />huruf b di atas, setelah melalui suatu penilaian yang cermat dari Tim Penilai.<br />Yang dimaksud dengan hal-halyang luar biasa adalah hal-hal yang<br />berkenaan dengan karya penelitian maupun pengabdian ybs yang setelah<br />dinilai oleh tim penilai mempunyai kelebihan yang luar biasa. Dalam hal<br />seperti ini, maka penyesuaian jabatan ybs dapat ditetapkan sesuai dengan<br />jumlah angka kredit kumulatif yang diperoleh walaupun baru bertugas<br />sebagai dosen kurang dari 7 (tujuh) tahun dan lebih dari 3 (tiga) tahun.<br />(2) Dosen yang sedang dalam tugas belajar dapat diproses kenaikan<br />jabatan/pangkatnya apabila angka kredit yang disyaratkan telah terpenuhi sebelum<br />ybs mengikuti tugas belajar walaupun masa kerja dalam jabatan/pangkat terakhir<br />baru terpenuhi pada saat ybs sedang dalam tugas belajar. Untuk hal ini maka<br />penetapan angka kredit dan surat keputusan pengangkatan ke dalam jabatan<br />fungsional/pangkat dosen tetap dibuat berlaku terhitung mulai tanggal sesuai<br />dengan syarat masa dalam jabatan untuk kenaikan jabatan dan syarat masa dalam<br />pangkat untuk kenaikan pangkat berdasarkan ketentuan yang berlaku. Khusus<br />untuk kenaikan pangkatnya dapat diberlakukan kenaikan pangkat sedang dalam<br />tugas belajar sesuai dengan ketentuan dalam pasal 19 PP No.99 Tahun 2000<br />224<br />apabila tidak dapat menggunakan kenaikan pangkat pilihan sesuai dengan<br />ketentuan dalam pasal 9 PP No.99 Tahun 2000 karena tidak memenuhi syarat<br />angka kredit sebelum ybs mengikuti tugas belajar.<br />(3) Dosen pada jenis/program pendidikan akademik yang menduduki jabatan Asisten<br />Ahli /Penata Muda (Gol.III/a) sampai Lektor Kepala (Gol.IV/c), dapat pindah ke<br />jenis/program pendidikan profesional, apabila memenuhi syarat sebagai berikut :<br />a. Sejak pengangkatan pertama dan setiap kali kenaikan ke jabatan/pangkat<br />berikutnya sampai pada jabatan/pangkat terakhir yang dimilikinya sebagai<br />dosen pada jenis/program pendidikan akademik selalu memenuhi angka<br />kredit memperoleh dan melaksanakan pendidikan dan pengajaran sekurangkurangnya<br />40% dari jumlah angka kredit yang disyaratkan. Bagi dosen yang<br />sejak awal sampai menduduki jabatan terakhir belum memenuhi angka kredit<br />kegiatan memperoleh dan melaksanakan pendidikan dan pengajaran<br />sebagaimana disyaratkan tersebut, maka dapat dipenuhi secara kumulatif<br />pada saat diusulkan pindah ke program pendidikan profesional.<br />b. Memperoleh pertimbangan senat perguruan tinggi penyelenggara<br />jenis/program pendidikan profesional.<br />c. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />(4) Dosen pada jenis/program pendidikan profesional yang menduduki jabatan Asisten<br />Ahli, Penata Muda (Gol.III/a) sampai Lektor Kepala (Gol.IV/c), dapat pindah ke<br />jenis/program pendidikan akademik, apabila memenuhi syarat sebagai berikut :<br />a. Sejak pengangkatan pertama dan setiap kali kenaikan ke jabatan/pangkat<br />berikutnya sampai pada jabatan/pangkat terakhir yang dimilikinya sebagai<br />dosen pada jenis/program pendidikan profesional selalu memenuhi angka<br />kredit melaksanakan penelitian sekurang-kurangnya 25% dari jumlah angka<br />kredit yang diperlukan. Bagi dosen yang sejak awal sampai menduduki<br />jabatan terakhir belum memenuhi angka kredit kegiatan penelitian<br />sebagaimana disyaratkan tersebut, maka dapat dipenuhi secara kumulatif<br />pada saat diusulkan pindah ke program pendidikan akademik.<br />b. Mempunyai publikasi ilmiah dalam jurnal ilmiah terakreditasi sebagai penulis<br />utama yang jumlahnya mencukupi 25% dari persyaratan angka kredit<br />minimum kegiatan penelitian pada setiap kali kenaikan jabatan dalam kurun<br />waktu 1-3 tahun sampai jabatan terakhir sebagaimana disyaratkan untuk<br />225<br />setiap kali kenaikan jabatan dalam kurun waktu 1-3 tahun bagi dosen pada<br />jenis/program pendidikan akademik. Bagi dosen yang sejak awal sampai<br />menduduki jabatan terakhir belum memenuhi angka kredit jurnal ilmiah<br />tersebut, maka dapat dipenuhi secara kumulatif pada saat diusulkan pindah<br />ke program pendidikan akademik.<br />c. Memperoleh pertimbangan senat perguruan tinggi penyelenggara<br />jenis/program pendidikan profesional.<br />d. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />(5) Bagi dosen yang ditugaskan pada jenis/program pendidikan profesional, dan<br />mempunyai jabatan Lektor Kepala dapat mempunyai kesempatan untuk naik ke<br />jabatan Guru Besar, apabila memenuhi syarat sebagai berikut :<br />a. Mempunyai kemampuan membimbing calon doktor yang dapat dibuktikan<br />dengan memenuhi salah satu syarat sebagaimana tersebut pada pasal 1<br />ayat (13) huruf e.<br />b. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun melaksanakan tugas sebagai<br />dosen luar biasa pada jenis/program pendidikan akademik.<br />c. Sejak pengangkatan pertama dan setiap kali kenaikan ke jabatan/pangkat<br />berikutnya sampai Lektor Kepala dalam pangkat Pembina Utama Muda<br />(Gol.IV/c) sebagai dosen pada jenis/program pendidikan profesional selalu<br />memenuhi angka kredit melaksanakan penelitian sekurang-kurangnya 25%<br />dari persyaratan angka kredit yang diperlukan. Bagi dosen yang sejak awal<br />sampai menduduki jabatan terakhir tersebut, belum memenuhi angka kredit<br />penelitian sebagaimana disyaratkan, maka dapat dipenuhi secara kumulatif<br />pada saat diusulkan menjadi Guru Besar oleh perguruan tinggi<br />penyelenggara pendidikan akademik.<br />d. Mempunyai publikasi ilmiah dalam jurnal ilmiah terakreditasi sebagai penulis<br />utama yang jumlahnya mencukupi 25% dari persyaratan angka kredit<br />minimum kegiatan penelitian pada angka kredit kumulatif minimum setiap<br />jabatan yang disyaratkan untuk setiap kali kenaikan jabatan dalam kurun<br />waktu 1-3 tahun bagi dosen pada jenis/program pendidikan akademik.<br />e. Memperoleh persetujuan tertulis dari senat perguruan tinggi penyelenggara<br />jenis/program pendidikan akademik.<br />226<br />f. Diusulkan oleh perguruan tinggi penyelenggara jenis/program pendidikan<br />akademik tersebut dalam status sebagai dosen luar biasa pada perguruan<br />tinggi dimaksud. Apabila ybs ingin diusulkan dalam status sebagai dosen<br />tetap pada perguruan tinggi penyelenggara pendidikan akademik, maka<br />harus terlebih dahulu diproses perpindahannya sebagai dosen tetap pada<br />perguruan tinggi dimaksud sebelum diusulkan menjadi Guru Besar.<br />g. Telah memenuhi jumlah angka kredit yang disyaratkan.<br />h. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />(6) Bagi pegawai negeri sipil non dosen yang ingin pindah menjadi pegawai negeri sipil<br />dosen, apabila telah memenuhi syarat sebagai berikut :<br />a. Sekurang-kurangnya berpendidikan Pasca Sarjana (S2) atau Spesialis I<br />(Sp.I) dalam bidangnya yang ditetapkan oleh Tim Ahli Khusus bagi yang<br />pindah menjadi dosen profesional (DIII atau lebih rendah) sekurangkurangnya<br />berpendidikan Sarjana (S1) atau DIV.<br />b. Memiliki IPK sekurang-kurangnya 3,00.<br />c. Telah memiliki sekurang-kurangnya jabatan Lektor atau setelah dinilai oleh<br />pejabat yang berwenang ybs memiliki jemlah angka kredit untuk jabatan<br />sekurang-kurangnya Lektor.<br />d. Rasio dosen mahasiswa pada program studi penerima atau rasio dosen<br />mahasiswa yang dilayani pada perguruan tinggi penerimamasih<br />memungkinkan (bidang ilmu yang dituntut pelayanan di luar program studi<br />ybs).<br />e. Mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen<br />Pendidikan Nasional.<br />f. Syarat-syarat administratif lainnya.<br />(7) Bagi PNS non dosen yang pindah/alih status menjadi dosen sebelum berlakunya<br />Keputusan Menkowasbangpan No.38/Kep/MK.WASPAN/8/1999 tanggal 24 Agustus<br />1999 (berlaku tanggal 1 Januari 2001), maka penyesuaian jabatan dapat langsung<br />227<br />dilakukan apabila telah pernah bertugas sebagai dosen sekurang-kurangnya 1 (satu)<br />tahun sebelum atau sesudah pindah/alih status.<br />Pasal 3<br />(1) Jumlah angka kredit untuk masing-masing jenjang jabatan yang tersebut pada Pasal<br />1 ayat (3), adalah angka kredit kumulatif yang dipergunakan untuk pengangkatan<br />pertama atau penyesuaian jabatan, sedangkan untuk kenaikan jabatan dipergunakan<br />angka kredit selisih antara jabatan lama dan jabatan baru dengan memperhatikan<br />kelebihan angka kredit.<br />(2) Kelebihan angka kredit yang diperoleh pada kenaikan jabatan/pangkat terakhir,<br />dipergunakan untuk kenaikan jabatan/pangkat berikutnya dengan ketentuan 100%<br />untuk memperoleh dan melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan<br />pengabdian kepada masyarakat dengan sebanyak-banyaknya 80% (delapan puluh<br />persen) persyaratan unsure utama dan 0% unsur penunjang untuk kenaikan jabatan<br />berikutnya.<br />(3) Untuk menghitung kelebihan angka kredit pada kegiatan memperoleh dan<br />melaksanakan pendidikan dan pengajaran, dan kegiatan melaksanakan penelitian<br />dilakukan dengan rumus : Selisih antara angka kredit minimum dengan perolehan<br />angka kredit baru pada masing-masing kegiatan dibagi jumlah dari selisih kedua<br />kegiatan tersebut, kali kelebihan angka kredit di luar angka kredit kegiatan<br />melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Sementara untuk menentukan<br />kelebihan angka kredit pada kegiatan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat<br />dilakukan dengan cara : jumlah perolehan angka kredit dikurangi jumlah angka kredit<br />maksimum pada kegiatan tersebut sebagaimana contoh penetapan angka kredit<br />pada Lampiran I.<br />(4) Jumlah angka kredit yang memenuhi persyaratan untuk pengangkatan ke dalam<br />jabatan Asisten Ahli bagi dosen PNS berpendidikan S1/DIV yang kurang dari jumlah<br />angka kredit kumulatif yang ditetapkan untuk jabatan tersebut, untuk penetapan<br />angka kreditnya dihitung sama jumlahnya dengan penetapan angka kredit kumulatif<br />untuk jabatan tersebut dengan cara menambah 15 (lima belas) angka kredit pada<br />kegiatan memperoleh dan melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagai<br />kompensasi dari Diklat Prajabatan CPNS dosen ybs.<br />(5) Jumlah angka kredit yang memenuhi persyaratan untuk pengangkatan kedalam<br />jabatan Lektor bagi dosen PNS berpendidikan S3/Sp.II yang kurang dari jumlah<br />angka kredit kumulatif yang ditetapkan untuk jabatan tersebut, untuk penetapan<br />228<br />angka kreditnya dihitung sama jumlahnya dengan angka kredit kumulatif untuk<br />jabatan tersebut dengan cara menambah 25 (dua puluh lima) angka kredit pada<br />kegiatan memperoleh dan melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagai<br />kompensasi dari Diklat Prajabatan CPNS dosen ybs.<br />(6) 10 (sepuluh) angka kredit yang disyaratkan pada pengangkatan jabatan awal bagi<br />dosen PNS yang berpendidikan S2/Sp.I tidak dapat dihitung sebagai kelebihan untuk<br />kenaikan jabatan/pangkat berikutnya Berkenaan dengan itu, maka pada saat<br />penetapan angka kredit untuk kenaikan jabatan berikutnya, jumlah angka kredit<br />pada kolom angka kredit lama tetap dibuat 100 (seratus) dengan cara mengurani 10<br />(sepuluh) angka kredit yang terdiri dari unsur penunjang tridharma perguruan tinggi,<br />pengabdian kepada masyarakat serta memperoleh dan melaksanakan pendidikan<br />dan pengajaran.<br />Pasal 4<br />(1) Ijazah yang digunakan untuk pengangkatan pertama/penyesuaian jabatan ke dalam<br />jabatan fungsional dosen, angka kreditnya adalah :<br />- Doktor (S3)/Spesialis II (Sp.II) = 150<br />- Magister (S2)/Spesialis I (Sp.I) = 100<br />- Sarjana (S1)/Diploma IV (D IV) = 75<br />(2) Bagi dosen yang telah menggunakan suatu tingkat ijazah tertentu untuk<br />pengangkatan ke dalam jabatan fungsional dosen, kemudian melanjutkan<br />pendidikan dan memperoleh ijazah yang lebih tinggi dalam bidang ilmu yang sama<br />atau berhubungan/berdekatan, maka angka kredit yang dapat digunakan dari ijazah<br />tersebut adalah angka kredit hasil pengurangan dari angka kredit ijazah yang telah<br />digunakan. Khusus angka kredit ijazah di luar bidang ilmu dihitung berdasarkan<br />angka kredit tingkat ijazah masing-masing tanpa mengurangi angka kredit ijazah<br />yang telah atau akan digunakan.<br />(3) Pendidikan pelatihan fungsional dosen adalah kegiatan yang diselenggarakan dalam<br />rangka peningkatan kemampuan dosen baik dari segimateri pengajaran maupun<br />kemampuan didaktik metodik. Termasuk ke dalam diklat ini adalah Program<br />Pengembangan Ketrampilan Teknik Instruksional (PEKERTI) dan Applied Approach<br />(AA).<br />Pasal 5<br />229<br />(1) Angka kredit melaksanakan perkuliahan/tutorial, membimbing, menguji,<br />menyelenggarakan pendidikan di laboratorium, praktek keguruan,<br />bengkel/studi/kebun percobaan/teknologi pengajaran dan praktek lapangan,<br />merupakan satu paket dengan jumlah angka kredit maksimum yang dapat diakui<br />adalah 5,5 angka kredit per-semester per-12 sks bagi yang menduduki jabatan<br />Asisten Ahli dan 11 angka kredit persemester per-12 sks bagi yang menduduki<br />jabatan Lektor ke atas. Beberapa dosen yang mengajar 1 (satu) mata kuliah (Team<br />Teaching), pembagian angka kreditnya sebanding dengan beban tugas dosen<br />masing-masing yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan dosen-dosen tersebut<br />dan mendapat persetujuan dari ketua program studi/ketua jurusan. Penghitungan<br />angka kredit butir kegiatan ini didasarkan pada bobot SKS mata kuliah kali jumlah<br />kelas yang ada. (jumlah mahasiswa perkelas minimal 30 orang).<br />(2) Membimbing seminar mahasiswa adalah membimbing seminar mahasiswa dalam<br />rangka studi akhir dan angka kreditnya 1 (satu) per-semester tidak tergantung pada<br />jumlah mahasiswa yang dibimbing.<br />(3) Membimbing kuliah kerja nyata, praktek kerja nyata dan praktek kerja lapangan,<br />angka kreditnya bukan per kegiatan, melainkan kegiatan selama 1 (satu) semester<br />tanpa melihat jumlah mahasiswa yang dibimbing.<br />(4) Membimbing/ikut membimbing dalam menghasilkan disertasi, thesis, skripsi dan<br />laporan akhir studi, angka kreditnya baru diberikan apabila yang dibimbing telah<br />dinyatakan lulus/mengakhiri studi dengan ketentuan sebagai berikut :<br />a. Setiap disertasi, diberi 8 angka kredit bagi pembimbing dan 6 angka kredit<br />bagi pembimbing pendamping/pembimbing pembantu.<br />b. Setiap thesis, diberi 3 angka kredit bagi pembimbing dan 2 angka kredit bagi<br />pembimbing pendamping/pembimbing pembantu.<br />c. Setiap skripsi, diberi 1 angka kredit bagi pembimbing dan 0,5 bagi<br />pembimbing pendamping/pembimbing pembantu.<br />d. Setiap laporan akhir studi, diberi 1 angka kredit bagi pembimbing dan 0,5<br />bagi pembimbing pendamping/pembimbing pembantu.<br />(5) Bertugas sebagai penguji pada ujian akhir, angka kreditnya 1 per mahasiswa per<br />semester bagi ketua penguji dan 0,5 per-mahasiswa per-semester bagi sekretaris<br />dan anggota penguji. Termasuk ke dalam pengertian ujian akhir adalah ujian<br />disertasi/thesis/skripsi/laporan akhir studi, komprehensif.<br />230<br />(6) Bagi pembimbing atau pembimbing pendamping/pendamping pembantu, jumlahnya<br />tidak dibatasi dan masing-masing diberikan angka kredit sebanding dengan beban<br />tugas masing-masing yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pembimbing<br />atau pembimbing pendamping/pembimbing pembantu tersebut setelah mendapat<br />persetujuan dari pimpinan fakultas/pasca sarjana.<br />(7) Membina kegiatan mahasiswa di bidang akademik adalah kegiatan-kegiatan yang<br />bersifat kurikuler dan ko kurikuler termasuk sebagai penasehat akademik/ dosen<br />wali, sedangkan di bidang kemahasiswaan adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat<br />ekstra kurikuler seperti pembinaan minat, penalaran dan kesejahteraan mahasiswa.<br />(8) Mengembangkan program kuliah adalah hasil pengembangan inovatif model<br />metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran dalam<br />bentuk suatu tulisan yang tersimpan dalam perpustakaan perguruan tinggi,<br />termasuk dalam kegiatan ini adalah pengembangan dan penyusunan matakuliah<br />baru serta pengembangan dan penyusunan methodologi pendidikan dan<br />methodologi penelitian di perguruan tinggi.<br />(9) Mengembangkan bahan pengajaran adalah hasil pengembangan inovatif materi<br />substansial pengajaran dalam bentuk buku ajar, diktat, modul, petunjuk praktikum,<br />model, alat bantu, audio visual, naskah tutorial<br />a. Buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu matakuliah yang ditulis dan<br />disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta<br />diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan.<br />b. Diktat adalah buku ajar untuk suatu matakuliah yang ditulis dan disusun oleh<br />pengajar matakuliah tersebut, mengikuti kaidah tulisan ilmiah dan<br />disebarluaskan kepada peserta kuliah.<br />c. Petunjuk praktikum adalah pedoman pelaksanaan praktikum yang berisi tata<br />cara persiapan, pelaksanaan, analisis data dan pelaporan. Pedoman<br />tersebut disusun dan ditulis oleh kelompok staf pengajar yang menangani<br />praktikum tersebut dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah.<br />d. Model adalah alat peraga atau simulasi komputer yang digunakan untuk<br />menjelaskan fenomena yang terkandung dalam penyajian suatu matakuliah<br />untuk meningkatkan pemahaman peserta kuliah.<br />231<br />e. Alat bantu adalah perangkat keras maupun perangakat lunak yang<br />digunakan untuk membantu pelaksanaan perkuliahan dalam rangka<br />meningkatkan pemahaman peserta kuliah tentang suatu fenomena.<br />f. Audio Visual adalah alat bantu perkuliahan yang menggunakan kombinasi<br />antara gambar dan suara, digunakan dalam kuliah untuk meningkatkan<br />pemahaman peserta didik tentang suatu fenomena.<br />g. Naskah tutorial adalah bahan rujukan untuk kegiatan tutorial suatu<br />matakuliah yang disusun dan ditulis oleh pengajar mata kuliah atau oleh<br />pelaksana kegiatan tutorial tersebut, dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah.<br />(10) Menyampaikan orasi ilmiah adalah menyampaikan pidato ilmiah pada forum-forum<br />kegiatan tradisi akademik seperti dies natalis, wisuda lulusan, dll.<br />(11) Termasuk ke dalam pengertian menduduki jabatan pimpinan perguruan tinggi<br />adalah menduduki jabatan sebagai :<br />a. Ketua Lembaga di lingkungan Universitas/Institut, angka kreditnya sama<br />dengan Pembantu Rektor.<br />b. Kepala Pusat Penelitian di lingkungan Universitas/Institut, angka kreditnya<br />sama dengan Pembantu Dekan.<br />c. Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat di lingkungan<br />sekolah tinggi, angka kreditnya sama dengan Pembantu Ketua sekolah<br />tinggi.<br />d. Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat di lingkungan<br />Akademi dan Politeknik, angka kreditnya sama dengan Pembantu Direktur.<br />e. Ketua dan Sekretaris Program Studi, angka kreditnya sama dengan<br />Sekretaris Jurusan.<br />(12) Yang berwenang membimbimg dosen yang lebih rendah jabatan fungsionalnya,<br />baik pembimbing pencangkokan maupun pembimbing reguler adalah mereka yang<br />sudah menduduki jabatan Lektor bagi yang berpendidikan S3/Sp.II atau yang sudah<br />menduduki jabatan Lektor Kepala bagi yang berpendidikan S1/DIV atau S2/Sp.I.<br />Membimbing pencangkokan adalah kegiatan membimbing dosen yunior dari<br />perguruan tinggi lain yang dicangkokkan pada perguruan tinggi asal oleh<br />232<br />pembimbing dalam bidang ilmu yang sama. Sedangkan membimbing reguler<br />adalah kegiatan membimbing dosen yunior oleh dosen senior dalam bidang ilmu<br />yang sama pada perguruan tinggi sendiri.<br />(13) Melaksanakan kegiatan detasering adalah melaksanakan suatu kegiatan<br />penugasan dari perguruan tinggi asal ke suatu perguruan tinggi lain untuk<br />membimbing dosen yunior pada perguruan tinggi tersebut dalam bidang ilmu yang<br />sama. Sedangkan melaksanakan kegiatan pencangkokan adalah mengikuti<br />sebagai dosen peserta pencangkokan yang dikirim oleh suatu perguruan tinggi asal<br />ke suatu perguruan tinggi lain untuk tujuan meningkatkan kemampuan dalam bidang<br />ilmunya.<br />Pasal 6<br />(1) Angka kredit untuk kegiatan melaksanakan penelitian dan melaksanakan<br />pengabdian kepada masyarakat adalah angka kredit maksmimal dan bukan angka<br />kredit absolut. Artinya dalam batas rambu-rambu ini masih diberikan angka kredit<br />yang wajar bagi kasus masing-masing melalui penilaian sejawat (peer review)<br />berdasarkan mutu, sofistikasi dan kemutahiran. Sedangkan angka kredit untuk<br />kegiatan memperoleh dan melaksanakan pendidikan serta penunjang tridharma<br />perguruan tinggimerupakan angka kredit absolut.<br />(2) Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang dipublikasikan dalam bentuk :<br />a. Monograf adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi<br />pembahasannya hanya pada satu hal saja dalam suatu bidang ilmu.<br />b. Buku referensi adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi<br />pembahasannya pada satu bidang ilmu.<br />(3) Buku yang memenuhi syarat adalah buku yang memenuhi kriteria sebagai berikut :<br />a. Tebal paling sedikit 40 (empat puluh) halaman cetak (menurut format<br />UNESCO)<br />b. Ukuran adalah 15,5 X 23 cm<br />c. Harus memiliki International Standard of Book Numbering System (ISBN)<br />d. Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/Organisasi/Perguruan Tinggi<br />233<br />e. Isi tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945<br />(4) Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang dipublikasikan dalam majalah ilmiah :<br />a. Majalah ilmiah internasional adalah majalah ilmiah yang terbit pada negara lain<br />yang memiliki reputasi yang tidak diragukan atau majalah ilmiah nasional<br />terakreditasi yang menurut penilaian Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi<br />disamakan dengan majalah ilmiah internasional.<br />b. Majalah Ilmiah nasional terakreditasi adalah majalah ilmiah yang di samping<br />memenuhi kriteria sebagai majalah ilmiah nasional, juga mendapat akreditasi<br />dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang daya lakunya 3 (tiga) tahun<br />sehingga suatu majalah ilmiah yang terakreditasi pada suatu tahun dapat saja<br />tidak terakreditasi pada tahun berikutnya, sangat tergantung hasil penilaian dari<br />Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang kemudian ditetapkan dalam suatu<br />Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.<br />c. Majalah ilmiah nasional tidak terakreditasi adalah majalah ilmiah yang<br />memnuhi kriteria sebagai berikut :<br />1) Bertujuan menampung/mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian ilmiah<br />dan atau konsep ilmiah dan disiplin ilmu tertentu.<br />2) Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti yang mempunyai disiplindisiplin<br />keilmuan yang relevan.<br />3) Diterbitkan oleh Badan ilmiah/organisasi/perguruan tinggi dengan unitunitnya.<br />4) Mempunyai dewan redaksi yang terdiri dari para ahli dalam bidangnya.<br />5) Mempunyai International Standard of Serial Number (ISSN).<br />6) Diedarkan secara nasional.<br />(5) Pada suatu majalah dapat memuat beberapa artikel ilmiah dari penulis yang sama<br />dan angka kreditnya dihitung per-artikel ilmiah, dan bukan per-majalah ilmiah.<br />(6) Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang dipublikasikan melalui seminar :<br />234<br />a. Disajikan yakni disajikan secara tertulis dalam bentuk makalah.<br />b. Poster yakni rancangan atau desain yang difungsikan untuk mempublikasikan<br />sebuah kegiatan tertentu dan atau mempromosikan suatu hasil karya dengan<br />sentuhan audio visual yang menarik dan original.<br />(7) Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang dipublikasikan dalam koran/majalah<br />populer/majalah umum sebagai suatu tulisan ilmiah populer.<br />(8) Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang tidak dipublikasikan dan tersimpan di<br />perpustakaan perguruan tinggi setelah mendapat rekomendasi dari seorang Guru<br />Besar atau pakar dibidangnya.<br />(9) Menterjemahkan/menyadur buku ilmiah adalah menterjemahkan/menyadur buku<br />ilmiah dalam bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya yang<br />diterbitkan dan diedarkan secara nasional dalam bentuk buku.<br />(10) Mengedit/menyunting buku ilmiah adalah hasil suntingan/editing terhadap isi buku<br />ilmiah orang lain untuk memudahkan pemahaman bagi pembaca dan diterbitkan<br />serta diedarkan secara nasional dalam bentuk buku.<br />(11) Membuat rancangan dan karya teknologi yang dipatenkan adalah membuat<br />rancangan yang sekaligus menghasilkan karya nyata di bidang teknologi yang<br />dipatenkan yakni mendapat sertifikasi hak cipta/hak intelektual secara paten dari<br />badan atau instansi yang berwenang pada tingkat :<br />a. Internasional adalah mendapat sertifikasi hak cipta/hak intelektual dari badan<br />atau instansi yang berwenang untuk tingkat internasional.<br />b. Nasional adalah mendapat sertifikasi hak cipta/hak intelektual dari badan atau<br />instansi yang berwenang untuk tingkat nasional.<br />(12) Membuat rancangan dan karya teknologi adalah membuat rancangan yang<br />sekaligus menghasilkan karya nyata di bidang teknologi tanpa mendapat hak paten,<br />tetapi mendapat penilaian sejawat yang mempunyai otoritas sebagai karya yang<br />bermutu, canggih dan mutakhir pada tingkat :<br />a. Internasional adalah mendapat penilaian sejawat yang mempunyai otoritas<br />untuk tingkat internasional.<br />235<br />b. Nasional adalah mendapat penilaian sejawat yang mempunyai otoritas untuk<br />tingkat nasional.<br />c. Lokal adalah mendapat penilaian sejawat yang mempunyai otoritas untuk<br />tingkat daerah.<br />(13) Membuat rancangan dan karya seni monumental/seni pertunjukan adalah rancangan<br />yang sekaligus menghasilkan karya nyata di bidang seni monumental/seni<br />pertunjukan. Termasuk ke dalam pengertian ini adalah karya desain.<br />a. Rancangan dan karya seni monumental adalah rancangan dan karya seni yang<br />mempunyai nilai abadi/berlaku sepanjang zaman yang penilaiannya tidak saja<br />pada aspek monumentalnya tetapi juga pada elemen estetiknya, seperti<br />patung, candi, dll. Karya seni rupa, seni kriya, seni pertunjukan dan karya<br />desain sepanjang memiliki nilai monumental, baru tergolong ke dalam karya<br />seni monumental.<br />b. Rancangan dan karya seni rupa adalah rancangan dan karya seni murni yang<br />mempunyai nilai estetik tinggi, seperti seni patung, seni lukis, seni pahat, seni<br />keramik. seni fotografi dll.<br />c. Rancangan dan karya seni kriya adalah rancangan dan karya seni yang<br />mempunyai nilai keterampilan sebagaimana seni kerajinan tangan, seperti<br />membuat keranjang, kukusan, mainan anak-anak dll.<br />d. Rancangan dan karya seni pertunjukan adalah rancangan dan karya seni yang<br />dalam penikmatannya melalui pertunjukan, seperti seni karawitan, musik, tari,<br />pedalangan, teater, dll.<br />e. Karya desain adalah bagian dari karya seni rupa yang diaplikasikan kepada<br />benda-benda kebutuhan sehari-hari yang mempunyai nilai guna, seperti desain<br />komunikasi visual/desain grafis, desain produk, desain interior, desain industri<br />tekstil dll.<br />(14) Karya sastra adalah karya ilmiah atau karya seni yang memenuhi kaidah<br />pengembangan sastra dan mendapat pengakuan dan penilaian oleh para pakar<br />sastra ataupun seniman serta mempunyai nilai originalitas yang tinggi.<br />Pasal 7<br />236<br />(1) Menduduki jabatan pimpinan pada lembaga pemerintah/pejabat Negara yang<br />harus dibebaskan dari jabatan organiknya seperti Presiden, Wakil Presiden,<br />Anggota DPR dan Anggota DPRD, Anggota BPK. Ketua/Wakil Ketua/Ketua Muda<br />dan Hakim Mahkamah Agung, Anggota DPA, Menteri, Kepala Perwakilan RI di luar<br />negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh,<br />Gubernur KDH Tk.I, Wakil Kepala Daerah Tk.I, Bupati/Wali Kotamadya kepala<br />Daerah Tk.II, Wakil Kepala Daerah Tk.II, dan pejabat lain yang ditetapkan dengan<br />peraturan perundang-undangan.<br />(2) Melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang dapat<br />dimanfaatkan oleh masyarakat adalah mengembangkan hasil pendidikan dan<br />penelitian melalui praktek nyata di lapangan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.<br />(3) Memberi latihan/penyuluhan/penataran/ceramah kepada masyarakat, baik sesuai<br />dengan bidang ilmunya maupun di luar bidang ilmunya, baik kepada masyarakat<br />umum, maupun masyarakat kampus (dosen, mahasiswa dan tenaga non dosen).<br />(4) Memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang<br />pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan adalah memberikan<br />konsultasi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik berdasarkan<br />keahlian yang dimiliki, penugasan dari lembaga perguruan tinggi atau berdasarkan<br />fungsi jabatan.<br />(5) Membuat/menulis karya pengabdian pada masyarakat adalah membuat tulisan<br />mengenai cara-cara melaksanakan atau mengembangkan sesuatu untuk<br />dimanfaatkan oleh masyarakat, baik dalam bidang ilmunya maupun di luar bidang<br />ilmunya yang tidak dipublikasikan.<br />Pasal 8<br />(1) Termasuk ke dalam pengertian menjadi anggota dalam suatu panitia/badan pada<br />perguruan tinggi adalah ketua, sekretaris dan anggota senat fakultas/perguruan<br />tinggi serta mitra bestari (reviewer) pada jurnal ilmiah yang terakreditasi oleh Ditjen<br />Dikti atau majalah ilmiah yang memiliki ISSN.<br />(2) Menjadi anggota dalam suatu panitia/badan pada perguruan tinggi tidak ditentukan<br />batas minimal dan maksimal karena nilai butir kegiatan/angka kredit yang diberikan<br />bukan per kegiatan melainkan kegiatan-kegiatan selama 1 (satu) tahun.<br />237<br />(3) Menjadi anggota panitia/badan pada lembaga pemerintah, angka kreditnya dihitung<br />per-kepanitiaan dan bukan per-tahun.<br />(4) Menjadi anggota organisasi profesi, angka kreditnya dihitung perperiode jabatan.<br />(5) Mewakili perguruan tinggi/lembaga pemerintah duduk dalam panitia antar lembaga,<br />angka kreditnya di hitung per-kepanitiaan dan bukan per-tahun.<br />(6) Menjadi anggota delegasi nasional ke pertemuan internasional, angka kreditnya<br />dihitung per-tahun dan bukan per-kepanitiaan.<br />(7) Berperan serta aktif dalam pertemuan ilmiah, angka kreditnya dihitung perpertemuan<br />ilmiah (per-kegiatan).<br />(8) Mendapat tanda jasa/penghargaan antara lain seperti, Satya Lencana Karyasatya<br />Bintang Jasa, Bintang Maha Putra, Hadiah Pendidikan, Hadiah Ilmu Pengetahuan,<br />Hadiah Seni, Hadiah Pengabdian, dll.<br />(9) Menulis buku pelajaran SLTA ke bawah yang diterbitkan dan diedarkan secara<br />nasional adalah menghasilkan buku pelajaran buku SLTA kebawah yang memiliki<br />international Standard of Books Numbering System (ISBN).<br />(10) Mempunyai prestasi di bidang olahraga/humaniora adalah prestasi yang dibuktikan<br />dengan adanya piagam penghargaan atau medali baik tingkat Internasional,<br />Nasional maupun Daerah.<br />Pasal 9<br />(1) Untuk pengusulan Penetapan Angka Kredit, dosen harus mengisi Daftar Usul<br />Penetapan Angka Kredit dan surat-surat pernyataan melaksanakan kegiatan<br />Tridharma dan Penunjang Tridharma Perguruan Tinggi.<br />(2) Setiap usul Penetapan Angka Kredit dosen harus dinilai secara seksama oleh Tim<br />Penilai yang dilakukan setiap saat tanpa harus menunggu terpenuhinya syarat masa<br />dalam jabatan dan pemberian angka kreditnya harus mempertimbangkan kelayakan<br />perhitungan angka kredit perkelompok jabatan akademik sebagaimana tersebut<br />pada lampiran IIa, IIb, IIc dan IId berdasarkan rasional perhitungan jumlah jam kerja<br />per minggu sebagaimana tersebut pada Lampiran IIe.<br />238<br />(3) Hasil penilaian Tim Penilai ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan<br />angka kredit dan dibuat menutut contoh formulir sebagaimana tersebut pada<br />Lampiran III.<br />(4) Usul kenaikan jabatan dan pangkat setelah penyesuaian serta perlu tidaknya<br />persyaratan angka kredit sesuai dengan masa dalam jabatan dan pangkat terakhir<br />sebagaimana tergambar pada Lampiran IV.<br />Pasal 10<br />(1) Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur tersendiri dalam Surat<br />Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.<br />(2) Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.<br />Ditetapkan di : Jakarta<br />pada tanggal : 4 Mei 2001<br />a.n. Menteri Pendidikan Nasional<br />Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi<br />ttd<br />Satryo Soemantri Brodjonegoro<br />NIP 130 889 802<br />Salinan sesuai dengan aslinya<br />Sekretariat Ditjen Pendidikan Tinggi<br />Departemen Pendidikan Nasional<br />Kepala Bagian Tatalaksana dan Kepegawaian<br />ttd<br />Drs. Syuaiban Muhammad<br />NIP 130 818 954mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-38807322073157146042010-09-04T20:42:00.000-07:002010-09-04T20:46:18.369-07:00PENDIDIKAN INKLUSIF MERUPAKAN PENDIDIKAN PERWUJUDAN DEMOKRASI PENDIDIKANPERWUJUDAN PENDIDIKANPROGRAM DIREKTORATPROGRAM DIREKTORATPEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA PEMBINAAN 20062006DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAHDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />PENDIDIKAN INKLUSIF MERUPAKAN PENDIDIKAN PERWUJUDAN DEMOKRASI PENDIDIKANPERWUJUDAN PENDIDIKAN<br />2<br />VISI<br />TERWUJUDNYA PELAYANAN PENDIDIKAN OPTIMAL<br />UNTUK MENCAPAI KEMANDIRIAN BAGI ANAK ANAK-ANAK<br />BERKEBUTUHAN KHUSUS SERTA YANG MEMPUNYAI<br />POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA<br />MISI<br />• MEMPERLUAS KESEMPATAN DAN PEMERATAAN PENDIDIKAN BAGI<br />ANAK ANAK-ANAK YANG MEMPUNYAI KESULITAN DALAM MENGIKUTI<br />PROSES PEMBELAJARAN DAN ANAK ANAK-ANAK YANG MEMPUNYAI<br />POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA<br />• MENINGKATKAN MUTU DAN RELEVANSI PENDIDIKAN KHUSUS DAN<br />PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS<br />• MENINGKATKAN KEPEDULIAN DAN MEMPERLUAS JEJARING<br />TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS<br />• MEWUJUDKAN PENDIDIKAN INKLUSIF SECARA BAIK DAN BENAR DI<br />LINGKUNGAN SEKOLAH BIASA, SEKOLAH LUAR BIASA, MAUPUN<br />KELUARGA / MASYARAKAT<br />3<br />LandasanLandasanYuridisYuridis1.UUD 1945 (amandemen)pasal31 ayat(1) : “Setiapwarganegaraberhakmendapatpendidikan”ayat(2) : “Setiapwarganegarawajibmengikutipendidikandasardanpemerintahwajibmembiayainya”2. UU No. 20 tahun2003 SistemPendidikanNasional:PasalPasal3 3 PendidikanPendidikanNasionalNasionalberfungsiberfungsimengembangkanmengembangkankemampuankemampuandandanmembentukmembentukwatakataksertasertaperadabanperadabanbangsabangsayang yang bermartabatbermartabatdalamdalamrangkarangkamencerdaskanmencerdaskankehidupankehidupanbangsabangsa, , bertujuanbertujuanuntukuntukberkembangnyaberkembangnyapotensipotensipesertapesertadidikdidikagar agar menjadimenjadimanusiamanusiayang yang berimanberimandandanbertaqwabertaqwakepadakepadaTuhanTuhanYang Yang MahaMahaEsaEsa, , BerahlakBerahlakmuliamulia, , sehatsehat, , berilmuberilmu, , cakapcakap, , kreatifkreatif, , mandirimandiri, , dandanmenjadimenjadiwargawarganegaranegarayang yang demokratisdemokratissertasertabertanggungbertanggungjawabjawab. .<br />4<br />PasalPasal5 5 AyatAyat(1) : (SetiapSetiapwargawarganegaranegaramempunyaimempunyaihakhakyang yang samasamauntukuntukmemperolehmemperolehpendidikanpendidikanyang yang bermutubermutuayatayat(2) : (WargaWarganegaranegarayang yang mempunyaimempunyaikelainankelainanfisikfisik, , emosionalemosional, mental, , intelektualintelektual,,dan/ataudan/atausosialsosialberhakberhakmemperolehmemperolehpendidikanpendidikankhususkhususayatayat(3) : (WargaWarganegaranegaradididaerahdaerahterpencilterpencilatauatauterbelakangterbelakangsertasertamasyarakatmasyarakatadatadatyan yang terpencilterpencilberhakberhakmemperolehmemperolehpendidikanpendidikanlayananlayanankhususkhususayatayat(4) : (WargaWarganegaranegarayang yang memilikimemilikipotensipotensikecerdasankecerdasandandanbakatbakatistimewaistimewaberhakberhakmemperolehmemperolehpendidikanpenidikankhususkhusus..<br />5<br />PasalPasal32 32 ayatayat(1) : (PendidikanPendidikankhususkhususmerupakanmerupakanpendidikanpendidikanbagibagipesertapesertadidikdidikyang yang memilikimemilikitingkattingkatkesulitankesulitandalamdalammengikutimengikutiprosesprosespembelajaranpembelajarankarenakarenakelinankelainanfisik,emosionalfisik,emosional, , mental, sosialsosial, , dan/ataudan/ataumemilikimemilikipotensipotensikecerdasankecerdasandandanbakatbakatistimewaistimewa..ayatayat(2): (PendidikanPendidikanlayananlayanankhususkhususmerupakanmerupakanpendidikanpendidikanbagibagipesertapesertadidikdidikdididaerahderahterpencilterpencilatauatauterbelakangterbelakang, , masyarakatmasyarakatadatadatyang yang terpencilterpencil, , dan/ataudan/ataumengalamimengalamibencanabencanaalamalam, , bencanabencanasosialsosial, , dandantidaktidakmampumampudaridarisegisegiekonomiekonomi..<br />3. UU No. 23 tahun 2002 tentang<br />Perlindungan Anak<br />Pasal48<br />Pemerintahwajibmenyelenggarakanpendidikandasarminimal 9 (sembilan) tahununtuksemuaanak.<br />Pasal49<br />Negara, pemerintah, keluarga, danorangtuawajibmemberikankesempatanyang seluas-luasnyakepadaanakuntukmemperolehpendidikan.<br />6<br />Pasal50<br />Pendidikansebagaimanadimaksuddalampasal48 diarahkanpada:<br />a.Pengembangansikapdankemampuankepribadiananak, bakat, kemampuanmental danfisiksampaimencapaipotensimerekayang optimal.<br />b.Pengembanganpenghormatanatashakasasimanusiadankebebasanasasi;<br />c.Pengembanganrasa hormatterhadaporangtua, identitasbudaya, bahasadannilai-nilainyasendiri, nilai-nilainasionaldimanaanakbertempattinggal, darimanaanakberasal, danperadaban-peradabanyang berbeda-bedadariperadabansendiri;<br />d.Persiapananakuntukkehidupanyang bertanggungjawab; dan<br />e.Pengembanganrasa hormatdancintaterhadaplingkunganhidup.<br />7<br />Pasal51Anakyang menyandangcacatfisikdan/ataumentaldiberikankesempatanyang samadanaksesibilitasuntukmemperolehpendidikanbiasadanpendidikanluarbiasa.Pasal52Anakyang memilikikeunggulandiberikankesempatandanaksesibilitasuntukmemperolehpendidikankhusus.Pasal531. Pemerintahbertanggungjawabuntukmemberikanbiayapendidikandan/ataubantuancuma-cumaataupelayanankhususbagianakdarikeluargakurangmampu, anakterlantar, dananakyang bertempattinggaldidaerahterpencil.2. Pertanggungjawabanpemerintahsebagaimanadimaksuddalamayat(1) termasukpula mendorongmasyarakatuntukberperanaktif.<br />8<br />4. --UU No. 4 tahuntahun1997 1997 tentangtentangPenyandangPenyandangCacatCacatPasalPasal(5 )()““SetiapSetiappenyandangpenyandangcacatcacatmempunyaimempunyaihakhakdandankesempatankesempatanyang yang samasamadalamdalamsegalasegalaaspekaspekkehidupankehidupandandanpenghidupanpenghidupan””..5. --PP No. 19 tahuntahun2005 2005 tentangtentangStandarStandarNasionalNasionalPendidikanPendidikanPasalPasal22ayatayat(1) : (LingkupLingkupstandarstandarnasionalnasionalpendidikanpendidikanmeliputimeliputi::a.StandarStandarisiisib.b.StandarStandarprosesprosesc.c.StandarStandarkompetensikompetensikelulusankelulusand.d.StandarStandarpendidikpendidikdandankependidikankependidikane.e.StandarStandarsaranasaranaprasaranaprasaranaf.f.StandarStandarpengelolaanpengelolaang.g.StandarStandarpembiayaanpembiayaandandanh.h.StandarStandarpenilaianpenilaianpendidikanpendidikan<br />9<br />6.SuratEdaranDirjenDikdasmenDepdiknasNo.380/C.C6/MN/2003 20 Januari2003<br />perihalPendidikaninklusi: menyelenggarakandanmengembangkandisetiapkabupaten/kotasekurang-kurangnya4 (empat) sekolahyang terdiridari: SD, SMP, SMA, SMK.<br />7.DeklarasiBandung (Nasional) “Indonesia MenujuPendidikanInklusif”8-14 Agustus2004<br />a.MenjaminMenjaminsetiapsetiapanakanakberkelainanberkelainandandananakanakberkebutuhanberkebutuhankhususkhususlainnyalainnyamendaatkanmendapatkankesempatankesempatanaksesaksesdalamdalamsegalasegalaaspekaspekkehidupankehidupan, , baikbaikdalamdalambidangbidangpendidikanpendidikan, , kesehatankesehatan, , sosialsosial, , kesejahteraankesejahteraan, , keamanankeamanan, , maupunmaupunbidangbidanglainnyalainnya, , sehinggasehinggamenjadimenjadigenerasigenerasipeneruspenerusyang yang handalhandal..b.MenjaminMenjaminsetiapsetiapanakanakberkelainanberkelainandandananakanakberkebutuhanberkebutuhankhususkhususlainnyalainnyasebagisebagaiindividuindividuyang yang bermartabatbermartabat, , untukuntukmendapatkanmendapatkanperlakuanperlakuanyang yang manusiawimanusiawi, , pendidikanpendidikanyang yang bermutubermutudandansesuaisesuaidengandenganpotensipotensidandankebutuhankebutuhanmasyarakatmasyarakat, , tanpatanpaperlakuanperlakuandiskriminatifdiskriminatifyang yang merugikanmerugikaneksistensieksistensikehidupannyakehidupannyabaikbaiksecarasecarafisikfisik, , psikologispsikologis, , ekonomisekonomis, , sosiologissosiologis, , hukumhukum, , politispolitismaupunmaupunkulturalkultural<br />10<br />c.MenyelenggarakanMenyelenggarakandandanmengembangkanmengembangkanpengelolaanpengelolaanpendidikanpendidikaninklusifinklusifyang yang ditunjangditunjangkerjakerjasamasamayang yang sinergissinergisdandanproduktifproduktifantaraantarapemerintahpemerintah, , institusiinstitusipendidikanpendidikan, , institusiinstitusiterkaitterkait, , duniaduniausahausahadandanindustriindustri, , orangorangtuatuasertasertamasyarakatmasyarakat..d.MenciptakanMenciptakanlingkunganlingkunganyang yang mendukungmendukungbagibagianakanakberkelainanberkelainandandananakanakberkebutuhanberkebutuhankhususkhususlainnyalainnya, , sehinggasehinggamemungkinkanmemungkinkanmerekamerekadapatdapatmengembangkanmengembangkankeunikankeunikanpotensinyapotensinyasecrasecaraoptimal.optimal.e.MenjaminMenjaminkebebasankebebasananakanakberkelainanberkelainandandananakanakberkebutuhanberkebutuhankhususkhususlainnyalainnyuntukuntukberinteraksiberinteraksibaikbaiksecarasecarareaktifreaktifmaupunmaupunproaktifproaktifdengandengansiapapunsiapapun, , kapanpunkapanpundandandilingkungandilingkunganmanapunmanapun, , dengandenganmeminimalkanmeminimalkanhambatanhambatan..f.MempromosikanMempromosikandandanmensosialisasikanmensosialisasikanlayananlayananpendidikanpendidikaninklusifinklusifmelaluimelauimedia media masamasa, forum , ilmiahilmiah, , pendidikanpendidikandandanpelatihanpelatihandandanlainnyalainnyasecarasecaraberkesinambunganberkesinambungan..g.MenyusunMenyusunrencanarencanaaksiaksi(action plan) (dandanpendanaannyapendanaannyauntukuntukpemenuhanpemenuhanaksesibilitasaksesibilitasfisikfisikdandannon non fisikfisik, , layananlayananpendidikanpendidikanyang yang berkualitasberkualitas, , kesehatankesehatan, , rekreasirekreasi, , kesejahteraankesejahteraanbagibagisemuasemuaanakanakberkelainanberkelainandandananakanakberkebutuhanberkebutuhankhususkhususlainyalainnya..<br />11<br />8. Deklarasi Bukittinggi (Internasional Internasional) ) Tahun 2005:<br />a. Sebuahpendekatanterhadappeningkatankualitassekolah<br />secaramenyeluruhyang akanmenjaminbahwastrategi<br />nasionaluntuk“PendidikanUntukSemua”adalahbenar-<br />benaruntuksemua;<br />b. Sebuahcarauntukmenjaminbahwasemuamemperoleh<br />pendidikandanpemeliharaanyang berkualitasdidalam<br />komunitastempattinggalnyasebagaibagiandari<br />program-program untukperkembangananakusiadini, pra-<br />sekolah, pendidikandasardanmenengah, terutamamereka<br />yang padasaatinimasihbelumdiberikesempatanuntuk<br />memperolehpendidikandisekolahumumataumasihrentan<br />terhadapmarginalisasidaneksklusi; dan<br />c. Sebuahkontribusiterhadappengembanganmasyarakatyang<br />menghargaidanmenghormatiperbedaanindividusemua<br />warganegara.<br />12<br />Prinsip Pendidikan (UNESCO)<br />Learning How To KnowLearning Know<br />Learning How To LearnLearning Learn<br />Learning How To DoLearning Do<br />Learning How To BeTo Be<br />Learning How To Live TogetherTo Together<br />Millennium Development GoalsMillennium Goalsa. Eradicating Extreme Poverty and Hungerb. Achieving UniversalBasic Educationc. Promoting Gender Equality and Empowering Womend. Reducing Child Mortalitye. Improving Material Healthf. CombatingHIV/AIDS, Malaria, and Other Diseasesg. Ensuring EnvironmentalSustainability<br />13<br />DEKLARASI DAKAR<br />PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (2000)<br />1. Memperluasdanmemperbaikikeseluruhanperawatandanpendidikananakdiniusia, terutamabagianak-anakyang sangatrawan dankurangberuntung<br />2. Menjaminbahwamenjelangtahun2015 semuaanak, khususnyaanakperempuan, anak-anakdalamkeadaansulitdanmerekayang termasukminoritasetnik, mempunyaiaksesdanmenyelesaikanpendidikandasaryang bebasdanwajibdengankualitasbaik<br />3. Menjaminbahwakebutuhanbelajarsemuamanusiamudadanorangdewasaterpenuhimelaluiaksesyang adilpadaprogram-program belajardankecakapanhidup(life skills) yang sesuai.<br />14<br />4. Mencapaiperbaikan50% padatingkatkeniraksaraanorangdewasamenjelangtahun2015, terutamabagikaumperempuan, danaksesyang adilpadapendidikandasardanberkelanjutanbagisemuaorangdewasa<br />5. Menghapusdisparitasgenderdalampendidikandasardanmenengahmenjelangtahun2005 danmencapaipersamaangender dalampendikanmenjelangtahun2015 dengansuatufokusjaminanbagiperempuanatasaksespenuhdansamapadaprestasidalampendidikandasardengankualitasyang baik<br />6. Memperbaikisemuaaspekkualitaspendidikandanmenjaminkeunggulannya, sehinggahasilbelajaryang diakuidanterukurdapatdiraiholehsemua, terutamadalamkeaksaraan, angkadankecakapanhidup(life skills) yang penting.<br />15<br />KOMPONEN HDI<br />Rata-rata UsiaHarapanHidupAngkaMelekHurupOrangDewasaPengeluaranPer Kapita(Purchasing Power Partity)Rata-rata Lama PendidikanIndeksKesehatanIndeksPendidikanIndeksPerekonomianHUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI)<br />16<br />Salamanca StatementSalamanca StatementEducation systems should take into account the wide diversity ofchildren’s different characterisicsand needs.Regular schools with this inclusive orientation are the most effective means of combating discriminatory attitudes, creating welcoming communities, building an inclusive societyand achieving education for all; moreover, they provide an effectiveeducation to the majority of children and improve the efficiencyand ultimately the cost-effectivennessof the entire education system.GovernementsshouldAdopt as a matter of law or policythe principle of inclusive education…unless there are compelling reasons for doing otherwise’<br />17<br />Framework for Action Salamanca Statement<br />The guiding principle of this Framework is that schools should accommodate all children…. This should include disabled and gifted children, street and working children,children from remote of nomadicpopulations, children from linguistic, ethnic or cultural minoritiesand children from other disadvantaged or marginalizedareasor groups…. The challenge confronting the inclusive schoolis that of developing a child-centered pedagogycapable of successfully educating all children. (Framework for Action, no. 3, page 6)<br />…human differences are normal and that learning must be accordingly adapted to the needs of the child rather than the child fitted to preordained assumptions…. A child-centered pedagogy is beneficial to all studentsand, as a consequence, to society as a whole.…it can sub substantially reduce the drop-out and repetition…while ensuring higher average levels of achievement…. Child-centered school are, moreover, the training ground for a people-orientated societythat respects both the differences and dignity of all human beings. (Framework for Action, no. 4, page 7)<br />18<br />Inclusion and participationare essential to human dignityand to the enjoyment and exercise of human rights.The fundamental principleof the inclusive schoolis that all children should learn together, wherever possible, regardless of any difficulties or differencesthey may have. Inclusive schoolmust recognize and respondto the diverse needsof their students, accommodating both different stylesand rates of learning.Experience suggest that inclusive school, serving allof the children in a community, are most successful in eliciting community supportand in finding imaginative and innovativewaysof using the limited resources that are available.Educational policies at all levels; from the nationalto the local, should stimulate that a child with a disabilityshould attend the neighbourhoodschool,that is the schoolthat would be attendedif the child did have a disability.<br />19<br />ANATOMI OTAK<br />20<br />Jenis Anak Berkebutuhan Khusus<br />A.Tunanetra<br />B.Tunarungu<br />C.Tunagrahita: (a.l. Down Syndrome)<br />-C : TunagrahitaRingan(IQ = 50-70)<br />-C1 : TunagrahitaSedang(IQ = 25-50)<br />-C2 : TunagrahitaBerat(IQ < 25 )<br />D.Tunadaksa:<br />-D : TunadaksaRingan<br />-D1 : TunadaksaSedang<br />E.Tunalaras(Dysruptive)<br />F.Tunawicara<br />G.Tunaganda<br />H.HIV AIDS<br />21<br />I.Gifted : PotensiKecerdasanIstimewa (IQ > 125 )<br />J.Talented : PotensiBakatIstimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico-mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual)<br />K.KesulitanBelajar(a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)<br />L.LambatBelajar( IQ = 70 –90 )<br />M.Autis<br />N.KorbanPenyalahgunaanNarkoba<br />O.Indigo<br />22<br />Jenis Bentuk Layanan Pendidikan<br />SEKOLAH LUAR BIASA<br />-Satuanpendidikanbagianakyang berkebutuhan<br />khusus: TKLB, SDLB,SMPLB,SMALB,SMKLB<br />SEKOLAH INKLUSIF<br />-SekolahBiasaPenyelenggaraPendidikanInklusif, yang<br />mengakomodasisemuaanakberkebutuhankhusus(yang mempunyaiIQ normal) bagi:<br />a. Yang memilikiKelainan(IntelectualChallenge), bakat<br />istimewa, kecerdasanIstimewa.<br />b. Yang memerlukanPendidikanLayananKhusus<br />-SekolahInklusifadalahSekolahbiasayang terpilih<br />melaluiseleksidanmemilikikesiapanbaikKepala<br />Sekolah, Guru, OrangTua, PesertaDidik, Tenaga<br />AdministrasidanLingkunganSekolah/ Masyarakat.<br />23<br />SASARAN PENDIDIKAN<br />Sumber: Indonesia Educational Statistics in Brief 2004/2005; BalitbangDiknas<br />UMUR JUMLAH APM<br />APM<br />Yg Tidak Terlayani<br />4 - 6 19,515,200 5,852,509 29,99% 13,662,691 69,81%<br />94,71%<br />62,79%<br />42,45%<br />16,87%<br />49,87%<br />1,356,364<br />4,827,876<br />7,191,037<br />21,071,974<br />48,109,942<br />7 – 12<br />13 – 15<br />16 – 18<br />19 – 24<br />25,644,861<br />12,975,988<br />12,494,623<br />25,347,200<br />24,288,497<br />8,148,112<br />5,303,586<br />4,275,226<br />5,29%<br />37,21%<br />57,55%<br />83,13%<br />TOTAL 95,977,872 47,867,930 50,13%<br />24<br />TABEL 1<br />DATA TAMAN KANAK KANAK-KANAK LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />DATA<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2000 2001 2002 2003<br />1. a. Penduduk Usia 5 - 6 tahun Orang 8.770.300 8.581.600 8.384.900 8.182.800<br />b. Penduduk Usia 4 - 5 tahun Orang 8.669.400 8.494.900 8.312.100 8.124.200<br />c. Penduduk Usia 6 tahun Orang 4.402.300 4.307.900 4.209.400 4.108.100<br />2. Siswa TK + RA + TKLB Orang 1.635.300 1.757.181 1.852.267 2.639.398<br />Siswa TKLB Orang 7.133 5.872 6.284 6.484<br />3. Siswa Usia 5 - 6 tahun lainnya Orang 2.907.531 2.918.631 2.967.884 3.018.134<br />a. SLB + SDLB Orang 3.972 3.502 3.637 3.710<br />4. APK % 18,65 20,48 22,09 32,26<br />TKLB % 0,08 0,07 0,07 0,08<br />5. APS 5 - 6 tahun % 46,36 48,15 50,46 58,35<br />SLB + SDLB % 0,05 0,04 0,04 0,05<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />25<br />TABEL 2<br />PROYEKSI DATA TAMAN KANAK KANAK-KANAK LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />PROYEKSI<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025<br />1. a. Penduduk Usia 5 - 6 tahun Orang 7.975.200 7.823.000 7.861.400 7.956.300 8.051.100 8.144.200 8.235.800 8.327.600 8.385.400 8.345.600<br />b. Penduduk Usia 4 - 5 tahun Orang 7.931.300 7.734.300 7.850.500 7.963.300 8.076.300 8.187.200 8.296.900 8.352.900 8.389.700 8.332.200<br />c. Penduduk Usia 6 tahun Orang 4.004.300 3.957.900 3.940.300 3.981.200 4.021.800 4.061.700 4.100.600 4.157.200 4.191.300 4.176.900<br />2. Siswa TK + RA + TKLB Orang 2.592.738 2.610.863 2.694.482 2.800.461 2.910.894 3.025.413 3.143.046 3.643.395 4.001.486 4.296.265<br />Siswa TKLB Orang 6.514 7.164 7.853 8.608 9.435 10.343 11.318 18.128 20.011 22.487<br />3. Siswa Usia 5 - 6 tahun lainnya Orang 3.065.605 3.111.227 3.165.880 3.216.499 3.291.662 3.370.967 3.461.745 3.837.619 4.020.384 3.964.603<br />a. SLB + SDLB Orang 3.708 3.786 3.858 3.936 4.020 4.113 4.205 4.786 5.381 6.071<br />4. APK % 32,51 33,37 34,27 35,20 36,16 37,15 38,16 43,75 47,72 51,49<br />TKLB % 0,08 0,09 0,10 0,11 0,12 0,13 0,14 0,22 0,24 0,27<br />5. APS 5 - 6 tahun % 59,85 61,48 62,28 62,72 63,47 64,26 65,35 71,77 75,48 77,11<br />SLB + SDLB % 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06 0,07<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />26<br />TABEL 3<br />DATA TINGKAT SEKOLAH DASAR LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />DATA<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2000 2001 2002 2003<br />1. a. Penduduk Usia 7 - 12 tahun Orang 25.955.600 25.831.400 25.689.700 25.535.800<br />b. Penduduk Usia 6 - 7 tahun Orang 8.812.600 8.633.700 8.447.500 8.255.500<br />2. Siswa SD + MI Orang 28.725.010 28.956.917 29.081.603 29.260.349<br />Siswa SLB + SDLB Orang 34.879 30.540 30.769 31.711<br />3. Siswa Usia 7 - 12 tahun lainnya Orang 935.990 942.812 972.115 989.980<br />a. SLB + SDLB Orang 6.206 5.472 5.683 5.796<br />4. APK % 110,67 112,10 113,20 114,59<br />SDLB % 0,13 0,12 0,12 0,12<br />5. APS 7 - 12 tahun % 95,91 97,31 98,22 98,92<br />SLB + SDLB % - - - 0,02<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />27<br />TABEL 4<br />PROYEKSI DATA TINGKAT SEKOLAH DASAR LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />PROYEKSI<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025<br />1. a. Penduduk Usia 7 - 12 tahun Orang 25.603.201 25.644.861 25.836.228 25.836.228 26.078.756 26.347.268 26.679.981 27.815.498 27.888.932 27.558.271<br />b. Penduduk Usia 6 - 7 tahun Orang 8.058.400 7.856.600 7.921.100 7.983.400 8.044.500 8.104.900 8.162.900 8.299.900 8.377.700 8.355.300<br />2. Siswa SD + MI Orang 29.297.750 29.306.701 29.408.699 29.475.641 29.764.746 30.084.316 30.497.727 31.826.506 31.871.285 31.461.893<br />Siswa SDLB Orang 32.212 32.911 33.514 34.130 34.755 35.393 35.980 39.881 42.987 44.973<br />3. Siswa Usia 7 - 12 tahun lainnya Orang 1.030.571 1.089.259 1.150.190 1.218.275 1.267.687 1.320.806 1.362.868 1.670.502 1.971.159 2.227.280<br />a. SLB + SDLB Orang 5.794 6.152 6.519 6.917 7.348 7.817 8.312 11.964 14.349 17.202<br />4. APK % 114,43 114,28 114,19 114,09 114,13 114,18 114,31 114,42 114,28 114,16<br />SDLB % 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,14 0,15 0,16<br />5. APS 7 - 12 tahun % 98,94 98,96 98,98 99,00 99,02 99,05 99,07 99,17 99,24 99,28<br />SLB + SDLB % 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 0,05 0,06<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />28<br />TABEL 5<br />DATA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />DATA<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2000 2001 2002 2003<br />1. a. Penduduk Usia 13 - 15 tahun Orang 12.723.000 12.810.300 12.888.900 12.964.800<br />2. Siswa Orang 9.563.434 9.757.132 9.936.647 10.591.202<br />Siswa SMPLB Orang 5.663 5.321 5.898 5.653<br />3. Siswa Usia 13 - 15 tahun lainnya Orang 1.652.868 1.669.384 1.689.210 1.994.521<br />a. SLB + SDLB Orang 9.929 8.755 9.093 9.274<br />4. APK % 75,16 76,17 77,09 81,69<br />SMPLB % 0,04 0,04 0,05 0,04<br />5. APS 13 - 15 tahun % 70,73 71,50 72,23 74,19<br />SLB + SDLB % 0,08 0,07 0,07 0,07<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />29<br />TABEL 6<br />PROYEKSI DATA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />PROYEKSI<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025<br />1. a. Penduduk Usia 13 - 15 tahun Orang 12.895.372 12.975.988 13.090.683 13.268.784 13.326.562 13.419.559 13.446.028 14.208.665 14.917.136 15.259.938<br />2. Siswa Orang 10.864.282 11.294.869 11.720.990 12.195.278 12.461.385 12.748.549 12.915.368 14.445.514 15.579.904 16.100.937<br />Siswa SMPLB Orang 5.503 6.022 6.569 7.165 7.815 8.524 9.281 14.502 17.788 22.487<br />3. Siswa Usia 13 - 15 tahun lainnya Orang 1.997.249 2.014.122 2.047.354 2.090.041 2.145.519 2.205.179 2.271.044 2.550.703 2.849.821 3.096.996<br />a. SLB + SDLB Orang 9.270 9.772 10.280 10.829 11.421 12.061 12.733 17.548 20.626 24.286<br />4. APK % 84,25 87,04 89,54 91,91 93,51 95,00 96,05 101,67 104,44 105,51<br />SMPLB % 0,04 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06 0,07 0,10 0,12 0,15<br />5. APS 13 - 15 tahun % 76,21 78,32 80,29 82,17 83,72 85,17 86,43 91,67 94,85 96,74<br />SLB + SDLB % 0,07 0,08 0,08 0,08 0,09 0,09 0,09 0,12 0,14 0,16<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />30<br />TABEL 7<br />DATA PENDIDIKAN DASAR (TINGKAT SD + TINGKAT SMP) LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />DATA<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2000 2001 2002 2003<br />1. a. Penduduk Usia 7 - 15 tahun Orang 38.679.500 38.641.700 38.578.600 38.500.600<br />2. Siswa Orang 38.288.444 38.714.049 39.018.250 39.851.551<br />Siswa SDLB Orang 34.879 30.540 30.769 31.711<br />b. Siswa 7-15 tahun Orang 33.445.179 33.812.435 34.044.566 34.369.680<br />c. 7-15 th (SLB + SDLB) Orang 6.206 5.472 5.683 5.796<br />d. Siswa 13-15 tahun Orang 8.543.960 8.670.740 8.806.097 9.109.178<br />e. 13-15 th (SLB + SDLB) Orang 9.929 8.755 9.093 9.274<br />Siswa SMPLB Orang 5.663 5.321 5.898 5.653<br />3. Siswa Kelompok Usia Dikdas Orang 37.011.762 37.394.225 37.679.384 38.401.635<br />a. < 7 th (SLB + SDLB) Orang 3.972 3.502 3.637 3.710<br />f. Siswa > 15 tahun Orang 659.052 663.159 666.934 1.013.821<br />g. > 15 th( SLB + SDLB) Orang 20.435 18.132 18.254 18.584<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />31<br />TABEL 8<br />PROYEKSI DATA PENDIDIKAN DASAR (TINGKAT SD + TINGKAT SMP) LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />PROYEKSI<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025<br />1. a. Penduduk Usia 7 - 15 tahun Orang 38.498.573 38.620.849 38.845.506 39.105.013 39.405.318 39.766.827 40.126.009 42.024.163 42.806.068 42.818.208<br />2. Siswa Orang 40.162.041 40.601.570 41.129.689 41.670.919 42.226.131 42.832.865 43.413.095 46.272.020 47.451.189 47.562.830<br />Siswa SDLB Orang 32.212 32.911 33.514 34.130 34.755 35.393 35.980 39.881 42.987 44.973<br />Siswa SMPLB Orang 5.503 6.022 6.569 7.165 7.815 8.524 9.281 14.502 17.788 22.487<br />3. Siswa Kelompok Usia Dikdas Orang 38.689.665 39.086.421 39.573.524 40.068.545 40.605.897 41.192.743 41.769.139 44.530.645 45.674.865 45.828.880<br />a. < 7 th (SLB + SDLB) Orang 3.708 3.786 3.858 3.936 4.020 4.113 4.205 4.786 5.381 6.071<br />b. Siswa 7-15 tahun Orang 34.623.498 34.977.418 35.405.451 35.842.245 36.295.651 36.792.467 37.267.797 39.598.639 40.506.830 40.523.345<br />c. 7-15 th (SLB + SDLB) Orang 5.794 6.152 6.519 6.917 7.348 7.817 8.312 11.964 14.349 17.202<br />d. Siswa 13-15 tahun Orang 9.291.467 9.599.662 9.913.727 10.265.172 10.472.165 10.696.641 10.835.489 12.012.795 12.830.845 13.162.529<br />e. 13-15 th (SLB + SDLB) Orang 9.270 9.772 10.280 10.829 11.421 12.061 12.733 17.548 20.626 24.286<br />f. Siswa > 15 tahun Orang 996.782 993.046 996.257 1.002.362 1.009.194 1.017.446 1.024.565 1.046.544 1.001.547 401.095<br />g. > 15 th( SLB + SDLB) Orang 18.943 19.223 19.426 19.613 19.781 19.926 20.011 20.085 20.419 19.901<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />32<br />TABEL 9<br />DATA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />DATA<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2000 2001 2002 2003<br />1. a. Penduduk Usia 16 - 18 tahun Orang 12.810.400 12.780.200 12.742.800 12.702.800<br />2. Siswa Orang 5.480.576 5.714.787 5.944.302 6.128.962<br />Siswa SMALB Orang 1.972 2.043 2.515 2.522<br />3. Siswa Usia 16 - 18 tahun lainnya Orang 765.483 775.360 782.770 1.141.565<br />a. SLB Orang 14.895 13.133 13.640 13.911<br />4. APK % 42,78 44,72 46,65 48,25<br />SMLB % 0,02 0,02 0,02 0,02<br />5. APS 16 - 18 tahun % 35,40 37,09 38,77 42,95<br />SLB % 0,12 0,10 0,11 0,11<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />33<br />TABEL 10<br />PROYEKSI DATA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA<br />INDONESIA<br />PROYEKSI<br />NO KOMPONEN SATUAN<br />2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025<br />1. a. Penduduk Usia 16 - 18 tahun Orang 12.573.960 12.494.623 12.490.657 12.561.589 12.666.684 12.789.697 12.933.510 13.408.661 14.335.932 14.853.677<br />2. Siswa Orang 6.350.367 6.568.045 6.853.146 7.202.760 7.610.532 8.019.764 8.459.637 10.070.540 12.122.311 13.595.923<br />Siswa SMLB Orang 2.123 2.378 2.656 2.966 3.312 3.699 4.124 7.251 8.894 11.243<br />3. Siswa Usia 16 - 18 tahun lainnya Orang 1.128.081 1.130.918 1.140.770 1.153.571 1.167.163 1.182.246 1.196.276 1.254.414 1.242.905 1.177.124<br />a. SLB Orang 13.906 14.460 15.005 15.590 16.219 16.896 17.594 22.333 24.662 27.821<br />4. APK % 50,50 52,57 54,87 57,34 60,08 62,70 65,41 75,10 84,56 91,53<br />SMLB % 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,05 0,06 0,08<br />5. APS 16 - 18 tahun % 44,62 46,25 48,08 50,07 52,23 54,29 56,39 63,95 70,99 75,95<br />SLB % 0,11 0,12 0,12 0,12 0,13 0,13 0,14 0,17 0,17 0,18<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />34<br />PERKEMBANGAN JUMLAH GURU<br />PENDIDIKAN LUAR BIASA<br />TAHUN 2000 - 2003<br />93277871830470007500800085009000950012000/20012001/20022002/2003<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />35<br />RASIO PENDIDIKAN 2002/2003 SEKOLAH LUAR BIASA<br />Siswa/Sekolah<br />45<br />Siswa/Guru<br />4<br />Siswa/Kelas<br />4<br />Kelas/Ruang Kelas<br />1.78<br />Guru/Sekolah<br />10<br />Sumber PDIP –Balitbang, 2004<br />Prosentase Guru Sekolah Luar Biasa Menurut Ijazah TertinggiTahun 2002/2003Menurut 2003<br />Jumlah Guru<br />8.304<br />< D1<br />47,58 %<br />D2<br />-<br />D3<br />5,62 %<br />Sarjana/S-1<br />46,35 %<br />S-2/S-3<br />0,45 %<br />36<br />TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH LUAR BIASA<br />MENURUT KELOMPOK UMUR<br />Kelompok Umur<br />Jumlah<br />18 -20 Tahun<br />-<br />21 –25 Tahun<br />-<br />26 –30 Tahun<br />6<br />31 –35 Tahun<br />102<br />36 –40 Tahun<br />703<br />41 –45 Tahun<br />888<br />46 –50 Tahun<br />382<br />51 –56 Tahun<br />187<br />57 –60 Tahun<br />62<br />Sumber : Badan Kepegawaian Negara, 2005<br />37<br />DATA SEKOLAH DAN PESERTA DIDIK<br />TKLB SDLB SMPLB SMALB<br />SLB4981.176521433BERKEBUTUHAN KHUSUS-5485240PERCEPATAN BELAJARBERKEBUTUHAN KHUSUS-9.264879195SEKOLAHINKLUSIFPERCEPATAN BELAJARSEKOLAHINKLUSIF-254961SLB7.98244.7249.3814.338SISWA-4411.9692.261LEMBAGA<br />Data PSLB Tahun 2004/2005<br />38<br />PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA DIDIK<br />SATUAN PENDIDIKAN<br />2002 s.d. 2005<br />6,953 35,004 6,446 2,433 7,640 33,324 7,240 3,087 8,101 37,224 8,387 3,730 7.982 44,724 9.381 4.3382002200320042005TKLBSDLBSMPLBSMALB(Sumber Data SIM Dit. PSLB)(PSLB)<br />39<br />A. SLB PESERTA DIDIK<br />1 TUNANETRA 3,218<br />2 TUNARUNGU 19,199<br />3 TUNAGRAHITA RINGAN 27,998<br />4 TUNAGRAHITA SEDANG 10,547<br />5 TUNADAKSA RINGAN 1,920<br />6 TUNADAKSA SEDANG 553<br />7 TUNALARAS 788<br />8 TUNAGANDA 450<br />9 AUTIS 1,752<br />JUMLAH 66,425<br />B. INKLUSIF<br />2 PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR 4.671<br />1 BERKEBUTUHAN KHUSUS<br />10,338REKAPITULASI KEADAAN REKAPITULASI PESERTA DIDIKPESERTA DIDIKBERDASARKAN JENIS BERDASARKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSKHUSUS, , 2005/20062005/2006<br />TOTAL 81,434<br />(Sumber Data SIM Dit. PSLB)<br />40<br />PerbandinganInternasionalPrestasiLiterasiMatematikaIndonesia<br />Sumber: Programmefor International Student Assessment (PISA) 2003NONegaraRata-Rata Nilai1Hongkong-China5602Jepang5573Korea5474Selandia Baru5375Finlandia5366Canada5337Australia5338Inggris5299Swiss52910Belgia52011Perancis51712Austria51513Islandia51414Denmark51415Lthuania51416Swedia51017Irlandia50318Norwegia49919Ceko49820Amerika Serikat49321Jerman49022Hungaria48823Rusia47824Spanyol47625Polandia47026Latvia46327Italia45728Portugal45429Greece44730Luxembourg4631Israel43332Thailand43233Bulgaria43034Argentina38835Mexico38736Chili38437Macedonia38138Albania38139Indonesia36740Brazilia3341Peru292NONegaraRata-Rata Nilai1Jepang5502Hongkong-China5413Finlandia5384Inggris5325Canada5296Selandia Baru5287Australia5288Korea5259Austria51910Irlandia51311Norwegia51212Ceko51113Perancis50014Norwegia50015Amerika Serikat49916Swiss49617Belgia49618Islandia49619Hungaria49620Spanyol49121Jerman48722Polandia48323Denmark48124Italia47825Lithuania7626Greece46127Rusia46028Latvia46029Portugal45930Bulgaria44831Luxembourg44332Thailand43633Israel43434Mexico42235Chili41536Macednia40137Argentina39638Indonesia39339Albania37640Brazilia37541Peru333PerbandinganInternasionalPrestasiLiterasiI P AIndonesia<br />41<br />TAHUN<br />UMUR<br />2002 2003 2004 2005<br />0 - 4 20200,3 20274,2 20342,0 20408,1<br />4 - 9 21165,8 20752,8 20328,6 19893,0<br />10-14 21512,9 21637,8 21756,7 21870,5<br />15-19 21232,0 21206,0 21177,8 21144,0<br />20-24 20524,8 20729,8 20930,6 21123,9<br />25-29 19304,4 19575,4 19794,2 19931,4<br />30-34 17760,2 18047,2 18304,9 18559,9<br />35-39 15748,4 16098,4 16438,0 16769,2<br />40-44 13555,2 13974,0 14375,6 14761,5<br />45-49 10854,6 11369,6 11874,0 12356,0<br />50-54 8235,4 8637,4 9066,8 9522,5<br />55-59 6312,0 6552,0 6821,4 7117,8<br />60-64 5113,5 5209,4 5336,6 5472,8<br />65-69 4052,2 4168,1 4296,2 4465,6<br />70-74 2676,2 2770,2 2920,2 3117,4<br />75 + 3191,0 3249,0 3313,0 3384,7<br />(Sumber BPS sensus 2005)<br />DATA PENDUDUK INDONESIA<br />MENURUT KELOMPOK UMUR<br />2002 – 2005<br />(Dalam Ribuan)<br />42<br />Data penyandang cacat :<br />1. Berdasarkan data Susenas tahun<br />2003, penyandang cacat di<br />Indonesia 1,48 juta (0,7% dari<br />jumlah penduduk Indonesia).<br />2. Jumlah penyandang cacat usia<br />sekolah (5 – 18 th th) ) ada 21,42 %<br />dari seluruh penyandang cacat.<br />(Analisa Deskriptid PMKS 2003) - BPS dan Depsos<br />43<br />Tabel 5.a. Persentase Penduduk menurut Tipe Daerah dan<br />Kecacatan Tahun 2003<br />Tipe Daerah<br />Cacat<br />Tidak<br />Cacat<br />Total Jumlah<br />Penduduk<br />(1)<br />(2)<br />(3)<br />(4)<br />Perkotaan<br />Pedesaan<br />Perkotaan + Pedesaan<br />0,61<br />0,76<br />0,69<br />99,39<br />99,24<br />99,31<br />100,00 (90,3 juta)<br />100,00 (124,0 juta)<br />100,00 (214,3 juta)<br />Tabel 5.b. Jumlah Penyandang Cacat menurut Tipe Daerah Tahun 1998, 2000, dan 2003 (dalam jutaan)<br />Tipe Daerah<br />1998<br />2000<br />2003<br />(1)<br />(2)<br />(3)<br />(4)<br />Perkotaan<br />Pedesaan<br />Perkotaan + Pedesaan<br />0,43<br />1,09<br />1,52<br />0,51<br />0,98<br />1,49<br />0,55<br />0,94<br />1,48<br />Sumber Data BPS-Modul Sosial Budaya, Susenas 2003<br />44<br />45<br />Kelompok Umur<br />(Tahun)<br />Perkotaan<br />Pedesaan<br />Perkotaan +<br />Pedesaan<br />(1)<br />(2)<br />(3)<br />(4)<br />0 –4<br />5 –10<br />11 –18<br />19 –30<br />31-59<br />60 +<br />2,78<br />8,56<br />12,04<br />23,77<br />30,71<br />22,14<br />3,02<br />8,25<br />13,66<br />17,89<br />33,50<br />23,67<br />2,93<br />8,36<br />13,06<br />20,06<br />32,47<br />23,10<br />Total<br />100,00<br />100,00<br />100,00<br />Tabel 5.c. Persentase Penyandang Cacat menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, Tahun 2003<br />Sumber Data BPS-Modul Sosial Budaya, Susenas 2003<br />46<br />47<br />Tipe Daerah<br />Jenis Cacat<br />Perkotaan<br />Pedesaan<br />Perkotaan +<br />Pedesaan<br />(1)<br />(2)<br />(3)<br />(4)<br />Mata/buta (A)<br />Rungu/tuli (B)<br />Wicara/bisu (F)<br />Wicara dan rungu (F-B)<br />Tubuh/fisik (D)<br />Mental (C)<br />Jiwa<br />Ganda (G)<br />11,03<br />6,85<br />6,88<br />5,43<br />35,56<br />19,55<br />8,85<br />5,85<br />14,49<br />7,42<br />8,66<br />4,07<br />35,06<br />13,89<br />10,88<br />5,52<br />13,21<br />7,21<br />8,00<br />4,57<br />35,25<br />15,99<br />10,13<br />5,64<br />Jumlah<br />100,00<br />100,00<br />100,00<br />Tabel 5.d. Persentase Penyandang Cacat menurut Jenis Cacat dan Tipe Daerah, Tahun 2003<br />Sumber Data BPS-Modul Sosial Budaya, Susenas 2003<br />48<br />Penyebab Kecacatan<br />Jenis Cacat Bawaan<br />sejak<br />lahir<br />Kecelakaan/<br />Bencana Alam/<br />Kerusuhan<br />Penyakit Total<br />(1) (2)<br />Mata/buta (A)<br />Rungu/tuli (B)<br />Wicara/bisu (F)<br />Wicara dan rungu (F-B)<br />Tubuh/fisik (D)<br />Mental (C)<br />Jiwa<br />Ganda (G)<br />Jumlah<br />33,98<br />11,34<br />80,88<br />71,21<br />37,78<br />66,46<br />24,18<br />57,47<br />44,60<br />(3) (4) (5)<br />15,99<br />7,92<br />5,63<br />7,38<br />25,7<br />11,24<br />23,86<br />16,13<br />50,03<br />80,74<br />14,29<br />21,41<br />36,52<br />22,30<br />51,96<br />26,40<br />100,00<br />100,00<br />100,00<br />100,00<br />100,00<br />100,00<br />100,00<br />100,00<br />17,66 37,74 100,00<br />Tabel 5.d. Persentase Penyandang Cacat menurut Jenis Cacat dan Penyebab Kecacatan, Tahun 2003<br />Sumber Data BPS-Modul Sosial Budaya, Susenas 2003<br />49<br />50<br />Tabel 5.d. Persentase Penyandang Cacat berumur 5 tahun ke atas Menurut Tipe Daerah dan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan, Tahun 2003<br />Tipe<br />Daerah<br />Tidak/belum<br />pernah<br />sekolah<br />Tidak/belum<br />tamat SD SD SMP SM+ Total<br />(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)<br />Perkotaan 36,55 23,96 16,22 12,20 11,06 100,00<br />Pedesaan 48,87 25,73 16,79 4,52 4,09 100,00<br />Perkotaan<br />+ Pedesaan 44,31 25,08 16,58 7,36 6,67 100,00<br />Sumber Data BPS-Modul Sosial Budaya, Susenas 2003<br />51<br />52<br />53<br />ISUISU--ISU STRATEGISISU STRATEGIS1.Penjaringan Data, Mapping Data2.Struktur Pembiayaan (unit cost) Pendidikan Khusus3.I S O 9000/2001 (akreditasi, POS, SPM)4.Peran serta masyarakat 5.Wajar dikdas 9 tahun 6.Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Khusus7.UN/US (ujian nasional / ujian sekolah)8.Pendidikan Keterampilan Hidup9.Pendidikan Inklusif10.Kelas Olympiade11.Program Percepatan Belajar<br />54<br />FAKTOR FAKTOR-FAKTOR KRITIKAL KUNCI<br />DAN SYARAT KEBERHASILAN<br />1. Data yang akurat dan Informasi yang jelas.<br />2. Perencanaan dan pembinaan.<br />3. Jangkauan Program<br />4. Capacity building.<br />5. Networking dan Koordinasi.<br />6. Struktur organisasi Dinas di Daerah<br />7. Monitoring dan evaluasi.<br />8. Persepsi dan pemahaman anak berkebutuhan khusus.<br />9. Nomenklatur sekolah, pengertian dan kriterianya secara<br />jelas.<br />10. Kepedulian, kesadaran, dan partisipasi<br />11. Kemandirian lulusan.<br />12. Ketersediaan guru.<br />13. Ketersediaan sarana prasarana<br />55<br />SENTRA PENDIDIKAN KHUSUS DAN<br />PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS<br />SLBTIKICTAsosiasi/LembagaKeterampilanKELAS KETRAMPILANKiosKelasOlimpiadeAkademikBakatSekolahBiasauntukAkselerasi,CerdasdanBakatIstimewaTK, SD, SMP, SMA, SMK KlinikTerapiGuru AkademikInstrukturKeterampilanSekolahBiasauntukInklusifTK, SD, SMP, SMA, SMKKiosKiosSLBTK, SD, SMP, SMA, SMKKelasInklusifTK, SD, SMP, SMA, SMKPERPUSTAKAAN<br />56<br />PengembanganPengembanganProgramProgramPendidikanPendidikanKhusus (PK)Khusus dandanPendidikanPendidikanLayananLayananKhusus (PLK)Khusus AA. . SENTRASENTRAPK dan PLK :PK 1.1.SLBSLB2.2.Kelas Inklusif (TK, SD, SMP, SMA, SMK)3.3.Kelas Olympiade (Akademik dan talenta/bakat)4.4.KelasKelasKeterampilanKeterampilan, Unit , ProduksiProduksidandanKiosKiosPemasaranPemasaran5.5.Guru (akademik dan keterampilan)6.6.TIK / ICTTIK ICT7.7.Klinik TerapiKlinik Terapi8.8.PerpustakaanPerpustakaan<br />57<br />B. Forum . Aliansi Peduli PK dan PLK :<br />1. Ormas / LSM : TP PKK, Aisyiah Aisyiah, , Nasyiatul Aisyiah Aisyiah, , Muslimat,Fatayat Fatayat, ,<br />Dharma Wanita Persatuan Persatuan, , dll<br />2. . Perguruan Tinggi :<br />- Keguruan Keguruan: : (FPOK ,PLB/PK), Kedokteran (Mata Mata, THT, , Neurologi Neurologi, ,<br />Gigi Gigi, , Orthopedi,Gizi, Rehab Medik Medik, , anak Psikiatri), Psikologi, Teknologi,<br />Seni, Teknologi Informasi Komunikasi, Ekologi Manusia<br />3. P3G, LPMP, UPTD PLB<br />4. Assosiasi / Lembaga Keterampilan (a.l. Tiara Kusuma, Harpi Melat Melati, i,<br />IPBI, Ikaboga, IPHI, dll)<br />5. Depkes, Depsos, Depnakertrans, Depdagri, Menpora, Depag<br />6. Depdiknas :<br />Ditjen Mandikdasmen (Dit. TK TK-SD, Dit. PSMP, Dit. PSMA, Dit. PSMK<br />Ditjen PLS, Ditjen PMPTK, Ditjen Dikti, Balitbangdiknas Balitbangdiknas, Pusbuk, dll<br />, 7. SLB (a.l. SLB Pembina, SLB Manunggal Teh Botol Sosro Slawi,<br />SLB YPRI Pekalongan, SLB Santi Rama, dll)<br />8. Sekolah Inklusif (al. Sekolah Spektrum, SD Madani, Sekolah Ade I Irma, rma,<br />Sekolah Al Firdaus), Pondok Pesantren.<br />9. Pokja A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O<br />58<br />10.10.Yayasan/Federasi/AssosiasiYayasan/AssosiasibidangbidangPendidikanPendidikankhususkhusus: : a.l. FNKTN, ICEVI, PertuniICEVI, Pertuni, , MitraMitraNetra,Netra,FNKCMI, FNKTRI, YPAC, PPCI, BhaktiBhaktiMitraMitraUtama,Utama,MPATI, Megabrain,UMC, BudiBudiWaluyoWaluyo, , PantaraPantara, ISDI., ISDI.11.11.ASAPE (Asian Society forforAdaptive Adaptive PhysicalPhysicalEducation)Education)12.12.ISAPE (Indonesian Society forforAdaptive Adaptive PhysicalPhysicalEducation)Education)13.13.DewanDewanPendidikanPendidikan& & KomiteKomiteSekolahSekolah14.14.Forum KomunikasiKomunikasi: Guru: GuruSLB, Kepala SLB, Pengawas SLB, SLB, LPTK PLB/PK, Alumni Akselerasi.<br />59<br />ALOKASI DANA PUSAT<br />12,896,440,000 -42,468,944,000 -67,250,505,000 - 101,362,835,000 53,880,000,000 88,678,795,000 65,000,000,000 81,659,424,000 92,485,000,000 116,178,992,000 126,983,650,000 1234567PUSATDAERAH2000200120022003200420052006<br />60<br />Program Pembinaan Sekolah Luar<br />Biasa Tahun 2006<br />AlokasiAnggaranPembinaanPLB Tahun2006<br />(PusatdanDaerah)<br />–BerdasarkanLokasi:<br />•Pusat:Rp.116.118.350.000,-<br />•Daerah:Rp.126.983.650.000,-<br />–BerdasarkanProgram:<br />•WajarDikdas9 Tahun: Rp.151.442.580.000,-<br />•Dikmen: Rp. 86.759.420.000,-<br />61<br />I. KegiatandanAnggaranPembinaanPLB (Pusat)<br />1. PemerataandanPerluasanAkses<br />a. PendidikanInklusi(500 Sek) :Rp. 1.351.640.000,-<br />b. SosialisasiKebijakanPembinaanPLB (3 Keg) :Rp. 1.686.090.000,-<br />c. PemberianSubsidiPerluasanPelayanan(514 Sek):Rp.13.575.000.000,-<br />2. PeningkatanMutudanRelevansi<br />a. Pengb. Kur.PK(8 KetunaanSDLB & SMPLB):Rp. 6.496.980.000,-<br />b. PeningkatanMutuPengelolaPendidikan(2.200 Org) :Rp.12.446.500.000,-<br />c. LombadanGebyarPLB (3 Keg):Rp. 7.078.785.000,-<br />d. BantuanSubsidiOperasionalPendidikan(236 Lbg):Rp. 4.441.750.000,-<br />e. AkreditasiPLB (200 Sek) :Rp. 1.018.000.000,-<br />f. PengadaanAlatPendidikan(10 Paket):Rp.21.742.900.000,-<br />A. Program Wajar Dikdas 9 Tahun<br />3. Governance3. Governance, , AkuntabilitasAkuntabilitasdandanPencitraanPencitraanPublikPublika. Pengembangana. PengembanganMIS PLB (1 MIS Keg)Keg)::Rp. 573.000.000Rp. 573.000.000,,--b.MonevMonevdandanSupervisiSupervisiLayananLayananPKPK(5 (Keg)Keg)::Rp.1.830.985.000Rp.1.830.985.000,,--c.RakorRakordandanKonsolidasiKonsolidasi(3 (Keg)Keg)::Rp.2.253.950.000,2.253.950.000,--d.Pemb.AdmAdmdandanPengelolaanPengelolaanKeu.Keu.(5 (Keg)Keg)::Rp. 185.400.000Rp. 185.400.000,,--<br />62<br />B. Program Pendidikan Menengah<br />1. Pemerataan dan Perluasan Aksesa. Pendidikan Inklusi (50 Sek): Rp. 3.058.695.000,-b. Subsidi Layanan PLB (36 Sek): Rp. 3.600.000.000,-c. Sosialisasi Kegiatan PLB (3 Keg): Rp. 2.032.500.000,-2. PeningkatanMutudanRelevansia. Pengemb.KurikulumPK(8 Ketunaan):Rp. 1.954.850.000,-b. PengadaanNaskahKeterampilan(6 Jenis):Rp. 536.190.000,-c. LayananPend.Keberbakatan(108 Sek):Rp. 3.158.400.000,-d. PeningkatanMutuPeng. Pend.(860 Org):Rp. 2.783.260.000,-e. SubsidiOperasionalSekolah(183 Lbg):Rp.11.630.000.000,-f. PengadaanAlatPendidikan(3 Paket):Rp. 6.743.000.000,-3. Governance, AkutanbilitasdanPencitraanPublika. PengembanganMIS (1 Keg):Rp. 440.500.000,-b. MonevLayananKeberbakatan(1 Keg):Rp. 599.975.000,-<br />63<br />II. Kegiatan dan Anggaran Pembinaan PLB ( Daerah Daerah)<br />A. Pemerataan dan Perluasan Akses<br />1. PenyusunandanPengolahanData (33Prov):Rp. 1.651.210.000,-<br />2. SosialisasiProgram PLB (33 Prov):Rp. 1.869.357.000,-<br />3. SosialisasiKurikulum(33 Prov):Rp. 1.501.285.000,-<br />4. PemberianBeasiswa(26.725 Siswa):Rp. 14.413.200.000,-<br />5. PembangunanUSB (35 Lokasi):Rp. 71.500.000.000,-<br />B. PeningkatanB. PeningkatanMutuMutudandanRelevansiRelevansi1.SubsidiPeningkatanMutu(885 Sekolah):Rp.22.129.903.000,-2.LombaPrestasidanKreativitasSiswa(33 Prov):Rp. 5.242.475.000,-3.PemilihanGuru PLB Berdedikasi(33 Orang):Rp. 1.391.585.000,-4.PengadaanTenagaSentra(189 Orang):Rp. 2.279.950.000,-C. GovernanceGovernance, , AkuntabilitasAkuntabilitasdandanPencitraanPencitraanPublikPublik1.RapatKoordinasiPLB (33 Prop):Rp.1.419.860.000,-2.PembinaanAdministrasi(33 Keg):Rp.2.919.350.000,-3.MonitoringdanEvaluasi(33 Keg):Rp.1.165.475.000,-<br />64<br />DANA DEKONSENTRASI PSLB 2006<br />No Provinsi JUMLAH<br />(dalam ribuan)<br />1 D.K.I Jakarta 5,107,000<br />2 Jawa Barat 8,004,730<br />3 Jawa Tengah 7,586,810<br />4 D.I Yogyakarta 4,508,000<br />5 Jawa Timur 6,880,000<br />6 NAD 3,760,000<br />7 Sumatera Utara 3,803,000<br />8 Sumatera Barat 3,980,000<br />9 Riau 3,830,965<br />10 Jambi 3,289,000<br />11 Sumatera Selatan 3,444,000<br />12 Lampung 3,531,000<br />13 Kalimantan Barat 3,329,000<br />14 Kalimantan Tengah 3,253,000<br />15 Kalimantan Selatan 3,352,000<br />16 Kalimantan Timur 3,340,000<br />No Provinsi<br />JUMLAH<br />(dalam ribuan)<br />18 Sulawesi Tengah 3,362,000<br />19 Sulawesi Selatan 3,394,000<br />20 Sulawesi Tenggara 3,212,000<br />21 Maluku 3,233,000<br />22 Bali 3,376,000<br />23 N.T.B 3,278,000<br />24 N.T.T 3,514,000<br />25 Papua 3,298,230<br />26 Bengkulu 3,558,995<br />27 Maluku Utara 3,213,920<br />28 Banten 4,170,000<br />29 Bangka Belitung 3,216,000<br />30 Gorontalo 3,235,000<br />31 Kepulauan Riau 3,151,000<br />32 Irian Jaya Barat 2,360,000<br />33 Sulawesi Barat 3,156,000<br />Jumlah 126,983,650<br />17<br />Sulawesi Utara<br />3,257,000<br />65<br />TahapTahap--tahaptahapupayaupayayang yang akanakandilakukandilakukanpadapada2006 :2006 1. AnalisaAnalisaSituasiSituasi(AS)(AS)2. SosialisasiSosialisasi((SosSos))3. Capacity Building (CB)4. RencanaRencanaAksiAksi(RA)(RA)5. Position Paper (PP)6. ImplementasiImplementasi(IM)(IM)7. Monitoring dandanEvaluasiEvaluasi((ME)<br />66<br />Terima Kasihmzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-30474415681780659472010-09-04T20:38:00.000-07:002010-09-04T20:42:10.987-07:00PENDIDIKAN AGAMA DI TENGAH KOMUNITAS BARAT(Islam Adalah Rahmat<br />Untuk Seluruh Alam Semesta)<br />Oleh:<br />Sheikh Salim Alwan al Hasaniy –Hafizhahullah-<br />(Ketua Umum Darul Fatwa di Australia)<br />Disampaikan Pada:<br />ICIS<br />(Internasional Conference of Islamic Scholars)<br />Hotel Borobudur-Jakarta, 20-22 Juni 2006<br />www.darulfatwa.org.au 2<br />الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله وعلى جميع إخوانه<br />من النبيين والمرسلين وءال كلّ وصحب كلّ وسائر الصالحين، أماّ بعد<br />يقول الله تعالى:<br />Biodata Sheikh Salim Alwan al Hasaniy<br />· Lahir di Beirut – Lebanon pada tahun 1968<br />· Lulusan Sekolah Menengah Negeri Lebanon tahun 1987<br />· Lulusan Tsanawiyah Syar'iyah (Aliyah) Aleppo-Syiria<br />tahun 1992<br />· Lulusan Sarjana Adab dengan nilai yudisium Sangat Baik<br />dari program Dirasat Islamiyah Fakultas Ushuluddin, al<br />Hadits Wa 'Ulumuhu, Global University – Lebanon tahun<br />1995<br />· Lulusan Diploma Syari'ah dengan nilai yudisium Sangat<br />Baik dari Universitas Islam di Kiev – Ukrania tahun 1996<br />www.darulfatwa.org.au 3<br />· Sedang menyelesaikan studi Magister pada Fakultas<br />Ushuluddin jurusan Hadits di Universitas al Azhar Mesir<br />· Memperoleh ijazah (sanad keilmuan) di bidang ulumul<br />Qur'an, tafsir, hadits, fiqih, sirah, bahasa dan lainnya dari<br />beberapa negara di antaranya Lebanon, Syiria, Palestina,<br />Yordania, Mesir, Turki, Marokko, Yaman, Afrika,<br />Indonesia, Pakistan, India dan lainnya.<br />· Pernah menjabat beberapa jabatan resmi dan non formal<br />(keagamaan).<br />· Penceramah, Dai dan pemateri seminar pada beberapa<br />Universitas, Pesantren dan mesjid di beberapa negara<br />antara lain Lebanon, Syiria, Palestina, Yordania, Mesir,<br />Moskow, Ukrania, Daghistan, Indonesia, Malaysia,<br />Australia dan lainnya.<br />· Menulis, menghimpun dan mentahqiq beberapa karangan,<br />risalah, fatawa baik yang telah dicetak atau masih dalam<br />bentuk manuskrip.<br />· Sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Darul Fatwa di<br />Australia; Darul Fatwa termasuk Lembaga keislaman<br />terbesar yang membawahi beberapa Organisasi, Yayasan,<br />Masjid, dan Islamic Center di beberapa negara bagian<br />Australia. Beranggotakan bermacam-macam warga negara;<br />Arab, Indonesia, Afghanistan, Pakistan, Afrika, Harar,<br />Bosnia, Turki, Bangladesh dan lainnya.<br />PENDIDIKAN AGAMA<br />DI TENGAH KOMUNITAS BARAT<br />Oleh:<br />Ketua Umum Darul Fatwa di Australia<br />Sheikh Salim Alwan al Hasaniy –Hafizhahullah-<br />MUKTAMAR INTERNASIONAL II<br />PARA ULAMA DAN CENDEKIAWAN MUSLIM<br />DI JAKARTA 20-22 JUNI 2006<br />"ISLAM ADALAH RAHMAT UNTUK SELURUH ALAM<br />SEMESTA".<br />Segala puji bagi Allah tuhan seluruh alam, semoga Allah<br />memberikan rahmat serta kemuliaan kepada pemimpin kita<br />Sayyidina Muhammad seorang nabi yang terpercaya, serta kepada<br />saudara-saudaranya dari kalangan para nabi dan rasul, juga<br />keluarga dan para sahabatnya yang baik dan suci. Amma ba'du,<br />www.darulfatwa.org.au 4<br />Para Hadirin<br />Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh<br />Allah ta'ala berfirman tentang Nabi Muhammad dalam al<br />Qur'an al Karim:<br />وما َأرسلْناك ِإلاَّ رحمةً للْعالَمين & قُلْ ِإنما يوحى ِإَلي َأنما ِإَلهكُم ِإَله <br />(108- سورة الأنبياء: 107 ) واحد فَهلْ َأنتم مسلمونَ<br />Maknanya: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk<br />(menjadi) rahmat bagi semesta alam. Katakanlah: Sesungguhnya yang<br />diwahyukan kepadaku adalah bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan yang<br />Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)" (Q.S. al<br />Anbiyaa': 107-108)<br />Allah telah mengutus para nabi seluruhnya dari mulai nabi<br />Adam hingga nabi penutup Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam<br />dengan satu agama yaitu Islam. Agama Islam juga merupakan<br />agama para malaikat 'alayhimussalam. Allah ta'ala telah menjadikan<br />agama yang agung ini sebagai Diin 'Adl wa I'tidal; agama keadilan<br />dan sikap tengah-tengah (moderat), agama petunjuk dan rahmat,<br />sungguh sangat beruntung orang yang berpegangteguh<br />dengannya dan membelanya.<br />Sungguh suatu kehormatan bagi kami, berada di hadapan anda<br />semua merepresentasikan Darul Fatwa di Australia untuk<br />mempresentasikan paper kami tentang "Pendidikan Agama di<br />tengah Komunitas Barat". Secara singkat, kami akan menjelaskan<br />hal-hal berikut:<br />- Islam Agama Keadilan dan Moderat<br />- Islam Agama Petunjuk dan Rahmat<br />- Urgensi Dakwah Islam dan Keutamaannya<br />- Dakwah Islam di Tengah Komunitas Barat<br />- Pentingnya Memulai Dakwah seperti yang dilakukan oleh<br />Para Nabi<br />- Ummat Islam dan Ilmu Agama di Negara-negara<br />Perantauan<br />- Mengacu kepada Terjemahan yang Terpercaya dan Sahih<br />- Hubungan dengan Media Massa di Masyarakat Barat<br />- Pengalaman Darul Fatwa di Australia<br />- Penutup<br />Inilah hal-hal yang akan kami sampaikan, dan kami memohon<br />kepada Allah ta'ala agar menjadikan amal kita ini semata untuk<br />mencari ridla-Nya dan diterima oleh-Nya.<br />Kami memulai presentasi ini dengan bertawakkal kepada Allah<br />ta'ala serta memohon taufiq dan petunjuk-Nya kepada kebenaran.<br />Islam Agama Keadilan dan Moderat<br />Allah ta'ala telah memilih untuk ummat Islam Manhaj yang<br />mesti diikuti dan telah menjelaskan jalan untuk mereka lalui. Jalan<br />tersebut adalah jalan lurus yang tidak bengkok. Jadi ummat Islam<br />adalah ummat al Wasathiyyah, agamanya adalah di garis tengah<br />antara orang yang berlebih-lebihan dan orang yang<br />meninggalkannya. Wasathiyyah Islam dan keluesannya tidak<br />diambil dari selera, kecenderungan dan pendapat pribadi orang,<br />tetapi diambil dan teks-teks syara'. Agama Islam dan orang yang<br />berpegangteguh dengan Islam dengan dibekali ilmu, terbebas dan<br />terlepas dari penyimpangan dari jalur Wasath. Orang yang<br />menyimpang dari Wasathiyyah Islam, dengan sikap berlebihlebihan<br />atau menjauhi Islam, tidak mewakili atau<br />merepresentasikan Islam melainkan merepresentasikan dirinya<br />sendiri.<br />www.darulfatwa.org.au 5<br />Syari'at Islam menyeru kepada sikap tengah-tengah (I'tidal) dan<br />melarang sikap ekstrimisme yang disebut dengan beberapa istilah,<br />di antaranya Ghuluww (berlebih-lebihan) dan Tanaththu' (sangat<br />ketat dan memaksa diri). Orang yang membaca dalil-dalil berikut<br />ini akan nampak jelas baginya bahwa Islam melarang sikap<br />Ghuluww:<br />Allah ta'ala berfirman:<br />ِإنَّ اللهَ يأْمر ِبالْعدلِ والإِحسان وِإيتائِ ذي الْقُربى وينهى عنِ الْفَحشاءِ <br />( سورة النحل: 90 ) والْمنكَرِ والْبغيِ<br />Maknanya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan<br />berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang<br />dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan " (Q.S. an-Nahl:<br />90)<br />Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya, an-Nasa-i dan<br />Ibnu Majah dalam Sunan-nya dan al Hakim dalam Mustadrak-nya<br />dari Ibnu Abbas –radliyallahu 'anhu- bahwa Nabi bersabda:<br />" يا َأيها النا س، ِإيا ُ كم والْغلُو في الدينِ، فَإِنه َأهلَك من كَانَ قَبلَكُم الغلُو<br />في الدينِ".<br />Maknanya: "Wahai manusia, jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam<br />agama, sesungguhnya hal yang membinasakan ummat-ummat sebelum<br />kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam beragama".<br />Sabda Nabi: " ِإيا ُ كم والْغُلو في الدينِ " adalah bermakna umum tentang<br />segala bentuk ghuluww; sikap berlebih-lebihan, dalam keyakinan<br />dan perbuatan. Ghuluww adalah melampaui batas.<br />Dari Ibnu Mas'ud –radliyallahu 'anhu- dari Nabi shallallahu<br />'alayhi wasallam bahwa beliau bersabda:<br />" هلَك الْمتنطِّعونَ" (رواه مسلم)<br />Maknanya: "Sungguh binasa orang-orang yang berlebih-lebihan dan<br />memaksa diri". (H.R. Muslim)<br />Yakni orang-orang yang memaksa diri, berlebih-lebihan dan<br />melampaui batas-batas agama dalam perkataan dan perbuatan<br />mereka.<br />Islam Agama Petunjuk dan Rahmat<br />Allah ta'ala berfirman:<br />يا َأيها النا س قَد جاءَتكُم موعظَةٌ من ربكُم وشفَاءٌ لما في الصدورِ <br />وهدى ورحمةٌ للْمؤمِنين & قُلْ ِبفَضلِ اللهِ وِبرحمته فَِبذَلك فَلْيفْرحوا هو<br />(58- سورة يونس: 57 ) خير مما يجمعونَ<br />Maknanya: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu<br />pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang<br />berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang<br />beriman. Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah<br />dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah<br />lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan" (Q.S. Yunus: 57-58)<br />فَِبما رحمة من اللهِ لنت َلهم وَلو كُنت فَظًا غَليظَ الْقَلْبِ َلانفَضوا من <br />حولك فَاعف عنهم واستغفر َلهم وشاوِرهم في الأَمرِ فَإِذَا عزمت فَتوكَّلْ<br />( سورة ءال عمران: 159 ) علَى اللهِ ِإنَّ اللهَ يحب الْمتوكِّلين<br />Maknanya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku<br />lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi<br />berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena<br />itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan<br />bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila<br />www.darulfatwa.org.au 6<br />kamu telah membulatkan tekad maka bertawakkal-lah kepada Allah.<br />Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya<br />" (Q.S. Ali 'Imran: 159)<br />َلقَد جاءَكُم رسولٌ من َأنفُسِكُم عزِيز علَيه ما عِنتم حرِيص علَيكُم <br />( سورة التوبة: 128 ) ِبالْمؤمِنين رءُوف رحيم<br />Maknanya: "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari<br />kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan<br />(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang<br />terhadap orang-orang mukmin" (Q.S. at-Taubah: 128)<br />Jadi Islam adalah agama kebaikan, perdamaian dan rahmat untuk<br />ummat manusia. Islam mengajak kepada sikap tarahum; saling<br />menyayangi. Islam menjadikan rahmat sebagai salah satu bukti<br />kesempurnaan iman. Seorang muslim jika bertemu dengan orang<br />maka di hatinya terpendam rasa kasih sayang dan tersimpan niat<br />baik di relung kalbunya. Dia akan berbuat baik kepada mereka,<br />meringankan beban mereka dan mengasihi mereka. Rasa kasih<br />sayang yang dituntut bukanlah terbatas untuk orang yang dikenal,<br />kerabat atau teman dekat, tetapi yang dituntut adalah rahmat yang<br />menyeluruh yang mencakup umumnya orang. Hadits-hadits<br />Rasulullah menunjukkan keumuman ini dalam memberikan<br />rahmat dan menganjurkan untuk menyebarkan rahmat.<br />Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah<br />shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:<br />"لاَ يرحم اللهُ من لاَ يرحم الناس" (رواه البخاري)<br />Maknanya: "Allah tidak merahmati orang yang tidak menyayangi sesama<br />manusia" (H.R. al-Bukhari).<br />Dalam riwayat lain:<br />"من لاَ يرحم لاَ يرحم" رواه البخاري ومسلم<br />Maknanya: "Orang yang tidak menyayangi (sesamanya), tidak dirahmati"<br />(H.R. al Bukhari dan Muslim).<br />Al Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari Syarh Shahih al<br />Bukhari pada kitab al Adab bab Menyayangi Manusia dan Binatang<br />mengatakan: "Ibnu Baththal berkata: Dalam hadits ini terdapat anjuran<br />agar memberikan kasih sayang kepada semua makhluk, termasuk dalam<br />hal ini; orang mukmin, orang kafir, binatang-binatang baik yang dimiliki<br />atau yang tidak dimiliki. Juga masuk dalam pengertian rahmah<br />(menyayangi); merawatnya dengan memberinya makan, minum,<br />meringankan beban barang bawaan dan tidak berlaku zhalim dengan<br />memukulnya".<br />Termasuk dalam pengertian rahmah sebagaimana<br />diperintahkan oleh Islam adalah berdakwah, menyerukan ajaran<br />Islam dengan penuh hikmah dan mauizhah hasanah, mengajak<br />kepada kebaikan serta mencegah kemungkaran, Allah ta'ala<br />berfirman:<br />والْمؤمنونَ والْمؤمنات بعضهم َأولياءُ بعضٍ، يأْمرونَ ِبالْمعروف وينهونَ <br />عنِ الْمنكَرِ ويقيمونَ الصلاَةَ ويؤتونَ الزكَاةَ ويطيعونَ اللهَ ورسوَله، ُأوَلئك<br />( سورة التوبة : 71 ) سيرحمهم اللهُ، ِإنَّ اللهَ عزِيز حكيم<br />Maknanya: "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,<br />sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka<br />menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,<br />mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan<br />Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya<br />Allah maha kuat lagi maha bijaksana" (Q.S. at-Taubah: 71)<br />Urgensi Dakwah Islam dan Keutamaan-keutamaannya<br />Allah ta'ala berfirman:<br />www.darulfatwa.org.au 7<br />ولْتكُن منكُم ُأمةٌ يدعونَ ِإَلى الْخيرِ ويأْمرونَ ِبالْمعروف وينهونَ عنِ <br />( سورة ءال عمران : 104 ) الْمنكَرِ، وُأوَلئك هم الْمفْلحونَ<br />Maknanya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang<br />menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah<br />dari hal yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (Q.S. Ali<br />'Imran:104)<br />Allah ta'ala berfirman menceritakan tentang Nabi Nuh<br />'alayhissalam:<br />( سورة الأعراف : 62 ) وَأنصح َلكُم <br />Maknanya: "Aku (Nuh) memberi nasehat kepadamu " (Q.S. al<br />A'raaf:62)<br />Dan tentang Nabi Hud 'alayhissalam Allah berfirman:<br />( سورة الأعراف : 68 ) وَأنا َلكُم ناصح َأمين <br />Maknanya: "Dan aku (Hud) hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya<br />bagimu" (Q.S. al A'raaf: 68)<br />Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan kepada Nabi<br />Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam agar menjelaskan bahwa<br />dakwah (mengajak ummat) kepada agama Allah dengan<br />pengetahuan dan hujjah yang nyata adalah jalannya dan jalan<br />orang-orang yang mengikutinya, Allah ta'ala berfirman:<br />قُلْ هذه سِبيلي َأدعو ِإَلى اللهِ علَى بصيرة َأنا ومنِ اتبعِني وسبحانَ اللهِ <br />( سورة يوسف : 108 ) وما َأنا من الْمشرِكين<br />Maknanya: "Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang<br />yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang<br />nyata, maha suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang<br />musyrik" (Q.S. Yusuf:108)<br />Allah ta'ala memuliakan menara dakwah kepada-Nya,<br />menerangi jalannya dan meninggikan derajat orang-orang yang<br />berjuang menegakkannya serta mencucurkan rahmat dan<br />pertolongan kepada mereka, Allah ta'ala berfirman:<br />ومن َأحسن قَولاً ممن دعا ِإَلى اللهِ وعملَ صالحا وقَالَ ِإنِني من <br />( سورة فصلت : 33 ) الْمسلمين<br />Maknanya: "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang<br />menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata:<br />Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (Q.S.<br />Fushshilat: 33)<br />Allah ta'ala telah menjelaskan tentang kriteria dakwah agar<br />menghasilkan buahnya serta menancapkan akar-akarnya dalam<br />hati, yaitu dengan berdakwah secara hikmah (bijaksana), mau'izhah<br />(nasehat), targhib (memotivasi dan menjadikan suka) dan tarhib<br />(memperingatkan dan mewanti-wanti), menjelaskan dalil-dalil<br />kebenaran, melemahkan dan menghancurkan syubhat-syubhat<br />kebatilan. Allah 'azza wa jalla berfirman:<br />ُادع ِإَلى سِبيلِ ربك ِبالْحكْمة والْموعظَة الْحسنة، وجادلْهم ِبالَّتي هي <br />( سورة النحل : 125 ) َأحسن، ِإنَّ ربك هو َأعلَم ِبالْمهتدين<br />Maknanya: "Serulah manusia kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah<br />dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih<br />baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa<br />yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang<br />yang mendapat petunjuk" (Q.S. an-Nahl:125)<br />www.darulfatwa.org.au 8<br />Para ulama salaf radliyallahu 'anhum, mereka semua adalah da'ida'i<br />yang mengajak kepada agama Allah dengan hujjah yang jelas,<br />sehingga mereka memenuhi dunia dengan ilmu, cahaya, petunjuk,<br />rahmat, kebaikan dan kedamaian, mereka semua akan senantiasa<br />memperoleh pahala dari Allah sampai datangnya hari kiamat<br />kelak, Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:<br />"من دعا ِإَلى هدى كَانَ َله من الأَجرِ مثْلُ ُأجورِ من تِبعه، لاَ ينقُص ذَلك<br />من ُأجورِهم شيًئا، ومن دعا ِإَلى ضلاََلة كَانَ علَيه من الإِثْمِ مثْلُ ءَاَثامِ من<br />تِبعه، لاَ ينقُص ذَلك من ءَاَثامهِم شيًئا " (رواه مسلم)<br />Maknanya: "Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan dan petunjuk<br />maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa<br />mengurangi pahala mereka, dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan<br />maka dia akan memperoleh dosa seperti dosa orang-orang yang<br />mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka" (H.R. Muslim)<br />Jadi berdakwah (mengajak ummat) kepada agama Allah<br />dengan benar dan ikhlas adalah termasuk amal yang paling mulia,<br />orang yang melaksanakannya berarti menempuh jalan para nabi.<br />karena itu, alangkah layak baginya untuk selalu menyadari<br />besarnya tanggung jawab yang dipikulnya, dan seyogyanya ia<br />merasakan betapa berat amanat yang diembannya. Maka tidak<br />selayaknya bagi seorang dai untuk bermalas-malasan, sehingga<br />hanya berdakwah kepada ummat kita saja, melainkan hendaknya<br />menyebarkan dakwah secara lebih meluas dan ini termasuk<br />bagian dari rahmat Islam itu sendiri.<br />Jadi dakwah mengajak kepada agama Allah adalah jalan para<br />nabi dan utusan Allah, Allah ta'ala berfirman:<br />وجعلْنا هم َأئمةً يهدونَ ِبأَمرِنا وَأوحينا ِإَليهِم فعلَ الْخيرات وِإقَام الصلاَة <br />( سورة الأنبياء : 73 ) وِإيتاءَ الزكَاة وكَانوا َلنا عابِدين<br />Maknanya: "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpinpemimpin<br />yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami<br />wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat,<br />menunaikan zakat dan hanya kepada Kami-lah mereka selalu<br />menyembah" (Q.S. al Anbiyaa': 73)<br />Allah ta'ala menceritakan dalam al-Qur'an tentang kisah-kisah<br />para da'i yang mengajak kepada agama Allah, mereka adalah<br />orang-orang yang hatinya dihiasi dengan keindahan cahaya iman,<br />cerita-cerita tersebut adalah panutan dan tauladan yang utama,<br />seperti kisah tentang seorang mukmin dari kalangan keluarga<br />Fir'aun, Allah ta'ala berfirman:<br />وقَالَ الَّذي ءَامن يا قَومِ اتِبعون َأهدكُم سِبيلَ الرشاد & يا قَومِ ِإنما هذه <br />(39- سورة غافر : 38 ) الْحياُة الدنيا متاع وِإنَّ الآخرةَ هي دا ر الْقَرارِ<br />Maknanya: "Orang yang beriman itu berkata: Hai kaumku, ikutilah<br />aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku,<br />sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan<br />sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal" (Q.S. al Mukmin:38-39)<br />Allah ta'ala berfirman tentang seorang dai dalam surat Yasin:<br />وجاءَ من َأقْصى الْمدينة رجلٌ يسعى قَالَ يا قَومِ اتِبعوا الْمرسلين& <br />اتِبعوا من لاَ يسَئلُكُم َأجراً وهم مهتدونَ & وما لي لاَ َأعبد الَّذي فَطَرِني<br />وِإَليه ترجعونَ & َأَأتخذُ من دوِنه آلهةً ِإنْ يرِدن الرحمن ِبضر لاَ تغنِ عني<br />www.darulfatwa.org.au 9<br />شفَاعتهم شيًئا ولاَ ينقذُونَ & ِإني ِإذًا َلفي ضلاَلٍ مِبينٍ & ِإني آمنت<br />(25- سورة يس : 20 ) ِبربكُم فَاسمعون<br />Maknanya: "Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan<br />bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu.<br />Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah<br />orang-orang yang mendapat petunjuk. Mengapa aku tidak menyembah<br />(Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu<br />semua akan dikembalikan ?. Mengapa aku menyembah sesembahansesembahan<br />selain-Nya, jika (Allah) yang maha pemurah menghendaki<br />kemudlaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat<br />sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak pula dapat menyelamatkanku ?.<br />Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.<br />Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah<br />pengakuan keimananku" (Q.S. Yaasin: 20-25)<br />Namun orang-orang kafir tersebut membunuhnya, maka Allah<br />berfirman tentangnya:<br />قيلَ ادخلِ الْجنةَ قَالَ ياَليت قَومي يعلَمونَ & ِبما غَفَر لي ربي وجعلَِني <br />(27- سورة يس : 26 ) من الْمكْرمين<br />Maknanya: "Dikatakan kepadanya: Masuklah ke surga. Ia berkata:<br />Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui. Apa yang<br />menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku<br />termasuk orang-orang yang dimuliakan" (Q.S. Yaasin: 26-27)<br />Para Hadirin yang terhormat<br />Karakteristik dan keistimewaan iman adalah menyebar,<br />bergerak cepat dan berpindah. Maka begitu iman menancap<br />dalam hati seseorang, dia akan langsung menembus jalannya ke<br />hati-hati yang lain, dan iman tidak berada di suatu negara kecuali<br />terus menyebar ke negara-negara lain. Karena iman seperti cahaya<br />dan sinar, yang menembus tabir-tabir kegelapan, tidak menempat<br />pada satu tempat saja, karena semua orang butuh kepada Islam<br />dan iman. Orang yang cahaya keimanan dalam hatinya belum<br />menebar dan menular ke hati-hati yang lain yang masih tertutup<br />dan menyimpang, dan belum mengajak kepada agama Allah ta'ala<br />padahal ia mampu melaksanakannya, maka imannya masih<br />kurang dan belum sempurna, orang tersebut masih belum<br />melaksanakan kewajiban yang diwajibkan oleh Allah kepadanya.<br />Lihatlah jin-jin mukmin, ketika mereka telah beriman mereka<br />kembali kepada kaumnya, memperingatkan dan mengajak mereka<br />kepada agama Allah. Allah ta'ala telah menjelaskan peran penting<br />dan tugas yang diemban oleh Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam<br />penghulu dan penutup para nabi dengan firman-Nya:<br />يا َأيها النِبي ِإنا َأرسلْناك شاهدا ومبشرا ونذيرا & وداعيا ِإَلى اللهِ ِبإِذِْنه <br />(46- سورة الأحزاب : 45 ) وسراجا مِنيرا<br />Maknanya: "Hai Nabi Muhammad, sesungguhnya Kami mengutusmu<br />untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,<br />dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk<br />jadi cahaya yang menerangi" (Q.S. al Ahzaab: 45-46)<br />Dakwah Islam di Tengah Komunitas Barat<br />Urgensi dakwah Islam –sebagaimana yang telah kami jelaskantidak<br />terbatas hanya pada lingkungan masyarakat Islam saja, tapi<br />juga layak bagi seluruh masyarakat dengan penekanan yang lebih<br />agar seorang da'i membekali diri dengan hujjah-hujjah, dalil-dalil<br />www.darulfatwa.org.au 10<br />baik aqliyyah atau naqliyyah, menghiasi diri dengan sifat hilm<br />(pemaaf), sabar dan akhlak yang baik, zuhud terhadap dunia dan<br />berharap kebahagiaan di akhirat, memiliki wawasan tentang<br />banyak hal-hal moderen, penemuan-penemuan dan teori-teori<br />baru, mengetahui betul kondisi ummat di masanya, mengetahui<br />keadaan berbagai macam golongan dan pelik-pelik pemikiran<br />mereka, rajin dan bersemangat dalam menyebarkan ajaran-ajaran<br />Islam melalui berbagai sarana yang tersedia; pendidikan, budaya,<br />informasi dan hiburan, melalui tempat-tempat perkumpulan dan<br />pusat-pusat pertemuan, mushalla-mushalla, masjid-masjid,<br />seminar-seminar, ceramah-ceramah dan penerbitan-penerbitan<br />dalam bentuk tulisan, rekaman suara, audiovisual dan lain-lain.<br />Tetapi Islam yang agung ini tidak bisa kita paparkan dengan<br />gambaran yang lebih indah dan menarik daripada gambaran yang<br />telah dijelaskan al Qur'an dengan ayat-ayatnya yang sangat indah,<br />kemudian diperkuat penjelasannya dengan hadits-hadits dan sirah<br />nabi dan para sahabatnya. Oleh karena itu, kita harus kembali<br />kepada sumber-sumber Islam primer yang murni, seperti<br />dinasehatkan oleh para ulama rabbani, dan diarahkan oleh para<br />pemikir dan ahli tahqiq.<br />Jadi sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam<br />memulai dakwahnya -terutama kepada orang-orang non muslimdengan<br />tauhid dan memperbaiki akidah (keyakinan), dibekali<br />dengan mukjizat dan dalil-dalil yang sangat jelas, dan menghiasi<br />diri dengan akhlak mulia seperti dijelaskan oleh Allah tentang<br />Nabi-Nya:<br />( سورة القلم : 4 ) وِإنك َلعلَى خلُقٍ عظيمٍ <br />Maka seyogyanya seorang da'i yang mukhlish meneladani<br />Rasulullah dan menekankan untuk membekali diri dengan hujjahhujjah<br />aqliyyah qath'iyyah yang menunjukkan kebenaran akidah<br />Islam, dengan menjelaskan bahwa akal sehat mendukung dan<br />menerima kebenaran ajaran Islam, menggunakan metode yang<br />paling tepat dan efektif dalam mematahkan akidah-akidah orang<br />yang menyalahi Islam, memakai metode yang penuh hikmah,<br />lemah lembut ketika diperlukan, dan menyuarakan dengan<br />lantang bahwa Islam bersih dan terlepas dari sikap ekstrimisme<br />yang dibenci dan kekerasan yang buruk, dengan menekankan<br />bahwa Islam mendorong ummat untuk melakukan studi dan<br />spesialisasi dalam segala medan yang bermanfaat dan prospektif,<br />menjadikan ilmu pengetahuan sebagai senjata bagi ummat Islam,<br />menolak setiap kebodohan, keterbelakangan, kelemahan dan<br />kehinaan, mengajak kepada keadilan, i'tidal (sikap tengah-tengah)<br />dan ihsan (berbuat baik), mencegah setiap perbuatan keji, munkar<br />dan kezhaliman, beramal dengan firman Allah:<br />( سورة البقرة : 83 ) وقُوُلوا للناسِ حسنا <br />mengajak kepada cara hidup bersama (at-Ta'ayusy) yang baik,<br />menegaskan apa yang telah ditetapkan dalam Islam bahwa ketika<br />seorang muslim masuk ke negara non muslim dengan jaminan<br />keamanan dari mereka tidak boleh baginya menyakiti mereka<br />dengan memukul atau melukai dan tidak boleh mengambil harta<br />mereka kecuali dengan kerelaan dari mereka dan bahwasanya<br />berkhianat meskipun terhadap non muslim adalah perkara haram.<br />Jadi tidak diperbolehkan bagi seorang muslim melakukan<br />transaksi-transaksi dengan non muslim seperti jual beli misalnya<br />lalu dia berkhianat dan menipu dalam timbangan atau takaran<br />atau tidak menjaga barang titipan non muslim dengan<br />merusaknya atau mengingkarinya dan hukum-hukum lain yang<br />sejenis.<br />Seorang dai hendaknya mengingatkan pemerintahanpemerintahan<br />yang ada serta seluruh bangsa-bangsa dan<br />www.darulfatwa.org.au 11<br />menyadarkan mereka bahwa terdapat perbedaan yang sangat<br />besar antara ummat Islam dan para teroris dan bahwa tidak ada<br />kaitan antara Islam dan terorisme dengan menekankan bahwa<br />ummat Islam di seluruh dunia melepaskan diri dan terbebas dari<br />kekerasan dan sikap ekstrimisme. Menegaskan untuk tidak<br />mengaitkan Islam dengan terorisme dan ummat Islam dengan<br />para teroris. Karena selain tidak sesuai dengan fakta, gambaran<br />ini akan menjadi celah bagi para teroris untuk menyusup dan<br />membentuk opini orang awam tentang diri mereka bahwa mereka<br />adalah pembela-pembela Islam dan pejuang-pejuang yang<br />menyebarkan dan menegakkan Islam dan mereka dimusuhi dan<br />diperangi karena alasan itu. Dengan begitu mereka memperoleh<br />simpati kalangan awam untuk kemudian nantinya secara perlahan<br />akan menebarkan racun-racun mereka pada pikiran dan<br />keyakinan orang awam.<br />Seorang dai hendaknya selalu mengulang-ulang dalam materi<br />dakwahnya bahwa sikap Islam adalah menolak semua praktek<br />ekstrimisme dan kekerasan dengan segala bentuk dan macamnya,<br />seraya menuntut masyarakat internasional untuk bersama-sama<br />bertanggungjawab dan mengintensifkan upaya memerangi gejala<br />yang buruk ini dan mengikis habis kotoran dan pemikiranpemikiran<br />beracun ini, dan mengambil tindakan yang tepat dan<br />mengakar untuk membongkar kedok para teroris dan<br />menelanjangi akidah sesat mereka yang ditolak oleh para ulama<br />dan kalangan awam ummat Islam, serta dalam kesempatan yang<br />sama menyeru kepada adanya kerjasama keagamaan di tingkat<br />internasional dan regional untuk tujuan tersebut dan<br />mengoptimalkan seluruh upaya yang dikerahkan dalam hal ini di<br />tingkat internasional dan regional. Disamping mengingatkan<br />bahwa perang terhadap terorisme adalah perang keilmuan yang<br />harus dibarengi dengan tindakan-tindakan prefentif. Dan di<br />sinilah nampak dengan jelas peran para ulama, cendekiawan dan<br />para dai yang merupakan baris terdepan dan garis pertahanan<br />yang paling kuat, yang jika roboh maka jalan untuk para teroris<br />menjadi terbuka dan tujuan-tujuan mereka akan mudah<br />terlaksana. Karenanya perlu diadakan pembinaan terhadap para<br />dai dari sisi keilmuan, dalil dan data-data yang menyingkap<br />pemikiran dan aksi-aksi terorisme dan pelakunya, dan mereka<br />harus ditelanjangi di depan opini dunia sehingga mereka betulbetul<br />tidak menemukan celah untuk mengelabui orang awam.<br />Oleh karenanya, "Pelarangan terhadap penyebaran<br />pemikiran-pemikiran terorisme" dan "Penyebaran<br />pemahaman moderat melalui tokoh-tokohnya" adalah salah<br />satu program yang memberikan hasil yang signifikan jika terus<br />dilaksanakan dan mengalami grafik yang terus meningkat.<br />Kita semua harus menanggulangi fenomena ekstrimisme ini,<br />masing-masing sesuai dengan spesialisasi dan tingkat kemampuan<br />yang dimiliki, dengan hikmah dan keberanian yang diperlukan,<br />dengan tidak melupakan kenyataan bahwa kebodohan harus<br />dilawan dengan ilmu, sikap ekstrim dilawan dengan sikap<br />moderat dan kebatilan dilawan dengan kebenaran.<br />Pentingnya Memulai Dakwah Sesuai Dengan Apa Yang<br />Pertama Kali Diajarkan Oleh Para Nabi<br />Allah ta'ala berfirman:<br />قُلْ ِإنَّ صلاَتي ونسكي ومحياي ومماتي للهِ رب الْعالَمين & لاَ شرِيك <br />(163 - سورة الأنعام : 162 ) َله<br />www.darulfatwa.org.au 12<br />Maknanya: "Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, sembelihanku,<br />hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada<br />sekutu bagi-Nya" (Q.S. al An'aam: 162-163)<br />Allah ta'ala berfirman:<br /> قُلْ ِإنما ُأمرت َأنْ َأعبد اللهَ ولاَ ُأشرِك ِبه، ِإَليه َأدعوا وِإَليه مَئابِ <br />( (سورة الرعد: 36<br />Maknanya: "Katakanlah: Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk<br />menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia.<br />Hanya kepada-Nya aku seru manusia dan hanya kepada-Nya aku<br />kembali" (Q.S. ar-Ra'd: 36)<br />Allah juga berfirman:<br />( سورة محمد: 19 ) فَاعلَم َأنه لاَ ِإَله ِإلاَّ اللهُ <br />Maknanya: "Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan yang<br />berhak disembah melainkan Allah" (Q.S. Muhammad: 19)<br />Imam Malik dalam Muwaththa' meriwayatkan bahwasanya<br />Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:<br />"وَأفْضلُ ما قُلْت َأنا والنِبيونَ من قَبلي: لاَ ِإَله ِإلاَّ اللهُ وحده لاَ شرِيك َله"<br />(رواه الإمام مالك)<br />Maknanya: "Dan perkataan terbaik yang aku dan seluruh nabi<br />sebelumku ucapkan adalah Laa ilaaha illallah, tiada sekutu bagi-Nya"<br />(H.R. Malik)<br />Tauhid inilah hal pertama yang diperintahkan oleh Nabi<br />shallallahu 'alayhi wasallam kepada para sahabatnya agar<br />disampaikan. Al Bukhari, Muslim dan yang lainnya meriwayatkan<br />bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam berkata kepada<br />Mu'adz ibn Jabal radliyallahu 'anhu ketika beliau mengutusnya ke<br />Yaman:<br />"ِإنك ستأْتي قَوما من َأهلِ الْكتابِ فَإِذَا جِئْتهم فَادعهم ِإَلى َأنْ يشهدوا َأنْ<br />لاَ ِإَله ِإلاَّ اللهُ وَأنَّ محمدا رسولُ اللهِ ..." (رواه البخاري ومسلم)<br />Maknanya: "Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli<br />kitab, maka jika engkau telah mendatangi mereka ajaklah mereka agar<br />bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan<br />Muhammad adalah utusan Allah…".<br />Dalam riwayat lain di Shahih Muslim bahwa Rasulullah shallallahu<br />'alayhi wasallam ketika mengutus Mu'adz ke Yaman berkata<br />kepadanya:<br />"ِإنك تقْدم علَى قَومٍ َأهلِ كتابٍ فَلْيكُن َأولَ ما تدعوهم ِإَليه عبادةُ اللهِ عز<br />وجلَّ، فَإِذَا عرفُوا اللهَ، فَأَخِبرهم َأنَّ اللهَ فَرض علَيهِم خمس صلَوات في<br />يومهِم وَليلَتهِم..."<br />Maknanya: "Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum yang<br />ahli kitab, maka hendaklah hal pertama yang engkau dakwahkan kepada<br />mereka adalah beribadah kepada Allah, jika mereka telah mengenal Allah<br />maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka<br />sholat lima kali dalam sehari semalam…".<br />Jadi hal pertama yang disampaikan oleh para nabi shalawatullahi<br />wasalaamuhu 'alayhim dalam berdakwah adalah tauhid, mensucikan<br />Allah dari menyerupai makhluk-Nya. Oleh karenanya, Nabi<br />Ibrahim 'alayhissalam berhujjah terhadap kaumnya dengan dalil<br />aqli yang kuat bahwa bintang-bintang, bulan, matahari, tidak layak<br />menjadi tuhan karena semuanya bergerak, berubah, tenggelam<br />dan menghilang. Allah ta'ala berfirman:<br />( سورة الأنعام: 76 ) قَالَ لاَ ُأحب الآفلين <br />www.darulfatwa.org.au 13<br />Maknanya: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam (Aku tidak<br />meyakininya sebagai Tuhan)" (Q.S. al An'aam: 76)<br />Dan Allah ta'ala juga memberitakan kepada kita tentang Nabi<br />Ibrahim bahwasanya beliau berkata:<br />ِإني وجهت وجهِي للَّذي فَطَر السموات والأَرض حِنيفًا مسلما وما َأنا <br />( سورة الأنعام: 79 ) من الْمشرِكين<br />Maknanya: "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan<br />yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang<br />benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik;<br />mempersekutukan Tuhan" (Q.S. al An'aam: 79)<br />Allah ta'ala menamakan dalil yang dikemukakan oleh Nabi<br />Ibrahim tersebut sebagai hujjah, dan Allah ta'ala memujinya<br />sebagaimana tersurat dalam firman-Nya:<br />( سورة الأنعام: 83 ) وتلْك حجتنا آتيناها ِإبراهيم علَى قَومه <br />Maknanya: "Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada<br />Ibrahim untuk menghadapi kaumnya" (Q.S. al An'aam: 83)<br />Sedangkan Nabi Ibrahim sendiri seperti halnya nabi-nabi yang<br />lain, dipelihara oleh Allah ta'ala dari kekufuran, dosa besar, dan<br />dosa kecil yang menandakan kerendahan jiwa pelakunya, baik<br />sebelum kenabian atau sesudah kenabian. Jadi Nabi Ibrahim<br />sama sekali tidak pernah menyembah bintang, bulan, matahari,<br />tidak pernah menyembah kecuali kepada Allah ta'ala. Allah ta'ala<br />berfirman:<br />سورة الأنبياء: ) وَلقَد آتينا ِإبراهيم رشده من قَبلُ وكُنا ِبه عالمين <br />(51<br />Maknanya: "Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim<br />hidayah kebenaran dan keimanan dan Kami mengetahui keadaannya"<br />(Q.S. al Anbiyaa': 51)<br />Allah ta'ala berfirman tentang Nabi Ibrahim:<br />سورة ءال ) وَلكن كَانَ حِنيفًا مسلما وما كَانَ من الْمشرِكين <br />( عمران: 67<br />Maknanya: "Akan tetapi Ibrahim adalah seorang yang lurus dan muslim,<br />dan sekali-kali bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik" (Q.S.<br />Ali 'Imran: 67)<br />Sesuai dengan petunjuk inilah Ahlussunnah wal Jama'ah -<br />Asy'ariyyah dan Maturidiyyah- yang merupakan golongan<br />mayoritas umat Muhammad menjelaskan aqidah Islam yang<br />murni, diambil dari al Qur'an dan sunnah serta penjelasan para<br />ulama salaf dan kesepakatan (ijma') seluruh umat, bersih dari<br />unsur-unsur tasybih, tajsim, penisbatan bentuk, ukuran, arah dan<br />tempat bagi Allah, bersih dari ta'thil, hulul, ittihad dan ilhad, dan<br />bersih dari kerumitan dan penyimpangan para filsuf dan<br />keyakinan kelompok-kelompok yang menyimpang seperti<br />Khawarij, Jahmiyyah, Mu'tazilah dan semacamnya.<br />Allah ta'ala berfirman:<br />يا َأيها الَّذين آمنوا من يرتد منكُم عن ديِنه فَسوف يأْتي اللهُ ِبقَومٍ يحبهم <br />ويحبونه َأذلَّة علَى الْمؤمِنين َأعزة علَى الْكَافرِين يجاهدونَ في سِبيلِ اللهِ<br /> ولاَ يخاُفونَ َلومةَ لاَئمٍ ذَلك فَضلُ اللهِ يؤتيه من يشاءُ واللهُ واسع عليم<br />( (سورة المائدة: 54<br />www.darulfatwa.org.au 14<br />Maknanya: "Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu<br />yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan<br />suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka-pun mencintai-Nya,<br />yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap<br />keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang<br />tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,<br />diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas<br />pemberian-Nya lagi maha mengetahui" (Q.S. al Maa-idah: 54)<br />Al Hafizh Ibnu 'Asakir dalam Tabyin Kadzib al Muftari dan al<br />Hakim dalam al Mustadrak meriwayatkan bahwasanya ketika ayat<br />tersebut turun, Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam<br />menunjuk kepada Abu Musa al Asy'ari radliyallahu 'anhu seraya<br />berkata: "Mereka adalah kaumnya orang ini".<br />Al Qusyairi mengatakan: "Pengikut Abu al Hasan al Asy'ari<br />adalah termasuk kaumnya, karena ketika disandarkan suatu kaum<br />kepada nabi, maka yang dimaksud adalah pengikut", ini juga<br />disebutkan oleh al Qurthubi dalam Tafsirnya (Jilid: 6, h: 220).<br />Al Bayhaqi mengatakan: "Ini dikarenakan dalam hadits tersebut<br />terdapat fadlilah yang agung dan derajat yang mulia yang dimiliki<br />Imam Abu al Hasan al Asy'ari radliyallahu 'anhu, di mana beliau<br />termasuk kaum Abu Musa al Asy'ari dan keturunannya yang<br />diberi ilmu dan kepahaman khusus dibanding yang lainnya dalam<br />membela sunnah, memberantas bid'ah dengan menampakkan<br />hujjah dan membantah syubhat". Disebutkan oleh Ibnu 'Asaakir<br />dalam Tabyin Kadzib al Muftari.<br />Al Bukhari dalam Shahihnya menyebutkan "Bab Datangnya orangorang<br />Asy'ari dan penduduk Yaman, Abu Musa al Asy'ari berkata dari<br />Nabi shallallahu 'alayhi wasallam: "Mereka adalah bagian dariku dan<br />aku adalah bagian dari mereka".<br />Kita bersyukur kepada Allah ta'ala atas aqidah sunni yang kita<br />yakini sekarang ini, yang merupakan aqidah Rasulullah shallallahu<br />'alayhi wasallam, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti<br />jejak mereka dengan baik, aqidah yang para pemeluknya dipuji<br />oleh Rasululah shallallahu 'alayhi wasallam, sebagaimana<br />diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan al Hakim dengan sanad yang<br />shahih:<br />"َلتفْتحن الْقسطَنطيِنيةُ فَلَِنعم الأَمير َأميرها وَلِنعم الْجيش ذَلك الْجيش"<br />(رواه أحمد في مسنده)<br />Maknanya: "Konstantinopel (Istanbul sekarang) pasti akan dikuasai,<br />maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang berhasil manguasainya<br />dan sebaik-sebaik tentara adalah tentara tersebut".<br />Ternyata Konstatinopel pun ditaklukkan setelah lebih dari 800<br />tahun, yang menaklukkan adalah Sultan Muhammad al Fatih al<br />Maturidi rahimahullah, beliau berakidah sunni, meyakini bahwa<br />Allah ada tanpa tempat, mencintai para sufi sejati, dan<br />bertawassul dengan Nabi shallallahu 'alayhi wasallam.<br />Keyakinan inilah yang dianut oleh ratusan juta umat Islam,<br />salaf maupun khalaf, di barat maupun di timur, dalam pengajaran<br />maupun pendidikan, terbukti dengan kenyataan yang bisa<br />disaksikan. Cukup sebagai penjelasan tentang kebenaran akidah<br />ini bahwa para sahabat, tabi'in dan atba' at-tabi'in (as-salaf asshalih)<br />dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik,<br />semuanya menganut aqidah ini. Termasuk orang yang mengikuti<br />mereka dengan baik ini adalah: para huffazh pimpinan ahli hadits,<br />seperti al Hafizh Abu Bakar al Isma'ili pengarang kitab Mustakhraj<br />'ala al Bukhari, al Hafizh al 'Alam yang sangat terkenal; Abu Bakr<br />al Baihaqy, al Hafizh Ibnu 'Asakir yang disebut-sebut sebagai<br />Afdlalul muhadditsin (ahli hadits paling mulia) di masanya,<br />ketiganya adalah panutan dalam hadits di masanya, kemudian<br />muncul juga seorang yang meyakini akidah yang sama dengan<br />www.darulfatwa.org.au 15<br />mereka yang disebut-sebut sebagai Amirul Mukminin fi al Hadits<br />yaitu al Hafizh Ahmad ibn Hajar al 'Asqalani. Siapapun yang<br />berusaha meneliti, maka akan menemukan bahwa pengikutpengikut<br />Asy'ariyyah adalah pakar-pakar di setiap disiplin ilmu<br />dan khususnya ilmu hadits, di antaranya adalah Mujaddid<br />(pembaharu) abad ke-4 Hijriyyah al Imam Abu ath-Thayyib Sahl<br />ibn Muhammad, Abu Hasan al Bahili, Abu Bakr ibn Furak, Abu<br />Bakr al Baqillani, Abu Ishaq al Isfirayini, al Hafizh Abu Nu'aim al<br />Ashbahani, al Qadli Abdul Wahhab al Maliki, Syekh Abu<br />Muhammad al Juwaini dan anaknya Abu al Ma'ali Imam al<br />Haramain, Abu Manshur al Baghdadi, al Hafizh ad-Daraquthni,<br />al Hafizh al Khathib al Baghdadi, al Ustadz Abu al Qasim al<br />Qusyairi dan anaknya Abu Nashr, Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi,<br />Nashr al Maqdisi, al Ghazali, al Furawi, Abu al Wafa ibn 'Aqil al<br />Hanbali, Qadli al Qudlat ad-Damighani al Hanafi, Abu al Walid<br />al Baji al Maliki, al Imam as-Sayyid Ahmad ar-Rifa'i, Ibnu as-<br />Sam'ani, al Qadli 'Iyadl, al Hafizh as-Silafi, an-Nawawi,<br />Fakhruddin ar-Razi, al 'Izz ibn Abdis Salam, Abu 'Amr ibn al<br />Hajib al Maliki, Ibn Daqiq al 'id, 'Ala-uddin al Baji, Qadli al<br />Qudlat Taqiyuddin as-Subki, al Hafizh al 'Ala-i, al Hafizh<br />Zainuddin al 'Iraqi dan anaknya al Hafizh Waliyyuddin, al Hafizh<br />Murtadla az-Zabidi al Hanafi, Syekh Zakariyya al Anshari, Syekh<br />Baha-uddin ar-Rawwas ash-Shufi, Mufti Makkah Ahmad Zaini<br />Dahlan, Musnid India Waliyullah ad-Dahlawi, Mufti Mesir yang<br />sangat terkenal Syekh Muhammad 'Illaiys al Maliki, Syaikhul<br />Azhar Abdullah asy-Syarqawi, Syekh Abu al Mahaasin al Qawuqji<br />(pusaran sanad para ulama muta-akhkhirin), Syekh Husain al Jisr<br />ath-Tharabulsi, Syekh Abdul Basith al Fakhuri Mufti Beirut, al<br />'Allamah Abdullah ibn 'Alawi ibn Thahir al Hadlrami al Haddad,<br />Pemuka madzhab Syafi'i dan tokoh tarekat Rifa'iyyah di masa kini<br />dan sekaligus ahli fiqh dan hadits; Syekh Abdullah al Harari dan<br />Syekh Mushthafa Naja; Mufti Beirut terdahulu dan para ulama<br />lain yang sangat banyak hingga tidak ada yang mengetahui jumlah<br />mereka kecuali Allah.<br />Di antaranya juga Menteri yang sangat terkenal; Nizham al<br />Mulk dan Sultan yang adil; al Mujahid Shalahuddin al Ayyubi<br />rahimahullah. Sultan Shalahuddin ini pada masa hidupnya<br />memerintahkan agar dikumandangkan dasar-dasar aqidah dengan<br />redaksi-redaksi akidah al Asy'ari di atas menara-menara sebelum<br />adzan Subuh, dan agar diajarkan al Manzhumah (bait-bait)<br />karangan Muhammad ibn Hibatillah al Makki kepada anak-anak<br />di taman kanak-taman kanak yang ada, di antara petikan baitnya<br />adalah sebagai berikut:<br />وصانِع الْعالَمِ لاَ يحوِيه قُطْر تعالَى اللهُ عن تشِبيه<br />قَد كَانَ موجودا ولاَ مكاَنَ و حكْ مه الآنَ علَى ما كَانَ<br />سبحانه جلَّ عنِ الْمكَان وعز عن تغيرِ الزمان<br />فَقَد غَلاَ وزاد في الغلُو من خصه ِبجِهة الْعلُو<br />"Pencipta alam tidaklah diliputi oleh tempat, maha suci Allah dari<br />tasybih (menyerupai makhluk-Nya)<br />Allah ada pada azal dan belum ada tempat, dan setelah menciptakan<br />tempat Allah tetap ada tanpa tempat<br />Allah Maha suci dari tempat dan maha agung dari dilalui perubahan<br />masa<br />Sungguh telah berlebihan dan sangat berlebihan orang yang meyakini<br />Allah berada di arah atas".<br />www.darulfatwa.org.au 16<br />Akidah inilah yang diajarkan di Universitas al Azhar Mesir dan di<br />Universitas az-Zaytunah Tunisia bahkan di seluruh bagian barat<br />Arab, begitu juga di Indonesia, Malaysia, Pakistan, Turki, negaranegara<br />Syam, Sudan, Yaman, Irak, India, Pakistan, Afrika,<br />Bukhara, Daghistan, Afghanistan dan seluruh negara-negara<br />Islam.<br />Termasuk di antara mereka juga al Malik al Kamil, Sultan al<br />Asyraf Khalil ibn al Manshur Saifuddin Qalawun, bahkan semua<br />raja-raja dinasti Mamluk, termasuk juga Sultan Muhammad al<br />Utsmani al Maturidi penakluk Konstantinopel dan semua rajaraja<br />Dinasti Utsmaniyyah yang menjaga kemuliaan umat Islam<br />dan mengawal agama ini selama berabad-abad.<br />Dengan menyebutkan nama-nama ini kami tidak bermaksud<br />untuk menghitung semua ulama Asya'irah, siapa yang bisa<br />menghitung jumlah seluruh bintang di langit atau jumlah butiranbutiran<br />pasir di padang pasir ?!!. Akidah yang benar ini juga<br />diyakini oleh al Maturidiyyah, pengikut Imam Abu Manshur al<br />Maturidi radliyallahu 'anhu, Jadi Asy'ariyyah dan Maturidiyyah<br />mereka-lah Ahlussunnah Wal Jama'ah, kelompok yang selamat.<br />Secara khusus harus saya sebutkan di sini, negara yang<br />mengundang kami; yaitu Indonesia sebagai tuan rumah dalam<br />acara ini, di mana mayoritas penduduknya adalah penganut ajaran<br />Sunni Asy'ari semenjak datangnya Islam ke negeri ini yang dibawa<br />oleh para ulama shalihin yang dikenal dengan sebutan Wali Songo<br />khususnya di pulau Jawa, dan kemudian dilanjutkan oleh<br />penerus-penerus mereka seperti Syekh Muhammad Mahfuzh at-<br />Termasi, Syekh Muhammad Nawawi al Bantani al Jawi, Syekh<br />Hasyim Asy'ari pendiri Jam'iyyah Nahdlatul Ulama (NU), Syekh<br />Sirajuddin Abbas, al Habib Salim ibn Jindan dan para ulama<br />indonesia yang lain hingga kini.<br />Faedah Penting:<br />Di antara hal-hal yang wajib diajarkan adalah tentang riddah<br />dan macam-macamnya sebagaimana telah disepakati (ijma') oleh<br />para ulama'.<br />Riddah adalah memutuskan keislaman, riddah ada tiga macam;<br />perbuatan, perkataan dan keyakinan, sebagaimana telah disepakati<br />oleh para ulama madzhab empat seperti an-Nawawi dan lainnya<br />dari kalangan ulama madzhab Syafi'i, Ibnu 'Abidin dan lainnya<br />dari kalangan ulama madzhab Hanafi, Syekh Muhammad 'Illaisy<br />dan lainnya dari kalangan ulama madzhab Maliki, dan al Buhuti<br />dan lainnya dari kalangan ulama madzhab Hambali.<br />Masing-masing dari tiga macam kekufuran di atas adalah<br />kekufuran tersendiri, kufur perkataan adalah kekufuran meski<br />tidak dibarengi dengan kufur keyakinan atau kufur perbuatan,<br />kufur perbuatan adalah kekufuran meski tidak dibarengi dengan<br />kufur perkataan atau keyakinan atau lapang dada ketika<br />melakukannya, begitu juga kufur keyakinan adalah kekufuran<br />meski tidak dibarengi dengan kufur perkataan atau kufur<br />perbuatan, sama saja apakah yang melakukannya itu orang yang<br />tidak tahu hukum atau orang yang sedang bercanda atau sedang<br />marah.<br />Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:<br />"ِإنَّ العبد َليتكَلَّ م ِبالْكَلمة لاَ يرى ِبها بأْسا يهوِي ِبها في النارِ سبعين<br />خرِيفًا" (رواه الترمذي)<br />Maknanya: "Sungguh seorang hamba jika mengucapkan perkataan (yang<br />melecehkan atau menghina Allah atau syari’at-Nya) yang tidak<br />dianggapnya bahaya, (padahal perkataan tersebut) bisa menjerumuskannya<br />ke (dasar) neraka (yang untuk mencapainya dibutuhkan waktu) 70 tahun<br />(dan tidak akan dihuni kecuali oleh orang kafir)"<br />www.darulfatwa.org.au 17<br />Hadits ini diriwayatkan dan dihasankan oleh at-Tirmidzi, al<br />Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadits yang semakna.<br />Tajuddin as-Subki (W. 771 H) dalam kitab Thabaqat-nya (Jilid:<br />1, h: 91) mengatakan:<br />"ولاَ خلاَف عند الأَشعرِي وَأصحابِه بلْ وسائرِ الْمسلمين َأنَّ من تلَفَّظَ<br />ِبالْكُفْرِ َأو فَعلَ َأفْعالَ الْكُفْرِ َأنه كَافر ِباللهِ العظيمِ مخلَّد في النارِ وِإنْ عرف<br />قَلْبه".<br />"Tidak ada perbedaan pendapat antara al Asy'ari dan para pengikutnya<br />bahkan seluruh umat Islam bahwa orang yang mengucapkan kalimat kufur<br />atau melakukan perbuatan kufur maka ia telah kufur kepada Allah yang<br />Maha Agung dan akan kekal di neraka meski hatinya mengetahui<br />(meyakini yang benar)".<br />Dalam Kitab Jami' al 'Ulum Wa al Hikam karangan Ibnu Rajab<br />(W. 795 H) ketika menjelaskan hadits XVI dikatakan:<br />"فَأَما ما كَانَ من كُفْرٍ، َأو رِدة، َأو قَتلِ نفْسٍ، َأو َأخذ مالٍ ِبغيرِ حق ونحوِ<br />ذَلك، فَهذَا لاَ يشك مسلم َأنهم َلم يرِيدوا َأنَّ الْغضبانَ لاَ يؤاخذُ ِبه،<br />وكَذَلك ما يقَع من الْغضبان من طَلاَقٍ وعتاقٍ، َأو يمينٍ، فَإِنه يؤاخذُ<br />ِبذَلك كُلِّه ِبغيرِ خلاَف".<br />"Sedangkan kekufuran, riddah, membunuh jiwa, mengambil harta tanpa<br />hak dan semacamnya, hal-hal seperti ini tidaklah diragukan oleh seorang<br />muslim-pun bahwa mereka tidak bermaksud bahwa orang yang sedang<br />marah (dan melakukan hal-hal tersebut) tidak terkena konsekwensi<br />hukumnya. Demikian juga hal yang dilakukan oleh orang yang sedang<br />marah seperti talak, memerdekakan budak atau bersumpah, orang tersebut<br />terkena konsekwensi hukum dari semua perbuatannya itu tanpa ada<br />perbedaan pendapat".<br />Sedangkan seorang muslim yang dipaksa untuk mengucapkan<br />perkataan kufur dengan ancaman dibunuh atau semisalnya, jika ia<br />mengucapkan perkataan kufur itu untuk menyelamatkan dirinya<br />dari ancaman orang-orang kafir tanpa disertai lapang dada<br />(menerima kekufuran yang dikandung oleh perkataan kufur<br />tersebut) ketika mengucapkannya, maka dalam hal ini ia tidak<br />jatuh dalam kekufuran. Namun jika orang tersebut berubah<br />niatnya setelah dipaksa lalu ia menerima dengan lapang dada<br />ketika mengucapkan perkataan kufur itu, maka ia dihukumi telah<br />jatuh pada kekufuran, ini adalah makna firman Allah ta'ala:<br />من كَفَر ِباللهِ من بعد ِإيمانِه ِإلاَّ من ُأكْرِه وقَلْبه مطْمئن ِبالإِيمان وَلكن <br /> من شرح ِبالْكُفْرِ صدرا فَعلَيهِم غَضب من اللهِ وَلهم عذَا ب عظيم<br />( (سورة النحل: 106<br />Maknanya: "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman<br />dia mendapatkan kemurkaan Allah, kecuali orang yang dipaksa kafir<br />padahal hatinya tetap tenang dalam beriman maka dia tidak kafir, akan<br />tetapi orang yang melapangkan dadanya terhadap kekufuran tersebut maka<br />kemurkaan Allah menimpanya dan bagi mereka adzab yang pedih" (Q.S.<br />an-Nahl: 106)<br />Di antara contoh-contoh kekufuran yang disepakati adalah<br />sebagai berikut:<br />Kufur keyakinan: Tempatnya adalah hati, seperti meyakini<br />bahwa Allah adalah Nur dengan makna sinar atau cahaya,<br />meyakini bahwa Allah adalah roh. Imam al Asy'ari (W. 324 H)<br />mengatakan:<br />"من اعتقَد َأنَّ اللهَ جِسم فَهو غَير عارِف ِبربه وِإنه كَافر ِبه".<br />www.darulfatwa.org.au 18<br />"Barangsiapa meyakini bahwa Allah adalah Jism; sesuatu yang memiliki<br />bentuk dan ukuran maka dia tidak mengenal tuhannya dan ia masih kafir<br />terhadap-Nya".<br />Imam al Mutawalli (W. 478 H) yang termasuk Ashhabul Wujuh<br />dalam madzhab Syafi'i mengatakan:<br />"من اعتقَد قدم العالَمِ َأو حدوثَ الصانِعِ أو نفَى ما هو َثابِ ت للْقَ ديمِ<br />ِبالإِجماعِ كَكَوِنه عالما قَادرا َأو َأثْبت ما هو منفي عنه ِبالإِجماعِ<br />كَالْأَلْوان َأو َأْثبت َله الاتصالَ والانفصالَ كَانَ كَافرا".<br />"Barangsiapa meyakini bahwa alam azali (ada tanpa permulaan), atau<br />pencipta; yaitu Allah adalah baharu, atau menafikan sesuatu yang telah<br />tetap bagi Allah sebagaimana disepakati oleh para ulama seperti bahwa<br />Allah maha mengetahui dan maha kuasa, atau menetapkan apa yang<br />dinafikan dari Allah dengan ijma' para ulama seperti warna atau<br />menetapkan sifat berkumpul dan berpisah bagi Allah maka ia telah<br />kafir".<br />Syekh Abdul Ghani an-Nabulsi (W.1143 H) berkata:<br />"من اعتقَد َأنَّ اللهَ ملَأَ السموات والأَرض َأو َأنه جِسم قَاعد فَوق العرشِ َأو<br />َأنَّ َله الْحلُولَ في شىءٍ من الأَشياءِ َأو في جميعِ الأَشياءِ َأو َأن ه متح د<br />ِبشىءٍ من الأَشياءِ َأو في جميعِ الأَشياءِ فَهو كَافر وِإنْ زعم َأنه مسلم".<br />"Barangsiapa meyakini bahwa Allah memenuhi langit dan bumi, atau<br />bahwa Allah adalah jisim yang duduk di atas 'Arsy, atau bahwa Allah<br />menempati sesuatu atau menempati segala sesuatu, atau bahwa Allah<br />menyatu dengan sesuatu atau segala sesuatu, maka orang ini kafir<br />meskipun dia mengira atau menganggap dirinya muslim".<br />Syekh Taqiyyuddin al Hushni (W. 829 H) mengatakan: "An-<br />Nawawi menetapkan dalam bab Shifat ash-Shalat dari Syarh al<br />Muhadzdzab tentang kekufuran golongan Mujassimah (mereka<br />yang meyakini bahwa Allah adalah jism; sesuatu yang memiliki<br />bentuk dan ukuran), aku (al Hushni) mengatakan: inilah<br />kebenaran yang tidak bisa dipungkiri lagi karena (keyakinan<br />mujassimah) bertentangan dengan ayat al Qur'an, semoga Allah<br />memerangi orang-orang Mujassimah dan Mu'aththilah (mereka<br />yang mengingkari adanya Allah atau salah satu sifat-Nya),<br />alangkah beraninya mereka menyalahi Dzat yang tidak<br />menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan Dia maha<br />mendengar lagi maha melihat ( َليس كَمثْله شىءٌ وهو السميع الْبصير<br />)".<br />Dalam kitab al Fatawa al Hindiyyah disebutkan: "Telah keluar<br />dari Islam (kafir) orang yang menetapkan tempat bagi Allah".<br />Imam Abu Manshur al Baghdadi (W. 429 H) mengatakan:<br />"وَأجمع َأهلُ السنة علَى َأنَّ اللهَ تعالَى لاَ يحوِيه مكَانٌ ولاَ يجرِي علَيه<br />زمانٌ".<br />"Ahlussunnah menyepakati bahwa Allah ta'ala tidak diliputi oleh tempat<br />dan tidak dilalui oleh masa".<br />Kufur perbuatan, seperti sujud kepada berhala, melempar<br />mushaf di tempat-tempat yang kotor; Ibnu 'Abidin berkata:<br />"Meskipun dia tidak bertujuan untuk melecehkan al Qur'an<br />karena jelas-jelas perbuatannya tersebut menunjukkan<br />pelecehan", atau melempar kertas-kertas yang bertuliskan ilmuilmu<br />syara', atau kertas-kertas yang tertulis nama Allah di<br />dalamnya dengan mengetahui bahwa dalam kertas itu ada tulisan<br />nama Allah tersebut.<br />www.darulfatwa.org.au 19<br />Kufur perkataan, seperti mencaci maki Allah ta'ala, al Qadli<br />'Iyadl berkata: "Tidak ada perbedaan pendapat bahwa orang<br />muslim yang mencaci maki Allah maka ia telah kafir", atau<br />mencaci maki nabi atau menghinanya, atau menghalalkan sesuatu<br />yang diharamkan berdasarkan ijma' (kesepakatan ulama mujtahid)<br />seperti: khamr, zina, liwath, atau mengharamkan sesuatu yang<br />jelas-jelas halal, atau mencaci maki malaikat, atau mencaci maki<br />agama Islam, atau berkata: "Aku melakukan ini tanpa dikehendaki<br />oleh Allah", atau berkata kepada muslim lain: "Wahai kafir" tanpa<br />takwil –alasan yang dibenarkan-, dan semisalnya.<br />Kaidah: Setiap keyakinan, perbuatan atau perkataan yang<br />mengandung pelecehan kepada Allah, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-<br />Nya, malaikat-malaikat-Nya, syi'ar-syi'ar-Nya, ajaran-ajaran<br />agama-Nya, hukum-hukum-Nya, janji atau ancaman-Nya adalah<br />kekufuran. Maka hendaklah setiap orang menghindarkan diri dari<br />ini semua dengan segala kesungguhannya dan dalam keadaan<br />apapun.<br />Taubatnya Orang Murtad yaitu melepaskan diri seketika dari<br />apa yang menjadikannya jatuh dalam kekufuran dengan<br />mengucapkan dua kalimat syahadat. Tidak bermanfaat baginya<br />jika mengucapkan أستغفر الله sebelum mengucapkan dua kalimat<br />syahadat, ini berdasarkan ijma' yang dinukil oleh Imam Mujtahid<br />Abu Bakar ibn al Mundzir (W. 318 H).<br />Banyak di antara ulama-ulama seperti: al Faqih al Hanafi Badr<br />ar-Rasyid (W. 768 H), al Qadli 'Iyadl al Maliki (W. 544 H), al<br />Faqih Yusuf al Ardabili asy-Syafi'i (W. 799 H), mencatat sekian<br />banyak perkataan-perkataan yang bisa menjatuhkan pada<br />kekufuran dan menukilnya dari para imam, maka semestinya<br />ditelaah itu semua, karena orang yang tidak mengetahui<br />keburukan, dikhawatirkan akan jatuh pada keburukan tersebut.<br />Kenyataan Umat Islam Yang Jauh Dari Ilmu Agama di<br />Perantauan<br />Di antara cobaan yang sedang kita alami saat ini karena satu<br />atau lain sebab adalah keadaan kita sekarang yang hidup dalam<br />keterasingan di lingkungan masyarakat (sebagai imigran), di mana<br />apa yang kita ingkari lebih banyak dari pada apa yang kita setujui,<br />sehingga menyatulah dua keterasingan; keterasingan dalam<br />lingkungan tempat tinggal dan keterasingan dalam agama, pada<br />zaman yang lemah dan mundur yang dialami oleh ummat.<br />Berangkat dari keyakinan kita bahwa kebaikan ummat akhir<br />zaman tidak akan diperoleh kecuali dengan jalan yang ditempuh<br />oleh generasi awal ummat ini dalam meraih kebaikan, jalan<br />tersebut adalah tarbiyah dan tahliyah, untuk membangun<br />masyarakat muslim yang ahli untuk berdakwah, maka kami<br />memandang sebagai suatu keharusan bagi kita untuk senantiasa<br />bersemangat memberikan arahan-arahan penting untuk<br />memperbaiki kualitas pendidikan agama di kalangan komunitas<br />muslim imigran di negara-negara asing (perantauan).<br />Jika kita kembali melihat pada kenyataan kita sekarang ini, atau<br />kita memeriksa kembali akar permasalahan dan penyebab<br />jauhnya ummat dari ilmuddin ad-dlaruri (ilmu agama yang pokok),<br />maka akan kita temukan bahwa domisili kita di tengah masyarakat<br />yang di dalamnya banyak terdapat kecenderungan materialistis<br />dan keyakinan-keyakinan yang rusak, mau atau tidak mau<br />memiliki pengaruh buruk bagi pendidikan anak-anak kita.<br />www.darulfatwa.org.au 20<br />Di sini harus dicatat dua persoalan yang dirasakan oleh orangorang<br />dewasa sebelum anak-anak di negara-negara asing<br />(perantauan) tersebut, yaitu:<br />Pertama: Kebutuhan terhadap lembaga-lembaga pendidikan<br />yang menggabungkan antara akidah yang benar dan manhaj yang<br />asli (autentik), menyampaikan ilmu yang murni yang bersih dari<br />ektrimitas dan penyimpangan seperti Madrasah Tahfizh al Qur'an<br />dan sekolah-sekolah agama. Karena meskipun sekolah-sekolah<br />semacam ini ada tetapi dengan segala kekurangannya masih jauh<br />dari kebutuhan yang ada dan belum memiliki tingkat kualitas yang<br />diharapkan, sehingga masih juga menuntut perhatian dan<br />tanggungjawab yang lebih dari para orang tua dan sekolahsekolah<br />tersebut untuk bersama-sama melaksanakan kewajiban<br />mendidik anak.<br />Dan sungguh saya sangat heran dengan mereka yang menjadikan<br />pengajaran agama di negara-negara asing sebagai masalah yang<br />dinomerduakan atau dianggap sekedar memindahkan turats dari<br />negara asal ke negara-negara asing, padahal persoalannya lebih<br />besar dari itu. Apakah yang terbayang oleh anda tentang masa<br />depan seorang anak kecil yang menyendiri di salah satu pojok<br />sekolah seperti seorang yang sendirian, asing dan terusir,<br />keraguan-keraguan, prasangka-prasangka dan pertanyaanpertanyaan<br />selalu muncul mengacaukan dirinya, sehingga<br />mungkin saja ia keluar dari kelas dalam keadaan menyetujui<br />kemungkaran, raut mukanya tidak lagi merah padam marah<br />karena Allah ta'ala ketika mendengarkan hal-hal yang<br />bertentangan dengan al Qur'an dalam setiap harinya bahkan<br />dalam rentang waktu setahun penuh. Lalu bagaimana bisa<br />diharapkan anak ini selamat dari fitnah, selain dengan<br />membentenginya dengan ilmu agama yang akan menjadi<br />pencegah dirinya dari kerusakan, dan menjadi penenang hatinya<br />dari keraguan-keraguan dan penyimpangan.<br />Kondisi real komunitas-komunitas muslim imigran -<br />sebagaimana anda sekalian ketahui– adalah antara rasa khawatir<br />akan timbulnya penyimpangan-penyimpangan moral dan<br />ketiadaan pendidikan yang islami, sehingga memunculkan<br />penyimpangan-penyimpangan, di antaranya durhaka kepada<br />orang tua, hingga meninggalkan Islam dengan meyakini<br />pemikiran-pemikiran dan teori-teori kufur dan pemahamanpemahaman<br />yang menyalahi al-Qur'an. Jadi bahaya yang kami<br />khawatirkan dari narkotika, atau tergoda pada wanita-wanita fasiq<br />tidak seperti ketakutan kita terhadap bahaya meninggalkan agama<br />dan jatuh dalam riddah dan kekufuran, Wal 'Iyadzu billah !!!. Iya,<br />inilah permasalahan yang membuat kaum muslimin tidak bisa<br />tidur, karena khawatir timbul pada diri anak-anak mereka<br />keraguan sehingga mereka tidak mampu menjawab pertanyaanpertanyaan<br />mereka, dan dengan dalih kebebasan berpikir,<br />sebagian anak-anak orang-orang Islam berusaha meletakkan al<br />Qur'an untuk diuji apakah kebenaran ada dalam al-Qur'an atau<br />selainnya !!. Fitnah inilah yang menghantui masyarakat muslim,<br />maka dari sini dirasa sangat penting dan bahkan merupakan suatu<br />keniscayaan untuk memusatkan pengajaran pada masalah aqidah<br />dan ilmu tauhid.<br />Kedua: Banyak pusat-pusat perkumpulan dan pertemuan,<br />sekolah-sekolah di barat menjerit dan merintih di bawah<br />pengaruh-pengaruh fanatisme kelompok, berkisar di antara<br />kelompok-kelompok dan partai-partai yang telah menentukan<br />tujuan dan target masing-masing, hal ini menanamkan dalam<br />pikiran siswa-siswa kecenderungan untuk berpartai atau masuk<br />pada perkumpulan / kelompok tertentu yang ada, baik yang<br />www.darulfatwa.org.au 21<br />diketahui dengan jelas atau yang tidak. Maka sebagaimana kita<br />giat menyerukan untuk saling bekerjasama demi kepentingan<br />agama (ta'awun syar'i) dari pada fanatisme kepartaian dan<br />kelompok, kita juga memperingatkan diri kita sendiri dan<br />saudara-saudara sesama muslim dari partai-partai, berpartai dan<br />misi-misi pergerakan partai, fanatisme, loyalitas, dan permusuhan<br />yang didasari oleh fanatisme kepartaian, dan pada lingkup<br />kekelompokan yang rusak yang tidak pernah diajarkan oleh Allah<br />ta'ala, kami mengajak kepada para orang tua untuk bersama<br />menahan anak-anak mereka dari semua itu, dengan membentengi<br />mereka dan mengarahkan mereka kepada manhaj Ahlussunnah<br />Wal Jama'ah sebagaimana yang dipegang teguh oleh as-salaf asshalih<br />dan yang mereka pesankan serta saling mereka nasehatkan<br />untuk mengikuti manhaj tersebut.<br />Saya mengatakan hal ini bukan tanpa bukti, juga tidak<br />mengada-ada, karena kami benar-benar berada dalam kondisi<br />keterpurukan semacam ini, seringkali kami mendengar beberapa<br />anak mendatangi pusat-pusat perkumpulan untuk menanyakan<br />atau bertanya-tanya: "Kami masuk kelompok mana? Kelompok<br />orang ini atau orang itu?"<br />Jadi harus diwujudkan dua hal, yaitu:<br />1. Jenis materi-materi ilmiah yang mesti diajarkan kepada generasi<br />muda di negara-negara asing.<br />2. Kerjasama antar organisasi masyarakat, para ulama dan<br />lembaga-lembaga untuk mempertahankan identitas keislaman<br />bagi generasi muda di negara-negara asing.<br />Tuan-tuan yang mulia<br />Akibat yang timbul dari ketidaktahuan tentang ilmu agama dan<br />yang telah merajalela bahwa sebagian ummat Islam telah<br />kehilangan identitas keislaman mereka, ikut larut dalam kelompok<br />masyarakat dan arus-arus pemikiran yang menghapuskan ciri-ciri<br />mereka sebagai seorang muslim yang selalu taat kepada agama<br />dan bangga dengan keyakinan yang dipeluknya, bahkan di antara<br />mereka ada yang berpandangan bahwa afiliasinya kepada<br />lingkungan masyarakat muslim adalah suatu kekurangan dan aib.<br />Dan yang sangat memalukan bahwa lenyapnya identitas -<br />sebagaimana yang kita maksud– mencakup seluruh aktifitas<br />kehidupan seluruhnya baik berupa ibadah mahdlah, amalanamalan,<br />adat istiadat atau pemikiran, yang semuanya bisa bernilai<br />ibadah dan bisa mendekatkan diri kepada Allah apabila didasari<br />dengan niat yang bagus dan tujuan yang benar. Jadi identitas<br />terbesar kami adalah berpegang teguh dengan aqidah nabi dan<br />membelanya.<br />Kaum muslimin yang mulia<br />Setiap orang yang berakal pasti mengetahui keutamaan ilmu<br />agama yang disertai dengan pendidikan yang bagus. Dengan ilmu<br />agama, seorang muslim menyembah Tuhannya secara benar.<br />Dengan ilmu, seorang muslim berinteraksi dengan sesamanya<br />secara baik. Dengan ilmu, seorang muslim bekerja di atas bumi<br />mengharap rizki dari Allah. Dengan ilmu, dibangun peradaban,<br />dicapai kemuliaan serta kemajuan dan pembangunan bisa<br />diwujudkan. Allah ta'ala berfirman:<br />يرفَعِ اللهُ الَّذين آمنوا منكُم والَّذين ُأوتوا العلْم درجات، واللهُ ِبما <br />( سورة اادلة: 11 ) تعملُونَ خِبيْر<br />Maknanya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di<br />antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa<br />www.darulfatwa.org.au 22<br />derajat dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Q.S. al<br />Mujadilah: 11)<br />Oleh karena itu ada saling keterkaitan antara pendidikan dan<br />pengajaran, antara ilmu dan amal, antara materi-materi dengan<br />prinsip-prinsip dan perilaku. Dalam al-Qur'an terdapat ayat-ayat<br />yang akan selalu dibaca hingga hari kiamat kelak, ayat-ayat<br />tersebut berisi tentang adab bertutur dan sopan santun dalam<br />berbicara, dasar-dasar dalam hubungan bermasyarakat, berbuat<br />baik kepada kedua orang tua, kehidupan suami istri, hubungan<br />antar negara dalam perdamaian dan peperangan, bahkan tentang<br />sopan santun dalam meminta izin, sopan santun dalam melihat,<br />kalau anda ingin tahu silahkan buka surat an-Nisa', al Anfal, al<br />Hujurat, dan an-Nur. Sedangkan Sunnah dan Sirah nabi adalah<br />dunia yang bersinar, sarat dengan teladan dan pendidikan. Iya,<br />inilah hal yang pertama kali harus ditanamkan dalam hati anakanak<br />dan dimantapkan dalam diri mereka dasar-dasar aqidah yang<br />benar, aqidah yang benar dan penanaman kepada anak rasa<br />tawakkal kepada Allah ta'ala. Dengan begitu, seorang mukmin<br />memiliki semangat yang tinggi dan tekad yang kuat untuk<br />memenuhi hatinya dengan iman dan rasa yakin, sehingga bisa<br />diharapkan darinya hasil yang bagus dan tercapainya cita-cita<br />ummat. Sebagaimana kita amati pula, bahwa penyebaran ilmuilmu<br />syar'i pada saat ini tidak hanya terbatas di bangku-bangku<br />sekolah atau kuliah, dengan perkembangan yang pesat dan<br />penemuan-penemuan menakjubkan dalam media-media<br />informasi dan komunikasi, kita sekarang berkompetisi dengan<br />orang-orang selain kita dalam hal mendidik generasi muda kita,<br />khususnya dengan melihat kenyataan bahwa media-media<br />tersebut dan khususnya yang menggunakan satelit dimana dosa<br />yang diakibatkan lebih besar dari pada manfaat yang diperoleh,<br />nampak jelas bagi yang bisa melihat bahwa media-media tersebut<br />merusak nilai-nilai dan akidah. Oleh karenanya, adalah suatu<br />keharusan bagi kita untuk mengerahkan semua tenaga dan<br />kekuatan, segala upaya dan dana untuk menyebarkan ilmu agama,<br />Allah ta'ala berfirman:<br /> يا َأيها الَّذين آمنوا قُوا َأنفُسكُم وَأهليكُم نارا وقُودها الناس والْحجارةُ <br />( (سورة التحريم: 6<br />Maknanya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan<br />keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan<br />batu" (Q.S. at-Tahrim: 6)<br />Perintah untuk "memelihara dan menjaga" dalam ayat tersebut<br />bersifat wajib, orang yang tidak mau melaksanakannya<br />(memelihara dan menjaga diri dan keluarga) akan dimintai<br />pertanggungjawaban sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat<br />al Bukhari, Muslim dan yang lainnya:<br />"كُلُّكُم راعٍ وكُلُّكُم مسُئولٌ عن رعيته" (رواه البخاري ومسلم وغيرهما)<br />Maknanya: "Masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan akan<br />ditanya tentang orang yang dipimpinnya" (H.R. al Bukhari, Muslim dan<br />lainnya)<br />Para hadirin yang kami cintai dan kami muliakan<br />Prinsip-prinsip agama Islam yang paten adalah landasan yang<br />benar bagi peradaban Islam yang diberkati oleh Allah bagi<br />penduduk bumi, dan peradaban Islam tidak akan mengalami fase<br />kelemahan kecuali jika landasan yang dipakai adalah bukan<br />landasan yang syar'i, landasan yang meninggalkan norma-norma<br />agama atau sikap keras membatu yang tidak sanggup ditanggung<br />www.darulfatwa.org.au 23<br />oleh umat, dan wajah Islam yang telah dirubah oleh para<br />ekstrimis yang menyempal dari kebenaran, yang menggoreskan<br />citra buruk bagi umat Islam.<br />Berpedoman Pada Terjemahan Yang Benar Dan Bisa<br />Diperca ya<br />Di antara permasalahan paling berbahaya yang menyertai<br />proses pengajaran agama di lingkungan masyarakat Barat adalah<br />terjemahan yang salah dan tidak teliti terhadap makna ayat-ayat al<br />Qur'an, aqidah yang benar, hadits nabi, maupun fiqih Islam.<br />Sangat disayangkan banyak terjemahan yang tidak obyektif dan<br />tidak memiliki metode ilmiah yang teliti yang dituntut untuk<br />diikuti dalam hal ini demi mencegah timbulnya penyelewengan<br />terhadap ajaran syari'at. Banyak di antara terjemahan-terjemahan<br />tersebut mengacu pada terjemahan-terjemahan lama yang ditulis<br />oleh orang-orang non muslim, padahal penulisan terjemahan<br />tersebut dilakukan bukan untuk tujuan ilmiah yang benar, tapi<br />untuk tujuan-tujuan lain yang bermacam-macam. Di antaranya<br />untuk mencari kemungkinan menyerang ajaran Islam, pertamatama<br />melalui penyelewengan makna, kemudian dilanjutkan<br />dengan memunculkan keraguan tentang kebenaran ajaran<br />tersebut, sehingga terjemahan-terjemahan ini mengandung<br />banyak kesalahan yang kebanyakan bertentangan dengan apa<br />yang terdapat dalam al Qur'an al karim wal 'iyadzu billah.<br />Kemudian terjemahan-terjemahan tersebut diambil oleh kaum<br />ekstrimis sekarang yang memiliki pemikiran yang ngawur dan<br />asal-asalan, mereka tidak membiarkan seorang penguasa, rakyat,<br />dokter, insinyur, jurnalis, da'i, muadzdzin kecuali mereka kafirkan<br />dan mereka halalkan darah dan hartanya, hanya karena dia tidak<br />bergabung dengan kelompok mereka, dan tidak menyetujui<br />pemikiran mereka, maka dengan ini mereka menambah aksi<br />penyelewengan, menjauhkan orang dari Islam, dan memperburuk<br />citra kaum muslimin.<br />Para hadirin, menulis terjemahan mengenai pengetahuan Islam<br />membutuhkan amanah ilmiah yang harus dimiliki oleh<br />penerjemah, yang berpengalaman dan ahli, bisa dipercaya, bukan<br />berpegang kepada dasar-dasar (prakonsepsi) yang dibuat oleh<br />musuh-musuh Islam, sehingga akhirnya menghasilkan gambarangambaran<br />yang tidak benar tentang terjemahan Sirah Nabi karena<br />tidak berdasar pada kaidah-kaidah ilmiah yang benar dalam<br />penerjemahan yang bisa dipercaya, kemudian berpindahlah<br />pemikiran-pemikiran salah ini kepada para penulis dan pengarang<br />sekarang, dan akhirnya mereka membuat kesalahan dengan<br />sengaja –atau tidak disengaja- terhadap al Qur'an, Nabi shallallahu<br />'alayhi wassalam dan sejarah Islam serta umat islam pada<br />umumnya.<br />Para Ahli fiqih Islam telah menegaskan larangan<br />penerjemahan lafazh al-Qur'an secara harfiah, mereka hanya<br />memperbolehkan penerjemahan makna-makna al Qur'an, karena<br />bahasa Arab memiliki derivasi kata, makna-makna balaghi dan<br />majazi yang tidak dimiliki oleh bahasa-bahasa lain, dan hal inilah<br />yang menjadikan al-Qur'an memiliki tingkat balaghah paling<br />tinggi dan sebagai mukjizat terbesar, dengan al-Qur'an Nabi<br />Muhammad menantang orang kafir dan tantangan itu masih<br />berlanjut sampai hari kiamat kelak, oleh karena itu bagi para da'i<br />agar berhati-hati dan menolak ide untuk berpedoman kepada<br />terjemahan-terjemahan semacam itu, lebih-lebih karena<br />penerjemah-penerjemah tersebut telah melakukan pembuangan,<br />penambahan dan penyesuaian dengan pendapat atau pemikiran<br />pribadinya, sehingga menjadikan terjemahan-terjamahan itu tidak<br />www.darulfatwa.org.au 24<br />lagi menguraikan makna-makna al-Qur'an dan penjelasan<br />maksud-maksud syari'at.<br />Setiap terjemahan yang ditulis oleh orang yang tidak tsiqat,<br />yang tidak mengerti kaidah-kaidah bahasa (baik bahasa Arab atau<br />bahasa terjemahannya) dan tidak mengerti kaidah-kaidah dan<br />istilah-istilah syari'at, maka terjemahan itu tidak dapat dipercaya<br />bahkan secara umum rusak, tidak boleh dijadikan pedoman serta<br />tidak diakui sama sekali sebagai terjemahan yang benar.<br />Umat Islam di seluruh dunia harus berhati-hati tentang hal ini,<br />lebih-lebih bagi mereka yang berdomisili di lingkungan<br />masyarakat Barat. Jika tidak, bagaimana kita –sebagai ummat yang<br />besar- bisa ridla untuk mengambil terjemahan semacam ini yang<br />ditulis oleh aliran-aliran orientalis yang menerbitkan beberapa<br />terjemahan dengan nama-nama palsu pinjaman, apa sebenarnya<br />tendensi di balik itu semua ? Tidak lain adalah untuk menyerang<br />pemikiran Islam dan menyelewengkan prinsip-prinsip dan nilainilai<br />keislaman secara keseluruhan !.<br />Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penerjemah yang tsiqat<br />adalah:<br />1. Berusaha memahami tafsir-tafsir yang diakui di kalangan<br />ummat Islam.<br />2. Tidak menerjemahkan teks lafazh secara harfiah tapi<br />menerjemahkan maknanya.<br />3. Penerjemah telah menguasai secara detail tentang ilmu nahwu,<br />majaz, isti'aroh dan lain-lainnya yang membuatnya profesional<br />dalam memahami kata-kata yang ditulis oleh para ahli tafsir<br />arab yang diakui di kalangan ummat Islam dan tidak<br />diperselisihkan lagi.<br />4. Memperhatikan tentang sabab an-nuzul (sebab turunnya ayat).<br />5. Memperhatikan hal-hal penting yang berkaitan dengan aqidah,<br />tidak menulis hal-hal yang menyalahi aqidah Islam.<br />6. Menunjukkan hasil terjemahannya kepada para ulama yang<br />terpercaya dan mumpuni dalam keilmuannya.<br />7. Penerjemah pernah belajar ilmu agama secara talaqqi dari para<br />ulama, ilmu-ilmu yang menjadikannya mampu menerjemah,<br />ini tidak seperti yang ditemukan sekarang di mana banyak<br />penerjemah yang hanya mengejar popularitas dan harta.<br />Semua ini menjelaskan kepada kita dan lebih mempertegas<br />pentingnya memperhatikan pelik-pelik penerjemahan dan<br />meninggalkan terjemahan-terjemahan yang berisi hal-hal yang<br />bertentangan dengan aqidah ahlussunnah wal jama'ah. Karena<br />kami telah melihat dalam beberapa naskah yang mereka anggap<br />sebagai naskah terjemahan al-Qur'an dan mereka tulis dengan<br />bahasa selain Arab terjemahan yang berbunyi: Allah duduk di atas<br />'Arsy atau menetap dan bersemayam di atas 'Arsy, mereka<br />menganggap bahwa pemahaman tersebut adalah terjemahan dari<br />ayat:<br />( سورة طه: 5 ) الرحمن علَى العرشِ استوى <br />Sungguh tidak benar, kalau pemahaman seperti itu dianggap<br />sebagai makna ayat tersebut, karena duduk adalah salah satu dari<br />sifat yang khusus bagi jisim (sesuatu yang memiliki bentuk dan<br />ukuran), dalam bahasa Arab kata "duduk" tidak digunakan<br />kecuali untuk benda yang memiliki dua bagian; separuh atas dan<br />separuh bawah, padahal Allah ta'ala Maha Suci dari berupa benda<br />dan disifati dengan sifat-sifat benda, Allah ta'ala berfirman:<br />( سورة الشورى: 11 ) َليس كَمثْله شىءٌ وهو السميع البصير <br />Maknanya: "Allah tidak menyerupai sesuatu-pun dari makhluk-Nya dan<br />Ia memiliki pendengaran yang tidak seperti pendengaran makhluk dan<br />penglihatan yang tidak seperti penglihatan makhluk" (Q.S. asy-Syura:<br />11)<br />www.darulfatwa.org.au 25<br />Allah ta'ala ada sebelum adanya 'Arsy tanpa 'Arsy dan setelah<br />menciptakan 'Arsy tetap sebagaimana ada-Nya, tidak berubah<br />dari keberadaan-Nya, dan Allah tidak membutuhkan kepada<br />makhluk-Nya, Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:<br />" كَانَ اللهُ ولَم ي ُ كن شىءٌ َ غيره " (رواه البخاري والبيهقي وابن<br />الجارود)<br />Maknanya: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan<br />belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan<br />Ibn al Jarud)<br />Al Imam Abu Manshur al Baghdadi dalam kitabnya al Farq bayn<br />al Firaq meriwayatkan bahwa Sayyiduna Ali radliyallahu 'anhu<br />berkata:<br />"ِإنَّ اللهَ خلَق العرش ِإظْهارا لقُدرته وَلم يتخذْه مكَانا لذَاته".<br />"Sesungguhnya Allah menciptakan 'Arsy (makhluk Allah yang paling<br />besar) untuk menampakkan kekuasaan-Nya bukan untuk<br />menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya".<br />Al Imam Abu Hanifah radliyallahu 'anhu dalam kitabnya al<br />Washiyyah mengatakan:<br />"فَلَو كَانَ محتاجا ِإَلى الْجلُوسِ والْقَرارِ فَقَبلَ خلْقِ العرشِ َأين كَانَ اللهُ ؟!<br />تعالَى اللهُ عن ذَلك علُوا كَِبيرا".<br />"Seandainya Allah butuh kepada duduk dan bertempat, lalu di manakah<br />Allah sebelum diciptakan 'Arsy ?! maha suci Allah dari duduk dan<br />bertempat dengan kesucian yang agung".<br />Diriwayatkan oleh al Hafizh al Bayhaqi dalam kitabnya al Asma'<br />Wa ash-Shifat dengan sanad yang kuat bahwa al Imam Malik<br />radliyallahu 'anhu mengatakan tentang istiwa' Allah:<br />" استوى كَما وصف نفْسه ولاَ يقَا ُ ل كَيف وكَيف عنه مرفُوع".<br />"Allah istawa sebagaimana Allah mensifati Dzat (hakekat)-Nya dan<br />tidak boleh dikatakan bagaimana, dan kayfa (sifat-sifat makhluk) adalah<br />mustahil bagi-Nya".<br />Diriwayatkan oleh Syekh al Mutakallim Ibnu al Mu'allim al<br />Qurasyi dalam kitabnya Najm al Muhtadi wa Rajm al Mu'tadi<br />bahwasanya al Imam asy-Syafi'i radliyallahu 'anhu mengatakan:<br />"من اعتقَد َأنَّ اللهَ جالس علَى العرشِ فَهو كَافر".<br />"Barangsiapa meyakini bahwa Allah duduk di atas 'Arsy maka dia telah<br />kafir".<br />Seorang ahli fiqih dan hadits Imam Badruddin az-Zarkasyi dalam<br />kitabnya Tasynif al Masami' meriwayatkan bahwa al Imam Ahmad<br />radliyallahu 'anhu berkata:<br />" من قَالَ اللهُ جِسم َلا كَالأَجسامِ كَفَر ".<br />"Barang siapa yang mengatakan Allah adalah benda, tidak seperti bendabenda<br />maka ia telah kafir".<br />Imam Abu Ja'far ath-Thahawi radliyallahu 'anhu berkata dalam<br />menjelaskan tentang aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah:<br />" ومن وصف اللهَ ِبمعنى من معانِي البشرِ فَقَد كَفَر".<br />"Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia<br />telah kafir".<br />Hendaklah diketahui bahwa kata "istiwa'" dalam bahasa Arab<br />memiliki 15 makna sebagaimana dikatakan oleh al Hafizh Abu<br />Bakr ibn al 'Arabi, di antaranya adalah: istiqrar (menetap dan<br />bersemayam), tamam (sempurna), i'tidal (lurus), isti'la' (berada di<br />atas sesuatu), 'uluww (tinggi), istiilaa' (menguasai), dan lain-lain. Di<br />antara makna-makna tersebut, ada yang layak bagi Allah dan ada<br />www.darulfatwa.org.au 26<br />yang tidak layak bagi Allah, makna yang termasuk sifat-sifat<br />benda tidak layak bagi Allah.<br />Tidak ditemukan dalam bahasa selain bahasa Arab kata yang<br />sepadan dengan kata "istawa", lalu mengapa mereka berani<br />menerjemahkannya dan membatasinya dengan makna "julus"<br />(duduk) yang merupakan sifat manusia, binatang, jin dan<br />malaikat?!! Maha Suci Allah, ini adalah kebohongan besar.<br />Sedangkan jika mereka menerjemahkannya dengan makna yang<br />dipilih oleh sekelompok ulama Ahlussunnah dari kalangan salaf<br />dan khalaf yaitu "al Qahr" (menundukkan dan menguasai) maka<br />akan lebih baik bagi mereka. Para ulama yang menegaskan makna<br />tersebut dari kalangan ahli bahasa, ahli tafsir, ahli hadits dan para<br />ulama madzhab empat, di antaranya adalah:<br />· Seorang ahli bahasa dan ahli nahwu Abu Abdurrahman<br />Abdullah ibn Yahya ibn al Mubarak (W. 237 H) dalam<br />kitabnya Gharib al Qur'an dan tafsirnya.<br />· Seorang ahli bahasa Abu Ishaq Ibrahim ibn as-Sari az-Zajjaj<br />(W. 311 H) dalam kitabnya Ma'ani al Qur'an.<br />· Al Imam Abu Manshur Muhammad ibn Muhammad al<br />Maturidi as-Samarqandi al Hanafi (W. 333 H) dalam kitabnya<br />Ta'wilat Ahlissunnah.<br />· Seorang ahli bahasa Abu al Qasim Abdurrahman ibn Ishaq az-<br />Zajjaji (W. 340 H) dalam kitabnya Isytiqaq Asma-illah.<br />· Al Hafizh Abu Bakr al Bayhaqi asy-Syafi'i (W. 458 H) dalam<br />kitabnya al Asma' wa ash-Shifat.<br />· Al Qadli Syekh Abu al Walid Muhammad ibn Ahmad al<br />Maliki Qadli al Jama'ah di Kordova yang lebih dikenal dengan<br />nama Ibnu Rusyd al Jadd (W. 520 H) sebagaimana disebutkan<br />dalam kitab al Madkhal karya Ibnu al Haajj al Maliki.<br />· Al Imam Jamaluddin Abu al Faraj Abdurrahman ibn al Jawzi<br />al Hanbali (W. 597 H) dalam kitabnya Daf'u Syubah at-Tasybih<br />menjelaskan tentang bantahan terhadap kaum Mujassimah.<br />· Al Mufassir al Qadli Abu Sa'id al Baydlawi (W. 685 H) dalam<br />tafsir Anwar at-Tanzil.<br />· Syekh Muhammad ibn Mahfuzh at-Termasi al-Indonesi dan<br />Syekh al Mufassir Muhammad Nawawi al Jawi<br />Dan para ulama lainnya, baca karya kami "Tafsir Ulinnuha li<br />Qaulihi Ta'ala: ar-Rahmanu 'ala al 'Arsyi istawa".<br />Kami juga telah melihat beberapa buku berbahasa Inggris<br />yang berbicara tentang Islam, penulis-penulisnya mengatakan<br />Allah adalah "Light; cahaya", mereka mengatakan nama Allah<br />"an-Nur" bermakna cahaya, ini adalah kesesatan yang parah dan<br />menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Karena cahaya adalah<br />makhluk Allah, Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, Allah<br />tabaraka wa ta'ala adalah an-Nur bermakna al Hadi; maha memberi<br />petunjuk, atau al Munir; yang menciptakan cahaya dan memberi<br />penerangan, tidak ditemukan dalam bahasa lain selain bahasa arab<br />kata yang sepadan dengan an-Nur. Allah ta'ala berfirman:<br />( سورة يوسف: 2 ) ِإنا َأنزلْناه قُرآنا عرِبيا َلعلَّكُم تعقلُونَ <br />Maknanya: "Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al Qur'an<br />dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya" (Q.S. Yusuf: 2)<br />Sedangkan mereka yang sembrono tersebut telah menjadikan<br />al Qur'an kontradiktif; sebagian ayat menentang sebagian ayat<br />yang lain dan merusak akidah banyak orang dan mencabut nilainilai<br />balaghah dan i'jaz dari al Qur'an kitabullah.<br />Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa para dai' di lingkungan<br />masyarakat Barat tidak diperkenankan untuk berpedoman kepada<br />terjemahan-terjemahan yang rusak dan bathil yang bertentangan<br />dengan prinsip-prinsip dan keyakinan-keyakinan Islam.<br />www.darulfatwa.org.au 27<br />Hubungan Dengan Media di Kalangan Masyarakat Barat<br />Aksi teror pada 11 September mengakibatkan perubahan<br />mendasar pada pandangan Barat terhadap Islam dan ummat<br />Islam, karena para pelaku dan oknum-oknum di belakang mereka<br />mengklaim bahwa aksi yang mereka melakukan tersebut<br />berangkat dari pemahaman jihad dalam ajaran Islam, Klaim<br />tersebut -yang dinyatakan oleh beberapa tokoh ekstrim -<br />dibenarkan oleh media-media massa, dari situ mereka langsung<br />mengambil kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang<br />mengajarkan aksi-aksi seperti itu, dan menganggap kaum<br />muslimin sebagai teroris yang tidak mengenal rasa sayang kepada<br />anak-anak, dan tidak mengenal rasa kasihan pada wanita-wanita<br />dan orang tua. Media massa kemudian menyoroti pemikiran yang<br />aneh dan ekstrim tersebut yang dianggap sebagai ajaran Islam,<br />sehingga memunculkan pandangan negatif dari orang-orang Barat<br />terhadap Islam dan umat Islam yang hidup di sana, di sinilah<br />dituntut peran seorang da'i muslim yang mu'tadil (moderat) untuk<br />meluruskan beberapa hal dan menjelaskan hakikat Islam dan<br />keluesan syari'at Islam.<br />Seorang da'i muslim yang mu'tadil tidak akan rela dengan<br />praktek beberapa kelompok yang mengaku-ngaku Islam dan<br />menggunakan kedok jargon-jargon keislaman untuk tujuan<br />memperoleh keuntungan politis melalui upaya meraih dukungan<br />massa yang sedang marah karena kezhaliman yang selama ini<br />dirasakan oleh masyarakat Arab dan masyarakat Islam. Padahal<br />mestinya, kezhaliman tidak dilawan dengan kezhaliman yang<br />sama, ajaran Islam tidak merelakan penghalalan darah orangorang<br />yang tidak memiliki sangkut paut dengan permasalahan,<br />yang terpelihara darah dan keamanan mereka, oleh karena itu<br />seorang da'i agar berinisiatif untuk mensosialisasikan kepada<br />media massa Barat tentang i'tidal dalam Islam serta menjelaskan<br />hakikat permasalahan yang sebenarnya secara mendetail, untuk<br />meluruskan pandangan-pandangan negatif yang diarahkan kepada<br />Islam dan kaum muslimin di berbagai daerah dan negara.<br />Kelompok-kelompok ekstrimis hanyalah kelompok kecil yang<br />tidak berarti, bahkan di negara-negara Islam dan Arab sendiri,<br />lalu bagaimana mungkin mereka memiliki jumlah besar di tengahtengah<br />masyarakat barat …!! Dari sini, media massa di lingkungan<br />masyarakat Barat harus teliti dan mengecek ulang kebenaran<br />semua informasi, daripada meliput berita-berita tentang<br />kelompok-kelompok ekstrimis dan teroris, yang seakan<br />merepresentasikan Islam dan kaum muslimin yang sebenarnya.<br />Dengan cara seperti ini, seorang da'i melaksanakan apa yang<br />seharusnya dia lakukan, yaitu membela Islam dengan perkataan<br />yang benar dan mauizhah hasanah, dengan cara ini seorang da'i<br />yang mu'tadil bisa menanggulangi upaya-upaya menghalangi<br />penyebaran Islam dan ajaran-ajarannya yang luhur dan mulia<br />sepanjang masa. Bahkan dalam situasi dimana seorang da'i<br />mengalami gangguan-gangguan dari kelompok-kelompok<br />ekstrimis dari agama-agama lain yang menganggap bahwa mereka<br />melakukan balas dendam terhadap ummat Islam. Jadi seorang<br />da'i seharusnya menghadapi semua itu dengan cara berbaur<br />dengan anggota masyarakat lain di Barat, berkomunikasi dengan<br />masyarakat melalui media informasi, tidak mengasingkan diri dan<br />menutup diri, melainkan ia hadapi segenap masyarakat dengan<br />logis dan bijak, menjelaskan kepada mereka bahwa Islam tidak<br />rela terhadap aksi-aksi semacam itu yang sama sekali tidak ada<br />kaitannya dengan Islam, tidak dari dekat atau dari jauh.<br />Seorang da'i seharusnya memberitahukan kepada<br />masyarakat bahwa Islam adalah agama ilmu dan amal, agama<br />yang mendorong para pemeluknya untuk giat dalam menuntut<br />www.darulfatwa.org.au 28<br />ilmu, belajar dan mengajar. Ummat Islam memiliki warisan<br />peradaban, pemikiran dan keilmuan yang patut dibanggakan.<br />Ummat Islam ketika dalam kondisi kuat, tidak menggunakan<br />kekuatannya untuk kezhaliman dan permusuhan, tapi<br />menggunakan kekuatannya dengan hak dan benar. Dari sini<br />nampak keluhuran peradaban Islam dengan ciri dan semboyansemboyannya,<br />dan dengan ini seorang dai menghilangkan<br />penutup dari mata-mata yang telah berkarat, sehingga masyarakat<br />akan memahami bahwa adalah kebohongan jika dikatakan:<br />"Agama adalah candu masyarakat", dan termasuk kebohongan<br />besar jika dikatakan: "Islam bertentangan dengan ilmu<br />pengetahuan".<br />Semua ini menjelaskan kepada kita pentingnya para da'i agar<br />berkomunikasi dengan media massa secara positif sehingga<br />membantu untuk:<br />@ Merubah arah dan kecenderungan informasi yang<br />berkembang di tengah masyarakat Barat yang memusuhi<br />Islam agar berbalik menyetujui pemahaman dan ajaran Islam<br />yang sebenarnya dan yang benar.<br />@ Dari sini dikatakan kepada generasi muda ummat Islam yang<br />tinggal di negara-negara Barat agar menolak ekstrimisme,<br />terorisme serta agar mereka tidak mempercayai pemikiranpemikiran<br />yang menghancurkan masyarakat dan negara<br />tersebut.<br />@ Berikutnya mengajak generasi muda ummat Islam yang<br />tinggal di negara-negara barat untuk memahami Islam<br />dengan pemahaman yang mu'tadil (moderat) tentang prinsipprinsip<br />dan nilai-nilai Islam yang luhur.<br />@ Untuk selanjutnya memberikan pemahaman kepada<br />masyarakat di luar Islam tentang Islam yang sebenarnya tidak<br />seperti yang digambarkan oleh sebagian orang.<br />@ Bekerjasama dengan media massa untuk menyebarkan sadar<br />budaya yang menjamin kemungkinan untuk menyuarakan<br />sikap seorang muslim moderat yang memahami agamanya<br />dengan benar.<br />@ Mengenalkan sejarah Islam yang bersinar dan kemampuan<br />peradaban Islam untuk berdiri tegak dalam kehidupan di<br />dunia dan mampu membimbing masyarakat kepada<br />kebaikan.<br />@ Mengupayakan adanya sarana-sarana informasi moderen<br />dengan teknologinya yang terus berkembang dan mampu<br />mempertegas gambaran sesungguhnya mengenai Islam dan<br />manhajnya yang mu'tadil.<br />Pengalaman Darul Fatwa di Australia<br />Saudara-saudara sekalian<br />Allah ta'ala berfirman:<br />وتعاونوا علَى البِر والتقْوى ولاَ تعاونوا علَى الإِثْمِ والعدوان، واتقُوا اللهَ، <br />( سورة المائدة: 2 ) ِإنَّ اللهَ شديد العقَابِ<br />Maknanya: "Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)<br />kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan<br />pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah<br />amat berat siksa-Nya" (Q.S. al Maa-idah: 2)<br />Karena mengamalkan ayat tersebut dan untuk menyatukan<br />kekuatan, serta menjawab kebutuhan ummat Islam di Australia,<br />kami; sekelompok para da'i Muslim yang tinggal di Australia, yang<br />memiliki ijazah keilmuan dalam bidang keagamaan, dari asal<br />keturunan Arab (Irak, Syiria, Mesir, Lebanon, Yordania, Aljazair,<br />www.darulfatwa.org.au 29<br />Palestina, Somalia, Sudan dan lain-lain), dan non Arab<br />(Indonesia, Afghanistan, Pakistan, India, Bosnia, Turki, Harar,<br />Afrika, Bangladesh dan lain-lain) dan dari seluruh negara-negara<br />bagian di Australia, mendirikan: Darul Fatwa di Australia, kami<br />telah mendaftarkannya beserta logonya secara resmi sesuai<br />undang-undang. Dengan dukungan sebagian besar organisasiorganisasi<br />dan lembaga-lembaga keislaman yang mewakili<br />masyarakat muslim Australia yang berbeda-beda latar belakang<br />dan dari negara bagian yang berbeda.<br />Ide untuk mendirikan Darul Fatwa muncul karena kebutuhan<br />masyarakat muslim di Australia terhadap organisasi yang<br />menyuarakan kepentingannya, mengungkapkan perasaannya,<br />merasakan suka dukanya dan menulis dengan penanya.<br />ü Darul Fatwa di Australia adalah pusat ilmu dengan<br />keikhlasan dan beramal dengan baik, tolong menolong,<br />terbuka, membimbing, memperbaiki. Darul Fatwa didirikan<br />dengan maksud untuk kebaikan, menyebarkan keutamaan<br />dan kebajikan dan mengobati luka serta kebobrokan.<br />ü Mengambil manhajnya dari al Qur'an dan sunnah serta<br />penjelasan para ulama madzhab yang diakui.<br />ü Rujukan bagi ummat Islam yang komprehensif, terpercaya<br />dalam mengemban amanat untuk menyampaikan ajaran<br />syari'at sekaligus pengamalannya, memiliki perhatian untuk<br />menyatukan ummat dalam satu komando dan barisan.<br />ü Mengajak kepada i'tidal baik dalam berpikir maupun<br />bersikap, serta bekerjasama untuk kebaikan negara dan warga<br />negara.<br />ü Beranggotakan sejumlah cendekiawan muslim yang memiliki<br />ijazah ilmiah dan syar'iyyah dari berbagai bangsa.<br />ü Memiliki perhatian untuk memberikan fatwa-fatwa yang<br />benar, dan diperkuat dengan dalil-dalil yang kuat.<br />Tujuan-tujuan Darul Fatwa<br />Darul Fatwa di Australia dan manhaj moderat yang diikuti<br />oleh kalangan Ahlussunnah, baik dari kalangan para ulama', da'i,<br />ormas, yayasan, pusat-pusat perkumpulan, dan sekelompok besar<br />dari masyarakat di seluruh negara bagian di Australia, berusaha<br />sesuai kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkan hal-hal<br />sebagai berikut:<br />· Menyebarkan ilmu agama yang benar sesuai dengan ajaran<br />Ahlussunnah wal Jama'ah dengan berbagai media secara<br />hikmah, mau'izhah hasanah. Mendirikan masjid-masjid dan<br />mushalla-mushalla atau merenovasi yang retak atau roboh.<br />· Mengajak kepada i'tidal dalam berpikir dan bersikap, serta<br />memerangi ekstrimisme dan sikap berlebih-lebihan dalam<br />beragama.<br />· Membersihkan masyarakat dari pemikiran-pemikiran yang<br />ganjil dan pemahaman-pemahaman yang salah.<br />· Meluruskan individu, keluarga dan masyarakat, mengajak<br />untuk berakhlaq yang baik dan saling mencintai karena Allah<br />serta melaksanakan keta'atan kepada-Nya.<br />· Menyebarkan peradaban moderen dan ilmu alam yang<br />bermanfaat serta mendirikan sekolah-sekolah, lembagalembaga<br />dan perguruan-perguruan tinggi.<br />· Menyusun kajian-kajian ilmiah yang berbobot sesuai dengan<br />kebutuhan ummat, kondisi dan permasalahan mereka.<br />· Mencetak naskah-naskah warisan Islam yang masih dalam<br />bentuk manuskrip, menyebarkan dan mentahqiqnya.<br />· Bekerja sama untuk kebaikan negara dan warga melalui sikap<br />keterbukaan yang membuahkan hasil, berinteraksi dengan<br />tokoh, organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga lain.<br />www.darulfatwa.org.au 30<br />· Menyemarakkan kegiatan-kegiatan keagamaan dan perayaanperayaan<br />dengan cara-cara yang menarik karena dalam<br />kegiatan-kegiatan tersebut banyak makna yang bisa diambil.<br />· Mendirikan pusat-pusat informasi untuk menyebarkan tujuantujuan<br />yang mulia dan ajaran-ajaran yang luhur<br />· Memperhatikan kondisi sosial masyarakat, kesehatan,<br />kegiatan-kegiatan kepemudaan, pramuka dan olahraga yang<br />bermanfaat untuk menjaga dan memelihara anak-anak dan<br />generasi muda dan mengorientasikan keahlian mereka, agar<br />mereka melaksanakan peran yang dituntut dari mereka.<br />· Memberikan perhatian terhadap kegiatan-kegiatan kewanitaan,<br />memanfaatkan potensi perempuan dalam berbagai bidang dan<br />medan yang diperlukan.<br />· Menaruh perhatian penuh kepada pemuda dan pemudi,<br />menyediakan kebutuhan-kebutuhan keagamaan dan<br />kemasyarakatan mereka.<br />Beberapa Khidmah yang dipersembahkan oleh Darul Fatwa<br />o Mengisi media-media informasi dengan makalah-makalah<br />keagamaan dan memperkaya mereka dengan kajian-kajian<br />praktis yang menggambarkan kondisi para imigran muslim dan<br />menyampaikan sikap ummat terhadap segala fenomena aktual<br />yang tengah berlangsung.<br />o Memberitahukan kepada masyarakat muslim tentang makanan<br />dan minuman yang halal.<br />o Mengawasi proses penyembelihan di tempat-tempat<br />penyembelihan dan memberikan sertifikat-sertifikat izin yang<br />terkait.<br />o Memasukkan pengajar-pengajar yang ahli dalam mengajar al-<br />Qur'an dan ilmu agama yang murni ke sekolah-sekolah negeri<br />dan swasta, dengan berkoordinasi bersama organisasiorganisasi<br />Islam lain.<br />o Membekali masyarakat –terutama bagi mereka yang<br />menginginkan- dengan fatwa-fatwa keagamaan yang didukung<br />dengan dalil-dalil aqliyyah dan naqliyyah.<br />o Membekali masyarakat muslim dengan kalender tahunan<br />menggunakan penanggalan hijriyyah yang memuat hari-hari<br />besar keagamaan, di samping juga menyediakan imsakiyyah<br />untuk bulan Ramadlan.<br />o Perhatian terhadap permasalahan-permasalahan masyarakat<br />seperti perkawinan, thalaq, mencari solusi pertikaianpertikaian<br />yang dihadapi suami istri dan menyimpannya dalam<br />file khusus sehingga bisa dilihat kembali jika perlu.<br />o Membekali masyarakat imigran dengan buku petunjuk yang<br />berisi nasab-nasab keluarga-keluarga muslim.<br />o Memberikan arahan berupa nasehat-nasehat dan bimbinganbimbingan<br />untuk keluarga muslim sekitar permasalahanpermasalahan<br />yang mereka hadapi dalam kehidupan seharihari.<br />o Membekali pimpinan-pimpinan masjid, pusat-pusat keislaman<br />dan organisasi-organisasi keislaman di Australia dengan<br />materi-materi keagamaan yang digali dari al-Qur'an dan<br />sunnah.<br />o Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan hafalan al-Qur'an dan<br />matan-matan ilmu agama dengan dua bahasa; Arab dan<br />Inggris dengan berkoordinasi bersama organisasi-organisasi<br />lain.<br />o Menyemarakkan kegiatan-kegiatan keagamaan dan<br />mengingatkan kepada makna-makna yang dikandung, dengan<br />bekerjasama dan berkoordinasi dengan organisasi-organisasi<br />lain.<br />www.darulfatwa.org.au 31<br />o Memberikan perhatian kepada para muallaf dengan mengajari<br />mereka ilmu agama, al-Qur'an dan bahasa Arab, dan<br />menyediakan sarana-sarana untuk memperkuat keahlian dan<br />kemampuan mereka agar bisa ikut berperan dalam penyebaran<br />Islam.<br />o Menyelenggarakan ceramah-ceramah pembinaan dan<br />bimbingan, terutama dalam menjelaskan hakikat Islam dan<br />ketidakterkaitannya dengan ekstrimisme yang dibenci.<br />Lembaga-lembaga Yang Berada di Bawah Naungan Darul<br />Fatwa<br />Darul Fatwa memperoleh label sebagai organisasi<br />internasional, karena memiliki hubungan yang erat dan kerjasama<br />yang kuat dengan organisasi-organisasi Islam di seluruh negaranegara<br />Islam (Timur tengah dan Asia Tenggara dan lain-lain),<br />serta organisasi-organisasi Islam di negara-negara asing (seperti:<br />Amerika, Kanada, Eropa, Rusia, Ukraina dan lain-lain). Darul<br />Fatwa juga menjadi organisasi rujukan di Australia karena<br />keberhasilan yang dicapainya di sana, hal itu dilakukannya dengan<br />kerjasama bersama beberapa pimpinan, aktifis dan organisasiorganisasi<br />Islam lain, di antaranya: Jam'iyyah al Masyari' al<br />Khairiyyah al Islamiyyah (http://www.icpa.org.au), Jam'iyyah<br />Ri'ayah al Mar'ah al Muslimah (http://www.mwwa.org.au),<br />Jam'iyyah asy-Syabab al Muslim (http://www.myot.org.au), al<br />Jam'iyyah ash-Shufiyyah al Ustraliyyah<br />(http://www.rifa'iyyah.com/soufi), Jam'iyyah al Asyraf<br />(http://www.al-ashraf.org.au / http://www.al-ashraf-leb.org),<br />dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada situs kami<br />(http://www.darulfatwa.org.au) untuk lebih mengenal tentang<br />organisasi-organisasi yang tergabung dalam Darul Fatwa serta<br />kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Darul Fatwa. Dalam<br />kesempatan ini saya ingin menyampaikan gambaran sekilas<br />mengenai beberapa lembaga Islam di Australia agar menjadi<br />pendorong bagi semua ummat Islam untuk meneladani Darul<br />Fatwa di Australia dan manhajnya yang mu'tadil dan berhasil.<br />كلية الأمانة<br />Perguruan al-Amanah<br />/http: // www. alamanah.nsw.edu.au<br />Didirikan pada tahun 1998, mulai dari pendidikan tingkat<br />taman kanak-kanak sampai kelas tiga pada jenjang pendidikan<br />selanjutnya, dengan metode pendidikan yang efektif, memperoleh<br />kepercayaan msyarakat dan berbagai institusi, diterima oleh<br />masyarakat. Guna memenuhi permintaan yang ada, dibukalah<br />cabang perguruan al Amanah di Liverpool pada tahun 2001 dan<br />sekarang jumlah siswanya telah mencapai sekitar 800 siswa dan<br />siswi. Dengan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala<br />perguruan al Amanah ini terus berjalan dengan membuka kelaskelas<br />baru pada setiap tahunnya, dari ibtida'iyyah hingga Aliyah.<br />Dikelola oleh para pakar yang berkompeten dan memiliki ijazah<br />dengan spesialisasi pada bidang masing-masing. Perguruan al-<br />Amanah adalah contoh sekolah bilingual, dengan tanpa<br />berlebihan pada satu bahasa dengan melalaikan bahasa lain atau<br />sebaliknya, sehingga menjadi harapan bagi masyarakat untuk<br />menaruh harapan masa depan yang cerah bagi anak-anak mereka,<br />menjadi generasi yang bermanfaat, dan berbudaya di tengah<br />masyarakat Australia. Perguruan al-Amanah adalah pancaran<br />cahaya untuk masa depan yang lebih baik.<br />www.darulfatwa.org.au 32<br />Madrasah Pendidikan al-Qur'an dan Bahasa Arab<br />Perhatian Darul Fatwa pada penyebaran ajaran-ajaran Islam<br />yang luhur menjadikannya serius dalam melaksanakan pengajaran<br />bagi generasi mendatang. Didirikanlah madrasah-madrasah yang<br />melaksanakan pengajaran al-Qur'an dan bahasa Arab pada tiap<br />hari sabtu. Madrasah-madrasah ini tersebar di wilayah-wilayah<br />yang banyak didiami komunitas imigran muslim dan Arab,<br />madrasah-madrasah ini dikagumi dan memperoleh penghargaan<br />dari para penanggungjawab pendidikan di Australia.<br />Diselenggarakan juga halaqah-halaqah dan kegiatan-kegiatan<br />khusus untuk pembelajaran bahasa Arab dengan tanpa dipungut<br />biaya (gratis) bagi orang-orang yang tidak berbahasa Arab atau<br />tidak berasal dari bangsa Arab. Madrasah-madrasah kami adalah<br />pancaran cahaya, anak-anak kami adalah masa depan yang<br />bersinar.<br />Pendidikan Agama Islam di Sekolah-sekolah Resmi<br />Darul Fatwa menyadari pentingnya memberi arahan yang<br />benar kepada anak-anak di komunitas imigran Arab dan Islam<br />agar menjadi penyuluh-penyuluh kebaikan, i'tidal, dan islah,<br />bukan penyeru-penyeru untuk kerusuhan, perusakan dan<br />penghancuran. Maka mukhlishin dan mukhlishat ikut serta aktif<br />di Darul Fatwa dan organisasi-organisasi yang tergabung di<br />dalamnya dalam memberikan pengajaran di sekolah-sekolah<br />resmi. Dalam kegiatan pengajaran ini mereka berpedoman pada<br />kurikulum pengajaran yang disederhanakan, yang telah disusun<br />dan diawasi oleh para ahli dari Darul Fatwa dan<br />direkomendasikan oleh Universitas al Azhar Mesir.<br />MCR إذاعة الجاليات الإسلامية<br />Radio Komunitas Muslim MCR<br />/http: // www. 2mfm.org<br />Darul Fatwa di Australia turut berbangga dengan masuknya<br />Siaran Radio Islam pertama yang memancar pada gelombang<br />siaran 92.1 FM selama 24 jam di Australia.<br />Siaran Radio ini memiliki keistimewaan dalam multilingual<br />siarannya, memancarkan siarannya dengan bahasa Arab, Inggris,<br />Indonesia, Somalia, Turki, Urdu dan lain-lain, disamping<br />teknologi canggih yaitu dengan menggunakan peralatan-peralatan<br />teknologi terbaru sehingga memungkinkan untuk diterima di<br />seluruh wilayah kota Sidney yang besar, bahkan di seluruh<br />Australia atau di seluruh dunia melalui internet seperti halnya<br />satelit. Acara-acaranya juga bermacam-macam sesuai dengan<br />umur, ada acara-acara khusus anak-anak, acara-acara penyuluhan<br />masyarakat, acara-acara yang membahas tentang hukum agama,<br />acara-acara bincang-bincang dan siaran langsung. Dalam<br />beberapa acaranya menghadirkan sejumlah tokoh-tokoh terkenal.<br />Siaran radio ini telah memperoleh penghargaan daerah<br />Bankstown pada tahun 1998 kelompok organisasi daerah,<br />kemudian badan perizinan siaran Australia memberikan juga<br />penghargaan untuk ikut siaran pada tahun 2000 seperti halnya<br />sekitar 70 siaran radio lain dari seluruh wilayah benua Australia.<br />Dalam penghitungan rating terakhir menunjukkan bahwa<br />kebanyakan masyarakat muslim di Sidney mendengarkan radio<br />ini, banyak mengambil faedah darinya dan membentengi anakanak<br />mereka dengan siaran-siarannya.<br />MCR adalah impian dan harapan yang telah menjadi<br />kenyataan.<br />www.darulfatwa.org.au 33<br />Group Nasyid Islami<br />Grup Nasyid Islami baik laki-laki atau perempuan ikut serta<br />dalam menyemarakkan acara-acara keagamaan dan kenegaraan<br />dengan nuansa asli warisan Islam, budaya Islam dan Arab. Juga<br />bergabung dengan masyarakat untuk memberikan ucapan selamat<br />atas kebahagian mereka atau melipur lara atas kesedihan mereka.<br />Alhamdulillah mereka terus berkembang maju dalam kesenian dan<br />pertunjukan mereka, dan mereka memiliki keunggulan dalam<br />beberapa festival, sehingga menarik perhatian dari para seniman,<br />di samping juga bergabung dengan tim nasyid ini murid-murid<br />pilihan dari Madrasah ats-Tsaqafah al Islamiyyah dan Perguruan<br />al Amanah untuk nasyid dan penampilan drama dan teater islami<br />dan wathoni.<br />Grup nasyid ini tidak mengambil bayaran dalam penampilanpenampilannya,<br />mereka hanya mengharap ridlo Allah dan<br />beramal untuk menggembirakan dan membahagiakan hati ummat<br />Islam. Perlu diberitahukan juga bahwa grup-grup ini ikut mengisi<br />siaran radio komunitas Muslim dengan produk-produk kesenian<br />khas daerah.<br />كشافة المشاريع<br />Pramuka Masyari'<br />/http: // www. Muslim.orag.au<br />Regu Pramuka Masyari' dibentuk pada tahun 1994 dengan<br />maksud agar bisa ikut memberikan perhatian penuh kepada anakanak<br />dan pemuda muslim sebagai sumbangsihnya dalam<br />menunjukkan peran yang baik di tengah pergaulan yang harmonis<br />di Australia, bergabung dalam regu ini lebih dari 100 pemuda,<br />pemudi dan pembina untuk mensukseskan kegiatan-kegiatan<br />yang mendidik, pelatihan-pelatihan yang orientatif dan<br />perkemahan-perkemahan yang menghibur, anak-anak dengan<br />ikhlas dan niat yang baik ikut berpartisipasi dalam kegiatan hari<br />kebersihan, hari tanaman, hari Australia, festival tahunan anak di<br />Bankstown, menjenguk orang-orang sakit di beberapa rumah<br />sakit dalam berbagai kesempatan dengan membagi-bagi bunga<br />dan hadiah untuk orang-orang sakit muslim atau non muslim,<br />dengan kegiatan-kegiatan tersebut regu pramuka ini memperoleh<br />kepercayaan dari lembaga-lembaga kepanduan dan politik secara<br />layak dan patut dibanggakan.<br />نادي الرماح الرياضي<br />Klub Olah Raga Memanah<br />/http: // www. spearssports.org.au<br />Klub olah raga memanah ini didirikan di Sidney pada tahun<br />1999 dalam rangka memberikan perhatian kepada anak-anak<br />muslim dan menyatukan mereka dalam kegiatan yang santai dan<br />menyenangkan, dalam pertandingan-pertandingan yang<br />kompetitif, untuk mempertajam kepandaian mereka serta<br />mengangkat nama komunitas muslim dengan menjuarai beberapa<br />kejuaraan dan memperoleh banyak medali emas, semua kegiatan<br />ini diarahkan dengan orientasi keislaman yang benar, mengajak<br />pada interaksi yang baik dan pergaulan yang harmonis, akhirnya<br />bisa mengumpulkan sekitar lebih dari 300 anggota yang terdiri<br />dari anak-anak muslim laki-laki dan perempuan, yang kemudian<br />diikutkan pada pertandingan-pertandingan periodik bersama<br />dengan klub-klub olahraga lain dari latar belakang yang<br />bermacam-macam, semuanya menginduk pada persatuanwww.<br />darulfatwa.org.au 34<br />persatuan olahraga di setiap daerah, persatuan sepak bola,<br />persatuan bola basket, persatuan karate, persatuan tenis meja dan<br />lain-lain, tujuannya juga untuk mencegah anak-anak agar tidak<br />larut terjebak dalam kerusakan dan kebobrokan disertai usaha<br />untuk menyatukan mereka dalam kebenaran dan ilmu di tengah<br />masyarakat Australia yang beragam budaya.<br />Penutup<br />Tuan-tuan yang mulia !!<br />Allah ta'ala berfirman:<br />وقُلْ اعملُوا فَسيرى اللهُ عملَكُم ورسوُله والْمؤمنونَ وستردونَ ِإَلى عالمِ <br />( سورة التوبة: 105 ) الغيبِ والشهادة فَينبُئكُم ِبما كُنتم تعملُونَ<br />Maknanya: "Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan<br />Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan<br />kamu akan dikembalikan kepada Allah yang maha mengetahui akan<br />yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang<br />telah kamu kerjakan" (Q.S. at-Taubah: 105)<br />Karena mengamalkan ayat tersebut, kami mengajak kepada<br />segenap mukhlishin untuk merapatkan barisan dan menyatukan<br />upaya dalam menebarkan kebaikan karena mengharap pahala dari<br />Allah ta'ala. Mari bersama kita wujudkan cita-cita kita, bersama<br />kita mencapainya, mencurahkan tenaga, memberikan sumbangsih<br />dan berkorban, mempersiapkan bekal di akhirat-lah yang<br />menggerakkan kita semua.<br />Kita akan terus berjalan, terus melangkah, kita renungi masa<br />lalu, sekarang kita berusaha, dan kita merencanakan untuk masa<br />yang aka n datang, tangan kami terulur untuk menjabat tangan<br />setiap orang yang ikhlas, untuk melewati hidup bersama menuju<br />masa depan yang lebih baik.<br />Sikap saling membantu dan saling mendukung akan<br />memperkuat dan mempermudah, kami dan anda sama-sama<br />membutuhkan bangunan yang tinggi dan cita-cita yang<br />menjulang, harapan-harapan yang terwujud, agar menara<br />peradaban menjulang tinggi dan ummat berdiri kokoh di atas<br />jalan yang benar, Allah ta'ala berfirman:<br />وتعاونوا علَى البِر والتقْوى ولاَ تعاونوا علَى الإِثْمِ والعدوان، واتقُوا اللهَ، <br />( سورة المائدة: 2 ) ِإنَّ اللهَ شديد العقَابِ<br />Maknanya: "Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)<br />kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan<br />pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah<br />amat berat siksa-Nya" (Q.S. al Maa-idah: 2)<br />Inilah akhir ceramah, nasehat dan pengalaman kami, Allah-lah<br />yang memberikan taufiq, kepada-Nya kami bertawakkal dan akhir<br />doa kami adalah Al Hamdu lillahi Rabbil 'Alamin.<br />( سبحان ربك رب العزة عما يصفون & وسلام على المرسلين &<br /> والحمد لله رب العالمينmzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-12851418842542068682010-09-04T20:26:00.000-07:002010-09-04T20:28:05.227-07:00Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Hipertensi Pada Wanita Di Kabupaten SukoharjoRebecca<br />Bhisma Murti<br />ABSTRACT<br />Stressful life, eating habit, smoking, and sedentary life are some of known risk factors for hypertension among<br />women. Hypertension is an important public health issue, since it is a risk factor for various cardiovascular<br />complications, such as heart failure and stroke. Grossman’s theory on the demand for health capital contends<br />that education improves the marginal efficiency of investment in health, so that people with higher education<br />are predicted to have better health than those with lower education.The Grossman theory to support a lot of<br />examination before.This study aimed to test Grossman’s theory by examining the association between<br />education level and hypertension among women, especially in Sukoharjo District.<br />The study was analytic and observasional using cross sectional design. This study was conducted in Sukoharjo<br />District. A sampel of 120 women was drawn for the study. The statistical analysis was performed by use of<br />logistic regression.<br />The study showed a statistically significant association between education level and hypertension. Secondary<br />school reduced the risk for hypertension one fifth less than primary school/ no schooling (OR 0,21, CI 95%<br />0,45 to 0,99). University reduced the risk for hypertension one tenth less than primary school/ no schooling<br />(OR 0,10, CI 95% 0,02 to 0,59). This estimates had controlled for the effects of potential confounding factors,<br />including income, social capital, and age.<br />This study concludes that there is a statistically signficant association between education level and<br />hypertension. This conclusion was drawn after controlling for the effects of some confounding factors. Its is<br />suggested that women enhance their knowledge in health related issues in order to lessen the risk for<br />hypertension.<br />Key words: hypertension, education level, women<br />A. PENDAHULUAN<br />Tingkat kesejahteraan suatu bangsa dapat<br />dilihat dari Index Pembangunan Sumber Daya<br />Manusia (HDI= Human Development Index). HDI<br />merupakan suatu indikator komposit yang terdiri<br />dari derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan<br />kemampuan ekonomi keluarga. Indikator yang<br />dipakai di bidang kesehatan adalah angka harapan<br />hidup, untuk pendidikan adalah angka dan<br />membaca pada orang dewasa yang dikombinasikan<br />dengan angka masuk SD, SMP dan SMA, serta<br />untuk kemampuan ekonomi dipakai Produk<br />Domestik Bruto (PDB) (Argadireja, 2003:2).<br />Badan Kesehatan Sedunia (WHO) telah lama<br />mengkampanyekan perubah-an strategi dari upaya<br />pemeliharaan kesehatan (health services) ke kampanye<br />untuk memerangi kemiskinan, sebagai strategi<br />untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat<br />miskin sedunia. Upaya kesehatan selektif dinilai<br />tidak dapat meningkatkan status kesehatan<br />masyarakat secara utuh (Price, 1994 dalam Srini, et<br />al, 2000: 3). Tingginya angka kematian ibu di<br />Indonesia, semakin menurunnya anak perempuan<br />yang mengikuti pendidikan formal di tingkat<br />sekolah lanjutan, terpusat-nya pekerja perempuan di<br />sektor yang rendah pendidikan, rendah ketrampilan<br />dan rendah upah. Kesemuanya secara tersendiri<br />maupun bersama-sama menggambarkan bahwa<br />kemiskinan masih melekat dan akrab dengan<br />perempuan (Sadli, 1999: 1).<br />Peran berganda wanita, termasuk peran<br />mereka dalam keluarga dan masyarakat seringkali<br />tidak diakui, sehingga mereka sering tidak mendapatkan<br />dukungan sosial, psikologis dan ekonomis<br />yang sangat diperlukan. Kesehatan perempuan<br />bergan-tung pada peningkatan ekonomi dan sosial<br />dalam bidang pendidikan, kondisi kerja dan standar<br />hidup (Asian Development Bank, 2007: 3-4).<br />Beban hidup yang berat, stres dan pola hidup<br />yang konsumtif menyebabkan perempuan<br />mempunyai tekanan darah tinggi. Hipertensi<br />merupakan satu diantara sekian banyak penyebab<br />gangguan pada jantung dan pembuluh darah.<br />Tekanan darah tinggi seringkali tidak memberikan<br />tanda-tanda peringat-an sehingga bisa menjadi<br />pembunuh diam-diam (silent killer), kecuali jika<br />kita secara tetap tentu melakukan pemeriksaan dan<br />pengobat-an ke dokter. Karena itu kepada setiap<br />orang dewasa dianjurkan untuk mengetahui tekanan<br />darahnya sendiri, karena ini menyangkut<br />kesehatannya sendiri. Jika tekanan darah tidak<br />terkontrol, maka tekanan darah tinggi dapat<br />membebani jantung dan pembuluh darah secara<br />berlebihan sehingga mempercepat penyumbatan<br />pembuluh arteri yang disebut artherosclerosis. Ini<br />dapat mengarah kepada serangan jantung, stroke,<br />kegagalan jantung (heart failure) dan kegagalan<br />ginjal (kidney failure) (Uripto, 2004: 1-8).<br />Seseorang dapat dianggap mempunyai<br />tekanan darah tinggi bila tekanan darahnya lebih<br />dari 140/90, tidak tergantung usianya. Pengukuran<br />tekanan darah harus dilakukan dalam sikap duduk<br />dan setelah istirahat selama 5 - 10 menit. Alat<br />pengukur tekanan darah elektronik dapat<br />digunakan, namun perlu dibandingkan dahulu<br />dengan sfigmo-manometer air raksa. Pengobatan<br />perlu menurunkan tekanan darah secara pelahan<br />hingga di bawah kriteria di atas, atau bila<br />sebelumnya tinggi sekali, paling tidak mendekati<br />140/90. tekanan darah tak boleh diturunkan secara<br />drastis, misalnya dari 250 sistolik ke 120, karena<br />dapat menimbulkan stroke. Perubahan gaya hidup<br />banyak mempengaruhi proses penurunan tekanan<br />darah. Makan terlalu banyak sehingga<br />menimbulkan kegemu-kan dapat bermuara pada<br />hipertensi. Hidup dengan gaya sibuk pun ikut<br />mempengaruhi tekanan darah. Belum lagi kebiasaan<br />merokok, yang juga salah satu pemicu hipertensi<br />(Uripto, 2004: 9).<br />Hasil pembangunan kesehatan di kabupaten<br />Sukoharjo pada tahun 2004 masih belum<br />menunjukkan hasil yang maksimal. Berbagai<br />hambatan dan kendala baik dari faktor internal<br />maupun eksternal yang harus dicari pemecahannya.<br />Masih banyak diperlu-kan upaya perbaikan dan<br />peningkatan terhadap berbagai program atau<br />kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat.<br />Selain dipengaruhi oleh faktor pelayanan kesehatan<br />yang menja-di titik tolak pembangunan kesehatan,<br />derajat kesehatan masyarakat, juga dipengaruhi oleh<br />faktor-faktor seperti perilaku masyarakat,<br />lingkungan dan demografi. Sehingga diperlukan<br />suatu perencanaan pembangunan kesehatan yang<br />terpadu, yang dapat mengoptimal-kan kekuatan dan<br />potensial Kabupaten Sukoharjo, serta dapat<br />memadukan semua sektor tersebut guna meningkatkan<br />dan memperbaiki derajat kesehatan masyarakat<br />(DinKes Kabupaten Suko-harjo, 2005: 61).<br />Laporan kegiatan Sukoharjo Sehat pada tahun<br />2004 dari 151.485 rumah tangga yang ada, berhasil<br />diperiksa sebanyak 24.223 rumah tangga. rumah<br />tangga strata pratama sebanyak 16,86%, rumah<br />tangga strata madya sebanyak 31,30%, rumah<br />tangga strata utama sebanyak 40,14% dan rumah<br />tangga strata paripurna sebanyak 11,75%. Wilayah<br />Puskesmas dengan cakupan rumah tangga strata<br />paripurna terendah di Puskesmas Bendosari<br />(0,52%), Puskesmas II Grogol (1,37%) dan<br />Puskesmas Weru (1,97%). Wilayah Puskesmas<br />dengan cakupan rumah tangga strata paripurna<br />tertinggi di Puskesmas II Kartosuro (60,06%) dan<br />Puskesmas II Mojolaban (48,78%) (DinKes<br />Kabupaten Sukoharjo, 2005: 32).<br />Berdasarkan uraian tersebut di atas maka<br />merasa perlu untuk diteliti hubungan antara tingkat<br />pendidikan dan hipertensi pada wanita di<br />Kabupaten Sukoharjo setelah memperhitungkan<br />confounding factors: income keluarga, modal sosial<br />dan usia.<br />B. METODE PENELTIAN<br />1. Jenis Penelitian<br />Penelitian ini merupakan peneli-tian dengan<br />metode observasi analitik dengan pendekatan studi<br />potong lintang (Cross Sectional) yaitu mencuplik<br />sebuah sampel dari populasi dalam satu waktu, dan<br />memeriksa status paparan dan status penyakit pada<br />titik waktu yang sama dari masing-masing individu<br />dalam sampel tersebut (Murti, 2003: 214-215).<br />2. Tempat dan Waktu Penelitian<br />Penelitian ini dilakukan di Kabupaten<br />Sukoharjo, yaitu Kecamatan Gatak, Kecamatan<br />Sukoharjo dan Kecamatan Grogol. Penelitian<br />dilaksa-nakan pada bulan Januari 2007.<br />3. Populasi dan Sampel Penelitian<br />Populasi dalam penelitian ini adalah wanita di<br />Kabupaten Sukoharjo sebanyak 412.364 orang<br />(DinKes Kabupaten Sukoharjo,2005:68). Sampel<br />diambil memakai desain pencuplikan (sampling<br />design) menggunakan pencu-plikan non-random<br />(non-probabilitas) dan kriteria restriksi dalam<br />pemilihan subyek, yaitu pencuplikan purposif<br />(purposive sampling) dengan memasuk-kan dua<br />jenis kriteria restriksi: kreteria inklusi dan kriteria<br />eksklusi (Murti, 2003: 136, 145).<br />Teknik Purposive Sampling, yaitu sampel<br />yang dipilih dengan cermat sehingga relevan<br />dengan rancangan riset (Sumarsono, 2004: 63).<br />a. Kriteria inklusi:<br />1). Wanita yang telah menikah dan memiliki<br />indentitas diri (KTP dan KK);<br />2). Warga masyarakat Kabupaten Sukoharjo.<br />b. Kriteria eksklusi:<br />1).Wanita jompo;<br />2).Wanita dengan kelainan jiwa (gila).<br />c. Ukuran Sampel<br />Jumlah sampel ditentukan dari variabel<br />independen x (15 20 observasi) (Hair, et al.,<br />1998: 166). Dalam penelitian ini terdapat 4<br />variabel independen sehingga jumlah sampel<br />minimum yang diperlukan adalah 4 x 20 = 80<br />orang. Sampel yang digunakan sebanyak 120<br />orang, dengan perincian Kecamatan Gatak<br />sebanyak 40 orang, Kecamatan Sukoharjo<br />sebanyak 40 orang dan Kecamatan Grogol<br />sebanyak 40 orang.<br />4. Analisis Data Penelitian<br />Analisis statistik dalam penelitian ini adalah<br />analisis regresi ganda logistik. Analisis regresi<br />ganda logistik adalah alat statistik yang sangat kuat<br />untuk menganalisis pengaruh antara sebuah paparan<br />dan penyakit (yang diukur ordinal) dan dengan<br />serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor<br />perancu potensial.<br />Menurut Murti (1997: 368-369), model<br />regresi logistik selanjutnya dapat digunakan untuk:<br />a). Mengukur pengaruh antara variabel respon dan<br />variabel prediktor setelah mengontrol pengaruh<br />prediktor (kovariat) lainnya.<br />b).Keistimewaan analisis regresi ganda logistik<br />dibanding dengan analisis ganda linier adalah<br />kemampuannya mengkon-versi koefisien regresi<br />(bi) menjadi Odds Ratio (OR). Untuk variabel<br />prediktor yang berskala katagorial, maka rumus<br />OR = Exp (bi).<br />Rumus yang digunakan adalah sebagai<br />berikut (Murti, 1997: 368-369):<br />ln ÷ ÷<br />ø<br />ö<br />ç çè<br />æ<br />- p<br />p<br />1 = a + b1x1 + b2x2 +b3x3 + b4x4<br />Di mana :<br />p : Probabilitas wanita dengan status kesehatan tinggi<br />1 - p : Probabilitas wanita dengan status kesehatan rendah.<br />a : Konstanta<br />b1..b3 : Konstanta regresi variabel bebas x1…x4<br />x1 : Pendidikan<br />0. SD/Tidak Sekolah<br />1. SMP/SMA<br />2. Perguruan Tinggi<br />x2 : Pendapatan Keluarga<br />0. < Rp. 1.915.000,00 (Median)<br />1. ≥ Rp. 1.915.000,00<br />x3 : Modal Sosial<br />0. Rendah<br />1. Tinggi<br />X4 : Usia<br />0. < 43 tahun (Median)<br />1. ≥ 43 tahun<br />C. HASIL PENELITIAN<br />Analisis hubungan antara tingkat pendidikan<br />dan hipertensi pada wanita pada penelitian ini<br />dilakukan dengan menggunakan Regresi Ganda<br />Logistik metode Enter, yaitu memasukkan semua<br />variabel hasil analisis univariat ke dalam model<br />berdasarkan kerangka konsep penelitian (Murti,<br />1997: 374-375). Analisis data menggunakan<br />program SPSS Version 15.0.<br />Tabel 1. Menunjukkan hasil regresi ganda<br />logistik variabel bebas yaitu: tingkat pendidikan,<br />income keluarga, modal sosial dan usia dengan<br />variabel terikat yaitu hipertensi pada wanita.<br />Tabel 1<br />Rangkuman Hasil Analisis Regresi Ganda Logistik Data Penelitian<br />Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Income Keluarga, Modal Sosial dan Usia Terhadap Hipertensi Wanita di<br />Kabupaten Sukoharjo.<br />Variabel Odds Ratio<br />Exp (B)<br />Confidence<br />Interval 95%<br />Sig. Odds Ratio<br />Exp (B)<br />Confidence<br />Interval 95%<br />Sig.<br />Pendidikan (X1)<br />SD/Tdk Sekolah 1 1<br />SMP/SMU 0,21 (0,45– 0,99) 0,05 0,19 (0,05 – 0,74) 0,02<br />PT 0,10 (0,02 – 0,59) 0,02 0,17 (0,04– 0,70) 0,01<br />Income Keluarga (X2)<br />< Rp. 1.915.000,00 1<br />≥ Rp. 1.915.000,00 2,14 (0,74 -6,23) 0,16<br />Modal Sosial<br />Rendah 1<br />Tinggi 0,64 (0,21 – 1,96) 0,43<br />Usia<br />< 43 tahun 1<br />≥ 43 tahun 7,34 (3,07 -17,54) 0,00<br />N observasi 119 120<br />R2 Nagelkerke 0,33 0,09<br />-2 Log Likelihood 130,79 156,83<br />Sumber: Hasil penelitian, diolah.<br />Pada model 1, Odds Ratio tingkat pendidikan<br />SMP/SMU adalah 0,21 dan PT adalah 0,10,<br />sedangkan pada Model 2 Odds Ratio tingkat<br />pendidikan SMP/SMU adalah 0,19 dan PT adalah<br />0,17. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan<br />estimasi Odds Ratio antara Model 2 (analisis kasar<br />tanpa memperhitungkan variabel-variabel pe-rancu<br />potensial) dan Model 1 (analisis dengan<br />memperhitungkan confounding factors potensial).<br />Variabel income ke-luarga, modal sosial dan umur<br />memang merupakan confounding factors.<br />D. PENUTUP<br />1. Kesimpulan<br />Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan<br />antara lain bahwa tingkat pendidikan berhubungan<br />signifikan dengan hipertensi pada wanita di<br />Kabupaten Sukoharjo. Wanita berpendi-dikan<br />SMP/SMU mempunyai risiko seperlima lebih kecil<br />untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan<br />yang berpendidikan SD/Tidak Sekolah (OR = 0,21;<br />CI 95 % = 0,45 – 0,99).<br />Wanita berpendidikan PT mem-punyai risiko<br />sepersepuluh kali lebih kecil untuk mengalami<br />hipertensi dibandingkan dengan yang berpendidikan<br />SD/Tidak Sekolah (OR = 0,10; CI 95 % =<br />0,02 – 0,59).<br />2. Saran<br />a. Bagi para ibu yang mempunyai pendapatan<br />keluarga rendah diharap-kan menabung untuk<br />meningkatkan status kesehatan keluarga. Bagi<br />yang Tidak Sekolah/SD dihimbau untuk<br />menimba ilmu kesehatan dengan mengikuti<br />penyuluhan kesehatan di lingkungan masingmasing.<br />Diharap-kan ibu yang mempunyai<br />modal sosial rendah agar lebih aktif dalam<br />kegiatan kemasyarakatan yang berhubungan<br />dengan pemberdayaan ekonomi dan kesehatan.<br />Ibu yang berusia lebih dari atau sama dengan 43<br />tahun diharapkan agar lebih banyak<br />memeriksakan kesehatannya di tempat<br />pelayanan kesehatan terdekat.<br />b. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo<br />diharapkan lebih mening-katkan penyuluhan<br />kesehatan bagi ibu-ibu pada kegiatan-kegiatan di<br />masyarakat pada umumnya dan keluarga miskin<br />(Gakin) pada khususnya. Diklat-diklat bagi<br />tenaga kesehatan dan kader kesehatan di<br />Puskesmas dan Posyandu perlu diadakan.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Alim, Y.Y., 2002. Modal Sosial Merajut Kebersamaan. http://www.mailarchive.<br />com/permias@listserv.syr.edu/msg13093.html [Akses: 2/9/2007]<br />Argadireja, 2003. Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2003. Jakarta: Sekretariat Jenderal Departemen<br />Kesehatan.<br />Asian Development Bank, 2007. Daftar Periksa (Checklist) Gander: Kesehatan. Jakarta: Bank Pembangunan<br />Asia.<br />Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, 2006. Sukoharjo Dalam Angka 2005. Sukoharjo: Badan Pusat<br />Statistik Kabupaten Sukoharjo.<br />Bartley dan Owen, 1996. Relation between socioeconomic status, employment, and health during economic<br />change, 1973-9. British Medicine Journal (BMJ) 1996;313:445-449 (24 August)<br />Basov, S., 2002. Heterogenous Human Capital: Life Cycle Investment in Health and Education. Australia:<br />University of Melbourne, Victoria 3010.<br />Boediono. 2002. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 Edisi 2. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Penerbit<br />BPFE<br />Brata, A.G., 2005. Kehancuran Ekonomi Perdesaan, Mengapa Berlanjut?. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya<br />Yogyakarta.<br />Christopher, J.L.; Murray; dan Frenk, J., 2000. Sebuah kerangka bagi penilaian kinerja sistem kesehatan. The<br />World Health Report 2000 - Health systems: improving performance.<br />Cheng, Y.; Kawachi, I.; Coakley, E.H.; Schwartz, J.; dan Colditz, G. 2000. Association between psychosocial<br />work characteristics and health functioning in American women: prospective study. British Medicine<br />Journal (BMJ) 2000;320;1432-1436. Downloaded from bmj.com on 6 February 2007.<br />http://resources.bmj.com<br />DepKes RI, 2001. Profil Kesehatan Indonesia 2000. Jakarta: Departemen Kesehatan RI<br />Deri Maria Sihombing dan G. Yuristianti, 2000. “Jayawijaya Watch Project: Health Section”. Jayawijaya<br />Women and Their Children’s Health Project AusAID - World Vision. Jakarta: Departemen Kesehatan<br />RI.<br />DinKes Kabupaten Sukoharjo, 2005. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004. Sukoharjo: Dinas<br />Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.<br />Elliot M.M., 1999. Healthier Mother and Babies. Morbidity and Mortality Weekly Report Vol: 48 Iss 38 Page<br />849 – 858, Oct 1 1999.<br />Folland Sherman, Allen C. Goodman and Miron Stano, 2001. The Economics of Health and Health Care.<br />Third Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc.<br />Grossmann Michael, 1999. The Human Capital Model of The Demand for Health. Cambridge: National<br />Bureau of Economic Research.<br />Hair, J.F.; Anderson, R.E.; Tatham, R.L.; dan Black, W.C., 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition.<br />New Jersey: Prentice Hall.<br />Jayawijaya Watch Project, 2000. JAYAWIJAYA WATCH PROJECT: Annual Survey Report, February 2000.<br />Jowett M., P Contoyannis, and N.D. Vinh, 2002. The Impact of Public Voluntary Health Insurance on Private Health<br />Expenditures in Vietnam. Social Science and Medicine. Elsevier Science, Ltd.<br />King D.E., and Lahiri K., Socioeconomic Factors and the Odds of Vaginal Birth after Caesarean Delivery. JAMA. Vol:<br />272 (7): 524 –529. United States: Departemen of Economics, State University of New York.<br />Lisbet, C.A., 2004. Hubungan Antara Obesitas Berdasarkan Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian<br />Sindroma Metabolik Pada Karyawan Bank. Surakarta: UNS Program Pascasarjana.<br />Malvicini, C.V. dan Sweetser, A.T., 2003. Kemiskinan dan Pembangunan Sosial. Pengalaman dari RETA<br />5894: Kegiatan Pembinaan Kapasitas dan Partisipasi II. Jakarta: Asian Development Bank.<br />Marnia, 2007. Modal Sosial: Modal BKM dan Masyarakat Menanggulangi Kemiskinan. www.depsos.go.id<br />[Akses: 2/9/2007]<br />Mills, A., dan Gilson, L., 1990. Ekonomi Kesehatan untuk Negara-Negara Sedang Berkembang. Jakarta:<br />Penerbit Dian Rakyat.<br />Molo, 1995. Siklus Hidup, Aktivitas Ekonomi Wanita dan Mortalitas Anak. Pusat Studi Kependudukan Universitas<br />Sebelas Maret.<br />Murti, B., 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi (Edisi Kedua) Jilid Pertama Yogyakarta: Gadjah mada<br />University Press.<br />Nakertrans, 2007. Bidang Pembangunan Sosial Budaya. www.nakertrans.go.is [Akses: 2/9/2007].<br />Pena R., Wall S., Persson L.A., 2000. The Effect of Poverty, Social Inequity, and Maternal Education on Infant<br />Mortality in Nicaragua, 1988 – 1993. American Journal of Public Health. Vol. 90 Page: 64 – 69<br />January 2000.<br />Permaesih, D., 2000. Dampak Krisis Ekonomi terhadap Perubahan Status Gizi, Biokimia Gizi dan Pola<br />Makanan di Masyarakat Pedesaan (Data Tahun 1992 dibandingkan Tahun 1999). Jakarta: Badan<br />Litbang Kesehatan. Center for Research and Development of Nutrition and Food,<br />NIHRD.htttp:www.digilib.ekologi.litbang.depkes.go.id [Akses:2003-07-08 01:00:00].<br />Rajab, B., 2005. Membincangkan Modal Sosial (1). http://www.pikiranrakyat.<br />com/cetak/2005/0205/22/0803.htm [Akses: 2/9/2007]<br />Retherford; Robert, D.; Naohiro Ogawa; and Rikiya Matsukura, 2001. “Late Marriage and Less Mariage in<br />Japan”. Population and Development Review 27 (1): 65 – 102, March 2001.<br />Sadli, S., 1999. Kemiskinan Melekat Pada Perempuan. http://kolom.pacific.net.id/ind Kolom Pakar Pinter<br />[Akses: 2007-02-08].<br />Shibuya, K.; Hashimoto, H.; dan Yano, E., 2002. Individual income, income distribution, and self rated health<br />in Japan: cross sectional analysis of nationally representative sample. BMJ 2002;324:16BMJ 2002;324:16<br />Siswono, 2007. Perwujudan Kesetaraan Gender Menguntungkan Anak. http://www.suarapembaruan.com<br />[Akses: 25 Januari, 2007]<br />Soemanto, R.B., 1990. Proses Pengambilan Keputusan dalam Mengatasi Keadaan Sakit Anak di Kotamadya<br />Surakarta. Studi Kasus di Kal. Gilingan Kec. Banjarsari. Surakarta: Pusat Studi Kependudukan<br />Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret. Laporan Penelitian.<br />Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta<br />Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Penerbit Alfabeta<br />Suharto, E., 2007. Modal Sosial dan Kebijakan Publik. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial<br />Bandung.<br />Sumarsono, 2004. Metode Riset: Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.<br />Susana Srini, S.; Malisa, V.; Kombong,M.; Tekege, A.; dan Kogoya, T., 2000. Gender And Development<br />Jayawijaya Watch Project. Jayawijaya: Jayawijaya Watch Project.<br />Taichung, 2005. Wanita dan Kesehatan. http://www.penulislepas.com/more.php [Akses: 2/9/2007].<br />Tjiptoherijanto, P. dan Soesetyo, B., 1994. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.<br />Uripto, 2004. Tekanan Darah Tinggi. http://www1.bpkpenabur.or.id [akses: 4/2/2007]<br />Wiryo, H., 2001. Gerakan Mengubah Perilaku Dan Penajaman Program Prioritas Kesehatan Sebagai Upaya<br />Inovatif untuk Menurunkan AKB di NTB. Bali: Universitas Udayana www.tempointeraktif.com<br />[Akses:2/20/03].<br />World Bank, 1994. World Development Report, 1993. New York: Oxford University Press.<br />Zill N., 1996. Parental Schooling & Children’s Health. Public Health Reports Vol 111: 34 – 43. Jan – Feb<br />1996. United States: Child and Family Study Area, Westat, Inc., Rockville.<br />Mengukur Kualitas Pelayanan Untuk Meningkatkan Kinerja di Kantor Pelayanan Pajak<br />(KPP) Klaten<br />Pemilu Purnomo<br />Bambang Setiaji<br />ABSTRACT<br />Development in Indonesia can’t be separated from tax. Of the national incomes, tax constitutes the most<br />prominent source. Playing such an important role, Director General of tax suggested the staffs to provide the<br />best service to the customers. Hence, the staffs in KPP Klaten attempted to provide the best service to the tax<br />payers.<br />On the basis of the reason, the study is conducted to find whether the service provided by KPP Klaten satisfies<br />the tax payers which can be seen from the income of the tax payers and their education levels.<br />The data of the research are analyzed using Cartesius and Regression. The results show that the levels of<br />education and the tax payers’ income are inversely proportional with gap. It indicates that the higher the tax<br />payers’ levels of education, the lesser they care of the service provided by the institution. In addition, the<br />higher the tax payers’ income, the lesser they care of the service provided by the institution.<br />Key words: quality of service, gap, education, and tax payers’ income<br />A. PENDAHULUAN<br />Urgensi pajak bagi kelangsungan<br />pembangunan di Indonesia tidak lagi disangsikan.<br />Karena itu wajar jika pemerintah terus berupaya<br />menggali berbagai potensi pajak dan menekan<br />kepatuhan pajak (tax complaince) dari masyarakat.<br />Namun demikian, kepatuh-an pajak yang<br />bersumber dari kesadaran masyarakat terhadap<br />pembayaran pajak itu tentu bukan sesuatu yang<br />berdiri sendiri.<br />Berbagai persoalan perpajakan muncul, baik<br />yang bersumber dari wajib pajak (WP), maupun<br />yang bersumber dari sistem perpajakan yang<br />menunjuk-kan bahwa persoalan pajak merupakan<br />hal yang komplek. Oleh karena penanganan<br />perpajakan ini memerlukan upaya secara sinergiskomprehensif.<br />Berbagai upaya untuk mencipta-kan<br />masyarakat agar memiliki apresiasi yang baik<br />terhadap kewajiban pajak tidak hanya melihat dari<br />sudut pandang wajib pajak saja, tetapi perlu<br />memper-timbangkan aspek-aspek lainnya secara<br />korelatif. Dengan pertimbangan yang matang,<br />solusi alternatif dan signifikan dimungkinkan akan<br />ada peningkatkan kualitas maupun kuantitas<br />terhadap perpajakan tersebut.<br />Diyakini pajak merupakan tulang punggung<br />pembangunan nasional, berbagai kendala<br />perpajakan masih sulit untuk dielakkan. Secara<br />simplikasi terdapat tiga permasalahan mendasar<br />pada perpajakan di Indonesia, yaitu pertama pada<br />masalah yang berkaitan dengan wajib pajak, kedua<br />masalah yang berkaitan dengan pemerintah, dan<br />ketiga masalah pada sistem perpajakan itu sendiri.<br />Masalah pertama merupakan permasalah<br />eksternal, yang berkaitan dengan kesadaran<br />masyarakat terhadap membayar pajak yang<br />tergolong sangat rendah, hal ini dapat ditunjukkan<br />data Ditjen Pajak bahwa dari 1,3 juta kepala<br />keluarga yang terdaftar sebagai wajib pajak hanya<br />850 ribu yang efektif membayar pajak, dan dari<br />jumlah tersebut hanya separohnya yang<br />menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT).<br />Masalah kedua dan ketiga adalah masalah yang<br />berkaitan dengan internal perpajakan. Masalah<br />kedua bersumber dari aparatur pajak, yaitu<br />mengenai sumber daya manusia yang dimiliki<br />kantor palayanan pajak, yaitu mengenai<br />pengetahuan tentang pajak serta pentingnya<br />pelayanan pajak pada wajib pajak. Sedangkan<br />masalah ketiga berhubungan dengan sistem<br />perpajakan, yaitu berkaitan dengan tax rasio (rasio<br />perpajakan) yang masih rendah, yaitu target<br />penerimaan pajak yang selalu terlampaui. Secara<br />teoritis pajak akan mampu menaikkan pungutan<br />pajak, hal ini perlu peraturan baru tentang potensi<br />mengurangi kesenjangan pendapatan.<br />Penelitian ini menyoroti pada permasalahan<br />kedua yaitu yang berhubungan dengan masalah<br />internal kantor pelayanan pajak, khususnya Kantor<br />Pelayanan Pajak Klaten. Permasalahan ini menitik<br />beratkan pada pelayanan yang ada di kantor<br />tersebut.<br />Pelayanan pelanggan merupakan barometer<br />keberhasilan suatu usaha. Jika pelayanan pelanggan<br />dilakukan dengan cara yang baik maka pelanggan<br />(wajib pajak) tersebut akan merasa puas, dengan<br />demikian wajib pajak akan merasa dihormati hakhaknya,<br />dan sebaliknya; jika pelayanan terhadap<br />wajib pajak itu kurang baik maka akan berimbas<br />pada penarikan pajak pada tahun-tahun berikutnya.<br />Wiyono dan Wahyudin (2005), melakukan<br />studi tentang kualitas pelayanan dan kepuasan<br />konsumen di Rumah Sakit Islam (RSI)<br />Manisrenggo Klaten. Analisa dan parameter yang<br />digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan<br />adalah dengan model regresi dengan prediktor<br />kualitas pelayanan medis, kualitas pelayanan<br />paramedis, serta kualitas pelayanan penunjang<br />medis. Hasilnya; kesemua parameter bertanda<br />positif serta signifikan dalam derajat keyakinan<br />alpha 10%. Penelitian tersebut menyimpulkan<br />bahwa variabel kualitas pelayanan paramedis<br />memiliki pengaruh terbesar terhadap kepuasan<br />konsumen.<br />Prasetyo dan Wahyudin (2005), melakukan<br />penelitian tentang pengaruh kepuasan dan motivasi<br />kerja terhadap produktivitas kerja karyawan Riyadi<br />Palace di Surakarta. Model penelitian menggunakan<br />probabilitas linear yang parameternya dapat ditaksir<br />dengan prosedur kuadrat terkecil biasa (OLS).<br />Variabel independen dalam penelitian adalah<br />kepuasan kerja dan motivasi. Variabel dependennya<br />adalah produk-tivitas kerja. Hasil analisa<br />menunjukkan seluruh variabel bertanda positif dan<br />signifikan dengan derajat keyakinan alpha 5% dan<br />1%.<br />Guntur dan Bambang (2005), meneliti<br />kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan di<br />PDAM Kota Surakarta. Penelitian ini memprediksi<br />parameter yang dikemukakan oleh Zeithami et.al.,<br />atas 5 gap kesenjangan menggunakan analisa<br />SERQUAL (Service Quality) yaitu responsiveness,<br />assurance, tangible, empathy dan reliability. Hasil<br />penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua<br />variabel responsiveness dan empathy mempunyai<br />gap positif. Persepsi atau harapan pelanggan PDAM<br />terhadap pelayanan yang dilakukan oleh PDAM<br />lebih tinggi. Sedangkan variabel anssurance,<br />tangible dan reliability mempunyai gap negatif<br />yang artinya harapan pelanggan terhadap pelayanan<br />yang diberikan oleh PADM lebih tinggi dibanding<br />harapan pelanggan. Jadi pelayanan yang diberikan<br />belum sesuai dengan harapan konsumen.<br />Atas dasar pemikiran tersebut di atas perlu<br />diadakan sebuah penelitian yang secara khusus<br />untuk menjawab tentang apakah pelayanan pajak di<br />Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten sudah dapat<br />memuaskan wajib pajak. Pelayanan dimaksud<br />dilihat dari kualitas pelayanan yang dilakukan oleh<br />KPP Klaten ditinjau dari kesenjangan antara<br />pelayanan yang sebenarnya (riel) dengan pelayanan<br />yang diharapkan (expected).<br />B. METODE PENELITIAN<br />Objek utama penelitian ini adalah Wajib<br />Pajak (WP) di Kantor Pelayanan Pajak Klaten.<br />Penelitian didesain menggunakan riset deskriptif<br />sesuai dengan tujuan penelitian untuk menguraikan<br />sifat-sifat dari suatu keadaan. Data yang diperlukan<br />akan diperoleh berdasar atas perumusan<br />permasalahan.<br />Metode deskriptif kwantitatif digunakan<br />untuk pencarian fakta dengan interprestasi yang<br />tepat dan tujuannya adalah untuk mencari gambaran<br />yang sistematis, fakta yang akurat. Desain<br />penelitian pada dasarnya untuk menentukan metode<br />yang akan digunakan dalam penelitian, antara lain<br />metode pengumpulan data, rencana analisa data dan<br />pengujian hipothesa.<br />1. Metode Pengumpulan Data<br />Yang menjadi populasi di sini adalah seluruh<br />wajib pajak yang berada di wilayah Kantor<br />Pelayanan Pajak Klaten. Sedangkan sampel<br />sebagian dari objek penelitian yang dapat mewakili<br />(representatif) dari seluruh populasinya.<br />Pengambilan sampel dilakukan dari data wajib<br />pajak (WP) yang datang melapor ke Kantor<br />Pelayanan Pajak Klaten, dengan tehnik random<br />sampling. Pengambilan sample dilakukan antara<br />jam 9–11 setiap hari selama 10 hari dengan ratarata<br />pengambilan sample 20 responden.<br />Data yang digunakan dalam penelitian<br />merupakan data primer dan data sekunder. Data<br />primer diambil dan diolah dari angket (kuiseoner)<br />yang diberikan kepada 100 wajib pajak aktif di<br />Kantor Pelayanan Pajak Klaten untuk mencari<br />kriteria penilainan mengenai tangible (dapat diraba/<br />dirasakan), reliability (handal), responsiveness<br />(ketanggapan), assurance (jaminan) dan empathy<br />(empati). Data sekunder dikumpulkan dari Kantor<br />Pelayanan Pajak Klaten. Data sekunder ini<br />digunakan untuk mendukung data primer, yaitu<br />untuk mengetahui dan mengklasifikasikan tingkat<br />keaktifan Wajib Pajak dengan melihat data Sistem<br />Informasi Perpajakan (SIP) yang tersedia di Kantor<br />Pelayanan Pajak Klaten<br />2. Desain Penelitian<br />Penelitian menggunakan lima kriteria penentu<br />kualitas pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak<br />Klaten. Kelima kriteria serta atributnya ditunjukkan<br />dalam gambar 1.<br />Faktor – factor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib<br />Pajak<br />RELIABILITY<br />Kejujuran, ketepataan ketegasan aparat pajak dalam<br />menerapkan peraturan perpajakan<br />Kecepatan dan ketepatan dalam mengelola dan<br />penyelesaian pelayanan<br />Pelaksanaan pelayanan yang sama terhadap semua<br />wajib pajak<br />RESPOSIVENESS<br />Aparat pajak cepat & tanggap atas masalah atau<br />keluhan wajib pajak<br />Aparat pajak menguasai peraturan pajak dan terampil<br />dalam bidang tugasnya.<br />ASSURANCE<br />Mampu memberikan penjelasan/ berkomunkasi dengan<br />baik<br />Bertindak ramah dan sopan<br />Memberikan pelayanan secara menyeluruh<br />EMPHATY<br />Memberikan pembinaan atau penyuluhan secara baik<br />dan teratur<br />Memberikan rasa keadilan dan kepastian hokum<br />Memberikan perhatian khusus (individual) atas<br />masalah tertentu.<br />TANGIBLE<br />Formulir/ blangko perpajakan mudah diperoleh/<br />tersedia.<br />Pengisian dan pengunaan formulir/ blangko mudah.<br />Peralatan dan perlengkapan pelayanan pajak memadai<br />dan baik.<br />Ruang pelayanan nyaman dan memadai.<br />Gambar 1: Lima Kriteria Penentu Kualitas Pelayanan Pajak<br />Dari atribut di atas digunakan penilaian<br />dengan 5 tingkatan (Skala Likert), untuk memberi<br />penilaian terhadap jawaban responden. Adapun<br />kelima penilaian tersebut adalah seperti ditunjukkan<br />table 1.<br />Tabel 1<br />Penilaian Kueseoner Dengan Menggunakan Skala Likert<br />No. Tingkat Kepentingan Tingkat Pelaksanaan Penilaian<br />1. Sangat Penting Sangat Baik/ Sangat Puas 5<br />2. Penting Baik/ Puas 4<br />3. Cukup Penting Cukup Baik/ Cukup Puas 3<br />4. Kurang Penting Kurang Baik/ Kurang Puas 2<br />5. Tidak Penting Tidak Baik/ Tidak Puas 1<br />Tingkat<br />Kepentingan<br />Tanggapan<br />Pelanggan<br />Tingkat<br />Pelaksana<br />an<br />Kepuasan<br />Pelanggan<br />3. Metode Analisa Data<br />Untuk menjawab perumusan masalah<br />mengenai sejauh mana tingkat kepuasan wajib<br />pajak di Kantor Pelayanan Pajak Klaten<br />menggunakan metode tingkat kesesuaian<br />responden. Metode ini merupakan hasil<br />pengukuran secara kwantitatif atas tanggapan wajib<br />pajak dalam memperoleh pelayanan, dengan<br />membandingkan skor kinerja pegawai pajak<br />dengan skor pelayanan wajib pajak (pelanggan),<br />yaitu dengan melihat skor harapan (expected).<br />Metode deskripsi data mengguna-kan teknik<br />perbandingan antara tingkat harapan wajib pajak<br />dengan tingkat pelayanan yang ada. Hal ini<br />dilakukan untuk mengetahui % (prosesntase)<br />tingkat kesesuaian antara harapan dan kenyataan<br />mengenai pelayanan tersebut. Sedangkan tingkat<br />kesesuaian tersebut menggunakan rumus sebagai<br />berikut ;<br />x100%<br />Yi<br />Tki = Xi<br />Di mana Tki adalah tingkat kesesuaian pelanggan,<br />Xi adalah penilaian kinerja KPP Klaten dan Yi<br />adalah penilaian Wajib Pajak.<br />Metode analisa data mencari nilai rata-rata<br />baik dari variable X maupun variable Y.<br />Penggunaan rata-rata tersebut untuk menentukan<br />letak titik (jawaban pertanyaan) pada kwandran<br />diagram cartesius. Dalam menyederha-nakan<br />digunakan rumus sebagai berikut:<br />n<br />Xi<br />X å =<br />Di mana: X adalah skor rata-rata tingkat<br />pelaksanaan/kepuasan dan n adalah jumlah<br />responden. Penilaian tingkat pelaksanaan diambil<br />dari rata-rata jawaban dari pertanyaan tingkat<br />pelaksanaan pajak yang diajukan kepada responden.<br />Tingkat kepentingan mengguna-kan formula<br />sebagai berikut :<br />n<br />Yi<br />Y å =<br />Di mana Y adalah skor dari rata-rata tingkat<br />kepentingan dan n adalah jumlah responden.<br />Penilaian tingkat kepentingan merupakan penilaian<br />dari pertanyaan serta jawaban responden terhadap<br />harapan (expected) yang diinginkannya.<br />4. Tahap Riset<br />a. Definisi dan Pengukuran Variabel<br />1. Variabel dependen (Gap)<br />Penilaian variable gap adalah kesesuaian antara<br />harapan dengan kenyataan yang dialami wajib<br />pajak. Penilian variable gap adalah nilai<br />indikator total harapan dikurangi dengan total<br />nilai sebenarnya, menurut penilaian wajib pajak.<br />Gap = å harapan - å kenyataan<br />2. Variabel Pendidikan<br />Penilaian tahun pendidikan dikatego-rikan<br />menurut tingkat pendidikan terakhir yang di<br />tempuh oleh wajib pajak dengan jenjang seperti<br />yang ditunjukkan tabel 2.<br />Tabel 2<br />Penilaian Pendidikan Wajib Pajak<br />Kategori Pendidikan Penilaian<br />Tidak tamat SD 0<br />Tamat SD 6<br />Tamat SMP 9<br />Tamat SMA 12<br />Sarjana 16<br />3. Variabel Pendapatan (Income)<br />Variabel pendapatan (income) dinilai dari ratarata<br />penghasilan wajib pajak bulan lalu.<br />Penilaian tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.<br />Tabel 3<br />Ratarata Penghasilan Wajib Pajak<br />(Dalam 000 Rupiah)<br />Penghasilan per Bulan Rata–rata<br />500 –1.000 750<br />1.000 – 2.000 1.500<br />2.000 – 3.000 2.500<br />3.000 – 4.000 3.500<br />4.000 – 5.000 4.500<br />5.000 – 10.000 7.500<br />b. Pengujian Kuiseoner<br />(Validitas dan Reliabilitas)<br />Penilaian uji reliabilitas dapat dilihat dari<br />nilai pengujian Cronbach alpha. Sedangkan uji<br />validitas data dilihat dari score korelasi pearson<br />product moment, dengan kriteria valid bila semua<br />butir (item pertanyaan) dalam kuesioner signifikan<br />(lebih besar dari nilai kritis korelasi pearson<br />product moment) (Iman Ghozali, 2001 dalam Lau,<br />2004). Kedua pengujian tersebut dapat dilakukan<br />dengan program statistik SPSS (Statistical<br />Program for Social Science)<br />c. Pengujian Hipothesis<br />Pengujian hipothesa regresi dilakukan dengan<br />meregres model berikut ini ;<br />gap = a + b Pend + b Incom + e 1 2<br />Di mana gap adalah penilaian kesen-jangan antara<br />pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Klaten<br />dengan harapan wajib pajak. Kesenjangan (gap) ini<br />merupakan indikator dari kesesuaian 5 dimensi<br />kualitas pelayanan yaitu responsiveness (tanggap),<br />assurance (jaminan), tangible (tampilan fisik),<br />empathy (perhatian) dan reliability (keandalaan).<br />Sedangkan variable pen-jelas (independen) adalah<br />kondisi riel wajib pajak dengan mengkategorikan<br />mengenai pendidikan wajib pajak dan pendapatan<br />(income).<br />d. Teknik Analisa Data<br />1. Uji t-statistik<br />Uji t-statistik untuk mengetahui estimasi<br />parameter a, b1, b2 apakah dapat dipercaya<br />(signifikan). Perhitung-an nilai t-statistik<br />menggunakan rumus berikut :<br />2<br />ˆ( )<br />= ³<br />Se a<br />Ta a<br />Di mana ;<br />s å<br />å = 2<br />2<br />ˆ( )<br />i n X<br />X<br />Se a<br />2<br />ˆ( )<br />= ³<br />Se b<br />Tb b<br />å<br />=<br />2<br />( )<br />i X<br />Se b s<br />2<br />2<br />-<br />= å<br />n<br />e<br />s<br />Jika t hitung > t tabel berarti terdapat<br />pengaruh yang signifikansi antara variabel<br />independen dengan variabel dependen secara<br />individu, demikian juga sebaliknya (Santosa: 2000:<br />168).<br />2. Uji F-statistik<br />Uji F untuk mengetahui tingkat signifikansi<br />variabel-variabel indepen-den terhadap variabel<br />dependen secara bersama-sama. Rumus yang<br />digunakan untuk perhitungan F-statistik adalah :<br />( )<br />(1 )<br />( 1)<br />2<br />2<br />n k<br />R<br />k<br />R<br />F<br />-<br />-<br />= -<br />Apabila F hitung > F tabel maka variabel<br />independen secara bersama-sama berpengaruh<br />signifikansi terhadap variabel dependen (Santosa:<br />2000: 168).<br />3. uji R2 (goodness of fit)<br />Koefisien ini digunakan untuk mengetahui<br />seberapa jauh kekuatan variabel independen<br />terhadap variabel dependen. Koefiein dihitung<br />dengan rumus (Gujarati,1995:84) :<br />2<br />2<br />2<br />) Y ~ Σ(Y<br />) Y ~<br />Yˆ<br />Σ(<br />-<br />R = -<br />Yˆ<br />= Y estimasi<br />Y ~<br />= Y rata-rata<br />Nilai koefisien R2 berkisar 0 sampai dengan<br />1. Jika nilai koefisien R2 mendekati 1 maka variabel<br />independen semakin kuat berpengaruh terhadap<br />variabel independen, dan sebaliknya.<br />4. Otokorelasi (DW)<br />Otokorelasi kondisi dimana seri et memiliki<br />korelasi yang tinggi dengan seri et-1 atau data<br />berkorelasi dengan dirinya sendiri. Untuk<br />mengetahui adanya permasalahan otokorelasi dapat<br />menggunakan laporan dari hasil analisa SPSS<br />dengan melihat nilai Durbin Watson (DW).<br />Perhitungan untuk DW adalah (Gujarati,1995; 421)<br />:<br />÷ ÷<br />ø<br />ö<br />ç ç<br />è<br />æ<br />= - å -<br />2<br />2 1 1<br />t<br />t t<br />e<br />e e<br />d<br />Agar tidak menolak hipothesa nol atau tidak<br />menerima hipotesa alternatif (tidak ada korelasi)<br />maka diharapkan nilai d berada di antara 1,5 sampai<br />2,5.<br />5. Heterokedastisitas<br />Heterokedastisitas untuk menguji apakah<br />model tersebar secara konstan selama observasi .<br />Pengujian ini dengan menggunakan LM test<br />(Langrang Multiplier Test), yaitu meregresikan<br />antara residual (e) kwadrat sebagai variabel<br />dependen dan prediksi (Y) kwadrat sebagai variabel<br />independen. Persamaan regresi antara residual dan<br />prediktor tersebut adalah sebagai berikut :<br />eˆ2 = a + b1Yˆ 2 + u<br />Kaidah keputusan ada/tidaknya masalah<br />heterokedastisitas dengan metode LM test adalah :<br />jika R2 persamaan regresi tersebut dikalikan jumlah<br />sampel (R2.N) £ 9,2 (batas kritis tabel Chi-Square)<br />maka model dinyatakan tidak mengalami masalah<br />heterokedastisitas, dan sebaliknya.<br />C. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />1. Uji Reliabilitas dan Validitas<br />Pengujian kuiseoner (validitas dan<br />reliabilitas) dilakukan kepada 20 responden<br />sementara. Hal ini dilakukan untuk mengetahui<br />apakah semua item pertanyaan yang dibuat sudah<br />valid dan reliabel. Hasil pengujian validitas dapat<br />dilihat dalam tabel 4.<br />Dari 15 pertanyaan, terdapat 14 pertanyaan<br />yang memenuhi tahap validitas karena lebih besar<br />dari batas kritis (0,33). Terdapat satu pertanyaan<br />yang tidak valid (yaitu butir pertanyaan no. 8).<br />Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien a<br />=0,924 (di atas 0,6). Berdasarkan besarnya<br />koefisien ini maka diputuskan bahwa butir-butir<br />yang digunakan dalam kuesioner reliable atau<br />konsiten.<br />Tabel 4<br />Hasil Uji Reliabilitas Corrected Item Total<br />Corelation<br />No. Item<br />Pertanyaan<br />Score<br />Validitas Keterangan<br />1 Item_1 0.803 Valid<br />2 Item_2 0.763 Valid<br />3 Item_3 0.677 Valid<br />4 Item_4 0.773 Valid<br />5 Item_5 0.698 Valid<br />6 Item_6 0.355 Valid<br />7 Item_7 0.805 Valid<br />8 Item_8 0.101 Tidak Valid<br />9 Item_9 0.794 Valid<br />10 Item_10 0.563 Valid<br />11 Item_11 0.748 Valid<br />12 Item_12 0.722 Valid<br />13 Item_13 0.723 Valid<br />14 Item_14 0.466 Valid<br />15 Item_15 0.723 Valid<br />Ket. Batas kritis : 0,33<br />Sumber : Diolah dari kuiseoner<br />2. Analisa Regresi<br />Regresi digunakan untuk meng-ukur gap<br />(selisih antara nilai harapan dan kenyataan<br />pelaksanaan pelayanan), dengan pendidikan wajib<br />pajak serta penghasilannya. Dua ukuran ini<br />(pendidikan dan penghasilan) diharap-kan dapat<br />menerangkan tingkat kepuas-an para wajib pajak.<br />Hasil perhitungan dengan menggunakan software<br />SPSS adalah sebagai berikut :<br />gap = 23,16 - 1,02Pendk - 0.002Incom<br />(21,08)***(-8,64)*** (-4,24)***<br />R2 = 0.772<br />F = 164,14<br />DW = 1,728<br />Heterokedastisitas<br />LM Tes = 0,9<br />Normalitas = 33,3<br />*) sign a = 10%,**) sign a = 5%, ***) sign a = 1%<br />Hasil perhitungan menunjukkan, bahwa pendidikan<br />berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan<br />konsumen (gap) sebesar negatif 1,02. Hal ini<br />mengindikasikan bahwa jika pendidikan itu<br />meningkat maka kesenjangan atas pelayanan di<br />Kantor Pelayanan Perpa-jakan Klaten menurun<br />sebesar 1,02. Demikian juga mengenai penghasilan<br />(income) wajib pajak yang bertanda negative;<br />mengindikasikan jika pengha-silan meningkat maka<br />kesenjangan terhadap pelayanan menurun sebesar<br />0,002.<br />3. Pengujian Estimasi<br />a. Uji t-statistik<br />Uji t-statistik menunjukkan, thitung pendidikan<br />sebesar –8,64 > 2.42 ttabel batas kritis alpha 1%.<br />Sedangkan signifikansi thitung Income sebesar –4,24<br />> 2.42 ttabel batas kritis alpha 1%. Jadi dapat<br />dikatakan bahwa kedua variabel independen<br />(pendidikan dan penghasilan), signifikan dalam<br />derajat keyakinan alpha 1%.<br />b. Uji R2 (ketepatan model)<br />Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Semakin<br />mendekati angka 1 maka variable independen dapat<br />menjelaskan variable dependennya, demikian juga<br />sebaliknya. Nilai R2 sebesar 0,772. Artinya bahwa<br />sebesar 77,2% model diterangkan oleh variasi<br />variabel inde-penden (pendidikan dan penghasilan),<br />sedangkan sisanya 22,8% diterangkan oleh variabel<br />di luar model (model yang tidak dimasukkan dalam<br />penelitian).<br />c. Uji F-statistik<br />F-statistik merupakan pengujian statistik<br />secara bersama 4.82 (batas kritis alpha 1%, k-1, N =<br />100). Artinya bahwa variasi variabel independen<br />pendidikan dan penghasilan secara bersama-sama<br />menerangkan gap (kepuasan) dengan derajat<br />keyakinan alpha 1%.<br />4. Pengujian Asumsi Klasik<br />a. Uji Otokorelasi (Durbin Watson)<br />Koefisien Durbin Watson dengan N = 100<br />dan k = 3 serta alpha = 1%, yaitu; dL sebesar 1,50<br />dan dU sebesar 1,56. Sedangkan nilai 4-dU sebesar<br />2,44 dan 4-dL sebesar 2,50. Dari uraian di atas uji<br />Durbin Watson mensyaratkan diterima-nya<br />Hipotesa alternatif (Ha) antara 1,56 sampai 2,44.<br />Hasil perhitungan tersebut me-nunjukkan<br />nilai Durbin Watson sebesar 1,728 berada di daerah<br />terima. Artinya bahwa model regresi diatas tidak<br />mengalami masalah otokorelasi.<br />b. Uji Heterokedastisitas LM test<br />Hasil perhitungan heterokedas-tisitas LM test<br />adalah 0,9 < 9,2. Dengan demikian diputuskan<br />bahwa model yang digunakan tidak mengalami<br />masalah heterokedastisitas. Penyebaran data yang<br />digunakan relatif konstan (tidak melebar atau<br />menyempit)<br />c. UJi Normalitas<br />Pengujian normalitas mengguna-kan Jerque<br />Berra (JB). Koefisien JB hasil perhitungan<br />dibandingkan dengan nilai table X2 dengan derajat<br />kebebas-an a = 5%. Asumsi, jika nilai JB hasil<br />perhitungan lebih kecil dari nilai X2 maka tidak<br />terjadi masalah dengan kenormalan data, dan juga<br />sebaliknya.<br />Hasil perhitungan, koefisien JB = 33,3.<br />Sedangkan X2 tabel pada a = 5% adalah 40,48.<br />Hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa<br />nilai JB (25,5) lebih kecil dari table X2 (40,48).<br />Hasil perbandingan tersebut menunjuk-kan bahwa<br />nilai JB (25,5) lebih kecil dari tabel X2 (40,48)<br />sehingga diputus-kan bahwa tidak ada masalah<br />mengenai kenormalan data.<br />Persamaan regresi yang diperoleh tidak<br />mengandung permasalahan baik dengan pengujian<br />estimasi maupun dengan pengujian asumsi klasik.<br />Persamaan regresi hasil perhitungan memberikan<br />informasi bahwa tingkat pendidikan mempunyai<br />hubungan yang negatif dengan gap (kepuasan wajib<br />pajak). Hal ini ditunjukkan uji regesi (parameter<br />bertanda negatif). Suatu indikasi bahwa apabila<br />pendidikan wajib pajak itu tinggi mereka tidak<br />begitu mempermasalahkan dengan pelaksanaan<br />(kepuasan pelayanan) di Kantor Pelayanan Pajak<br />Klaten, dan sebaliknya; jika pendidikan mereka itu<br />relatif rendah maka mereka banyak menuntut akan<br />pelayanan yang telah diberikan.<br />Penghasilan juga mempunyai hubungan<br />negatif terhadap gap (kepuas-an pelayanan).<br />Indikasi bahwa jika penghasilan mereka itu besar<br />mereka cenderung tidak mempermasalahkan<br />(memperhatikan) masalah pelayanan yang<br />dirasakan di Kantor Pelayanan Perpajakan Klaten.<br />Hal ini tidak berlaku sebaliknya, jika penghasilan<br />wajib pajak itu relatif rendah maka mereka<br />cenderung menuntut dan mempermasa-lahkan<br />pelayanan di Kantor Pelayanan Perpajakan Klaten.<br />D. PENUTUP<br />1. Kesimpulan<br />Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan,<br />pertama dari keempat kuadran kartesius ada<br />beberapa variable yang perlu perhatian khusus<br />karena pelaksaan belum dapat memuaskan wajib<br />pajak, yaitu pembinaan atau penyuluhan secara baik<br />dan teratur, perhatian khusus atas permasalahan<br />wajib pajak, peralatan dan perlengkapan pajak serta<br />ruang pelayanan.<br />Kedua, pelaksanaan yang perlu<br />dipertahankan, karena dianggap telah memenuhi<br />pelayanan yang diharapkan oleh wajib pajak, yaitu<br />kejujuran, ketepatan dan ketegasan aparat pajak,<br />pelaksanaan pelayanan yang sama, penguasaan<br />peraturan perpajakan dan dapat memberikan<br />informasi dengan baik.<br />Ketiga, kuadran selanjutnya meru-pakan<br />kuadran yang dianggap kurang penting oleh wajib<br />pajak namun demi-kian Kantor Pelayanan<br />Perpajakan Klaten memberikan pelayanan yang<br />berlebihan, yaitu kecepatan dan ketepat-an dalam<br />mengelola penyelesaian pelayanan, kecepatan<br />dalam menangani keluhan wajib pajak dan<br />bertindak ramah serta sopan.<br />Keempat, antara pendidikan dan penghasilan<br />wajib pajak ternyata berbanding terbalik dengan<br />kepuasan wajib pajak. Dimana pendidikan wajib<br />pajak itu meningkat tidak mempermasa-lahkan<br />mengenai kualitas layanan (hanya pendidikan<br />rendah yang sering komplain). Demikian juga<br />mengenai penghasilan wajib pajak, semakin<br />meningkat penghasilan wajib pajak maka mereka<br />kurang memperhatikan masalahan kualiatas<br />pelayanan di Kantor Pelayanan Perpajaka Klaten.<br />2. Rekomendasi<br />Kantor Pelayanan Perpajakan Klaten perlu<br />memperhatikan masalah-masalah yang<br />berhubungan dengan pelayanan kepada wajib pajak,<br />khusus-nya mengenai pembinaan, penyuluhan,<br />perhatian khusus terhadap wajib pajak, peralatan<br />pelayanan perpajakan serta ruang pelayanan.<br />Kantor Pelayanan Perpajakan Klaten juga<br />harus lebih memperhatikan wajib pajak yang<br />berpendidikan dan berpenghasilan rendah yang<br />jumlahnya relative banyak. Selain sebagai aset,<br />mereka ini memiliki kecenderungan untuk minta<br />pelayanan yang lebih.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Algifari.200. Analisa Regresi : Teori, Kasus, dan Solusi. Edisi Kedua. Penerbit BPFE Yogyakarta.<br />Amstrong, Gary dan Philip Kotler. 1998. Dasar – Dasar Pemasaran. Edisi Indonesia. Jilid 2 . Prentice Hall Inc.<br />Blixrud, Julia C. 2002. Evaluating Library Service Quality ; Use of LibQual+TM. http://www.libqual.org.<br />Association of Reserach Libraries.<br />Chang, Chia Ming, Chin-Tsu, Chin-Hsien Hsu. Review of Service Quality in Corporate and Recreational<br />Sport/ Fitness Program. Http://www.thesportjournal.org/2002_journal/vol-no.3/service_quality<br />Frederick., 2003. Corporate Management Of Quality In Employee Health Plans. http://proquest.umi.com. Vol<br />28, Iss. 1; pg. 27, 14 pgs.<br />Gaszpert, Vincent. 2002. Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. Jakarta. Gramedia.<br />Guntur, Muhammad dan Bambang Setiaji. Analisa Service Quality Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada<br />PDAM Kota Surakarta. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.<br />Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometric. International Edition, 3th edition. McGraw-Hill<br />Indra, Dodik Agung dan Tri Gunarsih., Pengaruh Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah Kredit Perorangan<br />Dan Kelompok ; Studi Kasus Pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Karanganyar. Diakses dari internet<br />tahun 2006. Program Pascasarjanan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.<br />Kirilidou, Martha. 2001. Symposium on Measuring Library Service Qualityh. ARL Bimontly Report 215.<br />http://www.arl.org/newsth/215/octsymp.html.<br />Oloruniwo Festus, Maxwell K Hsu dan Goldin J udo., 2006. Service Quality, Customer Satisfaction And<br />Behaviour Intenstions In The Servive Factory. http://proquest.umi.com.The Journal of Servive<br />Markeitng. Vol. 20, Iss. 1; pg. 59, 14 pgs.<br />Prasetyo, Edhi dan M Wahyudin., Pengaruh Kepuasan Dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja<br />Karyawan Riyadi Palace Hotel Di Surakarta., Diakses dari internet tahun 2006. Program Pascasarjanan<br />Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.<br />Santosa, Singgih. 2001. Buku latihan SPSS Statistik Parametri (Edisi Pertama). Jakarta. PT. Alex Media<br />Komputindo.<br />Supranto, J. 1997. Pengukuran Tinkat Kepuasan Pelanggan ; Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Penerbit<br />Rineka Cipta. Jakarta.<br />Washington. 2005. The Dilemma of the Unsatisfied Customer in a Market Model of Public Administration.<br />http://proquest.umi.com. Vol.65, Iss. 1 ; pg. 76, 9 pgs.<br />Wiyono, Azis Slamet dan M Wahyudin., 2005. Studi Tentang Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen di<br />Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. Diakses Dari Internet Tahun 2006. Program Pascasarjanan<br />Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.<br />Zeithami, V.A. Parasuraman, A.Berry, LL. 1990. Delivering Quality Service: Balancing Customer Perceptions<br />and Expectations. New York; The Free Press.<br />Analisis Pengaruh Upah, Dana Pensiun dan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap<br />Penerimaan Pajak (PPh OP)<br />Pada Kantor Pelayanan Pajak Kudus<br />Andreas Felix Andi S.<br />Grahita Chandrarin<br />ABSTRACT<br />This Research is centering at problems related accept by employees /working woman fee used for the personal<br />exemptions, paying pension fund and pay for tax. While type acceptance of tax to check is income tax<br />especially income tax for individual taxpayers, with research subject that is employees of PT. Djarum Kudus.<br />Research conducted with direct survey at research object, that is doing investigation to get explaining by<br />factual directly at object, by do research of case study.<br />Sampling design used with sampling probability method, where population members are the overall of<br />assumed employees. Homogeneous or have same characteristic. This research that become responder is<br />employees at PT. Djarum Kudus that entirely amount to counted 300 people from totalizing employees<br />population PT. Djarum Kudus. Utilize to get data’s which is needed in this research is needed a questioner.<br />The Questioner was allotting to 300 responders and here in after from the amount that re-accepted counted<br />195 and there are 55 bad answers, finally obtained counted 140 responder people, and propagated to<br />employees of PT. Djarum Kudus.<br />Pursuant the research result was proving that fee and personal exemptions (separately) influencing by<br />signifikan acceptance of personal income tax. Variable pension fund linearly don’t have influence to personal<br />income tax, even though pension fund variable have strong correlation with fee and personal exemptions.<br />Keywords: wages, pension fund, personal income, tax.<br />A. PENDAHULUAN<br />Kondisi perkembangan dari masyarakat<br />agraris ke kekuatan bidang industri menimbulkan<br />adanya dua kondisi dalam aspek kehidupan<br />bernegara dan kehidupan pribadi setiap warga<br />negara. Aspek pertama, negara memiliki<br />kepentingan dalam penyeleng-garaan negara di<br />mana pajak menjadi sumber utama bagi penerimaan<br />serta pembiayaan negara. Kedua, setiap orang tidak<br />hanya memikirkan kesejah-teraan di saat berkerja<br />tetapi juga memikirkan kesejahteraan di masa tua<br />atau pensiun.<br />Mengamati kondisi tersebut, peran pemerintah<br />belum maksimal, hingga harus mengorbankan<br />sebagian warga yang memasuki masa pensiun<br />dengan tetap dibebani dengan pajak. Model<br />pemungutan yang digunakan pemerin-tah seperti<br />tersebut di atas adalah prinsip kemampuan<br />membayar (ability to pay).<br />Penghasilan tidak kena pajak (PTKP)<br />merupakan perubahan kebijak-an bidang perpajakan<br />yang tercatat sudah lima kali terjadi perubahan atau<br />penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena pajak<br />sejak 1983 sampai 2006 ini, dimulai dengan UU.<br />No. 7/ 1983, UU. No. 7/ 1991, UU. No. 10/ 1994,<br />UU. No. 17/ 2000, dan terakhir dengan Keputusan<br />Menteri Keuangan No. 564/ KMK.03/ 2004 tanggal<br />29 Nopember 2004 yang berlaku mulai 1 Januari<br />2005. Besarnya penghasilan tidak kena pajak yang<br />diatur pada Keputusan Menteri Keuangan No. 564/<br />KMK.03/ 2004 tanggal 29 Nopember 2004 yang<br />berlaku mulai 1 Januari 2005 tesebut menyebutkan<br />bahwa besarnya pengha-silan tidak kena pajak<br />untuk setahun nilainya diubah sebagai berikut.<br />1. Semula Rp 2.880.000,00 diubah menjadi Rp<br />12.000.000,00 untuk diri wajib pajak;<br />2. Semula Rp 1.440.000,00 diubah menjadi Rp<br />1.200.000,00 tambahan untuk diri wajib pajak<br />yang kawin;<br />3. Semula Rp 2.880.000,00 diubah menjadi Rp<br />12.000.000,00 tambahan seorang istri yang<br />penghasilannya digabung dengan penghasilan<br />suami;<br />4. Semula Rp 1.440.000,00 diubah menjadi Rp<br />1.2000.000,00 untuk tambahan setiap anggota<br />keluarga sedarah dan sekeluarga semenda dalam<br />garis keturunan lurus serta anak angkatnya yang<br />menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak<br />3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.<br />Di sisi lain, upah sebagai pengha-silan<br />merupakan salah satu isu penting dalam manajemen<br />sumber daya manu-sia. Upah adalah salah satu<br />bentuk kompensasi. Kompensasi adalah semua<br />bentuk pembayaran atau hadiah yang diberikan<br />kepada karyawan dan muncul dari pekerjaan<br />mereka (Dessler, 2005: 46). Kompensasi adalah<br />pengaturan keseluruhan pemberian balas jasa bagi<br />employers maupun employees baik yang langsung<br />berupa uang (finansial) maupun yang tidak<br />langsung berupa uang (nonfinancial) (Martoyo,<br />2000: 114).<br />Berdasarkan penelitian denagn judul“Upah<br />Antar Industri di Indonesia” yang dilakukan oleh<br />Setiadji (2002: 145) yang memfokuskan pada gap<br />upah akibat perbedaan nonproduksi menyim-pulkan<br />bahwa peran industri peng-olahan sedang dan besar<br />di luar minyak dan gas yang semakin penting, hal<br />ini terlihat dari pertumbuhan output yang cepat,<br />yaitu 10,4 persen dan 9,5 persen selama dua dasa<br />warsa sebelum krisis. Pertumbuhan tersebut sejalan<br />dengan pertumbuhan tenaga kerja sekitar 8,5 %<br />setahun dan sisanya disebabkan oleh peningkatan<br />penggunaan kapital per tenaga kerja, peningkatan<br />teknologi atau peningkatan efisien dalam<br />perusahaan. Tingkat konsentrasi terbatas pada<br />industri sedang dan besar cenderung tinggi, yaitu<br />sekitar 45% industri memiliki tingkat konsentrasi<br />805 atau lebih dan hanya 5% industri yang memiliki<br />konsentrasi kurang dari 20%. Terdapat korelasi<br />positif antara modal asing dan tingkat konsentrasi<br />serta nilai kapitalisasi per tenaga kerja, tetapi<br />hubungan modal asing dan unsur-unsur<br />nonkapitalisasi yakni ukuran tenaga kerja dan<br />jaringan pasar luar negeri lebih besar.<br />Salah satu sumber finansial yang masih perlu<br />digarap antara lain adalah investasi dana pensiun.<br />Berkaitan dengan hal ini, dapat disampaikan bahwa<br />investasi dana pensiun yang mencapai tiga puluh<br />delapan triliun rupiah akan mengalami pergeseran<br />pola investasi setelah kebijakan blankeet guarantee<br />dicabut (artikel JAKARTA Bisnis). Ketua Bidang<br />Investasi Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI)<br />Darjono menyatakan sebagian besar investasi dana<br />pensiun senilai 38 triliun rupiah pada 2002, masih<br />ditempatkan pada instrumen deposito. "Kendati<br />bunga deposito terus mengalami penurunan,<br />investasi dana pensiun di deposito masih sekitar 21<br />triliun rupiah," katanya di Jakarta.<br />Survei ADPI memperlihatkan meski sebagian<br />besar dana investasi dana pensiun ditempatkan di<br />deposito, selama tahun 2002 rata-rata hasil investasi<br />yang diperoleh dana pensiun mencapai 14,36%.<br />Hasil investasi yang diperoleh dana pensiun,<br />lanjutnya, dapat lebih besar lagi bila dana pensiun<br />mendapat perhatian yang lebih dari otoritas. "Perlu<br />ada insentif tambahan bagi dana pensiun sehingga<br />bisa memberi manfaat yang lebih besar bagi<br />masyarakat, mengingat dana pensiun dapat<br />berfungsi sebagai social security." Salah satu<br />insentif yang diharapkan dana pensiun adalah<br />mengenai masalah perpajakan bagi kegiatan<br />investasi yang dilakukan dana pensiun. "Hasil<br />investasi diharapkan semuanya bukan objek pajak.<br />Kalau sekarang kan hanya beberapa saja yang bebas<br />pajak. Selain itu, masalah pajak anuitas juga<br />sebaiknya dilakukan pada saat finalnya, bukan pada<br />saat dialihkan," tutur Darjono.<br />Mengingat bahwa penghasilan pajak perlu<br />untuk selalu ditingkatkan dan penghasilan tersebut<br />dipengaruhi oleh beberapa faktor, maka dirasa perlu<br />untuk melakukan studi yang berfokus pada<br />penerimaan pajak (PPh OP), beserta faktor-faktor<br />yang mempengaruhinya. Diharapkan dengan studi<br />tersebut diperoleh hasil yang dapat dijadikan<br />sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan<br />kebijakan dalam upaya meningkatkan optimalisasi<br />penerimaan pajak dan masukan kepada Direktorat<br />Jenderal Pajak dalam mengambil kebijakan yang<br />berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan<br />pajak penghasilan orang pribadi.<br />B. METODE PENELITIAN<br />1. Data dan Sampel<br />Design yang digunakan yaitu metode sensus,<br />dimana anggota populasi adalah keseluruhan<br />karyawan /karyawati yang dianggap homogen atau<br />memiliki karakteristik yang sama. Penelitian ini<br />yang menjadi responden adalah karyawan pada PT.<br />Djarum Kudus yang seluruhnya berjumlah<br />sebanyak tiga ratus orang dari total populasi<br />Karyawan pada PT. Djarum Kudus. Guna<br />mendapatkan data-data yang diperlukan dalam<br />penelitian ini diperlukan kuesioner. Kuesioner<br />tersebut dibagikan kepada tiga ratus responden dan<br />selanjutnya dari jumlah tersebut yang diterima<br />kembali sebanyak seratus sembilan puluh lima dan<br />terdapat lima puluh lima jawaban yang salah,<br />akhirnya diperoleh sebanyak seratus empat puluh<br />orang responden, yang disebarkan kepada karyawan<br />PT. Djarum Kudus<br />2. Variabel Penelitian<br />Variabel penelitian terdiri dari :<br />a. Upah karyawan (X1) merupakan variabel<br />dependen;<br />b. Penghasilan tidak kena pajak (X2) merupakan<br />variabel dependen;<br />c. Dana pensiun (X3) merupakan variabel<br />independent;<br />d. Penerimaan Pajak (Y) merupakan variabel<br />independent.<br />Scoring yaitu mengolah data yang ada dengan<br />cara memberi penilaian data yang telah masuk serta<br />memberi skor pada tiap-tiap jawaban yang<br />diperoleh dari setiap responden. Adapun skornya<br />adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2001: 88) :<br />1) Jawaban Sangat Setuju bobotnya 5;<br />2) Jawaban Setuju bobotnya 4;<br />3) Jawaban Netral bobotnya 3;<br />4) Jawaban Tidak Setuju bobotnya 2;<br />5) Jawaban Sangat Tidak Setuju bobotnya 1;<br />Data dianalisis dengan mengguna-kan analisa<br />regresi berganda yang diestimasi menggunakan:<br />a. Validitas dan Rentabilitas<br />Penelitian ini menggunakan kuesi-oner yang<br />diajukan kepada responden, untuk itu diperlukan<br />adanya uji valid-itas dan reliabilitas pada masingmasing<br />butir pertanyaan dari masing-masing<br />variabel agar diperoleh data yang valid.<br />b. Analisis Regresi<br />1) Teknik Analisis Data<br />Untuk mengetahui pengaruh vari-abel bebas<br />terhadap variabel terikat dilakukan dengan analisis<br />regresi bertingkat. Persamaan regresi yang<br />digunakan adalah sebagai berikut ini.<br />Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e1<br />Keterangan :<br />b1 = Variabel upah (X1),<br />b2 = Variabel dana pensiun (X2),<br />b3 = Variabel penghasilan tidak kena pajak (Y1),<br />e = Variabel pengganggu (error esti-mate).<br />2) Pengujian Koefisien Regresi<br />Parameter yang dapat digunakan untuk<br />meninterprestasikan koefisien variabel bebas<br />(independen) dapat menggunakan unstandarized<br />unstan-dardized coefficients (Gozali, 2001: 87).<br />3) Uji Hipotesis<br />Pengujian hipotesis menggunakan uji<br />signifikansi yaitu dengan melihat besarnya nilai F<br />dibandingkan dengan besarnya nilai signifikansinya<br />dan probabilitasnya.<br />4) Uji Ketepatan Model<br />Pengujian ketepatan model meng-gunakan uji<br />Koefisien determinasi dinilai melalui adjusted R<br />square digunakan untuk mengetahui prosentase<br />perubahan variabel independen secara<br />simultan/berganda dapat mempengaruhi variabel<br />dependen. Berdasarkan nilai adjusted R Square ini<br />dapat diketahui besarnya pengaruh variabel lain di<br />luar model regresi.<br />Tidak ada ukuran yang pasti berapa besar R2<br />untuk mengatakan bahwa suatu pilihan variabel<br />sudah tepat. Jika R2 semakin besar atau mendekati 1<br />maka model akan semakin tepat. Untuk data survai<br />yang berarti bersifat cross section data yang<br />diperoleh dari banyak responden pada waktu yang<br />sama, maka nilai R2 = 0,2 atau 0,3 sudah cukup baik<br />(Setiadji, 2006: 29)<br />c. Analisis Korelasi<br />Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur<br />kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua<br />variabel. Korelasi tidak menunjukkan hubungan<br />fungsion-al atau dengan kata lain analisis korelasi<br />tidak membedakan antara variabel dependen<br />dengan variabel independen (Ghozali, 2006: 82).<br />Penelitian ini mencari kekuatan hubungan, pertama<br />antara variabel upah dengan variabel penghasilan<br />tidak kena pajak, kedua antara variabel penghasilan<br />tidak kena pajak dengan dana pensiun, dan ketiga<br />antara variabel upah dan variabel dana pensiun.<br />C. HASIL PEMBAHASAN<br />1. Deskripsi Variabel<br />a. Variabel Upah (X1)<br />Berdasarkan hasil pengolahan data hasil<br />jawaban responden sebanyak 140 karyawan PT.<br />Djarum Kudus secara terperinci dapat dijelaskan<br />bahwa rata-rata atau nilai mean dari setiap item<br />pertanyaan variabel upah diperoleh hasil sebagian<br />besar lebih besar dari 4, hal ini menunjukkan bahwa<br />sebagian besar responden memberikan jawaban<br />Setuju dan Sangat Setuju dengan nilai<br />kecenderungan standart deviasi di atas 0,500<br />sehingga dapat diartikan bahwa upah menurut<br />pendapat sebagian besar dari reponden adalah baik.<br />b. Variabel Dana Pensiun (X2)<br />Berdasarkan hasil pengolahan data hasil<br />jawaban responden sebanyak 140 karyawan PT.<br />Djarum Kudus secara terperinci dapat dijelaskan<br />bahwa rata-rata atau nilai mean dari setiap item<br />pertanyaan variabel dana pensiun diperoleh hasil<br />sebagian besar lebih besar dari 4, hal ini<br />menunjukkan bahwa sebagian besar responden<br />memberikan jawaban Setuju dan Sangat Setuju<br />dengan nilai kecenderungan standart deviasi di atas<br />0,500 sehingga dapat diartikan bahwa dana pensiun<br />menurut pendapat sebagian besar dari responden<br />adalah sangat baik.<br />c. Variabel PTKP (X3)<br />Berdasarkan hasil pengolahan data hasil<br />jawaban responden sebanyak 140 karyawan PT.<br />Djarum Kudus secara terperinci dapat dijelaskan<br />bahwa rata-rata atau nilai mean dari setiap item<br />pertanyaan variabel PTKP diperoleh hasil sebagian<br />besar lebih besar dari 4, hal ini menunjukkan bahwa<br />sebagian besar responden memberikan jawaban<br />Setuju dan Sangat Setuju dengan nilai<br />kecenderungan standart deviasi di atas 0,500<br />sehingga dapat diartikan bahwa PTKP menurut<br />pendapat sebagian besar dari responden adalah<br />sangat baik.<br />d. Variabel Penerimaan PPh OP (Y)<br />Berdasarkan hasil pengolahan data hasil<br />jawaban responden sebanyak 140 karyawan PT.<br />Djarum Kudus secara terperinci dapat dijelaskan<br />bahwa rata-rata atau nilai mean dari setiap item<br />pertanyaan variabel penerimaan PPh OP diperoleh<br />hasil sebagian besar lebih besar dari 4, hal ini<br />menunjukkan bahwa sebagian besar responden<br />memberikan jawaban Setuju dan Sangat Setuju<br />dengan nilai kecenderungan standart deviasi di atas<br />0,500 sehingga dapat diartikan bahwa penerimaan<br />PPh OP karyawan menurut pendapat sebagian besar<br />dari responden adalah baik.<br />2. Uji Validitas dan Reliabilitas<br />a. Uji Validitas<br />Berdasarkan hasil pengujian validitas setiap<br />item pertanyaan dari dari masing-masing variabel<br />dengan menggunakan bantuan program SPSS,<br />diperoleh hasil dengan nilai factor loading sudah<br />signifikan diatas 0,4 dengan tingkat signifikansi<br />lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kuesioner<br />variabel upah, dana pensiun, PTKP dan<br />penerimaan PPh OP dapat dikata-kan valid atau<br />dapat menghasilkan data yang akurat.<br />1. Variabel Upah (X1)<br />Berdasarkan hasil pengujian validitas setiap<br />item pertanyaan dari variabel upah dengan<br />menggunakan bantuan program SPSS, diperoleh<br />hasil dengan nilai factor loading lebih besar dari 0,4<br />dan nilai KMO and Bartlett test yaitu sebesar 0,808<br />diatas 0,5 dengan tingkat signifikansi lebih kecil<br />dari 0,05 menunjukkan bahwa kuesioner variabel<br />upah (X1) dapat dikatakan valid atau dapat<br />menghasilkan data yang akurat.<br />2. Variabel Dana pensiun (X2)<br />Berdasarkan hasil pengujian validitas setiap<br />item pertanyaan dari variabel dana pensiun dengan<br />menggu-nakan bantuan program SPSS, diperoleh<br />hasil dengan nilai factor loading lebih besar dari 0,4<br />dan nilai KMO and Bartlett test yaitu sebesar 0,782<br />diatas 0,5 dengan tingkat signifikansi lebih kecil<br />dari 0,05 menunjukkan bahwa kuesioner variabel<br />dana pensiun (X2) dapat dikatakan valid atau dapat<br />menghasilkan data yang akurat.<br />3. Variabel PTKP (X3)<br />Berdasarkan hasil pengujian validitas setiap<br />item pertanyaan dari variabel PTKP dengan<br />menggunakan bantuan program SPSS, diperoleh<br />hasil dengan nilai factor loading lebih besar dari 0,4<br />dan nilai KMO and Bartlett test yaitu sebesar 0,865<br />diatas 0,5 dengan tingkat signifikansi lebih kecil<br />dari 0,05 menunjukkan bahwa kuesioner variabel<br />PTKP (X3) dapat dikatakan valid atau dapat<br />menghasilkan data yang akurat.<br />4. Variabel Penerimaan PPh OP (Y)<br />Berdasarkan hasil pengujian validitas setiap<br />item pertanyaan dari variabel penerimaan PPh OP<br />dengan menggunakan bantuan program SPSS,<br />diperoleh hasil dengan nilai factor loading lebih<br />besar dari 0,4 dan nilai KMO and Bartlett test yaitu<br />sebesar 0,691 diatas 0,5 dengan tingkat signifi-kansi<br />lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kuesioner<br />variabel penerimaan PPh OP (Y) dapat dikatakan<br />valid atau dapat menghasilkan data yang akurat.<br />b. Uji Reliabilitas<br />Sesudah diadakan uji validitas langkah<br />berikutnya adalah mengadakan uji reliabilitas<br />dengan uji statistik Cronbach Alpha. Adapun hasil<br />uji reliabilitas masing-masing variabel dapat dilihat<br />pada hasil perhitungan dalam lampiran 5.<br />Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas<br />menunjukkan bahwa keseluruhan nilai dari<br />Corrected Item-Total Corelatioan nilainya lebih<br />besar dari 0,3 sehingga dapat dikatakan bahwa<br />keseluruhan item dari variabel upah adalah reliabel<br />atau dapat mengha-silkan data yang dapat dipercaya<br />atau handal. Berdasarkan perhitungan SPSS<br />diperoleh nilai Cronbach Alpha seperti yang terlihat<br />pada lampiran 5.<br />Berdasarkan hasil pengujian relia-bilitas dari<br />setiap variabel penelitian dengan menggunakan<br />bantuan program SPSS, diperoleh hasil dengan nilai<br />alpha lebih besar dari nilai 0,6. Jadi dapat<br />dinyatakan bahwa upah (X1), dana pensiun (X2),<br />PTKP (X3) dan penerimaan PPh OP (Y) yang<br />diguna-kan dapat menghasilkan data yang reliabel<br />atau dapat dipercaya.<br />3. Analisis Regresi<br />Analisis ini digunakan untuk menentukan<br />suatu persamaan regresi yang dapat menunjukkan<br />ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap<br />variabel terikat. Hasil perhitungan dengan<br />menggunakan software SPSS atas data yang<br />diperoleh dari hasil penelitian dan setelah melalui<br />pengujian validitas maupun reliabilitas disajikan<br />melalui tabel 1. Tabel tersebut membe-rikan<br />informasi terkait dengan koefisien regresi dalam<br />model yang digunakan. Koefisien dimaksud<br />menunjukkan besarnya pengaruh setiap variabel<br />bebas (independent) terhadap variable terikat<br />(dependent).<br />Tabel 1<br />Hasil Pengujian Model<br />Variabel Penjelas Koefisien Nilai t<br />Upah 0,456 5,569<br />Dana Pensiun 0,063 0,719<br />PTKP 0,438 6,538<br />R2 0,818<br />F 203,951<br />nilai t* = signifikan pada uji 10 persen;<br />** signifikan pada uji 5 persen; *** signifikan pada uji 1 persen<br />Sumber: Hasil olahan data<br />a. Hasil Uji Koefisien Regresi<br />Berdasarkan model penelitian di atas dapat<br />dijelaskan persamaan matematisnya dan hasil<br />model sebagai berikut.<br />Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + e<br />Y = 0,456X1 + 0,063X2 + 0,438X3<br />Hasil analisis regresi menunjuk-kan bahwa<br />tingkat signifikansinya adalah sebesar 0,000 < 0,05<br />sehingga variabel upah dan dana pensiun terbukti<br />secara signifikan memiliki pengaruh terhadap. Nilai<br />koefisien regresi b1 = 0,311 dan b2 = 0,063 serta b3<br />= 0,438 (nilai standarized coefficients beta). Secara<br />keseluruhan berdasarkan hasil tersebut dapat<br />dijelaskan bahwa:<br />Koefisien regresi 0,311 menyata-kan bahwa<br />setiap terjadi kenaikan upah Rp 1 akan<br />meningkatkan penerimaan pajak penghasilan orang<br />pribadi khusunya karyawan sebesar Rp 0,311 atau<br />sebesar 31,1% tanpa dipengaruhi faktor lainnya<br />atau dalam asumsi ceteris paribus. Hal ini<br />menunjukkan bahwa berdasarkan pertanyaan yang<br />diajukan kepada seluruh Karyawan pada PT.<br />Djarum Kudus diperoleh hasil bahwa variabel upah<br />terbukti secara signifikan memiliki pengaruh positif<br />terhadap penerimaan pajak penghasilan orang<br />pribadi karyawan sebesar 0,311;<br />Koefisien regresi 0,063 menya-takan bahwa<br />setiap terjadi kenaikan tingkat dana pensiun yang<br />diberikan kepada karyawan akan meningkatkan<br />penerimaan pajak penghasilan orang pribadi<br />karyawan sebesar 0,063 atau sebesar 6,3% tanpa<br />dipengaruhi faktor lainnya atau dalam asumsi<br />ceteris paribus;<br />Koefisien regresi 0,438 menyata-kan bahwa<br />setiap terjadi kenaikan tingkat PTKP yang diberikan<br />kepada karyawan akan meningkatkan peneri-maan<br />pajak penghasilan orang pribadi karyawan sebesar<br />0,438 atau sebesar 43,8% tanpa dipengaruhi faktor<br />lainnya atau dalam asumsi ceteris paribus.<br />b. Hasil Uji Ketepatan Model<br />dan Hasil Uji Hipotesis<br />1. Uji Ketepatan Model<br />Hasil model penelitian diperoleh R Square<br />sebesar 0,818. Artinya variabel independent yang<br />terdiri variabel upah, dana pensiun dan PTKP<br />memberikan kontiribusi sumbangan sebesar 81,8%<br />terhadap penerimaan pajak penghasilan orang<br />pribadi karyawan. Dari angka tersebut berarti ada<br />variabel independen di luar model regresi ini yang<br />berpeng-aruh terhadap penerimaan pajak penghasilan<br />orang pribadi karyawan yang hanya sebesar<br />18,2%.<br />2. Uji Hipotesis<br />Pengaruh secara serempak antara upah, PTKP<br />dan dana pensiun dengan penerimaan pajak<br />penghasilan orang pribadi khususnya karyawan.<br />Berdasar hasil tabel 12 di atas, diperoleh hasil F<br />sebesar 203,95 dengan tingkat signifi-kansi 0,000<br />dan dibandingkan dengan 0,05 maka hipotesis H0<br />ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti secara linier<br />terdapat pengaruh upah, penghasilan tidak kena<br />pajak dan dana pensiun dengan penerimaan pajak<br />penghasilan orang pribadi khususnya karyawan;<br />Pengaruh upah terhadap peneri-maan pajak<br />penghasilan orang pribadi khususnya karyawan.<br />Berdasar hasil tabel 12 di atas, nilai t sebesar 5,569<br />dengan tingkat signifikansi 0,000 dan dibandingkan<br />dengan 0,05 maka hipotesis H0 ditolak dan H1<br />diterima. Hal ini berarti secara linier terdapat<br />pengaruh antara upah dengan peneri-maan pajak<br />penghasilan orang pribadi khususnya karyawan;<br />Pengaruh dana pensiun terhadap penerimaan<br />pajak penghasilan orang pribadi khususnya<br />karyawan. Berdasar hasil tabel 12 di atas, nilai t<br />sebesar 0,719 dengan tingkat signifikansi 0,473 dan<br />dibandingkan dengan 0,05 maka hipotesis H0<br />diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti secara linier<br />tidak terdapat pengaruh antara dana pensiun dengan<br />penerimaan pajak penghasilan orang pribadi<br />khususnya karyawan;<br />Pengaruh PTKP terhadap peneri-maan pajak<br />penghasilan orang pribadi khususnya karyawan.<br />Berdasar hasil tabel 12 di atas, nilai t sebesar 6,538<br />dengan tingkat signifikansi 0,000 dan dibandingkan<br />dengan 0,05 maka hipotesis H0 ditolak dan H1<br />diterima. Hal ini berarti secara linier terdapat<br />pengaruh antara PTKP dengan peneri-maan pajak<br />penghasilan orang pribadi khususnya karyawan.<br />Hipotesis yang mengatakan bahwa upah<br />memiliki pengaruh secara signifikan terhadap<br />variabel penerimaan pajak penghasilan orang<br />pribadi khususnya karyawan terbukti benar dimana<br />hasilnya dibuktikan dari hasil uji signifikansi yang<br />menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil<br />pengujian < dibandingkan dengan nilai probalistik<br />= 0,05. Variabel upah memiliki pengaruh terhadap<br />penerimaan pajak penghasilan orang pribadi<br />khususnya karyawan sebesar koefisien regresinya<br />sebesar 0,311 menunjukkan bahwa berdasarkan<br />pertanyaan yang diajukan kepada seluruh<br />responden diperoleh hasil bahwa variabel upah<br />terbukti secara signifikan memiliki pengaruh positif<br />terhadap PTKP sebesar 0,311.<br />Hipotesis yang mengatakan bahwa dana<br />pensiun memiliki pengaruh secara signifikan<br />terhadap variabel penerimaan pajak penghasilan<br />orang pribadi khususnya terbukti tidak benar<br />dimana hasil uji signifikansi yang menunjukkan<br />bahwa nilai signifikansi hasil pengujian (0,473) ><br />dibandingkan dengan probabilistik (0,05). Variabel<br />dana pensiun tidak memiliki pengaruh terhadap<br />penerimaan pajak penghasilan orang pribadi<br />khusunya karyawan. Walaupun tidak memiliki<br />hubungan secara linier dengan penerimaan pajak<br />penghasilan orang pribadi khususnya karyawan,<br />variabel dana pensiun ini mempunyai korelasi yang<br />kuat dengan variabel independen yang lain, yakni<br />upah dan penghasilan tidak kena pajak.<br />Hipotesis yang mengatakan peng-hasilan<br />tidak kena pajak memiliki pengaruh secara<br />signifikan terhadap variabel penerimaan PPh OP<br />terbukti benar dimana hasilnya dibuktikan dari hasil<br />uji signifikansi yang menunjukkan bahwa nilai<br />signifikansi hasil pengujian lebih kecil<br />dibandingkan dengan proba-bilistik = 0,05.<br />Variabel penghasilan tidak kena pajak memiliki<br />pengaruh terhadap penerimaan PPh OP karyawan<br />sebesar koefisien regresinya sebesar 0,438<br />menunjukkan bahwa berdasarkan pertanyaan yang<br />diajukan kepada res-ponden diperoleh hasil bahwa<br />variabel penghasilan tidak kena pajak terbukti<br />secara signifikan memiliki pengaruh positif<br />terhadap penerimaan PPh OP sebesar 0,438.<br />Hipotesis yang mengatakan bahwa upah,<br />penghasilan tidak kena pajak dan dana pensiun<br />memiliki pengaruh secara signifikan terhadap<br />variabel penerimaan pajak penghasilan orang<br />pribadi khususnya karyawan terbukti benar dimana<br />hasilnya dibuktikan dari hasil uji signifikansi yang<br />menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil<br />pengujian (0,000) < dibandingkan dengan nilai α<br />signifikansi = 0,05. Variabel upah, penghasilan<br />tidak kena pajak dan dana pensiun memiliki<br />pengaruh terhadap penerimaan PPh OP karyawan<br />sebesar 81,8%.<br />4. Analisis Korelasi<br />Hubungan upah dan dana pensiun<br />menunjukan angka 0,887 yang berarti hubungannya<br />kuat dan searah (karena angkanya positip). Kedua<br />varibel upah dan dana pensiun selain mempunyai<br />hubungan sangat kuat dan searah juga menunjukan<br />sifat signifikan, hal ini ditunjukkan dengan angka<br />signifikansi 0,000 < 0,05.<br />Hubungan upah dan penghasilan tidak kena<br />pajak menunjukan angka 0,798 yang berarti<br />hubungannya kuat dan searah (karena angkanya<br />positip). Kedua varibel upah dan upah dan<br />penghasilan tidak kena pajak selain mempunyai<br />hubungan kuat dan searah juga menunjukan sifat<br />signifikan, hal ini ditunjukkan dengan angka<br />signifikansi 0,000 < 0,05.<br />Hubungan dana pensiun dan penghasilan tidak<br />kena pajak menunjukan angka 0,825 yang berarti<br />hubungannya kuat dan searah (karena angkanya<br />positip). Kedua varibel dana pensiun dan<br />penghasilan tidak kena pajak selain mempunyai<br />hubungan kuat dan searah juga menunjukan sifat<br />signifikan, hal ini ditunjukkan dengan angka<br />signifikansi 0,000 < 0,05.<br />D. PENUTUP<br />1. Kesimpulan<br />Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh<br />antara upah, dana pensiun dan PTKP terhadap<br />penerimaan pajak orang pribadi khususnya<br />karyawan. Penelitian ini juga mengamati korelasi<br />antara upah, dana pensiun dan PTKP. Berdasarkan<br />hasil penelitian terbukti bahwa upah dan<br />penghasilan tidak kena pajak (secara terpisah)<br />secara signifikan mempengaruhi penerimaan pajak<br />orang pribadi. Variabel dana pensiun secara linier<br />tidak mempunyai pengaruh terhadap penerimaan<br />pajak orang pribadi khususnya karyawan, walaupun<br />demikian, variabel dana pensiun mempunyai<br />korelasi yang kuat dengan variabel upah dan PTKP.<br />2. Rekomendasi<br />a.Untuk peningkatkan kesejahteraan karyawan<br />maka upah tiap tahun perlu ditinjau ulang oleh<br />perusahaan maupun perundangan pemerintah yang<br />mendasarkan pada tingginya biaya hidup dari<br />tahun ke tahun;<br />b.Dana pensiun tidak memiliki pengaruh terhadap<br />penerimaan pajak penghasilan orang pribadi,<br />walaupun demikian hendaknya masyarakat tenaga<br />kerja tetap memikirkan kesejateraan di hari tua.<br />Pihak pemerintah dapat memanfaatkan data<br />pemegang polis asuransi apapun bentuknya untuk<br />mengoptimalkan penerimaan pajak;<br />c.Upah mempunyai pengaruh yang paling dominan<br />maka tergantung pada perusahaan untuk<br />memperha-tikan kondisi upah yang selama ini<br />diberikan pada karyawannya karena dari total<br />upah yang dibayarkan karyawan masih harus<br />menanggung beban biaya hidup dan pajak<br />penghasilan;<br />d.Pengaruh dana pensiun pada posisi paling rendah,<br />hendaknya dicarikan upaya untuk memperbaiki<br />kebijakan dana pensiun, misalnya mengubah<br />prinsip ability to pay khusus untuk perlakuan<br />pajak atas karyawan, dimana pada saat memupuk<br />dana cadangan pensiun tetap dikenakan pajak,<br />tetapi pada saat menerima penghasilan pada masa<br />pensiun tidak dipungut pajak lagi.<br />DAFTAR BACAAN<br />KUTIPAN<br />1) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 6. Dikutip dari buku Perpajakan karangan Prof Dr.<br />Mardiamso, MBA Ak. Tahun 2003.<br />2) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 9. Dikutip dari Keputusan Menteri Keuangan No.<br />564/ KMK.03/ 2004 tanggal 29 Nopember 2004<br />3) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 10. Dikutip dari buku Manajemen Sumber Daya<br />Manusia karangan Kolonel Kal. Susilo Martoyo, SE tahun 1994.<br />4) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 14. Dikutip dari buku Upah Antar Industri di<br />Indonesia karangan Bambang Setiadji tahun 2002<br />5) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 16. Dikutip dari buku Manajemen Lembaga<br />Keuangan karangan Dahlan Siamat tahun 2001<br />6) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 17. Dikutip dari buku Artikel Berita Asuransi dalam<br />Jakarta (Bisnis), 15 Agustus 2003<br />7) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 26. Dikutip dari buku Metode Peneltian Bisnis<br />karangan Dr. Sugiyono tahun 1999<br />8) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 28. Dikutip dari buku Panduan Riset dengan<br />Pendekatan Kuantitatif karangan Prof. Dr. Bambang Setiadji tahun 2006<br />9) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 30. Dikutip dari buku Aplikasi Analisis Multivariate<br />dengan Program SPSS karangan Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M. Com, Akt tahun 2006<br />10) Bukti Bacaan yang dikutip di tesis pada halaman 29. Dikutip dari buku Multivariate Data Analysis<br />karangan Joseph F. Hair Jr, William C. Black, Barry J Babin, Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham<br />tahun 2006<br />NON KUTIPAN<br />1) Hasil Penelitian Studi Penentuan Upah Minimal Kabupaten Kudus<br />2) Evaluasi Dampak Penerapan PP No. 47 Tahun 2003 tentang PPh pasal 21 Ditanggung Pemerintah pada<br />PT X (di Kudus)<br />3) Manajemen Sumber Daya Manusia karangan Drs. H. Malayu SP Hasibuan<br />4) Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, karangan Jonathan Sarwono<br />5) Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis, karangan Drs. Husein Umar, SE, MM, MBA<br />6) Manajemen Personalia, karangan Drs. Heidjarcman Ranupandojo dan Dr. Suad Husnan<br />7) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, karangan T. Hani Handoko<br />8) Pajak Penghasilan, karangan Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH<br />9) Tinjauan Perpajakan Indonesia (The Indonesian Tax In Brief)<br />10) Pentingnya Mengenal dan Memahami Lembaga Dana Pensiun, Harian umum Sore Sinar Harapan tahun<br />2003<br />11) Menyiapkan Dana Pensiun, Harian umum Sore Sinar Harapan tahun 2002<br />Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil<br />di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Purwodadi<br />Mohammad Taufiq Hidayanto<br />M. Wahyuddin<br />ABSTRAK<br />Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif cara penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil untuk<br />instansi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Purwodadi dengan menggunakan faktor-faktor dari kriteria<br />Garry Dessler yaitu: kualitas, kuantitas, supervisi, kehadiran, dan konservasi. Dalam penelitian ini, sehubungan<br />dengan populasi yang hanya berjumlah 27, maka penulis tidak menggunakan sampel.<br />Hasil dari analisis data menunjukkan dari kelima variabel independen dari faktor-faktor tersebut di atas<br />memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.<br />Goodness of fit yaitu R square sebesar 0,981%, yang berarti 98,1% kelima variabel bebas yang dimasukkan<br />dapat menjelaskan variabel dependen yaitu prestasi kerja pegawai, sedangkan 1,9% dijelaskan oleh variabel di<br />luar model. Uji F diperoleh nilai sebesar 216,613 dengan signifikansi sebesar 0,000 dengan derajat keyakinan<br />99% atau α = 0,01 sehingga lima variabel independen tersebut secara bersama-sama terbukti berpengaruh<br />secara signifikan terhadap variabel dependen.<br />Kata kunci : prestasi kerja, Pegawai Negeri Sipil.<br />A. PENDAHULUAN<br />Prestasi kerja adalah hasil atau tingkat<br />keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama<br />periode tertentu di dalam melaksanakan tugas<br />dibanding-kan dengan berbagai kemungkinan,<br />seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau<br />kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan<br />telah disepakati bersama.<br />Evaluasi prestasi kerja (perfor-mance<br />evaluation), yang dikenal juga dengan istilah<br />penilaian prestasi kerja (performance appraisal),<br />pada dasarnya merupakan proses yang digunakan<br />perusahaan untuk mengevaluasi job performance.<br />Penilaian prestasi kerja sangat penting antara<br />lain dapat mengidenti-fikasi peningkatan yang<br />diperlukan pada SDM yang berhubungan dengan<br />analisis dan penempatan, pelatihan dan<br />pengembangan, perencanaan karir, dan lain-lain.<br />Disamping itu, penilaian pres-tasi kerja sangat<br />penting untuk memfo-kuskan karyawan terhadap<br />tujuan strategis dan untuk penempatan, untuk<br />penggantian perencanaan dan tujuan untuk<br />pelatihan dan pengembangan.<br />Penilaian prestasi kerja (Perfor-mance<br />Appraisal) memainkan peranan yang sangat penting<br />dalam peningkatan motivasi di tempat kerja.<br />Karyawan menginginkan dan membutuhkan balikan<br />berkenaan dengan prestasi kerja mereka dan<br />penilaian menyediakan kesempatan untuk<br />memberikan balikan kepada mereka. Apabila<br />prestasi kerja tidak sesuai dengan standar, maka<br />penilaian menyediakan kesempatan untuk meninjau<br />kemajuan karyawan dan untuk menyusun rencana<br />pening-katan prestasi kerja (Dessler, 1997: 536)<br />Penilaian prestasi kerja merupa-kan kajian<br />sistematis tentang kondisi kerja karyawan yang<br />dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan<br />standar kerja yang telah ditentukan perusahaan<br />(Rivai, 2005: 18). Evaluasi prestasi kerja adalah<br />satu sistem dan cara penilaian pencapaian hasil<br />kerja suatu perusahaan atau organisasi dan penilaian<br />pencapaian hasil kerja setiap individu yang bekerja<br />di dalam dan untuk perusahaan tersebut<br />(Simanjuntak, 2005: 20).<br />Ada beberapa metode atau teknik yang dapat<br />dipakai dalam melakukan penilaian prestasi kerja<br />antara lain : teknik skala penilaian grafik, metode<br />pemeringkatan berselang-selaing, meto-de<br />perbandingan berpasangan, metode distribusi paksa,<br />metode insiden kritis, skala penilaian perilaku, dan<br />metode gabungan (Dessler, 1997: 514).<br />Masalahnya adalah penyimpang-an (deviasi)<br />dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi.<br />Oleh karena itu, alternatif cara penilaian prestasi<br />kerja Pegawai Negeri Sipil untuk instansi Kantor<br />Pelayanan Perbendaha-raan Negara Purwodadi<br />perlu diberikan.<br />Rodhiyah, 2003, dalam tesisnya menguji<br />prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil dengan<br />membandingkan penilaian melalui DP-3,<br />berkesimpulan pertama, bahwa penilaian prestasi<br />kerja dengan metode Gary Dessler dengan penilaian<br />menggunakan kriteria DP3 mempunyai hubungan<br />yang positif atau arah yang sama sehingga dapat<br />menunjukkan bahwa semakin tinggi prestasi kerja<br />seorang pegawai akan semakin tinggi pula prestasi<br />kerja DP-3 pegawai. Kedua, variabel prestasi kerja<br />Dessler secara parsial mempengaruhi prestasi kerja<br />DP-3.<br />Sunardjo, 2004, dalam tesisnya,<br />berkesimpulan bahwa penilaian prestasi kerja<br />pegawai dengan DP-3 dan penilaian prestasi kerja<br />dengan kriteria Gary Dessler dapat digunakan<br />sebagai alat atau instrumen penilaian pegawai.<br />Penilaian prestasi kerja pegawai dengan metode ini<br />dapat digunakan sebagai standart penilaian prestasi<br />kerja pegawai karena obyektivitasnya lebih baik<br />karena dilakukan pejabat penilai dengan<br />melakukan observasi atau pencatatan-pencatatan<br />selama masa penilaian.<br />B. METODOLOGI PENELITIAN<br />1. Populasi dan Sampel<br />Populasi merupakan keseluruhan dari subyek<br />yang akan diteliti. Populasi ini dapat bersifat<br />universe yang berarti bahwa keseluruhan subyek<br />penelitian atau jumlah keseluruhan dari unit analisis<br />yang ciri-cirinya akan diduga.<br />Berdasarkan pengertian tersebut populasi<br />dalam penelitian ini adalah jumlah pegawai yang<br />tercatat dan masih aktif bekerja di lingkungan<br />Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara<br />Purwodadi sebanyak 27 orang. Sampel merupakan<br />subyek yang mewakili populasi. Dalam penelitian<br />ini, sehu-bungan dengan populasi yang hanya<br />berjumlah 27, penulis mengambil data seluruh<br />populasi jadi tidak mengguna-kan sampel.<br />2. Metode Pengumpulan Data<br />Data dalam riset ini akan diper-oleh secara<br />langsung dari hasil wawan-cara dengan menyebar<br />kuisioner yang telah disediakan jawabannya dan<br />atau dari hasil observasi lapangan. Data yang<br />menunjukkan intensitas suatu perilaku, berupa<br />besaran kualitatif akan dikuanti-tatifkan dengan<br />menggunakan skala Likert (sangat setuju skor 4,<br />setuju skor 3, kurang setuju skor 2, tidak setuju skor<br />1).<br />3. Teknik Analisis Data<br />a. Uji Instrumen<br />1. Uji Validitas<br />Apabila nilai korelasi atau r hitung dibawah<br />0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir<br />instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus<br />diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 1999: 116).<br />Dalam penelitian ini meng-gunakan teknik<br />pengujian Product Moment Pearson Correlation<br />dengan formulasi:<br />( ) ( )<br />[ å (å ) å (å ) ]<br />å å å<br />- -<br />-<br />=<br />2 2 2 2<br />N XY<br />r<br />N X X N Y Y<br />X Y<br />Keterangan :<br />r = Koefisien korelasi product moment<br />X = Skor setiap item/butir pertanyaan<br />Y = Skor total dari X<br />N = Jumlah responden<br />2. Uji Reliabilitas<br />Uji reliabilitas menunjuk suatu pengertian<br />bahwa suatu instrumen cukup dapat dipecaya untuk<br />digunakan sebagai alat pengumpul data karena<br />instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik<br />tidak akan bersifat tendensius mengarahkan<br />responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu<br />sehingga data yang diambil dapat dipercaya.<br />Reliabilitas dapat dilakukan dengan<br />mengkorelasikan antara data instrumen yang satu<br />dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen.<br />Apabila hasil korelasi adalah positif dan signifikan,<br />maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.<br />Konsistensi jawaban ditunjukkan oleh tingginya<br />koefisien alpha (cronbach).<br />Teknik Cronbach’s Alpha dengan rumus<br />sebagai berikut:<br />ú úû<br />ù<br />ê êë<br />é<br />- úû<br />ù<br />êë<br />é<br />-<br />= å<br />2<br />1<br />2<br />11 1<br />1 s<br />s b<br />k<br />r k<br />Keterangan:<br />r11 : Reliabilitas instrumen<br />k : Banyaknya butir pertanyaan<br />å 2<br />b s : Jumlah varians butir<br />å 2<br />1 s : Varians total<br />b. Model Analisis<br />Teknik analisis data yang digunakan dalam<br />penelitian ini adalah regresi Linier Probability<br />Model (LPM) karena variabel bebasnya lebih dari<br />satu variabel. Adapun bentuk regresi Linier<br />Probability Model (LPM) yang diguna-kan dalam<br />penelitian ini dengan persamaan sebagai berikut:<br />i<br />i<br />i i i i i i i<br />i<br />w<br />u<br />w<br />X<br />w<br />X<br />w<br />X<br />w<br />X<br />w<br />X<br />w w<br />Y<br />= + + + + + 5 +<br />6<br />4<br />5<br />3<br />4<br />2<br />3<br />1<br />2<br />1 b b b b b<br />b<br />Di mana :<br />Y = Variabel dependen prestasi kerja<br />1 X = Variabel kualitas pekerjaan<br />2 X = Variabel kuantitas pekerjaan<br />3 X = Variabel supervisi<br />4 X = Variabel kehadiran<br />5 X = Variabel konservasi<br />b = koefisien regresi/parameter<br />wi = weighted, pembobotan melalui poses<br />i u = Residual<br />c. Uji Ketepatan Parameter (uji t)<br />1<br />1<br />Sb<br />t = b<br />di mana:<br />1 b = Nilai Koefisien Parameter<br />1 Sb = Standar Error dari b<br />d. Uji Ketepatan Model (F, R2)<br />1. Uji F<br />2. Koefisien<br />Determinasi (R2)<br />Koefisien Determinasi digunakan untuk<br />menjelaskan besarnya pengaruh variabel<br />independen terhadap variabel dependen. Koefisien<br />determinasi pada dasarnya mengukur seberapa<br />kemampu-an model dalam menjelaskan variabel.<br />( )<br />( )2<br />2<br />2 ˆ<br />Y Y<br />R Y Y<br />å -<br />= å -<br />Di mana:<br />Yˆ = nilai Y estimate<br />Y = nilai Y rata-rata<br />Nilai R2 adalah antara 0 sampai dengan 1, bila<br />R2 mendekati 1 maka model yang dipilih mendekati<br />kebenar-an.<br />C. HASIL PENELITIAN<br />1. Gambaran Umum Objek Penelitian<br />Dalam rangka meningkatkan efektifitas<br />pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan<br />kinerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan,<br />khususnya dalam rangka lebih mendekatkan kantor<br />bayar dan pelaksanaan fungsi Direktorat Jenderal<br />Perbendaharaan di wilayah Kabupaten Grobogan<br />dan Kabupaten Blora, pemerintah dalam hal ini<br />Departemen Keuangan memandang perlu untuk<br />membuka Kantor Pelayanan Perbendaharaan<br />Negara baru dengan wilayah kerja Kabupaten<br />Grobogan dan Kabupaten Blora.<br />Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara<br />Purwodadi resmi beroperasi pada tanggal 1 Oktober<br />2002 dan diresmikan oleh Bupati Grobogan.<br />Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan<br />Perbendaharaan Negara Purwodadi adalah sebagai<br />berikut:<br />1. Sub Bagian Umum<br />Sub Bagian Umum terdiri atas 3 (tiga)<br />Koordinator Pelaksana, yaitu:<br />a. Koordinator Pelaksana Kepega-waian;<br />b. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan<br />Keuangan;<br />c. Koordinator Pelaksana Rumah Tangga dan<br />Pelaporan.<br />2. Seksi Perbendaharaan<br />Seksi Perbendaharaan terdiri atas 2 (tiga)<br />Koordinator Pelaksana, yaitu:<br />a. Koordinator Pelaksana Perbenda-haraan A;<br />b. Koordinator Pelaksana Perbenda-haraan B.<br />3. Seksi Bendaharawan umum<br />Seksi Bendaharawan Umum terdiri atas 2 (tiga)<br />Koordinator Pelaksana, yaitu:<br />a. Koordinator Pelaksana Giro Pos dan<br />Pembukuan;<br />b. Koordinator Pelaksana Bank Tunggal.<br />4. Seksi Verifikasi dan Akuntansi<br />Seksi Verifikasi dan Akuntansi terdiri atas 2 (tiga)<br />Koordinator Pelaksana, yaitu:<br />a. Koordinator Pelaksana Verifikasi dan<br />Akuntansi A;<br />b. Koordinator Pelaksana Verifikasi dan<br />Akuntansi B.<br />2. Profil Responden<br />a. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Jenis<br />Kelamin<br />Tabel 1<br />Karakteristik Pegawai KPPN Purwodadi<br />Berdasarkan Jenis Kelamin<br />Jenis Kelamin Jumlah %<br />Laki-laki 25 92,6<br />Perempuan 2 7,4<br />Total 27 100<br />Sumber: Data Primer diolah<br />Karakteristik pegawai berdasar-kan jenis<br />kelamin, diketahui bahwa jumlah pegawai dengan<br />jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang atau<br />92,6%, sedangkan perempuan 2 orang atau 7,4%.<br />b. Karakteristik Pegawai Berdasarkan<br />Kelompok Umur<br />( 2 ) ( )2<br />2<br />1 / 3<br />/ 2<br />- -<br />=<br />R n<br />F R<br />Berdasarkan hasil penelitian dengan melihat<br />jumlah responden seperti dalam tabel 2, umur<br />pegawai yang paling banyak adalah reponden yang<br />berusia 41 tahun sampai dengan 50 tahun yaitu<br />dengan jumlah 12 atau 44,4% dari total responden,<br />sedangkan yang paling sedikit adalah responden<br />dengan usia kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 3<br />dan terdapat 1 responden tidak menyantumkan<br />identitas umur.<br />Tabel 2<br />Karakteristik Pegawai KPPN Purwodadi<br />Berdasarkan Kelompok Umur<br />Kelompok Umur Jumlah %<br />< 30 tahun 3 11,1<br />30 s.d 40 tahun 7 25,9<br />41 s.d 50 tahun 12 44,4<br />> 50 tahun 4 14,8<br />Tidak<br />Menyantumkan<br />1 3,8<br />Total 27 100<br />Sumber: Data Primer Diolah<br />c. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Tingkat<br />Pendidikan<br />Tabel 3<br />Karakteristik Pegawai KPPN Purwodadi<br />Berdasarkan<br />Tingkat Pendidikan<br />Pendidikan Jumlah %<br />S1 13 48,2%<br />Diploma<br />(Sarjana Muda)<br />5 18,5%<br />SLTA 9 33,3%<br />Total 100 100%<br />Sumber: Data Primer Diolah<br />Berdasarkan tingkat pendidikan seperti<br />terlihat dalam tabel 3 maka jumlah pegawai yang<br />paling banyak adalah dengan tingkat pendidikan<br />sarjana yaitu sebanyak 13 atau 48,1%, kemudian<br />tingkat Diploma/Sarjana Muda sebanyak 5<br />responden dan tingkat SLTA sebanyak 9 orang.<br />d. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Status<br />Pernikahan<br />Berdasarkan status kepegawaian maka<br />gambaran responden akan terlihat seperti dalam<br />tabel 4 sebagai berikut:<br />Tabel 4<br />Karakteristik Pegawai KPPN Purwodadi<br />Berdasarkan Status Pernikahan<br />Status Jumlah %<br />Menikah 24 88,9<br />Belum Menikah 3 11,1<br />Total 100 100,0<br />Sumber: Data Primer Diolah<br />Berdasarkan status pernikahan terdapat 24<br />responden telah menikah dan 3 responden<br />menyatakan belum menikah.<br />3. Analisis Data<br />Untuk menganalisis faktor-faktor yang<br />mempengaruhi dalam penilaian prestasi kerja<br />pegawai di Kantor Pelayanan Perbendaharaan<br />Negara Purwodadi maka digunakan yaitu: Model<br />Regresi LPM (Linier Probability Model), dari hasil<br />pengolahan data dengan menggunakan program<br />SPSS, diperoleh hasil sebagaimana dapat dilihat<br />pada rumusan fungsi regresi sebagai berikut:<br />i<br />i<br />w<br />Y<br />= 0,038 + 0,081X1 - 0,018X2 - 0,026X3 - 0,047X4 + 0,029X5<br />(19,377)*** (-5,999)*** (-8,443)*** (-13,913)*** (7,820)***<br />R2 = 0,981<br />F = 216,613 Sig F = 0,000<br />( ) = menunjukkan thitung<br />*** = signifikan pada taraf uji 1%<br />Variabel Prestasi kerja 0,038 artinya apabila<br />tidak ada faktor kualitas pekerjaan, kuantitas<br />pekerjaan, supervisi, kehadiran, dan konservasi<br />maka prestasi kerja mempunyai skor sebesar 0,038.<br />Variabel kualitas pekerjaan sebesar 0,081 artinya<br />apabila skor kualitas pekerjaan naik satu skor maka<br />akan menaikkan prestasi kerja pegawai sebesar<br />0,081 skor, variabel kuantitas pekerjaan sebesar<br />-0,018 artinya apabila faktor kuantitas pekerjaan<br />naik satu skor maka akan menurunkan prestasi kerja<br />pegawai sebesar 0,018 skor, variabel supervisi<br />sebesar -0,026 artinya apabila faktor supervisi naik<br />satu skor maka menurunkan prestasi kerja pegawai<br />sebesar 0,026 skor. Variabel kehadiran sebesar<br />-0,046 artinya apabila faktor kehadiran naik satu<br />skor maka menurunkan prestasi kerja pegawai<br />sebesar 0,046 skor. Variabel konservasi sebesar<br />0,029 artinya apabila faktor konservasi naik satu<br />skor maka menaikkan prestasi kerja pegawai<br />sebesar 0,029 skor.<br />a. Pengujian Parameter-parameter<br />Dari hasil yang diperoleh model regresi<br />berganda dengan metode LPM di atas dapat<br />dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut:<br />1. Uji tanda<br />Hasil uji tanda dengan metode LPM diperoleh<br />nilai b faktor kualitas pekerjaan (X1) sebesar 0,081,<br />faktor kuantitas pekerjaan (X2) sebesar -0,018,<br />faktor supervisi (X3) sebesar -0,026, faktor<br />kehadiran (X4) sebesar -0,047 dan faktor konservasi<br />(X5) sebesar 0,029.<br />Pada faktor kuantitas, faktor supervisi, dan<br />kehadiran nilai b adalah negatif, yang berarti<br />menunjukkan bahwa hubungan faktor kuantitas,<br />faktor supervisi, dan kehadiran terhadap prestasi<br />kerja tidak searah, yaitu setiap terjadi peningkatan<br />pada faktor kuantitas, faktor supervisi dan<br />kehadiran akan menurunkan prestasi kerja,<br />sedangkan pada faktor kualitas pekerjaan, dan<br />konservasi bernilai positif artinya bahwa hubungan<br />faktor kualitas pekerjaan dan konservasi terhadap<br />prestasi kerja searah, yaitu setiap terjadi<br />peningkatan faktor kualitas pekerjaan, dan<br />konservasi akan meningkatkan prestasi kerja<br />pegawai.<br />2. Uji signifikansi parsial (Uji t)<br />Dari print out program SPSS dengan metode<br />LPM, terdapat perubah-an yaitu diperoleh nilai<br />signifikansi faktor kualitas pekerjaan (X1) = 0,000,<br />faktor kuantitas pekerjaan (X2) = 0,000, faktor<br />supervisi (X3) = 0,000, faktor kehadiran (X4) =<br />0,000 dan faktor konservasi (X5) = 0,000, dengan<br />tingkat keyakinan 99% atau α = 0,01 maka dapat<br />disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan<br />antara aspek-aspek tersebut terhadap prestasi kerja<br />pegawai. Adapun besarnya pengaruh dari masingmasing<br />variabel bebas terhadap variabel terikat<br />yaitu prestasi kerja dengan metode LPM yaitu,<br />faktor kualitas pekerjaan (b1) = 0,081, faktor<br />kuantitas pekerjaan (b2) = -0,018, faktor supervisi<br />(b3) = -0,026, faktor kehadiran (b4) = -0,047 dan<br />faktor konservasi (b5) = 0,029. Dari besaran nilai b<br />ketiga koefisien regresi tersebut dapat diketahui<br />bahwa variabel yang paling dominan pengaruhnya<br />terhadap prestasi kerja adalah faktor kualitas<br />pekerjaan dengan nilai b1 = 0,081.<br />3. Uji signifikansi simultan<br />(Uji statistik F)<br />Apakah semua variabel bebas yang<br />dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh<br />secara bersama-sama terhadap variabel terikat.<br />Dengan metode LPM, diperoleh nilai F sebesar<br />216,613 dengan signifikansi 0,000, dengan derajat<br />keyakinan 99% atau α = 0,01, sehingga lima<br />variabel independen tersebut di atas adalah secara<br />bersama-sama terbukti berpengaruh secara<br />signifikan terhadap variabel dependen.<br />4. Uji koefisien determinasi (R2)<br />Seberapa jauh variabel prestasi kerja pegawai<br />yang dijelaskan oleh tiga variabel yaitu faktor<br />kualitas pekerjaan, faktor kuantitas pekerjaan,<br />faktor supervisi, faktor kehadiran dan faktor<br />konservasi. Dengan metode LPM, dari perhitungan<br />SPSS, menunjukkan nilai R2 sebesar 0,981%, yang<br />berarti 98,1% kelima variabel bebas yang<br />dimasukkan dapat menjelaskan variabel terikat<br />yaitu prestasi kerja pegawai, sedangkan 1,9%<br />dijelaskan oleh variabel di luar model.<br />Penelitian ini mendukung teori Dessler,<br />(1997: 515), yang menyebut-kan bahwa penilaian<br />pretasi kerja dapat dinilai dengan kualitas<br />pekerjaan, kuan-titas pekerjaan, supervisi,<br />kehadiran, dan konservasi.<br />Penelitian ini mendukung peneli-tian<br />Rodhiyah, 2003, dalam tesisnya menguji prestasi<br />kerja Pegawai Negeri Sipil dengan membandingkan<br />penilaian melalui DP-3, berkesimpulan pertama,<br />bahwa penilaian prestasi kerja dengan metode Gary<br />Dessler dengan penilaian menggunakan kriteria<br />DP3 mempunyai hubungan yang positif atau arah<br />yang sama sehingga dapat menunjukkan bahwa<br />semakin tinggi prestasi kerja seorang pegawai akan<br />semakin tinggi pula prestasi kerja DP-3 pegawai.<br />Kedua, variabel prestasi kerja Dessler secara parsial<br />mempengaruhi prestasi kerja DP-3.<br />Sunardjo, 2004, dalam tesisnya,<br />berkesimpulan bahwa penilaian prestasi kerja<br />pegawai dengan DP-3 dan penilaian prestasi kerja<br />dengan kriteria Gary Dessler dapat digunakan<br />sebagai alat atau instrumen penilaian pegawai.<br />Penilaian prestasi kerja pegawai dengan metode ini<br />dapat digunakan sebagai standart penilaian prestasi<br />kerja pegawai<br />D. PENUTUP<br />1. Kesimpulan<br />Dari uji validitas dan reliabilitas, baik<br />variabel terikat maupun variabel bebas<br />menunjukkan bahawa daftar kuesioner yang<br />disampaikan kepada responden telah memenuhi<br />persyaratan. Terdapat pengaruh yang signifikan<br />antara faktor kualitas pekerjaan, faktor kuantitas<br />pekerjaan, faktor supervisi, faktor kehadiran dan<br />faktor konservasi terhadap prestasi kerja pegawai.<br />Kualitas pekerjaan mempunyai pengaruh<br />paling dominan terhadap pres-tasi kerja pegawai<br />dibanding dengan faktor-faktor yang lain. Sebesar<br />98,1% dari kelima variabel bebas yang dimasukkan<br />dapat menjelaskan variabel ter-ikat yaitu<br />prestasi kerja pegawai, sedang 1,9% dijelaskan oleh<br />variabel di luar model.<br />2. Saran<br />Dari hasil penelitian ini, saran yang diberikan<br />:<br />1. Untuk meningkatkan prestasi kerja, perlu<br />adanya peningkatan kualitas pekerjaan yaitu<br />dengan cara mening-katkan akurasi, ketelitian,<br />penampilan dan output dari pekerjaan;<br />2. Kuantitas pekerjaan berpengaruh negatif<br />terhadap prestasi kerja, untuk itu perlu<br />dilakukan pengukuran beban kerja yang akurat<br />masing-masing pegawai sehingga diharapkan<br />beban kerja dan kontribusi masing-masing<br />pegawai merata;<br />3. Supervisi berpengaruh negatif terha-dap prestasi<br />kerja, untuk itu diharap-kan saran dan arahan<br />yang diberikan atasan jangan terlalu ketat<br />sehingga terjamin adanya otoritas dalam bekerja<br />tanpa melanggar aturan-turn yang ada;<br />4. Kehadiran berpengaruh negatif terha-dap<br />prestasi kerja, untuk itu diharap-kan adanya<br />peningkatan dalam hal regularitas dan ketepatan<br />waktu masing-masing pegawai sehingga untuk<br />ke depan masing-masing pega-wai dapat<br />meningkatkan prestasi kerjanya;<br />5. Konservasi berpengaruh positif terha-dap<br />prestasi kerja, untuk itu perlu terus ditingkatkan<br />kegitan-kegiatan yang mendukung adanya<br />pencegahan, pemborosan dan pemeliharaan peralatan,<br />sehingga diharapkan setiap pegawai akan<br />nyaman dalam bekerja yang otomatis akan<br />berpengaruh positif dalam peningkatan prestasi<br />kerja;<br />6. Hasil penelitian ini hendaklah dapat<br />dipergunakan sebagai pertimbangan membuat<br />kebijakan dalam penilaian dan penataan<br />pegawai di Kantor Pelayanan Perbendaharaan<br />Negara Purwodadi.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Dessler, Gary, Manajemen Personalia, Teknik dan Konsep Modern, diterjemahkan oleh: Agus Dharma,<br />Erlangga, Jakarta, Tahun 1997.<br />Dessler, Gary, Manajemen Sumber Daya Manusia, Human Resource Management 7e, jilid 2, PT. Prenhallindo,<br />Jakarta, Tahun 1998.<br />Dharma, Surya, Manajemen Kinerja, Falsafah Teori dan Penerapannya, Pustaka Pelajar, Jakarta, Tahun 2005.<br />Gujarati, N. Damodar, Basic Econometric, Third edition, International editions, Prinfeed in Singapore, Tahun<br />1995.<br />Handoko, T.H., Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE Yogyakarta, Tahun 2000.<br />Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, Tahun 2005.<br />Nawawi, Hadari, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Tahun 2000.<br />Rodhiyah, Studi Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dengan Kriteria Gary Dessler (Kasus di Sekretariat<br />Daerah Kabupaten Wonogiri), Tesis, Magister Manajemen-UMS, Surakarta, Tahun 2003.<br />Rivai, Veithzal, Performance Appraisal, Sistem yang tepat untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan<br />daya saing perusahaan, Jakarta, Tahun 2005.<br />Simanjuntak, Payaman J., Manajemen Dan Evaluasi Kinerja, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas<br />Indonesia, Jakarta, Tahun 2005.<br />Sunardjo, Studi Kinerja Pegawai Di Lingkungan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Dan<br />Penanaman Modal Kabupaten Sragen Dengan Membandingkan Metode Perilaku Yang Terobservasi<br />(BOS) Dengan DP-3, Tesis, Magister Manajemen-UMS, Surakarta, Tahun 2004.<br />Sunarno, Studi Tentang Kinerja Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Dinas Pertanian Karanganyar, Tesis,<br />Magister Manajemen-UMS, Surakarta, Tahun 2004.<br /><br />Pengaruh Komunikasi Internal, Budaya Organisasi dan Reward Terhadap Motivasi Kerja di<br />Kantor Pelayanan Pajak Surakarta<br />Esti Hartari<br />ABSTRAK<br />Motivasi kerja memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. adalah proses<br />mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau<br />melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi atau dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai<br />desakan yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan. Secara populer dapat dikatakan<br />bahwa pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri para bawahan yang digerakkan itu terdapat<br />keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi tujuan pribadipun ikut pula<br />tercapai.<br />Beberapa variabel yang mendorong motivasi kerja yaitu komunikasi internal, budaya organisasi dan reward<br />yang diterima karyawan. Hasil dari analisis regresi binary logistic diperoleh kesimpulan antara lain bahwa<br />variabel independen yang terdiri dari komunikasi internal, budaya organisasi, dan reward berpengaruh positif<br />dan signifikan terhadap motivasi kerja. Dari hasil uji ekspektasi B atau Exp(B) diketahui bahwa kontribusi<br />yang diberikan variabel komunikasi internal terhadap motivasi kerja paling besar dibandingkan variabel<br />budaya organisasi dan reward.<br />Kata kunci : komunikasi internal, budaya organisasi, reward, motivasi.<br />A. PENDAHULUAN<br />Pemberian motivasi berkaitan langsung<br />dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai<br />sasaran organisasi-onal. Tersirat pada pandangan<br />ini ialah bahwa dalam tujuan dan sasaran<br />organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran<br />pribadi para anggota organisasi yang diberi<br />motivasi tersebut. Secara populer dapat dikatakan<br />bahwa pemberian motivasi hanya akan efektif<br />apabila dalam diri para bawahan yang digerakkan<br />itu terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya<br />tujuan dan berbagai sasaran organisasi tujuan<br />pribadipun ikut pula tercapai.<br />Untuk memberikan motivasi kerja kepada<br />pegawai agar tujuan dapat tercapai maka seorang<br />pemimpin organisasi harus berusaha semaksimal<br />mungkin untuk dapat memenuhi kebutuhankebutuhan<br />dasar hidupnya minimal kebutuhan akan<br />sandang dan pangan. Dengan memberikan motivasi<br />kepada bawahan seorang pimpinan dapat<br />mengharapkan peningkatan hasil kerja sesuai<br />dengan yang diinginkan. Disamping menciptakan<br />komunikasi yang baik, dan menciptakan budaya<br />organisasi yang baik, seorang pimpinan dalam<br />rangka meningkatkan motivasi kepada bawahannya<br />dapat melakukan tindakan yang mengarah pada<br />pemberian insentif positif yang berupa<br />penghargaan, anugerah, imbalan, dan sejenisnya<br />kepada bawahan. Dengan tindakan-tindakan<br />tersebut seorang pimpinan dapat memberikan<br />motivasi kepada bawahannya untuk bekerja lebih<br />baik.<br />Kantor Pelayanan Pajak Surakarta merupakan<br />instansi pemerintah yang memiliki tugas utama<br />melakukan pelayanan pajak, memiliki pegawai<br />yang berjumlah 134 orang. Dalam rangka<br />peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan<br />peningkatan produktiv-itas kerjanya pimpinan<br />Kantor Pela-yanan Pajak Surakarta senantiasa<br />berusaha menciptakan komunikasi dengan<br />bawahan, dan mengadakan pembinaan secara rutin<br />agar pegawai yang satu dengan yang lainnya dapat<br />terjalin komunikasi yang baik, membangun budaya<br />organisasi yang baik, dan berupaya memberikan<br />insentif terhadap pegawainya dengan harapan<br />pegawai Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dapat<br />termotivasi untuk melakukan tugas-tugasnya<br />dengan penuh tanggung jawab.<br />Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi,<br />maka pimpinan Kantor Pelayanan Pajak Surakarta<br />akan mudah dalam mengelola, melaporkan,<br />memper-tanggung jawabkan dan mengungkap-kan<br />segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan<br />penggunaan sumber daya publik khususnya yang<br />berkaitan dengan pajak. Dengan motivasi kerja<br />yang tinggi pula pimpinan akan mudah memberikan<br />informasi atas aktivitas dan kinerja di<br />lingkungannya kepada pihak-pihak yang<br />berkepentingan.<br />Dalam melaksanakan tugasnya pegawai<br />Kantor Pelayanan Pajak Surakarta khususnya yang<br />berkaitan dengan motivasi tentunya banyak<br />mengalami hambatan dan permasalah-an,<br />permasalahan tersebut antara lain: adanya<br />perbedaan bagian basah dan kering sehingga pada<br />bagian yang dianggap kering kurang memiliki<br />motivasi kerja, adanya perbedaan beban pekerjaan<br />antara pegawai satu dengan pegawai lainnya,<br />pemberian insentif yang dinilai tidak merata oleh<br />sebagian pegawai, dan lain sebagainya.<br />Hasil penelitian Korte (2006), Wong (2006),<br />Kominis (2006), Kahya (2007) dan Kankaanranta<br />(2006) menunjukkan bahwa variabel-variabel;<br />komunikasi internal, budaya organisasi dan reward<br />berhubungan dengan motivasi kerja. Berdasarkan<br />latar belakang di atas, maka perlu untuk diketahui<br />pengaruh komunikasi internal, budaya organisasi,<br />dan reward terhadap motivasi kerja di Kantor<br />Pelayanan Pajak Surakarta.<br />B. METODOLOGI PENELITIAN<br />1. Lokasi Penelitian<br />Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan<br />Pajak Surakarta, yang beralamat di Jalan KH. Agus<br />Salim No. 1 Surakarta.<br />2. Data dan Sumber Data<br />a. Sumber Data<br />Penelitian ini menggunakan data primer yang<br />bersumber dari responden melalui jawaban<br />kuesioner.<br />b. Teknik Pengumpulan Data<br />Teknik pengumpulan data pada penelitian ini<br />adalah kuesioner, yaitu melalui penyebaran angket<br />kepada karyawan/pegawai Kantor Pelayanan Pajak<br />Surakarta.<br />3. Populasi, Sampel, dan<br />Teknik Pengambilan Sampel<br />Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh<br />karyawan/pegawai Kantor Pelayanan Pajak<br />Surakarta yang berjumlah 134 orang. Sampel yang<br />diambil sebanyak 40 responden. Teknik<br />pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan<br />dengan menggunakan teknik sampling insidental.<br />4. Definisi Operasional<br />a. Komunikasi Internal, adalah proses<br />penyampaian informasi dari pegawai satu<br />kepegawai lainnya, atasan kepada bawahan dan<br />bawahan kepada atasan yang dilakukan di<br />Kantor Pelayanan Pajak Surakarta, dengan<br />menggunakan indikator adanya orang yang<br />menyampaikan informasi, adanya informasi,<br />adanya orang yang menerima informasi, dan<br />kejelasan informasi yang disampai-kan;<br />b. Budaya Organisasi, adalah kultur dan<br />kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di Kantor<br />Pelayanan Pajak Surakarta, budaya organisasi<br />diukur dengan tingkat kebiasaan-kebiasaan dan<br />norma-norma dalam melaksana-kan pekerjaan<br />yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak<br />Surakarta;<br />c. Reward, adalah insentif positif yang berupa<br />penghargaan, anugerah, imbalan akibat dari<br />hasil kerja yang baik yang dilakukan oleh<br />Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Surakarta.<br />Reward diukur dengan sejauh mana Kantor<br />Pelayanan Pajak Surakarta memberikan<br />penghargaan, anugerah, dan imbalan kepada<br />pegawai yang berprestasi;<br />d. Motivasi Kerja, adalah dorongan yang<br />menimbulkan semangat pada diri seorang<br />pegawai Kantor Pelayanan Pajak Surakarta<br />dalam melakukan pekerjaan yang dibeban-kan<br />kepadanya. Motivasi kerja dapat diukur dengan<br />menggunakan indika-tor tingkat kompensasi,<br />kondisi kerja yang baik, perasan diikut sertakan,<br />pemberian penghargaan, tugas peker-jaan yang<br />sifatnya menarik dan cara pendisiplinan yang<br />manusiawi.<br />5. Variabel Penelitian<br />a. Variabel bebas (independent varia-ble). Dalam<br />penelitian ini yang menjadi variabel bebas<br />adalah komunikasi internal (X1), budaya kerja<br />(X2), dan reward (X3);<br />b. Variabel tergantung (dependent variable), yaitu<br />variabel yang nilainya tergantung dan<br />dipengaruhi oleh variabel bebas (independent<br />variabel) Dalam penelitian ini yang dimaksud<br />variabel dependent adalah motivasi kerja (Y).<br />6. Instrumen Penelitian<br />Instrument yang digunakan dalam penelitian<br />ini adalah dengan mengguna-kan kuesioner ini<br />dimaksudkan untuk memperoleh data guna menguji<br />hipo-tesis dan model kajian.<br />7. Metode Analisis Data<br />a. Uji Instrumen<br />Terdiri dari pengujian validitas dan<br />reliabilitas.<br />b. Uji Hipotesis<br />1. Model Analisis Regresi Logistik<br />Untuk mengetahui faktor-faktor yang<br />mempengaruhi motivasi kerja pegawai dan<br />mengapa digunakan alat analisis ekonometrika<br />dengan menggu-nakan model regresi logistik.<br />Model logistik, dirancang untuk melakukan prediksi<br />keanggotaan grup. Regresi logistik digunakan bila<br />variabel-variabel prediktor (predictors) merupakan<br />campuran antara variabel diskrit dan kontinyu dan<br />distribusi data yang digunakan tidak normal<br />(Wahyuddin, 2004: 34).<br />Pada penelitian ini, analisis untuk<br />membedakan antara pegawai yang termotivasi dan<br />pegawai yang tidak termotivasi. Analisis model<br />regresi logistik binari, dilakukan dengan<br />menggunakan persamaan berikut ini:<br />Dmotivasi = b0 + b1X1+ b2X2+ b3X3+V<br />Di mana Dmotivasi adalah dummy motivasi (dimana<br />nilai 1 adalah motivasi tinggi, sedangkan nilai 0<br />adalah motivasi rendah), X1, X2, dan X3, masingmasing<br />adalah komunikasi internal (X1), budaya<br />organisasi (X2), dan reward (X3).<br />2. Uji ketepatan Model Regresi<br />Untuk menguji hipotesis diguna-kan model<br />Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test, jika<br />nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit<br />Test statistik sama dengan atau kurang dari 0,05,<br />maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada<br />perbedaan signifikan antara model dengan nilai<br />observasinya, yang Goodness fit model tidak baik,<br />karena model tidak dapat memprediksi nilai<br />observasinya (Ghozali, 2001: 218).<br />C. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />1. Karakteristik Responden<br />a. Pendidikan<br />Tabel 1<br />Distribusi Responden Penelitian Menurut<br />pendidikan<br />Pendidikan Banyaknya %<br />SMP 6 15<br />SMU 8 20<br />Diploma 10 25<br />Sarjana 16 40<br />Jumlah 40 100<br />Sumber : Data Primer, 2007<br />Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui<br />karakteristik responden berda-sarkan pendidikan,<br />dapat dikelompok-kan seperti tabel 1.<br />b. Kelompok Umur<br />Karakteristik responden berdasarkan<br />kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2.<br />Tabel 2<br />Distribusi Responden Penelitian Menurut Umur<br />Umur Banyaknya %<br /><20 3 8<br />20 - 25 6 15<br />26-30 8 20<br />31-35 12 30<br />36-40 6 15<br />>40 5 13<br />Jumlah 40 100<br />Sumber: Data Primer, 2007<br />c. Jenis Kelamin<br />Karakteristik responden berdasar-kan<br />kelompok Jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3.<br />Tabel 3<br />Distribusi Responden Penelitian Menurut jenis<br />kelamin<br />Jenis kelamin Banyaknya %<br />Laki-laki 26 65<br />Perempuan 14 35<br />Jumlah 40 100<br />Sumber: Data Primer, 2007<br />Sebagin besar responden adalah laki-laki. Hal<br />ini menjadi latar belakang motivasi kerja dimana<br />mereka umumnya bertanggung jawab sebagai<br />mencari nafkah keluarga.<br />2. Uji Kuesioner<br />a. Uji Validitas<br />1. Variabel Komunikasi Internal<br />Tabel 4<br />Rangkuman Uji Validitas<br />Variabel Komunikasi Internal (X1)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,416 0,312 Valid<br />2 0,430 0,312 Valid<br />3 0,548 0,312 Valid<br />4 0,471 0,312 Valid<br />5 0,481 0,312 Valid<br />6 0,576 0,312 Valid<br />7 0,693 0,312 Valid<br />8 0,590 0,312 Valid<br />9 0,477 0,312 Valid<br />10 0,341 0,312 Valid<br />Sumber: Data Primer diolah.<br />2. Variabel Budaya Organisasi (X2)<br />Tabel 5<br />Rangkuman Uji Validitas<br />Variabel Budaya organisasi (X2)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,345 0,312 Valid<br />2 0,486 0,312 Valid<br />3 0,347 0,312 Valid<br />4 0,548 0,312 Valid<br />5 0,472 0,312 Valid<br />6 0,558 0,312 Valid<br />7 0,627 0,312 Valid<br />8 0,727 0,312 Valid<br />9 0,750 0,312 Valid<br />10 0,653 0,312 Valid<br />Sumber: Data primer diolah (2007)<br />3. Variabel reward (X3)<br />Tabel 6<br />Rangkuman Uji Validitas<br />Variabel Reward (X3)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,467 0,312 Valid<br />2 0,606 0,312 Valid<br />3 0,814 0,312 Valid<br />4 0,738 0,312 Valid<br />5 0,761 0,312 Valid<br />6 0,756 0,312 Valid<br />7 0,367 0,312 Valid<br />8 0,476 0,312 Valid<br />Sumber: Data primer diolah (2007)<br />b. Uji Reliabilitas<br />Tabel 7<br />Uji Reliabilitas Angket<br />No Variabel Alpha R kritis Hasil uji<br />1 Komunikasi<br />internal (X1)<br />0,6759 0,600 Reliabel<br />2 Budaya organisasi<br />(X2)<br />0,7454 0,600 Reliabel<br />3 Reward (X3) 0,7730 0,600 Reliabel<br />Sumber: Data primer diolah (2007)<br />3. Analisis Data<br />a. Model Regresi Binary Logistic<br />Model regresi binary logistic dilakukan<br />dengan menggunakan persa-maan berikut ini:<br />Y=β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + v<br />Di mana:<br />Y = Motivasi kerja<br />X1 = Komunikasi internal<br />X2 = Budaya Organisasi<br />X3 = Reward<br />v = error<br />Setelah dilakukan estimasi dan berbagai uji<br />dengan komputer hasilnya dapat disajikan seperti<br />tabel berikut:<br />Tabel 8<br />Uji Koefisien Regresi Binary Logistic<br />Variabel B Wald Sig<br />Konstanta -70,238 10,181 0,000***<br />Komunikasi internal<br />(X1)<br />0,993 8,263 0,004***<br />Budaya organisasi (X2) 0,448 7,011 0,008***<br />Reward (X3) 0,455 6,214 0,013**<br />Sumber Data primer diolah<br />Hasil data pengujian model regresi binary<br />logistic dengan variabel dependen motivasi kerja<br />(Y) diperoleh persamaan sebagai berikut.<br />Y= -70,238+ 0,993 X1+ 0,448 X2 + 0,455 X3<br />(8,263) (7,011) (6,214)<br />Keterangan:<br />( ) = Menerangkan nilai wald<br />*** = Signifikan pada 1%<br />** = Signifikan pada 5%<br />Persamaan di atas dapat ditafsir-kan bahwa<br />variabel komunikasi inter-nal, budaya organisasi,<br />dan reward berpengaruh positif terhadap motivasi<br />kerja.<br />b. Uji Ketepatan Model Regresi<br />Dari hasil penelitian SPSS diperoleh nilai<br />Goodness adalah 8,789 dengan nilai signifikan<br />sebesar 0,360 yang berarti > 0,05. Hal ini<br />menunjukkan bahwa model dapat diterima.<br />c. Uji Koefisien Regresi<br />Uji signifikansi pengaruh variabel komunikasi<br />internal, budaya organisasi, dan reward terhadap<br />motivasi kerja. Dari hasil analisis regresi binary<br />logistic diketahui bahwa semua variabel independen<br />berpengaruh signifikan terhadap variabel motivasi<br />kerja. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi<br />Wald < 0,05 atau 5 persen.<br />d. Uji Ekspektasi B<br />Nilai Exp(B) yang dilaporkan pada output<br />SPSS dapat digunakan sebagai petunjuk untuk<br />mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan<br />masing-masing variabel terhadap motivasi kerja.<br />Berdasarkan hasil pengujian model regresi binary<br />logistic diperoleh hasil uji ekspektasi B atau nilai<br />Exp(B) dari variabel yang signifikan seperti<br />nampak pada tabel 9.<br />Tabel 9<br />Uji Ekspektasi B<br />Variabel<br />Independen<br />Nilai Exp (B)<br />X1 2,700***<br />X2 1,565***<br />X3 1,577**<br />Keterangan:<br />***= Signifikan pada a=0,01<br />** = Signifikan pada a=0,05<br />Sumber: Data primer olah.<br />Melihat besarnya nilai ekstektasi B atau nilai<br />Exp(B) diatas, menunjuk-kan bahwa variabel<br />komunikasi internal mempunyai pengaruh yang<br />lebih besar (nilai Exp(B)= 2,700) terhadap motivasi<br />kerja dibandingkan variabel budaya organisasi dan<br />reward. Hal ini menun-jukkan, bahwa variabel<br />komunikasi internal memberikan kontribusi yang<br />paling besar dibandingkan variabel lain.<br />Di samping uji ekspektasi, besar-nya<br />pengaruh variabel komunikasi internal, budaya<br />organisasi, dan reward terhadap motivasi kerja,<br />dapat dilihat pada koefisien beta, seperti terlihat<br />pada tabel 8.<br />4. Analisis Motivasi Kerja<br />Hasil koefisien regresi Logistik diketahui<br />bahwa semua variabel inde-penden berpengaruh<br />signifikan terhadap variabel motivasi kerja.<br />Menurut pre-diksi pegawai yang mempunyai<br />motivasi rendah dengan kode nol (0) adalah 10<br />responden, sedangkan obser-vasi keseluruhan<br />sebanyak 11. Jadi ketepatan klasifikasi 90,9%<br />(10/11), sedangkan prediksi pegawai yang<br />mempunyai motivasi tinggi dengan kode satu (1)<br />ada 27 responden, sedangkan hasil observasi<br />keseluruhan sebanyak 29. jadi ketepatan<br />klasifikasi 93,1% (27/29) atau secara keselurahan<br />ketepatan klasifikasi adalah 92,5% (92,5/100).<br />D. PENUTUP<br />1. Kesimpulan<br />a) Hasil dari analisis regresi binary logistic<br />diperoleh kesimpulan bahwa variabel<br />independen yang terdiri dari komunikasi<br />internal, budaya organ-isasi, dan reward<br />berpengaruh posi-tif dan signifikan terhadap<br />motivasi kerja;<br />b) Dari hasil uji ekspektasi B atau Exp(B)<br />diketahui bahwa kontribusi yang diberikan<br />variabel komunikasi internal terhadap motivasi<br />kerja paling besar dibandingkan variabel budaya<br />organisasi dan reward. Hal ini ditunjukkan dari<br />besarnya nilai Exp(B) = 2,700, sedangkan<br />variabel budaya organisasi besarnya Exp(B)<br />adalah 1,565, dan variabel reward adalah 1,577.<br />Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya nilai<br />koefisien Beta variabel komunikasi internal<br />paling besar yaitu 0,993, sedangkan variabel<br />budaya organisasi besarnya nilai Koefisien Beta<br />adalah 0,448, dan variabel reward adalah<br />0,455.<br />2. Saran<br />a. Untuk Kantor Pelayanan Pajak Surakarta<br />Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa<br />komunikasi internal mempu-nyai kontribusi<br />yang paling besar dalam mempengaruhi<br />motivasi kerja. Pegawai Kantor Pelayanan Pajak<br />Surakarta hendaknya dapat menjaga iklim<br />komunikasi baik dari atasan kepada bawahan,<br />bawahan kepada atasan dan komunikasi antar<br />pegawai yang ada di kantor tesebut.<br />b. Untuk Peneliti berikutnya<br />Dalam penelitian ini hanya meneliti tiga<br />variabel yang mempengaruhi motivasi kerja<br />pegawai Kantor Pelayanan Pajak Surakarta,<br />tentunya faktor lain yang berkaitan dengan<br />motivasi kerja Kantor Pelayanan Pajak<br />Surakarta yang lainnya masih di teliti lebih<br />lanjut.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian<br />Suatu Pendekatan Praktek, PT, Rineka<br />Cipta, Jakarta;<br />Echols, John, M., et al., 2004, Kamus Inggris<br />Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta;<br />Ghozali, Imam, 2001, Analisis Multivariate dengan<br />program SPSS, Badan Peneribit Universitas<br />Diponegoro, Semarang;<br />Gomes, Faustino Cardoso, 2001, Manajemen<br />Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi<br />Offset;<br />Hadi, Sutrisno, 2004, Metodologi Research 1,<br />Penerbit Yayasan Fakultas Psikologi UGM,<br />Yogyakarta;<br />Hamzah B. Uno, 2007, Teori Motivasi dan<br />Pengukurannya Analisis di Bidang<br />Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara.<br />Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen Edisi 2,<br />BPFE, Yogyakarta;<br />Hansen, Brent,Gilbert, Wade, Hamel, Tim., 2003,<br />Successful coaches’ viewa on motivation<br />and motivational strategies, Journal of<br />Physical Education, Recreation & Dance,<br />Academic Research Library;<br />Hariandja, Marihot Tua Efendi, 2007, Manajemen<br />Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia<br />Widiasarana Indonesia, Jakarta;<br />Hopkins, Andrew, 2006, Studying Orgnaisational<br />cultures and their effects on safety,<br />Departement of Sociology, in the Faculty<br />of Arts, and National Research Centre for<br />OHS Regulation, Australian National<br />University, Australia, Safety Science;<br />Kahya, Emin, 2007, The effects of job<br />characteristics and working conditions on<br />job performance, Departement of<br />Industrial Engineering, Eksisehir<br />Osmangazi University, Bademlik Campus,<br />Eskisehir, Turkey, International Journal<br />Indutrial Ergonomics;<br />Kankaanranta, Terhi, et. al., 2006, The role of job<br />satisfaction, job dissatisfaction and<br />demographic factors on physicians’<br />intentions to switch work sector from public<br />to private. Pirkanmaa Hospital District,<br />Centre of General Practise, Medical School,<br />University of Tampere, Finland, Medical<br />School, Department of General Practice,<br />Univesity of Tampere, Finland, Health<br />Policy;<br />Kominis, George, Emmanuel, Clive R., 2006, The<br />expectancy-valence theory revisited:<br />Developing an extended model of<br />managerial motivation, Departemen of<br />Accounting & Finance, University of<br />Glasgow, UK, Management Accounting<br />Research;<br />Korte, Russel F., Chermack, Thomas J., 2006,<br />Changing organizational culture with<br />scenario planning, University of Minnesota ,<br />Vo Tech Ed Building, 1745 Minnehaha<br />Avenue West, 1954 Buford Acvenue, Saint<br />Paul, MN 55108, USA, Departement of<br />Learning and Performance Systems, The<br />Pennyslvania State University, 305C Keller<br />Building University Park, PA 16802, USA,<br />Futures;<br />Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset Untuk<br />Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta;<br />Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi, Andi,<br />Yogyakarta;<br />Mahmudi, 2005, Manajemen Kinerja Sektor Publik,<br />UPP AMP YKPN, Yogyakarta;<br />Mangkuprawira, Syafri, 2003, Manajemen Sumber<br />Daya Manusia Strategik, Ghalia Indonesia,<br />Jakarta;<br />Notoatmojo, Soekidjo, 2003, Pengembangan<br />Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,<br />Jakarta;<br />Pfau, N. Bruce, kay, Ira T., 2002, The five key<br />elements of a total rewards and<br />accountability orientation, Benefit<br />Quarterly; Third Quarter, Academic<br />Research Library;<br />Samsudin, Sadili, 2006, Manajemen Sumber Daya<br />Manusia, CV. Pustaka Setia, Bandung;<br />Siagian, P, Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan<br />Produktivitas Kerja.. Jakarta: PT, Rineka<br />Cipta;<br />Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Bisnis,<br />Alfabeta, Bandung;<br />Wahyuddin, M., 2004. Industri dan Orientasi<br />Ekspor: Dinamika dan analisis Spasial,<br />Muhammadiyah University Press. Surakarta;<br />Wong, Jehn-Yih, Lin, Jo-Hui, 2006, The role of job<br />control and job support in adjusting service<br />employee’s work – to- leisure conflict, Graduate<br />Institute of Management, Ming Chuan University,<br />250, Chung Shan North Road, Sec 5, Taipei, 111<br />Taiwan, ROC, Tourism Management<br />PERAN KEPEMIMPINAN<br />TRANSFORMASIONAL, KEPEMIMPINAN<br />TRANSAKSIONAL, KOMUNIKASI<br />INTERNAL, DAN PENGEMBANGAN<br />KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJA DI<br />PT. SUMBER BENGAWAN PLASINDO<br />KARANGANYAR<br />Sidiq Nurrachmat<br />M. Wahyuddin<br />ABSTRACT<br />Target of this research is (1) To analyse factor<br />leadership of transformational, leadership of<br />transactional, internal communications, and career<br />development how far have association to with<br />satisfaction work in PT. Source Of Bengawan<br />Plasindo Karanganyar; and (2) To lay open most<br />dominant factor in influencing satisfaction work at PT.<br />Source Of Bengawan Plasindo Karanganyar.<br />Technique Intake of sampel done/conducted with<br />acsidental sampling. used by method at this research<br />is regression logistic binary. Test accuracy model<br />regresi used to assess ketepataan model regresi in this<br />research is measured with Chi-Square value with Test<br />Hosmer Lemeshow and.<br />Result of regression logistic binary analysis obtained<br />that independent variable consisting of leadership of<br />transformational, leadership of transactional, internal<br />communications, and career development have an<br />effect on positive and signifikan to satisfaction of<br />job/activity. Result of B ekspectation test that is<br />variable leadership of transformational equal to<br />1,293, variable leadership of transactional equal to<br />1,335, internal communications variable equal to<br />1,372, and career development variable equal to<br />1,375. Result of Coefficient Beta test is variable<br />leadership of transformational equal to 0,257,<br />variable leadership of transactional equal to 0,289,<br />internal communications variable equal to 0,316, and<br />career development variable equal to 0,319. From<br />result of B ekspectation test and beta coefficient can<br />be known that biggest career development variable<br />contribution in influencing satisfaction of job/activity<br />compared to with variable leadership of<br />transformational, leadership of transactional,<br />and internal communications.<br />Keyword: leadership of transformational,<br />leadership of transactional, internal<br />communications, career<br />development, and satisfaction of<br />job/activity<br />A. LATAR BELAKANG MASALAH<br />Peran pimpinan dalam suatu perusahaan<br />sangat diharapkan dalam menciptakan rasa<br />keadilan bagi karyawan, karakteristik pimpinan<br />akan berpengaruh terhadap iklim kerja dalam suatu<br />perusahaan. Berbagai model seorang pimpinan<br />mempengaruhi karyawannya agar dapat melakukan<br />pekerjaan sesuai dengan kebijakan yang telah<br />ditetapkan, di antaranya dengan memberikan<br />pujian, memberikan hadiah dan penghargaan<br />tertentu, melakukan tindakan korektif, bahkan yang<br />menggunakan cara memberikan tekanan terhadap<br />karyawannya. Pimpinan yang diharapkan oleh<br />karyawan perusahaan adalah pimpinan yang<br />mampu memberikan kepuasan kerja bagi<br />karyawannya.<br />Dalam rangka menciptakan hubungan yang<br />harmonis pada suatu perusahaan, komunikasi yang<br />baik dalam suatu perusahaan perlu dijaga.<br />Kurangnya komunikasi atau tidak adanya<br />komunikasi mengakibatkan macetnya suatu<br />perusahaan. Komunikasi yang efektif adalah<br />penting bagi suatu perusahaan yang menginginkan<br />kerjasama yang baik. Oleh karena itu pimpinan<br />perusahaan perlu memahami dan menyempurnakan<br />komunikasi mereka (Muhammad, 2004: 1).<br />Selain hal tersebut di atas, kepuasan kerja<br />karyawan dalam melaksanakan pekerjaan<br />disebabkan pula adanya pengembangan karir yang<br />jelas dalam perusahaan. Dengan adanya<br />pengembangan karir dan rencana pengembangan<br />yang jelas, maka seorang karyawan akan memiliki<br />rasa aman dalam bekerja, karena mereka dapat<br />memprediksi karir yang akan dilalui hingga masa<br />pensiun.<br />PT. Sumber Bengawan Plasindo<br />Karanganyar, merupakan perusahaan swasta<br />nasional dengan jumlah karyawan yang cukup<br />besar, selalu berusaha untuk menciptakan<br />kewajaran dan keadilan terhadap karyawannya<br />dengan harapan agar kepuasan kerja karyawan<br />dapat terpelihara. Usaha yang dilakukan oleh PT.<br />Sumber Bengawan Plasindo Karanganyar antara<br />lain: menerapkan model kepemimpinan yang<br />sesuai, menciptakan iklim komunikasi yang baik,<br />menetapkan jenjang karir bagi karyawan,<br />memberikan kompensasi yang wajar dan lain<br />sebagainya. Namun hal tersebut perlu di teliti,<br />apakah kebijakan yang telah dilakukan oleh<br />perusahaan selama ini memiliki pengaruh<br />yang signifikan terhadap kepuasan kerja<br />karyawannya. Peneliti menjadikan PT.<br />Sumber Bengawan Plasindo Karanganyar<br />sebagai objek penelitian dengan<br />memfokuskan pada pembuktian empiris<br />Peran Kepemimpinan Transformasional,<br />Kepemimpinan Transaksional, Komunikasi<br />Internal, dan Pengembangan Karir Terhadap<br />Kepuasan Kerja Di PT. Sumber Bengawan<br />Plasindo Karanganyar.<br />B. METODE PENELITIAN<br />1. Populasi dan Sampel<br />Populasi dalam penelitian ini adalah<br />seluruh karyawan/pegawai PT. Sumber<br />Bengawan Plasindo Karanganyar yang<br />berjumlah 1.026 orang. Pengambilan sampel<br />dalam penelitian ini dilakukan dengan<br />menggunakan teknik convenience sampling.<br />Sampling convenience adalah cara memilih<br />anggota dari populasi untuk dijadikan<br />sampel di mana sesukanya peneliti<br />(convenience). Mengingat penelitian ini<br />merupakan studi korelasional, maka<br />besarnya sampel yang diambil dalam<br />penelitian ini ditetapkan 100 orang, hal ini<br />berdasarkan pendapat Kuncoro (2003: 111)<br />yang menyatakan untuk studi korelasional,<br />dibutuhkan minimal 30 sampel untuk<br />menguji ada tidaknya hubungan.<br />2. Definisi Operasional<br />2. Kepemimpinan Transformasional<br />Kepemimpinan Transformasional<br />merupakan model kepemimpinan bagi<br />seorang pemimpin yang cenderung untuk<br />memberikan motivasi kepada bawahan<br />untuk bekerja lebih baik serta<br />menitikberatkan pada perilaku untuk<br />membantu transformasi antara individu<br />dengan organisasi. Gaya<br />kepemimpinanya transformasional<br />meliputi :<br />1) Charisma/Idealized Influence;<br />2) Inspirational Motivation;<br />3) Intelectual Stimulation;<br />4) Individualized Consideration.<br />3. Kepemimpinan Transaksional<br />Kepemimpinan Transaksional adalah<br />model kepemimpinan dimana seorang<br />pemimpin cenderung memberikan arahan<br />kepada bawahan, serta memberi imbalan dan<br />hukuman atas kinerja mereka serta menitikberatkan<br />pada perilaku untuk memandu<br />pengikut mereka ke arah tujuan yang<br />ditetapkan dengan memperjelas peran dan<br />tuntutan tugas. Gaya kepemimpinan<br />transaksional meliputi dimensi:<br />1) Contingent Reward;<br />2) Active Management by Exception;<br />3) Passive Management by Exception;<br />4) Laissez-faire Leadership.<br />4. Komunikasi Internal<br />Penyampaian informasi dari karyawan<br />satu dengan karyawan lainnya baik dalam<br />rangka hubungan kerja maupun personal yang<br />dilakukan di PT. Sumber Bengawan Plasindo<br />Karanganyar, yang diukur dengan tingkat<br />kelancaran seorang karyawan dalam<br />menyampaikan informasi kepada pihak lain;<br />5. Pengembangan Karir<br />Pengembangan karir merupakan<br />perhatian PT. Sumber Bengawan Plasindo<br />Karanganyar terhadap karir seorang karyawan<br />yang di ukur dengan menggunakan tolok ukur<br />dari perencanaan organisasi dalam<br />merencanakan karir pegawai yang berdasarkan<br />kemampuan, pengetahuan, sistem promosi,<br />pelatihan tambahan, dan program<br />pengembangan pegawai<br />6. Kepuasan Kerja<br />Kepuasan kerja merupakan sikap<br />umum yang merupakan hasil dari beberapa<br />sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan<br />penyesuaian diri dan hubungan sosial<br />individu di luar kerja karyawan PT. Sumber<br />Bengawan Plasindo Karanganyar, yang<br />dinyatakan dengan pernyataan puas dan tidak<br />puas.<br />3. Variabel Penelitian<br />Variabel Penelitian yang digunakan dalam<br />penelitian ini, adalah:<br />a) Variabel bebas (independent variable).<br />Dalam penelitian ini yang menjadi<br />variabel bebas adalah Kepemimpinan<br />Transformasional, Kepemimpinan<br />Transaksional, komunikasi internal, dan<br />pengembangan karir selanjutnya dalam<br />penelitian ini diberi notasi X1, X2, X3 dan<br />X4.<br />b) Variabel tergantung (dependent<br />variable), yaitu variabel yang nilainya<br />tergantung dan dipengaruhi oleh variabel<br />bebas (independent variabel) yang<br />biasanya diberi notasi Y. Dalam<br />penelitian ini yang dimaksud variabel<br />dependent adalah kepuasan kerja<br />karyawan.<br />4. Metode Analisis Data<br />a) Uji Instrumen<br />a. Pengujian validitas<br />b. Pengujian Reliabilitas<br />b) Uji Hipotesis<br />1) Model Analisis Regresi Logistik<br />Model regresi logistik binari,<br />dilakukan dengan menggunakan<br />persamaan berikut ini:<br />Dpuas = b0 + b1X1+ b2X2+ b3X3+b4X4+V<br />Di mana Dpuas adalah dummy<br />kepuasan (dimana nilai 1 adalah<br />puas, sedangkan nilai 0 adalah tidak<br />puas), X1, X2, X3, dan X4, masingmasing<br />adalah kepemimpinan<br />transformasional (X1), kepemimpinan<br />transaksional (X2), komunikasi<br />internal (X3), dan pengembangan<br />karir (X4).<br />2) Uji ketepatan Model Regresi<br />Untuk menguji hipotesis digunakan<br />model Hosmer and Lemeshow’s<br />Goodness of Fit Test, jika nilai<br />Hosmer and Lemeshow’s Goodness<br />of Fit Test statistik sama dengan atau<br />kurang dari 0,05, maka hipotesis nol<br />ditolak yang berarti ada perbedaan<br />signifikan antara model dengan nilai<br />observasinya, yang Goodness fit<br />model tidak baik, karena model tidak<br />dapat memprediksi nilai<br />observasinya. (Ghozali, 2001: 218).<br />C. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA<br />A. Hasil Penelitian<br />1. Uji Validitas<br />a. Uji validitas instrumen pertanyaan variabel<br />Kepemimpinan Transformasional (X1)<br />Tabel IV.3. Rangkuman Uji Validitas<br />Variabel kepemimpinan<br />transformasional (X1)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,428 0,195 Valid<br />2 0,674 0,195 Valid<br />3 0,744 0,195 Valid<br />4 0,724 0,195 Valid<br />5 0,727 0,195 Valid<br />6 0,579 0,195 Valid<br />7 0,657 0,195 Valid<br />8 0,598 0,195 Valid<br />9 0,552 0,195 Valid<br />10 0,517 0,195 Valid<br />11 0,659 0,195 Valid<br />Sumber: Data Primer diolah (2007) lampiran 3<br />b. Uji validitas instrumen pertanyaan variabel<br />kepemimpinan transaksional (X2)<br />Tabel IV. 4 Rangkuman Uji Validitas<br />variabel Kepemimpinan<br />transaksional (X2)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,501 0,195 Valid<br />2 0,504 0,195 Valid<br />3 0,635 0,195 Valid<br />4 0,550 0,195 Valid<br />5 0,687 0,195 Valid<br />6 0,662 0,195 Valid<br />7 0,615 0,195 Valid<br />8 0,500 0,195 Valid<br />9 0,583 0,195 Valid<br />10 0,471 0,195 Valid<br />Sumber: Data primer diolah (2007) lampiran 3<br />c. Uji validitas instrumen pertanyaan variabel<br />komunikasi internal (X3)<br />Tabel IV.5. Rangkuman Uji Validitas variabel<br />komunikasi internal (X3)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,429 0,195 Valid<br />2 0,343 0,195 Valid<br />3 0,443 0,195 Valid<br />4 0,577 0,195 Valid<br />5 0,629 0,195 Valid<br />6 0,548 0,195 Valid<br />7 0,596 0,195 Valid<br />8 0,563 0,195 Valid<br />Sumber: Data primer diolah (2007) lampiran 3<br />d. Uji validitas instrumen pertanyaan<br />variabel pengembangan karir (X4)<br />Tabel IV.6. Rangkuman Uji Validitas<br />variabel pengembangan<br />karir (X4)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,575 0,195 Valid<br />2 0,719 0,195 Valid<br />3 0,724 0,195 Valid<br />4 0,772 0,195 Valid<br />5 0,685 0,195 Valid<br />6 0,715 0,195 Valid<br />7 0,587 0,195 Valid<br />8 0,603 0,195 Valid<br />9 0,653 0,195 Valid<br />10 0,456 0,195 Valid<br />Sumber: Data primer diolah (2007) lampiran 3<br />2. Uji Reliabilitas<br />Tabel IV.7. Uji Reliabilitas Angket<br />No Variabel Alpha R tabel Hasil uji<br />1 Kepemimpinan<br />transformasional<br />(X1)<br />0,8405 0,60 Reliabel<br />2 Kepemimpinan<br />transaksional<br />(X2)<br />0,7686 0,60 Reliabel<br />3 Komunikasi<br />internal (X3)<br />0,6119 0,60 Reliabel<br />4 Pengembangan<br />karir (X4)<br />0,8446 0,60 Reliabel<br />Sumber: Data primer diolah (2007) lampiran 4<br />B. Analisis Data<br />1. Model Regresi Logistik Binari<br />Setelah dilakukan estimasi dan<br />berbagai uji dengan komputer hasilnya<br />dapat disajikan seperti tabel berikut:<br />Tabel IV.8. Uji Koefisien Regresi<br />Logistik Binari<br />Variabel B Wald P<br />Konstanta -43,028 22,112 0,000***<br />Kepemimpinan<br />transformasional (X1)<br />0,257 6,930 0,008***<br />Kepemimpinan<br />transaksional (X2)<br />0,289 4,969 0,026**<br />Komunikasi internal<br />(X3)<br />0,316 6,218 0,013**<br />Pengembangan karir<br />(X4)<br />0,319 8,422 0,004***<br />Sumber Data primer diolah (2007) lampiran 5<br />Hasil data pengujian model regresi<br />logistik binari dengan variabel dependen<br />kepuasan kerja (Y) diperoleh persamaan<br />sebagai berikut.<br />Y= -43,028+ 0,257X1 + 0,289X2 + 0,316X3 + 0,319X3<br />(6,930)*** (4,969)** (6,218)** (8,422)***<br />Keterangan:<br />( ) = Menerangkan nilai wald<br />*** = Signifikan pada a = 1%<br />** = Signifikan pada a = 5%<br />Persamaan di atas dapat ditafsirkan bahwa<br />variabel kepemimpinan transformasional,<br />kepemimpinan transaksional, komunikasi<br />internal, dan pengembangan karir berpengaruh<br />positif terhadap kepuasan kerja.<br />2. Uji Ketepatan Model Regresi<br />Dari hasil penelitian SPSS diperoleh<br />nilai Goodness adalah 4,439 dengan nilai<br />signifikan sebesar 0,816 yang berarti > 0,05.<br />Hal ini menunjukkan bahwa model dapat<br />diterima.<br />2. Uji Koefisien Regresi<br />Uji signifikansi pengaruh variabel<br />kepemimpinan transformasional,<br />kepemimpinan transaksional, komunikasi<br />internal, dan pengembangan karir terhadap<br />kepuasan kerja. Dari hasil analisis regresi<br />logistik binari diketahui bahwa semua variabel<br />independen berpengaruh signifikan terhadap<br />variabel kepuasan kerja. Hal ini ditunjukkan<br />dari nilai signifikansi Wald < 0,05 atau 5<br />persen.<br />3. Uji Ekspektasi B<br />Tabel IV.9. Uji Ekspektasi B<br />Variabel<br />Independen<br />Nilai Exp<br />(B)<br />Sig<br />X1 1,293 0,008***<br />X2 1,335 0,026**<br />X3 1,372 0,013**<br />X4 1,375 0,004***<br />Sumber: Data primer olah (2007)<br />Keterangan:<br />*** = Signifikan pada a = 1%<br />** = Signifikan pada a = 5%<br />C. Analisis Kepuasan Kerja<br />Hasil koefisien regresi logistik binari<br />diketahui bahwa semua variabel independen<br />berpengaruh signifikan terhadap variabel kepuasan<br />kerja. Menurut prediksi pegawai yang merasa<br />tidak puas dengan kode nol (0) adalah 24<br />responden, sedangkan observasi keseluruhan<br />sebanyak 31. Jadi ketepatan klasifikasi<br />77,4% (24/31), sedangkan prediksi pegawai<br />yang merasa puas dengan kode satu (1) ada<br />64 responden, sedangkan hasil observasi<br />keseluruhan sebanyak 69. jadi ketepatan<br />klasifikasi 92,8% (64/69) atau secara<br />keseluruhan ketepatan klasifikasi adalah<br />88% (88/100).<br />D. KESIMPULAN DAN SARAN<br />A Kesimpulan<br />1 Dari pengolahan data dengan<br />menggunakan analisis regresi binary<br />logistic diperoleh hasil bahwa variabel<br />independen yang terdiri dari<br />kepemimpinan transformasional,<br />kepemimpinan transaksional, komunikasi<br />internal, dan pengembangan karir<br />berpengaruh positif dan signifikan<br />terhadap kepuasan kerja, hal ini<br />ditunjukkan dengan nilai hosmer and<br />lemeshow test menunjukkan besarnya sig<br />0,816 yang berarti lebih besar dari 0,05.<br />2 Hasil uji ekspektasi B atau Exp(B)<br />diketahui bahwa kontribusi yang<br />diberikan variabel pengembangan karir<br />terhadap kepuasan kerja yang paling<br />besar dibandingkan variabel<br />kepemimpinan transformasional,<br />kepemimpinan transaksional, dan<br />komunikasi internal. Hal ini ditunjukkan<br />dari besarnya nilai Exp(B) = 1,375 yang<br />paling besar dari nilai Exp(B) variabel<br />yang lain. Hal ini juga dapat dilihat dari<br />besarnya nilai koefisien Beta variabel<br />pengembangan karir paling besar yaitu 0,<br />319.<br />B Saran<br />Untuk meningkatkan kepuasan<br />kerja PT. Sumber Bengawan Plasindo<br />Karanganyar perlu adanya tindakan yang<br />berkaitan dengan pengembangan karir<br />karyawan seperti adanya daftar urut<br />kepangkatan, penjenjangan, dan penempatan<br />jabatan yang jelas, sehingga karyawan<br />memiliki rasa puas untuk melakukan<br />pekerjaanya. Selain itu dalam rangka<br />meningkatkan kepuasan kerja karyawan,<br />pimpinan hendaknya berani mengadakan<br />perubahan, mempercayai karyawan, dapat berlaku<br />sebagai motor penggerak, dapat memunculkan rasa<br />bangga terhadap karyawannya, melakukan<br />komunikasi yang baik terhadap karyawan, dan<br />memiliki entelektual yang tinggi.<br />Komunikasi internal yang telah ada di PT.<br />Sumber Bengawan Plasindo Karanganyar, kiranya<br />dapat ditingkatkan baik komunikasi dari atasan<br />kepada bawahan, bawahan kepada atasan maupun<br />komunikasi antar karyawan.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Adam’s, Sexton, dkk, 2000, Manajemen Sumber<br />Daya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta;<br />Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu<br />Pendekatan Praktek, PT, Rineka Cipta,<br />Jakarta;<br />As’ad, Moh, 2000, Teori Ilmu Sumber Daya Manusia,<br />Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty;<br />Byrne, Gabriel J., Bradley, Frank, 2007, Culture’s<br />influence on leadership efficiency: How personal<br />and national cultures affect leadership style,<br />UCD Michael Smurfit School of Business,<br />College of Business and Law, University College<br />Dublin, Blackrock, County Dublin, Ireland,<br />Jounal Business Research;<br />Furqon, 2002, Statistika Terapan untuk Penelitian,<br />Alfabeta, Bandung;<br />Ghozali, Imam, 2001, Analisis Multivariate dengan<br />program SPSS, Badan Peneribit Universitas<br />Diponegoro, Semarang;<br />Gomes, Faustino Cardoso, 2001, Manajemen Sumber<br />Daya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta;<br />Hadi, Sutrisno, 2004, Metodologi Research 1,<br />Penerbit Yayasan Fakultas Psikologi UGM,<br />Yogyakarta;<br />Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen, Yogyakarta:<br />BPFE;<br />Kahya, Emin, 2007, The effects of job characteristics<br />and working conditions on job performance,<br />Departement of Industrial Engineering, Eksisehir<br />Osmangazi Univercity, Bademlik Campus,<br />Eksisehir, Turkey, International Journal of<br />Industrial Ergonomics;<br />Kankaanranta, Terhi, Nummi, Tapio,<br />Vainiomaki, Jari, Halila, Hannu, Hyppola,<br />Harri, Isokoski, Mauri, Kujala, Santero,<br />Kumpusalo, Esko, Mattila, Kari, Virjo,<br />Irma, Vanska, Jukka, Rissanen, Pekka,<br />2006, The role of job satisfaction, job<br />dissatisfaction and demographic factors on<br />physicians’ intentions to switch work<br />sector from public to private, Pirkanmaa<br />Hospital District, Centre of General<br />Practise, Medical School, University of<br />Tampere, Finland, Medical School,<br />Departement of General Practise,<br />University of Tampere, Finland, Journal<br />Health Policy;<br />Kountur, Ronny, 2003, Metode Penelitian<br />Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, CV.<br />Teruna Grafica, Jakarta;<br />Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset Untuk<br />Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta;<br />Lako, Andreas, 2004, Kepemimpinan dan<br />Kinerja Organisasi, Amara Books,<br />Yogyakarta;<br />Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi, Andi,<br />Yogyakarta;<br />Muhammad, Arni, 2004, Komunikasi<br />Organisasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta;<br />Mumfod, Troy V., Campion, Michael A.,<br />Morgeson, Frederick P., 2007, The<br />Leadership skills strataplex: leadership<br />skill requirements across organizational<br />levels, Utah state University, Departement<br />of Management and Human Resources,<br />College of Business, United States, The<br />Leadership Quarterly;<br />Rowold, Jens, Heinitz, Kathrin, 2007,<br />Transformational and charismatic<br />leadership: Assessing the convergent,<br />divergent and criterion validity of the<br />MLQ and the CKS, University of Munster,<br />Psykologisches Institut II, Fliednerstrasse<br />21, 48149 Munster, Germany, Free<br />University of Berlin, Germany, The<br />Leadership Quarterly;<br />Samsudin, Sadili, 2006, Manajemen Sumber Daya<br />Manusia, CV. Pustaka Setia, Bandung;<br />Thoha, Miftah, 2006, Kepemimpinan Dalam<br />Manajemen, PT. Raja Grafindo Persada,<br />Jakarta;<br />Wahyuddin, M., 2004. Industri dan Orientasi Ekspor:<br />Dinamika dan analisis Spasial, Muhammadiyah<br />University Press. Surakartamzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-18280930204633841222010-09-04T20:20:00.000-07:002010-09-04T20:22:25.495-07:00PERAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL, KOMUNIKASI INTERNAL, DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJAPERAN KEPEMIMPINAN<br />TRANSFORMASIONAL, KEPEMIMPINAN<br />TRANSAKSIONAL, KOMUNIKASI<br />INTERNAL, DAN PENGEMBANGAN<br />KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJA DI<br />PT. SUMBER BENGAWAN PLASINDO<br />KARANGANYAR<br />Sidiq Nurrachmat<br />M. Wahyuddin<br />ABSTRACT<br />Target of this research is (1) To analyse factor<br />leadership of transformational, leadership of<br />transactional, internal communications, and career<br />development how far have association to with<br />satisfaction work in PT. Source Of Bengawan<br />Plasindo Karanganyar; and (2) To lay open most<br />dominant factor in influencing satisfaction work at PT.<br />Source Of Bengawan Plasindo Karanganyar.<br />Technique Intake of sampel done/conducted with<br />acsidental sampling. used by method at this research<br />is regression logistic binary. Test accuracy model<br />regresi used to assess ketepataan model regresi in this<br />research is measured with Chi-Square value with Test<br />Hosmer Lemeshow and.<br />Result of regression logistic binary analysis obtained<br />that independent variable consisting of leadership of<br />transformational, leadership of transactional, internal<br />communications, and career development have an<br />effect on positive and signifikan to satisfaction of<br />job/activity. Result of B ekspectation test that is<br />variable leadership of transformational equal to<br />1,293, variable leadership of transactional equal to<br />1,335, internal communications variable equal to<br />1,372, and career development variable equal to<br />1,375. Result of Coefficient Beta test is variable<br />leadership of transformational equal to 0,257,<br />variable leadership of transactional equal to 0,289,<br />internal communications variable equal to 0,316, and<br />career development variable equal to 0,319. From<br />result of B ekspectation test and beta coefficient can<br />be known that biggest career development variable<br />contribution in influencing satisfaction of job/activity<br />compared to with variable leadership of<br />transformational, leadership of transactional,<br />and internal communications.<br />Keyword: leadership of transformational,<br />leadership of transactional, internal<br />communications, career<br />development, and satisfaction of<br />job/activity<br />A. LATAR BELAKANG MASALAH<br />Peran pimpinan dalam suatu perusahaan<br />sangat diharapkan dalam menciptakan rasa<br />keadilan bagi karyawan, karakteristik pimpinan<br />akan berpengaruh terhadap iklim kerja dalam suatu<br />perusahaan. Berbagai model seorang pimpinan<br />mempengaruhi karyawannya agar dapat melakukan<br />pekerjaan sesuai dengan kebijakan yang telah<br />ditetapkan, di antaranya dengan memberikan<br />pujian, memberikan hadiah dan penghargaan<br />tertentu, melakukan tindakan korektif, bahkan yang<br />menggunakan cara memberikan tekanan terhadap<br />karyawannya. Pimpinan yang diharapkan oleh<br />karyawan perusahaan adalah pimpinan yang<br />mampu memberikan kepuasan kerja bagi<br />karyawannya.<br />Dalam rangka menciptakan hubungan yang<br />harmonis pada suatu perusahaan, komunikasi yang<br />baik dalam suatu perusahaan perlu dijaga.<br />Kurangnya komunikasi atau tidak adanya<br />komunikasi mengakibatkan macetnya suatu<br />perusahaan. Komunikasi yang efektif adalah<br />penting bagi suatu perusahaan yang menginginkan<br />kerjasama yang baik. Oleh karena itu pimpinan<br />perusahaan perlu memahami dan menyempurnakan<br />komunikasi mereka (Muhammad, 2004: 1).<br />Selain hal tersebut di atas, kepuasan kerja<br />karyawan dalam melaksanakan pekerjaan<br />disebabkan pula adanya pengembangan karir yang<br />jelas dalam perusahaan. Dengan adanya<br />pengembangan karir dan rencana pengembangan<br />yang jelas, maka seorang karyawan akan memiliki<br />rasa aman dalam bekerja, karena mereka dapat<br />memprediksi karir yang akan dilalui hingga masa<br />pensiun.<br />PT. Sumber Bengawan Plasindo<br />Karanganyar, merupakan perusahaan swasta<br />nasional dengan jumlah karyawan yang cukup<br />besar, selalu berusaha untuk menciptakan<br />kewajaran dan keadilan terhadap karyawannya<br />dengan harapan agar kepuasan kerja karyawan<br />dapat terpelihara. Usaha yang dilakukan oleh PT.<br />Sumber Bengawan Plasindo Karanganyar antara<br />lain: menerapkan model kepemimpinan yang<br />sesuai, menciptakan iklim komunikasi yang baik,<br />menetapkan jenjang karir bagi karyawan,<br />memberikan kompensasi yang wajar dan lain<br />sebagainya. Namun hal tersebut perlu di teliti,<br />apakah kebijakan yang telah dilakukan oleh<br />perusahaan selama ini memiliki pengaruh<br />yang signifikan terhadap kepuasan kerja<br />karyawannya. Peneliti menjadikan PT.<br />Sumber Bengawan Plasindo Karanganyar<br />sebagai objek penelitian dengan<br />memfokuskan pada pembuktian empiris<br />Peran Kepemimpinan Transformasional,<br />Kepemimpinan Transaksional, Komunikasi<br />Internal, dan Pengembangan Karir Terhadap<br />Kepuasan Kerja Di PT. Sumber Bengawan<br />Plasindo Karanganyar.<br />B. METODE PENELITIAN<br />1. Populasi dan Sampel<br />Populasi dalam penelitian ini adalah<br />seluruh karyawan/pegawai PT. Sumber<br />Bengawan Plasindo Karanganyar yang<br />berjumlah 1.026 orang. Pengambilan sampel<br />dalam penelitian ini dilakukan dengan<br />menggunakan teknik convenience sampling.<br />Sampling convenience adalah cara memilih<br />anggota dari populasi untuk dijadikan<br />sampel di mana sesukanya peneliti<br />(convenience). Mengingat penelitian ini<br />merupakan studi korelasional, maka<br />besarnya sampel yang diambil dalam<br />penelitian ini ditetapkan 100 orang, hal ini<br />berdasarkan pendapat Kuncoro (2003: 111)<br />yang menyatakan untuk studi korelasional,<br />dibutuhkan minimal 30 sampel untuk<br />menguji ada tidaknya hubungan.<br />2. Definisi Operasional<br />1. Kepemimpinan Transformasional<br />Kepemimpinan Transformasional<br />merupakan model kepemimpinan bagi<br />seorang pemimpin yang cenderung untuk<br />memberikan motivasi kepada bawahan<br />untuk bekerja lebih baik serta<br />menitikberatkan pada perilaku untuk<br />membantu transformasi antara individu<br />dengan organisasi. Gaya<br />kepemimpinanya transformasional<br />meliputi :<br />1) Charisma/Idealized Influence;<br />2) Inspirational Motivation;<br />3) Intelectual Stimulation;<br />4) Individualized Consideration.<br />2. Kepemimpinan Transaksional<br />Kepemimpinan Transaksional adalah<br />model kepemimpinan dimana seorang<br />pemimpin cenderung memberikan arahan<br />kepada bawahan, serta memberi imbalan dan<br />hukuman atas kinerja mereka serta menitikberatkan<br />pada perilaku untuk memandu<br />pengikut mereka ke arah tujuan yang<br />ditetapkan dengan memperjelas peran dan<br />tuntutan tugas. Gaya kepemimpinan<br />transaksional meliputi dimensi:<br />1) Contingent Reward;<br />2) Active Management by Exception;<br />3) Passive Management by Exception;<br />4) Laissez-faire Leadership.<br />3. Komunikasi Internal<br />Penyampaian informasi dari karyawan<br />satu dengan karyawan lainnya baik dalam<br />rangka hubungan kerja maupun personal yang<br />dilakukan di PT. Sumber Bengawan Plasindo<br />Karanganyar, yang diukur dengan tingkat<br />kelancaran seorang karyawan dalam<br />menyampaikan informasi kepada pihak lain;<br />4. Pengembangan Karir<br />Pengembangan karir merupakan<br />perhatian PT. Sumber Bengawan Plasindo<br />Karanganyar terhadap karir seorang karyawan<br />yang di ukur dengan menggunakan tolok ukur<br />dari perencanaan organisasi dalam<br />merencanakan karir pegawai yang berdasarkan<br />kemampuan, pengetahuan, sistem promosi,<br />pelatihan tambahan, dan program<br />pengembangan pegawai<br />5. Kepuasan Kerja<br />Kepuasan kerja merupakan sikap<br />umum yang merupakan hasil dari beberapa<br />sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan<br />penyesuaian diri dan hubungan sosial<br />individu di luar kerja karyawan PT. Sumber<br />Bengawan Plasindo Karanganyar, yang<br />dinyatakan dengan pernyataan puas dan tidak<br />puas.<br />3. Variabel Penelitian<br />Variabel Penelitian yang digunakan dalam<br />penelitian ini, adalah:<br />a) Variabel bebas (independent variable).<br />Dalam penelitian ini yang menjadi<br />variabel bebas adalah Kepemimpinan<br />Transformasional, Kepemimpinan<br />Transaksional, komunikasi internal, dan<br />pengembangan karir selanjutnya dalam<br />penelitian ini diberi notasi X1, X2, X3 dan<br />X4.<br />b) Variabel tergantung (dependent<br />variable), yaitu variabel yang nilainya<br />tergantung dan dipengaruhi oleh variabel<br />bebas (independent variabel) yang<br />biasanya diberi notasi Y. Dalam<br />penelitian ini yang dimaksud variabel<br />dependent adalah kepuasan kerja<br />karyawan.<br />4. Metode Analisis Data<br />a) Uji Instrumen<br />a. Pengujian validitas<br />b. Pengujian Reliabilitas<br />b) Uji Hipotesis<br />1) Model Analisis Regresi Logistik<br />Model regresi logistik binari,<br />dilakukan dengan menggunakan<br />persamaan berikut ini:<br />Dpuas = b0 + b1X1+ b2X2+ b3X3+b4X4+V<br />Di mana Dpuas adalah dummy<br />kepuasan (dimana nilai 1 adalah<br />puas, sedangkan nilai 0 adalah tidak<br />puas), X1, X2, X3, dan X4, masingmasing<br />adalah kepemimpinan<br />transformasional (X1), kepemimpinan<br />transaksional (X2), komunikasi<br />internal (X3), dan pengembangan<br />karir (X4).<br />2) Uji ketepatan Model Regresi<br />Untuk menguji hipotesis digunakan<br />model Hosmer and Lemeshow’s<br />Goodness of Fit Test, jika nilai<br />Hosmer and Lemeshow’s Goodness<br />of Fit Test statistik sama dengan atau<br />kurang dari 0,05, maka hipotesis nol<br />ditolak yang berarti ada perbedaan<br />signifikan antara model dengan nilai<br />observasinya, yang Goodness fit<br />model tidak baik, karena model tidak<br />dapat memprediksi nilai<br />observasinya. (Ghozali, 2001: 218).<br />C. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA<br />A. Hasil Penelitian<br />1. Uji Validitas<br />a. Uji validitas instrumen pertanyaan variabel<br />Kepemimpinan Transformasional (X1)<br />Tabel IV.3. Rangkuman Uji Validitas<br />Variabel kepemimpinan<br />transformasional (X1)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,428 0,195 Valid<br />2 0,674 0,195 Valid<br />3 0,744 0,195 Valid<br />4 0,724 0,195 Valid<br />5 0,727 0,195 Valid<br />6 0,579 0,195 Valid<br />7 0,657 0,195 Valid<br />8 0,598 0,195 Valid<br />9 0,552 0,195 Valid<br />10 0,517 0,195 Valid<br />11 0,659 0,195 Valid<br />Sumber: Data Primer diolah (2007) lampiran 3<br />b. Uji validitas instrumen pertanyaan variabel<br />kepemimpinan transaksional (X2)<br />Tabel IV. 4 Rangkuman Uji Validitas<br />variabel Kepemimpinan<br />transaksional (X2)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,501 0,195 Valid<br />2 0,504 0,195 Valid<br />3 0,635 0,195 Valid<br />4 0,550 0,195 Valid<br />5 0,687 0,195 Valid<br />6 0,662 0,195 Valid<br />7 0,615 0,195 Valid<br />8 0,500 0,195 Valid<br />9 0,583 0,195 Valid<br />10 0,471 0,195 Valid<br />Sumber: Data primer diolah (2007) lampiran 3<br />c. Uji validitas instrumen pertanyaan variabel<br />komunikasi internal (X3)<br />Tabel IV.5. Rangkuman Uji Validitas variabel<br />komunikasi internal (X3)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,429 0,195 Valid<br />2 0,343 0,195 Valid<br />3 0,443 0,195 Valid<br />4 0,577 0,195 Valid<br />5 0,629 0,195 Valid<br />6 0,548 0,195 Valid<br />7 0,596 0,195 Valid<br />8 0,563 0,195 Valid<br />Sumber: Data primer diolah (2007) lampiran 3<br />d. Uji validitas instrumen pertanyaan<br />variabel pengembangan karir (X4)<br />Tabel IV.6. Rangkuman Uji Validitas<br />variabel pengembangan<br />karir (X4)<br />No Rhitung R0,05 Kesimpulan<br />1 0,575 0,195 Valid<br />2 0,719 0,195 Valid<br />3 0,724 0,195 Valid<br />4 0,772 0,195 Valid<br />5 0,685 0,195 Valid<br />6 0,715 0,195 Valid<br />7 0,587 0,195 Valid<br />8 0,603 0,195 Valid<br />9 0,653 0,195 Valid<br />10 0,456 0,195 Valid<br />Sumber: Data primer diolah (2007) lampiran 3<br />2. Uji Reliabilitas<br />Tabel IV.7. Uji Reliabilitas Angket<br />No Variabel Alpha R tabel Hasil uji<br />1 Kepemimpinan<br />transformasional<br />(X1)<br />0,8405 0,60 Reliabel<br />2 Kepemimpinan<br />transaksional<br />(X2)<br />0,7686 0,60 Reliabel<br />3 Komunikasi<br />internal (X3)<br />0,6119 0,60 Reliabel<br />4 Pengembangan<br />karir (X4)<br />0,8446 0,60 Reliabel<br />Sumber: Data primer diolah (2007) lampiran 4<br />B. Analisis Data<br />1. Model Regresi Logistik Binari<br />Setelah dilakukan estimasi dan<br />berbagai uji dengan komputer hasilnya<br />dapat disajikan seperti tabel berikut:<br />Tabel IV.8. Uji Koefisien Regresi<br />Logistik Binari<br />Variabel B Wald P<br />Konstanta -43,028 22,112 0,000***<br />Kepemimpinan<br />transformasional (X1)<br />0,257 6,930 0,008***<br />Kepemimpinan<br />transaksional (X2)<br />0,289 4,969 0,026**<br />Komunikasi internal<br />(X3)<br />0,316 6,218 0,013**<br />Pengembangan karir<br />(X4)<br />0,319 8,422 0,004***<br />Sumber Data primer diolah (2007) lampiran 5<br />Hasil data pengujian model regresi<br />logistik binari dengan variabel dependen<br />kepuasan kerja (Y) diperoleh persamaan<br />sebagai berikut.<br />Y= -43,028+ 0,257X1 + 0,289X2 + 0,316X3 + 0,319X3<br />(6,930)*** (4,969)** (6,218)** (8,422)***<br />Keterangan:<br />( ) = Menerangkan nilai wald<br />*** = Signifikan pada a = 1%<br />** = Signifikan pada a = 5%<br />Persamaan di atas dapat ditafsirkan bahwa<br />variabel kepemimpinan transformasional,<br />kepemimpinan transaksional, komunikasi<br />internal, dan pengembangan karir berpengaruh<br />positif terhadap kepuasan kerja.<br />2. Uji Ketepatan Model Regresi<br />Dari hasil penelitian SPSS diperoleh<br />nilai Goodness adalah 4,439 dengan nilai<br />signifikan sebesar 0,816 yang berarti > 0,05.<br />Hal ini menunjukkan bahwa model dapat<br />diterima.<br />1. Uji Koefisien Regresi<br />Uji signifikansi pengaruh variabel<br />kepemimpinan transformasional,<br />kepemimpinan transaksional, komunikasi<br />internal, dan pengembangan karir terhadap<br />kepuasan kerja. Dari hasil analisis regresi<br />logistik binari diketahui bahwa semua variabel<br />independen berpengaruh signifikan terhadap<br />variabel kepuasan kerja. Hal ini ditunjukkan<br />dari nilai signifikansi Wald < 0,05 atau 5<br />persen.<br />2. Uji Ekspektasi B<br />Tabel IV.9. Uji Ekspektasi B<br />Variabel<br />Independen<br />Nilai Exp<br />(B)<br />Sig<br />X1 1,293 0,008***<br />X2 1,335 0,026**<br />X3 1,372 0,013**<br />X4 1,375 0,004***<br />Sumber: Data primer olah (2007)<br />Keterangan:<br />*** = Signifikan pada a = 1%<br />** = Signifikan pada a = 5%<br />C. Analisis Kepuasan Kerja<br />Hasil koefisien regresi logistik binari<br />diketahui bahwa semua variabel independen<br />berpengaruh signifikan terhadap variabel kepuasan<br />kerja. Menurut prediksi pegawai yang merasa<br />tidak puas dengan kode nol (0) adalah 24<br />responden, sedangkan observasi keseluruhan<br />sebanyak 31. Jadi ketepatan klasifikasi<br />77,4% (24/31), sedangkan prediksi pegawai<br />yang merasa puas dengan kode satu (1) ada<br />64 responden, sedangkan hasil observasi<br />keseluruhan sebanyak 69. jadi ketepatan<br />klasifikasi 92,8% (64/69) atau secara<br />keseluruhan ketepatan klasifikasi adalah<br />88% (88/100).<br />D. KESIMPULAN DAN SARAN<br />A Kesimpulan<br />1 Dari pengolahan data dengan<br />menggunakan analisis regresi binary<br />logistic diperoleh hasil bahwa variabel<br />independen yang terdiri dari<br />kepemimpinan transformasional,<br />kepemimpinan transaksional, komunikasi<br />internal, dan pengembangan karir<br />berpengaruh positif dan signifikan<br />terhadap kepuasan kerja, hal ini<br />ditunjukkan dengan nilai hosmer and<br />lemeshow test menunjukkan besarnya sig<br />0,816 yang berarti lebih besar dari 0,05.<br />2 Hasil uji ekspektasi B atau Exp(B)<br />diketahui bahwa kontribusi yang<br />diberikan variabel pengembangan karir<br />terhadap kepuasan kerja yang paling<br />besar dibandingkan variabel<br />kepemimpinan transformasional,<br />kepemimpinan transaksional, dan<br />komunikasi internal. Hal ini ditunjukkan<br />dari besarnya nilai Exp(B) = 1,375 yang<br />paling besar dari nilai Exp(B) variabel<br />yang lain. Hal ini juga dapat dilihat dari<br />besarnya nilai koefisien Beta variabel<br />pengembangan karir paling besar yaitu 0,<br />319.<br />B Saran<br />Untuk meningkatkan kepuasan<br />kerja PT. Sumber Bengawan Plasindo<br />Karanganyar perlu adanya tindakan yang<br />berkaitan dengan pengembangan karir<br />karyawan seperti adanya daftar urut<br />kepangkatan, penjenjangan, dan penempatan<br />jabatan yang jelas, sehingga karyawan<br />memiliki rasa puas untuk melakukan<br />pekerjaanya. Selain itu dalam rangka<br />meningkatkan kepuasan kerja karyawan,<br />pimpinan hendaknya berani mengadakan<br />perubahan, mempercayai karyawan, dapat berlaku<br />sebagai motor penggerak, dapat memunculkan rasa<br />bangga terhadap karyawannya, melakukan<br />komunikasi yang baik terhadap karyawan, dan<br />memiliki entelektual yang tinggi.<br />Komunikasi internal yang telah ada di PT.<br />Sumber Bengawan Plasindo Karanganyar, kiranya<br />dapat ditingkatkan baik komunikasi dari atasan<br />kepada bawahan, bawahan kepada atasan maupun<br />komunikasi antar karyawan.<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Adam’s, Sexton, dkk, 2000, Manajemen Sumber<br />Daya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta;<br />Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu<br />Pendekatan Praktek, PT, Rineka Cipta,<br />Jakarta;<br />As’ad, Moh, 2000, Teori Ilmu Sumber Daya Manusia,<br />Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty;<br />Byrne, Gabriel J., Bradley, Frank, 2007, Culture’s<br />influence on leadership efficiency: How personal<br />and national cultures affect leadership style,<br />UCD Michael Smurfit School of Business,<br />College of Business and Law, University College<br />Dublin, Blackrock, County Dublin, Ireland,<br />Jounal Business Research;<br />Furqon, 2002, Statistika Terapan untuk Penelitian,<br />Alfabeta, Bandung;<br />Ghozali, Imam, 2001, Analisis Multivariate dengan<br />program SPSS, Badan Peneribit Universitas<br />Diponegoro, Semarang;<br />Gomes, Faustino Cardoso, 2001, Manajemen Sumber<br />Daya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta;<br />Hadi, Sutrisno, 2004, Metodologi Research 1,<br />Penerbit Yayasan Fakultas Psikologi UGM,<br />Yogyakarta;<br />Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen, Yogyakarta:<br />BPFE;<br />Kahya, Emin, 2007, The effects of job characteristics<br />and working conditions on job performance,<br />Departement of Industrial Engineering, Eksisehir<br />Osmangazi Univercity, Bademlik Campus,<br />Eksisehir, Turkey, International Journal of<br />Industrial Ergonomics;<br />Kankaanranta, Terhi, Nummi, Tapio,<br />Vainiomaki, Jari, Halila, Hannu, Hyppola,<br />Harri, Isokoski, Mauri, Kujala, Santero,<br />Kumpusalo, Esko, Mattila, Kari, Virjo,<br />Irma, Vanska, Jukka, Rissanen, Pekka,<br />2006, The role of job satisfaction, job<br />dissatisfaction and demographic factors on<br />physicians’ intentions to switch work<br />sector from public to private, Pirkanmaa<br />Hospital District, Centre of General<br />Practise, Medical School, University of<br />Tampere, Finland, Medical School,<br />Departement of General Practise,<br />University of Tampere, Finland, Journal<br />Health Policy;<br />Kountur, Ronny, 2003, Metode Penelitian<br />Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, CV.<br />Teruna Grafica, Jakarta;<br />Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset Untuk<br />Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta;<br />Lako, Andreas, 2004, Kepemimpinan dan<br />Kinerja Organisasi, Amara Books,<br />Yogyakarta;<br />Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi, Andi,<br />Yogyakarta;<br />Muhammad, Arni, 2004, Komunikasi<br />Organisasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta;<br />Mumfod, Troy V., Campion, Michael A.,<br />Morgeson, Frederick P., 2007, The<br />Leadership skills strataplex: leadership<br />skill requirements across organizational<br />levels, Utah state University, Departement<br />of Management and Human Resources,<br />College of Business, United States, The<br />Leadership Quarterly;<br />Rowold, Jens, Heinitz, Kathrin, 2007,<br />Transformational and charismatic<br />leadership: Assessing the convergent,<br />divergent and criterion validity of the<br />MLQ and the CKS, University of Munster,<br />Psykologisches Institut II, Fliednerstrasse<br />21, 48149 Munster, Germany, Free<br />University of Berlin, Germany, The<br />Leadership Quarterly;<br />Samsudin, Sadili, 2006, Manajemen Sumber Daya<br />Manusia, CV. Pustaka Setia, Bandung;<br />Thoha, Miftah, 2006, Kepemimpinan Dalam<br />Manajemen, PT. Raja Grafindo Persada,<br />Jakarta;<br />Wahyuddin, M., 2004. Industri dan Orientasi Ekspor:<br />Dinamika dan analisis Spasial, Muhammadiyah<br />University Press. Surakartamzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-46861204772688534462010-09-04T20:18:00.000-07:002010-09-04T20:20:03.111-07:00ANIMASI MAKROMEDIA FLASH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN GEOGRAFILomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM)<br /><br /><br />ANIMASI MAKROMEDIA FLASH SEBAGAI<br />MEDIA PEMBELAJARAN GEOGRAFI <br />(Studi pada SMA Kelas X semester 1)<br /><br /><br />Topik:<br />Bidang Pendidikan <br /><br /><br />Oleh<br />EDI GUMUNTUR<br />NPM 0413034025<br /><br /><br />UNIVERSITAS LAMPUNG <br />BANDAR LAMPUNG<br />2007<br /> <br /><br />LEMBAR PENGESAHAN<br /><br />Judul Karya Tulis : Animasi Makromedia Flash sebagai Media <br /> Pembelajaran Geografi (Studi pada SMA Kelas X <br /> Semester 1)<br />Nama Penulis / NPM : Edi Gumuntur / 0413034025<br />Program Studi : Pendidikan Geografi<br />Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial<br />Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan <br />Perguruan Tinggi : Universitas Lampung<br />Dosen Pendamping :<br />a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Yarmaidi, M.Si.<br />b. NIP : 131473391<br />Dosen Pembimbing : <br />a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Sunyono. M.Si. <br />b. NIP : 131971495<br /><br /><br /> Bandar Lampung, 11 Mei 2007<br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /> Mengetahui/Menyetujui<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KATA PENGANTAR<br />Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, penulis masih diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Mahasiswa ini dengan judul Animasi Makromedia Flash sebagai Media Pembelajaran Geografi (Studi pada SMA Kelas X semester 1). Karya Tulis Mahasiswa ini dibuat sebagai pengajuan Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) tingkat wilayah Tahun 2007.<br /><br />Bidang pendidikan dan pembelajaran, pemanfaatan teknologi informasi menjadi bagian yang tak terpisahkan. Bahkan kemajuan teknologi karena kemajuan ilmu pengetahuan (pendidikan), juga pendidikan tanpa menggunakan teknologi informasi menjadi hampa dan tidak akan berkembang dengan cepat (tidak dapat memberi makna arti pendidikan itu sendiri). Jadi, teknologi informasi dan pendidikan adalah ibarat dua sisi mata uang yang memiliki makna konstruktif. Maka dari itu diperlukan media animasi pada mata pelajaran geografi. Mata pelajaran geografi mempunyai karakteristik yang bersifat abstrak sehingga diperlukan media sebagai penggambaran menyerupai bentuk aslinya.<br /><br />Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Yarmaidi, M.Si. dan Drs. Sunyono, M.Si., selaku pendamping dan pembimbing dalam menyelesaikan Karya Tulis Mahasiswa ini yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan, bimbingan dan pengarahan selama proses pembuatan.<br /><br />Demikianlah Karya Tulis Mahasiswa ini disusun, semoga dapat bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan melalui penggunaan animasi sofware makromedia flash pada proses belajar mengajar di kelas. Sebagai manusia biasa, tentunya penulis tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan maupun pembuatan karya tulis dikemudian hari.<br /> Bandar Lampung, Mei 2007 <br /> Penulis<br /><br />DAFTAR ISI <br />Daftar Tabel <br />Daftar Gambar <br />Ringkasan <br /><br />I. Pendahuluan<br />1.1 Latar Belakang <br />1.2 Rumusan Masalah <br />1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan <br />1.3.1 Tujuan Penulisan <br />1.3.2 Manfaat Penulisan <br />II. Telaah Pustaka<br />2.1 Animasi Macromedia Flash <br />2.2 Media Pembelajaran <br />2.1.1 Media <br />2.1.2 Pembelajaran <br />2.1.3 Media Pembelajaran <br />III. Metode Penulisan<br />IV. Pembahasan<br />4.1 Karakteristik Mata Pelajaran Geografi <br />4.2 Kelebihan dan Kekurangan Media Animasi Komputer <br />4.3 Pengembangan Metode Mengajar dengan Animasi <br />4.4 Fungsi Animasi sebagai Media Pembelajaran <br /> 4.4.1 Animasi sebagai media pembelajaran peningkatan aktivitas.... <br />4.4.2 Animasi sebagai Media Pembelajaran Peningkatan <br /> Pemahaman <br /> 4.4.3 Animasi sebagai Media Pembelajaran Peningkatan Prestasi . <br />V. Penutup<br />5.1 Simpulan <br />5.2 Saran <br />Daftar Pustaka<br />Daftar Riwayat Hidup<br />Lampiran<br /><br />DAFTAR TABEL<br /><br />Tabel 1. Tabel 1. Persentase Nilai Siswa SMA Al Kautsar <br /> Kelas X.4 Pokok Bahasan Sejarah Pembentukan Bumi <br /> Tahun Ajaran 2006/2007 <br />Tabel 2. Pemilihan Media menurut Sifat Tugas Pembelajaran <br />Tabel 3. Pemilihan Media menurut Isi Pelajaran <br />Tabel 4. Klasifikasi metode mengajar berkaitan dengan keterampilan <br /> proses yang dikembangkan <br /><br /> <br /><br />DAFTAR GAMBAR<br /><br />Gambar 1. Area kerja macromedia flash <br />Gambar 2. Menu bar <br />Gambar 3. Timeline Windows <br />Gambar 4. Color Mixer <br />Gambar 5. Color Swatches <br />Gambar 6. Action Frame <br />Gambar 7. tool-tool yang terdapat dalam toolbox <br />Gambar 8. Properties <br />Gambar 9. Stage <br />Gambar 10. bagan penggunaan metode deskriptif dalam penulisan ……...<br />Gambar 11. Animasi terbentuknya tata surya <br />Gambar 12. Animasi Tata Surya <br />Gambar 13. Animasi Rotasi dan Revolusi Bumi <br />Gambar 14. Animasi Proses Terbentuknya Matahari <br />Gambar 15. Gerak Animasi Komet <br /><br /> <br /><br />RINGKASAN <br /><br />Pembelajaran melalui metode ceramah tanpa menggunakan media terdapat masih banyak siswa yang kurang memperhatikan guru karena terkesan monoton. Kondisi seperti ini akan berakibat buruk terhadap prestasi belajar siswa, dimana pada akhirnya Kriteria Ketuntasan Minimum (KTM) yang ditetapkan oleh sekolah tidak tercapai. Keadaan ini bukan sepenuhnya kesalahan siswa, namun perencanaan pembelajaran yang baik dalam bidang pendidikan pun harus berbenah.<br /><br />Contohnya pada mata pelajaran Geografi yang secara umum karakteristik mata pelajarannya bersifat abstrak. Maka dari itu diperlukan suatu media untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Salah satu media yang dapat digunakan adalah animasi Macromedia Flash dibuat dengan komputer dan ditayangkan menggunakan LCD. Model pembelajaran animasi ini dapat membelajarkan siswa yang merupakan pendekatan kontekstual, disebut juga Contextual Teaching and Learning (CTL), untuk menunjang efektifnya proses belajar mengajar (Yarmaidi dan Pargito, 2006: 56).<br /><br />Metode penulisan pada karya tulis ini menggunakan metode deskriptif dengan langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, dan analisis atau pengolahan data, serta menemukan alternatif pemecahan masalahnya. Sehingga media pembelajaran animasi makromedia flash sangat diperlukan untuk diterapkan guna peningkatkan pemahaman dan prestasi siswa terhadap materi pelajaran geografi. <br /> <br /><br />I. PENDAHULUAN<br />1.1 Latar Belakang <br />Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Melalui pendidikan dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya pikir dan tingkah laku yang lebih baik. Strategi maupun metode belajarpun ditingkatkan untuk pemahaman siswa dalam materi pembelajaran. Berdasarkan pengamatan dalam proses belajar mengajar melalui metode ceramah tanpa menggunakan media masih banyak siswa yang kurang memperhatikan guru karena terkesan monoton. Kondisi seperti ini akan berakibat buruk terhadap prestasi belajar siswa, dimana pada akhirnya kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh sekolah tidak tercapai. <br /><br />Adapun salah satu upaya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi melalui pengembangan media pembelajaran animasi dibuat dengan software makromedia flash dan ditayangkan dengan LCD. Macromedia Flash merupakan salah satu program yang dapat dimanfaatkan untuk membuat media pembelajaran yang cukup menarik melalui animasi. Keunggulan program ini dapat membuat contoh sederhana materi pelajaran menyerupai keadaan aslinya sehingga mudah dipahami oleh siswa.<br /><br />Penggunaan animasi ini dapat diterapkan diberbagai disiplin ilmu seperti, mata pelajaran kimia, fisika, ekonomi, matematika, geografi dan mata pelajaran lainnya. Untuk memudahkan pemahaman pentingnya animasi macromedia flash contohnya pada mata pelajaran geografi SMA kelas X semester 1 pokok bahasan sejarah pembentukan bumi. <br /><br />Mata pelajaran geografi saat ini merupakan mata pelajaran yang belum mendapatkan porsi ketertarikan yang lebih pada diri siswa. Anggapannya mata pelajaran geografi merupakan mata pelajaran yang susah dan tidak menyenangkan. Pada saat ini pemanfaatan media hanya menggunakan peta, globe buku mata pelajaran dan LKS. Sehingga pemahaman geografi secara keseluruhan tidak tercapai. Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran interaktif agar atmosfer pembelajaran geografi lebih menarik dan menyenangkan. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi dapat diamati di SMA Al-Kautsar yang merupakan salah satu SMA favorit di kota Bandar Lampung.<br /><br />Tabel 1. Persentase Nilai Siswa SMA Al Kautsar Kelas X.4 Pokok Bahasan<br />Sejarah Pembentukan Bumi Tahun Ajaran 2006/2007<br />Interval Nilai Jumlah Siswa Persentase<br />30 - 39<br />40 - 49<br />50 - 59<br />60 - 69<br />70 - 79<br />80 - 89 7<br />11<br />10<br />6<br />5<br />1 17,5%<br />27,5%<br />25,0%<br />15,0%<br />12,5%<br />2,5%<br />Jumlah 40 siswa 100 %<br />Sumber: Data Hasil Perhitungan<br />Data pada tabel 1 menunjukkan tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan sejarah pembentukan bumi, kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan SMA Al Kautsar > 70 hanya 15% yang tuntas dan sebanyak 85% tidak tuntas. Data ini berarti tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang belum maksimal. Keadaan ini bukan sepenuhnya kesalahan siswa, namun seluruh aspek dalam bidang pendidikan pun harus berbenah. Maka dari itu diperlukan suatu upaya yang berorientasi terhadap mutu pendidikan melalui pemanfaatan media animasi pada proses belajar mengajar di kelas. <br /><br />Minimnya penggunaan media pembelajaran di sekolah pada waktu proses belajar mengajar, mendorong penulis untuk melakukan penulisan ilmiah mengenai pemanfaatan media dengan menggunakan software Macromedia Flash untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan yang dipelajari. Semoga dengan adanya penulisan ilmiah ini dapat memberikan kontribusi nyata mengenai pengembangan media pembelajaran terhadap dunia pendidikan. Harapannya dengan menyuguhkan model pembelajaran menggunakan sofware Macromedia Flash akan lebih menarik minat siswa daripada yang bersifat manual, karena metode visualisasi tidak membosankan. <br /><br />1.2 Rumusan Masalah<br />1. Bagaimana karakteristik mata pelajaran geografi, sehingga diperlukannya suatu upaya pemanfaatan media animasi?<br />2. Apakah animasi makromedia flash dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi dalam pembelajaran geografi di SMA? <br /><br />1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan<br /> 1.3.1 Tujuan Penulisan <br />1. memahami karakteristik mata pelajaran geografi, sehingga diperlukan pemanfaatan media animasi menyerupai keadaan nyatanya.<br />2. memudahkan siswa dalam pemahaman materi mata pelajaran geografi dengan menggunakan media animasi makromedia flash.<br /><br /> 1.3.2 Manfaat Penulisan<br />1. memberi masukan kepada guru dan pengelola pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu akan pemahaman konsep geografi dengan menggunakan animasi makromedia flash.<br />2. merupakan alternatif pengembangan media yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman, aktivitas dan prestasi pada mata pelajaran geografi.<br /><br /><br /> <br /><br />II. TELAAH PUSTAKA<br />2.1 Animasi Macromedia Flash<br /><br />Macromedia adalah sebuah perusahaan perangkat lunak yang bergerak di bidang grafis dan pengembangan web. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1992 dan telah berkembang pesat pada tahun 1990-an dan 2000-an. Pada Desember 2005 Macromedia diakui salah satu perusahaan saingannya yaitu Adobe Systems, tetapi Adobe sementara ini masih tetap menggunakan nama Macromedia pada sejumlah programnya.<br /><br />Macromedia didirikan pada tahun 1992 melalui merger antara Authorware Inc. (perusahaan pembuat Authorware) dan MacroMind-Paracomp (perusahaan pembuat Macromind Director). Hingga pertengahan 1990-an, Macromedia Director yang digunakan untuk memproduksi CD-ROM dan kios-kios informasi masih merupakan produk unggulan Macromedia, namun seiring meningkatnya popularitas World Wide Web Macromedia menciptakan Shockwave, sebuah plugin Director bagi penjelajah web serta pada tahun 1996 mengakui sisi dua perusahaan berorientasi web, FutureWave Software (yang membuat FutureSplash Animator - yang kemudian berkembang menjadi Flash) dan iBand Software (pembuat perangkat lunak authoring HTML yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan Dreamweaver).<br /><br />Kemampuan membuat objek seperti shockwave Flash maupun animasi gif, dapat dikatakan bahwa Macromedia Flash adalah aplikasi pencipta objek animasi yang powerful. Ditambah dengan pembuatan objek grafis vektor yang terkandung di dalamnya, pemprograman ActionScript dan transisi layernya yang dinamis membuat produk ini lebih produktif dibandingan produk penciptaan animasi sejenis.<br /><br />Macromedia Flash merupakan standar profesional yang digunakan untuk membuat animasi di web. Sejak keberadaannya pertama kali dan digunakan oleh beberapa situs web untuk membuat animasi intro dan permainan, banyak orang dibuat kagum olehnya. Ini disebabkan karena ukurannya yang begitu kecil tetapi dapat menampilkan animasi di web yang luar biasa mengagumkan. <br /><br />Macromedia Flash juga merupakan software pembuatan animasi yang berfungsi sebagai media pembelajaran, presentasi, pendukung desain web dan sebagainya, sehingga tampilan akan lebih menarik. Sebelum mengenal macromedia flash lebih jauh, perlu mengetahui komponen-komponen yang terdapat pada sofware ini. <br /><br />Menu Bar Timeline Panels<br /><br /><br />Toolbox Properties Stage<br /> Gambar 1. Area kerja macromedia flash<br />Menu Bar, berisi kumpulan perintah-perintah yang digunakan dalam Flash.<br /><br />Gambar 2. Menu bar<br /><br />Timeline, berisi frame-frame yang berfungsi untuk mengontrol objek yang akan di animasikan. Ibarat suatu film, semua jalannya cerita diatur pada timeline ini. Kapan sang pemain muncul, bergerak dan menghilang, kapan suara musik mengalun dan kapan efek suara muncul. Timeline terdiri dari layer dan frame. Layer dianalogikan sebagai lembaran plastik transparan yang berisi objek gambar. Objek gambar yang berada pada layer yang posisinya paling atas merupakan objek gambar yang posisinya paling depan pada stage. Pada frame terdapat keyframe dan blank keyframe. Keyframe yang ditandai dengan bulatan kecil warna putih.<br /><br /><br />Gambar 3. Timeline Windows<br /><br />Panels, berisi control fungsi yang dipakai dalam flash, yang berfungsi untuk mengganti dan memodifikasi berbagai atribut dari objek atau animasi secara cepat dan mudah. Misalnya mengubah warna gradasi.<br />• Color Mixer, digunakan untuk mengatur warna pada objek sesuai dengan keinginan. Ada 5 pilihan tipe warna, yaitu: None, Solid, Linear, Radial, Bitmap.<br /><br />Gambar 4. Color Mixer<br />• Color Swatches, digunakan untuk memberi warna pada objek yang Anda buat sesuai dengan yang warna pada window.<br /><br /><br />Gambar 5. Color Swatches<br /><br />• Actions – Frame, merupakan window yang digunakan untuk menuliskan Action Script untuk Flash MX. Biasanya Action Script digunakan untuk mengendalikan objek yang dibuat sesuai dengan keinginan.<br /><br />Gambar 6. Action Frame<br /><br />Toolbox, berisi tool-tool (alat-alat) yang berfungsi untuk membuat, menggambar, memilih dan memanipulasi objek atau isi yang terdapat dilayar (stage) dan timeline.<br /><br />Gambar 7. tool-tool yang terdapat dalam toolbox<br />• Selection tool untuk memilih dan memindahkan objek.<br />Subselect tool untuk memilih titik-titik pada suatu objek atau garis.<br />• Line tool untuk membuat garis.<br />• Lasso tool untuk memilih sebagian dari objek atau bagian tertentu dari objek.<br />• Pen tool untuk menggambar garis-garis lurus maupun kurva.<br />• Text tool u ntu k m e n u l is text<br />• Oval tool untuk membuat lingkaran atau ellips.<br />• Rectangle tool membuat persegi atau kotak.<br />• Pencil tool untuk menggambar garis-garis bebas dan bentuk seperti yang dilakukan oleh pensil biasa.<br />• Brush tool berfungsi seperti kuas untuk mencat suatu objek.<br />• Free Transform tool untuk mengubah dan memodifikasi bentuk objek, bias pembesaran/pengecilan ukuran objek, pemutaran objek dan lain-lain.<br />• Fill Transform tool untuk mengatur ukuran, dan warna gradasi atau bidang.<br />• Ink Bottle tool untuk menambah, memberi dan mengubah warna pada garis di pinggir objek (stroke).<br />• Paint Bucket tool untuk menambah, memberi dan mengubah warna pada suatu bidang fill.<br />• Eyedropper tool untuk mengidentifikasi warna atau garis dalam sebuah objek.<br />• Eraser tool untuk menghapus area yang tidak diinginkan.<br /><br /><br /><br /><br />Properties, fungsinya sama dengan panels, hanya saja properties merupakan penggabungan atau penyerdehanaan dari panel. Jadi, dapat lebih mempercepat dalam mengganti dan memodifikasi berbagai objek, animasi, frame dan komponen secara langsung.<br /><br />Gambar 8. Properties<br /><br />Stage, yang berbentuk kotak berwarna putih adalah layar yang akan digunakan untuk meletakkan objek-objek tertentu. Hanya pada daerah ini yang dapat terlihat saat animasi dijalankan. Sedangkan daerah abu-abu di luar stage tidak terlihat.<br /><br />Gambar 9. Stage<br />Pada stage ini merupakan area kerja pembuatan animasi software macromedia flash dengan menggunakan efek-efek tertentu sehingga tampilan akan semakin menarik.<br /><br />2.2 Media Pembelajaran <br /> 2.2.1 Media <br />Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Arief Sadiman, 2005: 6).<br /><br />Menurut I Gede Sugianta (2005) kaitan media dengan pembelajaran, media sebagai suatu perantara atau pengantar pesan-pesan atau materi ajar dari guru kepada siswa.<br /><br />Dari pendapat di atas media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Bila media sebagai sumber belajar maka materi yang dikemas dalam suatu media dalam penyampaiannya akan diinformasikan melalui media sehinggaa materi akan lebih mudah dipahami dan dimengerti.<br /><br /><br /> 2.2.2 Pembelajaran<br /><br />Menurut Tim Dikdatik Metodik Kurikulum Depdikbud (1995:1), pembelajaran berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan atau kecakapan baru pada orang lain. Sedangkan Nana Sudjana (1989:7) memberikan batasan pembelajaran sebagai berikut:<br />Kegiatan pembelajaran adalah pelaksaaan proses belajar mengajar, yakni suatu proses penterjemahan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum kepada para siswa melalui interaksi belajar mengajar di sekolah.<br /><br />Definisi lain dari Roeestiyah N.K. (1986 :41):<br />Pembelajaran adalah (1) transfer pengetahuan kepada siswa, (2) mengajar siswa bagaimana caranya belajar, (3) hubungan interaksi antara guru dan siswa, (4) proses interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru.<br /><br /><br />Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas dalam menyampaikan program pembelajaran pada sejumlah siswa sehingga terjadi interaksi dua arah, yaitu guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.<br /><br /><br /> 2.2.3 Media Pembelajaran <br /><br />Apabila media membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Azhar Arsyad, 2002: 4). Agar media pembelajaran tersebut berfungsi dengan baik dan mampu membantu siswa maupun guru dalam mencapai apa yang diharapkan. Maka dalam hal ini guru harus memahami teknik penyajian pelajaran. <br /><br />Teknik penyajian pelajaran adalah sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik (Roetiyah N. K, 1991:1). Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan bentuknya yaitu:<br /> Media berbasis manusia (Guru, instruktur, tutor, kegiatan kelompok)<br />Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirim dan mengkomunikasikan pesan atau informasi.<br /> Media berbasis cetak (Buku penuntun, buku latihan)<br />Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas.<br /> Media berbasis visual (buku, alat batu kerja, grafik, peta, gambar, transparan, slide).<br />Media ini memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media ini dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antar materi pelajaran dengan dunia nyata.<br /> Media berbasis Audio Visual (Vidio, film, Tv)<br />Salah satu hal yang penting yang diperlukan dalam media audio visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak rancangan, dan penelitian.<br /> Media berbasis komputer<br />Komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidIkan dan latihan. Komputer sebagai manajer dalam proses pembelajaran. Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatnya meliputi penyajian informasi, isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. <br /><br />Adapun fungsi atau peranan media pembelajaran adalah sebagai berikut:<br />1. Sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.<br />2. Merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi.<br />3. Alat peraga dalam pembelajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.<br />4. Penggunaan alat peraga bukan semata alat hiburan.<br />5. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh guru. <br />6. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar (Sudjana, 1987).<br /><br /> Demikian pula Nasution (1986), mengemukakan bahwa faedah yang terkandung dalam media pembelajaran adalah sebagai berikut:<br />1. Menambah kegiatan belajar mengajar.<br />2. Menghemat waktu belajar.<br />3. Menambah keadaan permanen dari hasil belajar.<br />4. Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajaran. <br />5. Membangkitkan minat, perhatian, dan aktivitas pada murid. <br />6. Memberi pengalaman yang lebih tepat dan jelas.<br /><br />Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulan bahwa media pembelajaran adalah sebagai berikut:<br />1. dapat mengefektikan metode mengajar.<br />2. dapat membantu siswa dalam menyamakan persepsi terhadap konsep.<br />3. memperkecil verbalisme.<br />4. menigkatkan pemahaman terhadap materi.<br />5. membangkitkan minat dan aktivitas siswa.<br />6. menghamet waktu belajar.<br />7. menambah kegiatan belajar mengajar.<br />8. menambah keadaan permanen dari hasil belajar.<br /><br />Pada mata pelajaran geografi media dapat meningkatkan pemahaman, aktivitas dan prestasi siswa. Penggunaan media bola langit, globe, animasi dan SIG (Sistem Informasi Geografi) yang saling melengkapi dan dapat diakses dalam waktu yang sangat singkat dapat membangkitkan daya imajinasi siswa (Yarmaidi dan Pargito, 2006: 60).<br /><br /> <br /><br />III. METODE PENULISAN<br /><br />Karya ilmiah ini dalam penulisannya menggunakan metode deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada masa sekarang, dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, dan analisa atau pengolahan data, membuat kesimpulan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang sesuatu keadaan dengan cara obyektif serta situasi yang mempunyai manfaat terutama dalam rangka mengadakan berbagai perbaikan (Muhammad Ali, 1984: 120).<br /><br />Penulis mengangkat permasalahan nilai mata pelajaran geografi di SMA yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KTM), sehingga diperlukan upaya peningkatan ketuntasan belajar dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu menggunakan animasi makromedia flash yang ditayangkan melalui LCD.<br /><br />Penulis melihat berbagai data yang ada di lapangan bahwa nilai siswa menunjukan masih banyak siswa yang belum tuntas terhadap materi dan penggunaan mediapun dalam pembelajaran oleh guru di dalam kelas masih belum maksimal. Penulis mengumpulkan data-data mengenai tingkat kelulusan dan pentingnya penggunaan media dari internet dan data sekunder. Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan teori-teori yang relevan dan dicari solusi yang tepat mengenai pengembangan media pembelajaran.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 10. Bagan penggunaan metode deskriptif dalam penulisan<br /> <br /><br />IV. PEMBAHASAN<br />4.1 Karakteristik Mata Pelajaran Geografi <br /><br />Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya.<br /><br />Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah.<br /><br />Secara teoritis penting mempelajari geografi sebagai pengetahuan alam dan sosial, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa baik dari segi internal maupun eksternal. Pemanfaatan media yang umum seperti peta, globe dan lain-lain sampai berbasis informasi dalam penyampaiannya melalui teknologi berupa komputer dan ditayangkan dengan LCD. Pemilihan media berdasarkan sifat dan tugas pembelajaran serta pemilihan media menurut isi pelajarannya yang tepat digunakan dapat diamati pada tabel berikut.<br /><br /><br /><br />Tabel 2. Pemilihan Media menurut Sifat Tugas Pembelajaran<br /> Media<br /><br />Tujuan<br />/tugas<br />/isi Guru instruktur Cetek Transparansi Slide Gambar/ilustrasi Audio-tape Video kaset Radio Film Komputer Simulasi Videocodec Permainan Televisi <br />Sifat Tugas<br />- Menghafal v v v v v v v <br />- memerlukan prosedur fisik v v v V v v v v v v v v v<br />- memerlukan penerapan prinsip-prinsip v v v V v v v v v v v<br />- pemahaman konsep-konsep dan hubungan-hubungan v v v V v v v v v v v <br />- memerlukan pemikiran tingkat lebih v v v V v v v v v <br />Sumber: Azwar Arsyad, 2002: 77<br />Tabel 3. Pemilihan Media menurut Isi Pelajaran<br /> Media<br /><br /><br />Tujuan/<br />tugas<br />/isi Guru instruktur Cetek Transparansi Slide Gambar/ilustrasi Audio-tape Video kaset Radio Film Komputer Simulasi Videocodec Permainan Televisi <br />Sifat isi pelajaraan<br />- fakta-fakta S S S S S S t S T R T S S S<br />- pengenalan visual S R T T T R T R T T S T R S<br />- prinsip konsep S S S S S R T R T T S T R S<br />- prosedur S S S S S R T R T T T S S T<br />- keterampilan S R S S S R S R S S T S S S<br />- sikap T S S S S R S S S S S S S S<br />Sumber: Azwar Arsyad, 2002: 79<br />Catatan : T = Tinggi<br /> S = sedang<br /> R = rendah<br /><br /><br />Media mempunyai peran yang besar dalam mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa. Oleh karena itu secara spesifik media pembelajaran digunakan guru dalam proses belajar mengajar agar siswa mudah menerima materi pelajaran yang disajikan. Media canggih biasanya mahal, namun mahalnya biaya itu harus kita hitung dengan aspek menfaatnya kepada siswa atas kompetisi di bidang pendidikan.<br /><br />Penerapan animasi macromedia flash pada proses belajar mengajar di kelas membantu siswa memahami materi karena tampilannya yang menarik berupa animasi gerak menyerupai bentuk aslinya. Macromedia flash sebagai media pembelajaran dapat diterapkan pada multi disiplin ilmu, seperti mata pelajaran fisika, kimia, matematika, ekonomi, geografi dan pelajaran lainnya. Pada kesempatan ini penulis mencoba penyampaian materi menggunakan macromedia flash pada mata pelajaran geografi.<br /><br />Peningkatan aktivitas dan pemahaman belajar geografi dikemas dengan berbagai cara agar menarik perhatian siswa sehingga akan timbul motivasi siswa belajar geografi. Salah satu upaya penyajian materi geografi menggunakan software macromedia flash. Macromedia digunakan untuk membuat animasi-animasi gerak yang menarik dan memudahkan pemahaman materi. <br /><br /><br />4.2 Kelebihan dan Kekurangan Media Animasi Komputer<br /><br />Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit (Azwar Arsyad, 2002: 53). Komputer dewasa ini memiliki kemampuan untuk menggabungkan dan mengendalikan berbagai peralatan lainnya, seperti CD player, video tape, dan audio tape. Di samping itu, komputer dapat merekam, menganalisis, dan memberi reaksi kepada respons yang diinput oleh pemakai atau siswa.<br /><br /><br />Pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal Bering dinamakan pembelajaran dengan bantuan komputer dikembangkan dalam beberapa format, antara lain drills and practice, tutorial, simulasi, permainan, discovery dan animasi. Komputer sebagai media pembelajaran menggunakan sofware-sofware komputer diantaranya Microsoft, Macromedia, Adobe dan sofware lainnya. Berikut ini dikemukakan beberapa keuntungan dan keterbatasan komputer yang digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan.<br /><br />Keuntungan<br />1. Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang digunakan.<br />2. Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya animasi grafik, warna, dan musik yang dapat menambah realisme.<br />3. Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Dengan kata lain, komputer dapat berinteraksi dengan siswa secara perorangan misalnya dengan bertanya dan menilai jawaban.<br />4. Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan suatu program pembelajaran memberi kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat dipantau.<br />5. Dapat berhubungan dengan, dan mengendalikan, peralatan lain seperti compact disc, video tape, dan lain-lain dengan program pengendali dari komputer (Azwar Arsyad, 2002: 54).<br /><br />Keterbatasan<br />1. Meskipun harga perangkat keras komputer cenderung semakin menurun (murah), pengembangan perangkat lunaknya masih relatif mahal.<br />2. Untuk menggunakan komputer diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus tentang komputer.<br />3. Keragaman model komputer (perangkat keras) sering menyebabkan program (software) yang tersedia untuk satu model tidak cocok (kompatibel) dengan model lainnya.<br />4. Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa, sehingga hal tersebut tentu tidak akan dapat mengembangkan kreativitas siswa.<br />5. Komputer hanya efektif bila digunakan oleh satu orang atau beberapa orang dalam kelompok kecil. Untuk kelompok yang besar diperlukan tambahan peralatan lain yang mampu memproyeksikan pesan-pesan di monitor ke layar lebih lebar (Azwar Arsyad, 2002: 55)<br /><br />Berikut adalah contoh sederhana Pemanfaatan Animasi Makromedia Flash:<br /><br />Kelas X SMA semester 1<br />Pokok bahasan : Memahami sejarah pembentukan bumi<br />Kompetensi dasar :<br />1. menjelaskan sejarah pembentukan bumi<br />2. mendeskripsikan tata surya dan jagad raya<br /><br />Animasi terbentuknya Tata Surya<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 11. Animasi terbentuknya tata surya<br />Keterangan:<br />Pada 15.000 juta tahun yang lalu, semua yang ada dilumatkan menjadi satu gumpalan. Tiba-tiba gumpalan tersebut meledak menjadi jutaan keping. Ledakan tersebut begitu dahsyat, sehingga keping-keping dari gumpalan tersebut terlempar jauh di angkasa. Inilah awal dari alam semesta. Ledakan dahsyat ini disebut fenomena Big Bang. Jutaan tahun kemudian, salah satu pecahan menjadi sistem tata surya. <br /><br />Berdasarkan kenyataan bahwa planet-planet terletak hampir pada satu bidang datar di sekeliling matahari, melahirkan perkiraan, hipotesis, atau teori yang hampir sama tentang terjadinya tata surya kita, yaitu planet-planet lahir dari matahari atau kelahiran planet-planet itu dari ujud yang sama dengan matahari. Bidang datar tempat planet-planet yang hampir sebidang dengan ekuator matahari memberikan penjelasan tentang massa asal planet-planet itu telah berputar sejak benda langit itu terbentuk. <br /> <br />Animasi Tata Surya berupa Planet-Planet Berevolusi Terhadap Matahari<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 12. Animasi Tata Surya<br />Keterangan :<br />Kata planet berasal dari kata Yunani planetai, yang berarti “pengembara” dan menyatakan gerak-gerik planet yang nampaknya terkatung-katung antara bintang tetap. Planet terpaut dengan matahari oleh adanya gaya tarik grafitasi, sehingga membentuk tata surya. Planet adalah bola yang terbuat dari batu atau gas dan cairan yang berputar-putar di angkasa. Planet-planet terlihat seperti mengembara melintasi angkasa. Planet-planet mengitari Matahari atau berevolusi. Planet tidak mempunyai cahaya sendiri. Planet bercahaya karena pantulan sinar dari Matahari.<br /><br />Animasi rotasi dan revolusi bumi<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 13. Animasi Rotasi dan Revolusi Bumi<br />Keterangan:<br />Bumi memerlukan waktu satu tahun untuk mengitari Matahari. Bumi berputar pada porosnya dalam posisi miring. Pada suatu saat, sebagian dari Bumi menjadi lebih hangat karena berada lebih dekat dengan Matahari. Bagian yang lebih jauh dari Matahari akan menjadi lebih dingin. Ketika Bumi mengitari Matahari, bagian Bumi yang lebih dingin ini menjadi bagian yang lebih mendekati Matahari, dan menjadi semakin hangat. Perubahan-perubahan suhu ini menyebabkan adanya pergantian musim. Ketika bagian utara bumi, mengalami musim dingin, bagian selatan bumi mengalami musim panas.<br /><br /> <br />Animasi proses terbentuknya matahari<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 14. Animasi Proses Terbentuknya Matahari<br /><br />Keterangan :<br />Para ahli astronomi dewasa ini mempunyai gagasan yang sangat bersesuaian mengenai bagaimana matahari lahir dan bagaimana akhirnya akan mati. Tahap-tahap awal matahari dikaji oleh seorang ahli astronomi bernama G.P. Kuiper dari Universitas Arizona. Ketika mengemukakan pemecahan rahasia terbentuknya matahari, dengan rendah hati Kuiper berkata: “Bahwa masalah itu dapat dipecahkan secara ilmiah belumlah merupakan kesimpulan yang pasti. Misalnya saja ada sebuah ruang tertutup dan udara di dalamnya diaduk. Maka setelah beberapa lama tidak akan ada petunjuk tentang bagaimana atau kapan pengadukan itu terjadi. Peristiwa dalam sistem tertutup tadi akan hilang tanpa bekas”. Betapa pun ragu-ragunya Kuiper itu, namun pendapatnya diterima di kalangan luas dan sesuai benar dengan fakta, sehingga pendapatnya itu lebih banyak nyatanya daripada salahnya. <br /><br /> <br />Animasi Gerak Komet<br />1<br /><br /><br /><br /><br /><br />Keterangan :<br />Animasi di atas menjelaskan bila sebuah komet mendekati matahari, terbentuk ekor meteor yang panjang di belakang meteor tersebut. Arah ekor meteor selalu menjauhi matahari karena tertiup angin matahari. Komet terbentuk dari es, gas beku dan debu. Komet tampak sebagai sebuah bintang dengan ekornya yang menjurai di angkasa, karena itu orang Yunani menyebutnya sebagai “aster kometes” yang berarti bintang berambut panjang. Penamaan ini sampai sekarang masih tetap digunakan, tetapi hanya tinggal kata belakangnya saja, yaitu komet. <br /> <br />Kepala komet terdiri dari “inti” dan “koma”. Koma sebuah komet akan tampak sebagai bulatan baur yang menyerupai kabut bercahaya, dan di dalam koma inilah kadang-kadang dapat dilihat intinya. Ketika sebuah komet mendekati matahari, komanya akan bertambah besar dan juga kecerlangannya bertambah terang. Kadang kala besarnya koma sebuah komet dapat mencapai ukuran planet Jupiter, tetapi pada saat komet berada di dekat periheliumnya, seringkali ukuran koma kembali menyusut sedikit demi sedikit, namun kecerlangannya semakin bertambah terang.<br /><br /> <br />4.3 Pengembangan Metode Mengajar dengan Animasi <br /><br />Metode merupakan cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Penerapan metode yang dilakukan terhadap pokok bahasan tertentu terkadang kurang tepat digunakan. Hal ini disebabkan guru kurang memahami kompetensi dasar dari pokok bahasan tersebut dengan kemampuan dalam keterampilan proses. Berikut penjelasan klasifikasi metode mengajar berkaitan dengan keterampilan proses.<br /><br />Tabel 4. Klasifikasi metode mengajar berkaitan dengan <br />keterampilan proses yang dikembangkan<br />No Ketr.<br /> Proses<br /><br /><br /><br /><br /><br />Metode M<br />E<br />N<br />G<br />A<br />M<br />A<br />T<br />I M<br />E<br />N<br />G<br />G<br />O<br />L<br />O<br />N<br />G<br />K<br />A<br />N M<br />E<br />N<br />A<br />F<br />S<br />I<br />R<br />K<br />A<br />N M<br />E<br />R<br />A<br />M<br />A<br />L<br />K<br />A<br />N M<br />E<br />N<br />E<br />R<br />A<br />P<br />K<br />A<br />N M P<br />E E<br />R N<br />E E<br />N L<br />C I<br />A T<br />N I<br />A A<br />K N<br />A<br />N MK<br />EA<br />NS<br />GI<br />KK<br />OA<br />MN<br />U<br />N<br />I<br />1.<br />2.<br />3.<br />4.<br />5.<br />6.<br />7.<br />8.<br />9.<br />10.<br />11.<br />12. Pemberian tugas<br />Eksprimen<br />Proyek<br />Diskusi<br />Karyawisata<br />Demonstrasi<br />Tanya jawab<br />Bermain peran<br />Sosiodrama<br />Bercerita<br />Latihan<br />Ceramah v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />-<br />-<br />-<br />-<br />- v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />-<br />- v<br />v<br />v<br />v<br />-<br />-<br />-<br />-<br />-<br />-<br />-<br />- v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />- v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />-<br />-<br />-<br />-<br />-<br />-<br />- v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />Sumber : Syaiful Bahri, 2000: 190<br />Dari tabel 4. klasifikasi tersebut diketahui bahwa metode diskusi, eksprimen, pemberian tugas dan proyek menampilkan tujuh macam kemampuan dalam keterampilan proses. Sedangkan metode ceramah adalah metode yang paling sedikit menampilkan segi-segi keterampilan proses. Karenanya, metode ceramah yang sering digunakan guru dalam mengajar di kelas perlu dibatasi pemakaiannya. Keterampilan proses yang dikembangkan dengan metode ceramah kurang dapat diharapkan mengoptimalkan belajar anak didik di kelas.<br /><br />Adapun pemanfaatan media animasi dapat dikembangkan dengan metode bertikut ini pada proses belajar mengajar di kelas. <br />1. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi <br />Pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terkait dengan tempat. Pemberian tugas belajar biasanya dikaitkan dengan resitasi. Resitasi adalah suatu persoalan yang bergayut dengan masalah pelaporan anak didik setelah mereka selesai mengerjakan suatu tugas (Syaiful Bahri, 2000: 197).<br />2. Metode Diskusi <br />Metode diskusi adalah memberikan alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam (Syaiful Bahri, 2000: 198).<br />3. Metode Demonstrasi<br />Metode demonstrasi ialah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Syaiful Bahri, 2000: 201).<br />4. Metode Tanya Jawab<br />Metode tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik (Syaiful Bahri, 2000: 203).<br />5. Metode Ceramah<br />Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif (Syaiful Bahri, 2000: 205).<br /><br />4.4 Fungsi Animasi sebagai Media Pembelajaran<br /> 4.4.1 Animasi sebagai Media Pembelajaran Peningkatan Aktivitas <br />Pada dasarnya belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dalam diri seseorang sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmadi (1991:121) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi lingkungannya.<br /><br />Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik, yang proses perubahan tersebut salah satunya melalui sekolah-sekolah yang ada di samping orang tua dan lingkungan masyarakat.<br /><br />Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, tidak belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.<br /><br />Menurut Sardiman A.M, dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar (1987 : 98), mendefinisikan tentang aktivitas adalah kegiatan dilakukan manusia karena manusia memiliki jiwa sebagai sesuatu yang dinamis memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu secara alami anak didik juga menjadi aktif karena adanya motivasi dan didukung oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang, dan tugas guru (pendidik) adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Keadaan ini siswa yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri.<br /><br />Menurut Heinz Kock dalam bukunya saya guru yang baik (1979:85) pengertian kata aktif untuk belajar secara aktif siswa harus melakukan kegiatan atau bekerja sendiri yaitu :<br />1) Mencari jalan untuk memecahkan masalah sendiri.<br />2) Ia harus menjawab pertanyaan.<br />3) Ia harus belajar bersama.<br />4) Ia harus mengambil keterangan dari buku.<br />5) Ia harus dapat mendikusikan dengan kawannya.<br />6) Ia harus melakukan percobaan.<br />7) Ia harus dapat bertanggung jawab dengan hasil pekerjaannya sendiri.<br /><br />Menurut Paul B. Diedriah dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar (1987 : 100), membuat suatu daftar yang berisikan 177 macam kegiatan siswa yang antara lain digolongkan sebagai berikut:<br />1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, dan percobaan.<br />2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.<br />3) Listening activities seperti mendengarkan, uraian, diskusi, percakapan, pidato, dan musik.<br />4) Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.<br />5) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.<br />6) Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi, melihat bangunan dan mengambil keputusan.<br />7) Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.<br />8) Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang dan gugup.<br /><br />Peningkatan aktivitas belajar siswa jika hanya menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media tidak akan efektif dan berjalan dengan baik. Maka dari itu dibutuhkan media pembelajaran yang menarik untuk mengajak siswa beraktivitas pada proses belajar mengajar. Pemanfaatan media LCD menggunakan sofware macromedia flash untuk membuat animasi-animasi pembelajaran merupakan media yang mampu meningkatkan aktivitas dalam pengembangan media. Animasi-animasi gerak akan membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas dalam kelas. <br /><br />4.4.2 Animasi sebagai Media Pembelajaran Peningkatan Pemahaman <br />Dahulu ada anggapan bahwa guru adalah orang yang paling tahu. Paradigma itu kemudian berkembang menjadi guru lebih dahulu tahu. Namun sekarang bukan saja pengetahuan guru bisa sama dengan murid, bahkan murid bisa lebih dulu tahu dari gurunya. Itu semua dapat terjadi akibat perkembangan media informasi di sekitar kita. Pada saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Banyak contoh, di mana siswa dapat lebih dahulu mengakses informasi dari media massa seperti surat kabar, televisi, bahkan internet. Maka dari itu sebaiknya guru cepat menyesuaikan diri atas permasalahan tersebut. <br /><br />Sejalan dengan perubahan kurikulum dan otonomi pendidikan, bukan lagi masanya bagi guru untuk selalu menunggu petunjuk. Guru adalah tenaga profesional harus mempunyai ide kreatif menerapkan metode mengajarnya. Oleh karena itu, sikap yang tepat untuk kita adalah cepat menyesuaikan diri. Guru perlu segera mereposisi perannya. Pada saat ini guru tidak lagi harus menjadi orang yang paling tahu di kelas. Namun ia harus mampu menjadi fasilitator belajar. Ada banyak sumber belajar yang tersedia di lingkungan kita, apakah sumber belajar yang dirancang untuk belajar ataukah yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Guru yang baik akan merasa senang kalau muridnya lebih pandai dari dirinya.<br /><br />Pada saat guru menjelaskan di depan kelas kadangkala menghadapi kesulitan dalam menjelaskan suatu meteri pelajaran kepada murid. Masalah ini dapat di atasi dengan pemanfatan media. Pemanfaatan media sangat diperlukan ketika siswa sulit memahami materi yang disampaikan guru. Maka dari itu diperlukan media berupa animasi dibuat dari sofware macromedia flash untuk meningkatkan pemahaman siswa. Cara ini akan sangat membantu guru dalam memberikan penjelasan. Selain menghemat kata-kata, menghemat waktu, penjelasan akan lebih mudah dimengerti oleh murid, menarik, membangkitkan motivasi belajar, menghilangkan kesalahan pemahaman, serta informasi yang disampaikan menjadi konsisten. Penerapan animasi Makromedia Flash diterapkan dapat menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas dan model-model pembelajaran lainnya. <br /><br />Melalui media animasi macromedia flash merupakan cara yang bijaksana dilakukan guru menyampaikan materi pembelajarannya. Sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.<br /><br />4.4.3 Animasi sebagai Media Pembelajaran Peningkatan Prestasi <br />Menurut Syamsu Mappa prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai dari kegiatan belajar dalam waktu tertentu (Joniswan, 1978: 91). Aspek-aspek prestasi belajar dapat diketahui dari perkembangan aspek kognitif, psikomotor dan afektif siswa.<br /><br />Aspek Kognitif<br /><br />Menurut B.S Blomm aspek kognitif adalah bidang atau domain yang berkaitan dengan daya pikir, pengetahuan atau penalaran (Budi Koestoro, 1998: 41). Aspek kognitif terdiri dari enam bagian berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks adalah :<br />1. Pengetahuan<br />Evaluasi hasil belajar bagian pengetahuan ini berkaitan dengan ingatan yaitu segala sesuatu yang terekam dan tersimpan dalam otak.<br />2. Pemahaman<br />Evaluasi hasil belajar pada bagian pemahaman ini berhubungan dengan inti sari dari sesuatu yaitu bentuk pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan atau ide yang dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkan dengan bahan lain.<br />3. Penerapan <br />Evauasi hasil belajar penerapan berhubungan dengan penggunan abstraksi dalam situasi tertentu dan kongkrit. Abstraksi itu dapat berupa teori, prinsip, aturan, prosedur, metode dan sebaginya.<br />4. Analisis <br />Evaluasi hasil belajar analisis dapat diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan suatu komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya, sehingga ide relatif menjadi lebih jelas dan hubungan antara ide-ide menjadi lebih eksplisit.<br />5. Sintesis<br />Sintesis berkaitan dengan penyusunan bagian-bagian atau unsur-unsur sehingga membentuk keseluruhan yang sebelumnya tidak tampak jelas.<br />6. Evaluasi<br />Evaluasi berhubungan dengan penentuan secara kuantitaif dan kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk sesuatu dengan maksud memenuhi tolak ukur tertentu (Budi Koestoro, 1998: 41-45).<br /><br />Aspek Afektif<br /><br />Menurut B.S Bloom aspek afektif berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, ini akan menolong seseorang untuk memilih yang disenangi dan menjauhkan diri dari yang tidak disenangi (Budi Koestoro, 1998: 46). Aspek afektif sebagai tujuan peningkatan prestasi belajar terdiri dari lima bagian yaitu :<br />1. Penerimaan<br />Penerimaan mencakup kesediaan untuk memberi perhatian kepada fenomena atau stimulus.<br />2. Penanggapan<br />Penanggapan berkaitan dengan memberi tanggapan/respon terhadap suatu obyek (berperan aktif).<br />3. Penilaian<br />Penilaian berkaitan dengan pemilihan, penghargaan dan penganggungan terhadap benda, fenomena atau tingkah laku.<br />4. Organisasi<br />Organisasi berkaitan dengan kemampuan mempersatukan nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan antara nilai-nilai tersebut, dan mulai membina sistem nilai yang konsisten secara internal.<br />5. Pameran<br />Pada tingkat ini, nilai-nilai yang telah menerima tempat dalam hierarki nilai seseorang disusun menjadi semacam sistem yang mempunyai konsistensi internal yang mengendalikan tingkah laku manusia menurut pola tertentu. (Budi Koestoro, 1998: 46-48).<br /><br /><br />Aspek Psikomotor<br /><br />Menurut B.S Bloomaspek psikomotor yaitu tujuan pembelajaran yang terutama berkaitan dengan keterampilan motorik atau keterampilan fisik, atau keterampilan tangan seseorang (Budi Koestoro, 1998: 48). Aspek ini terdiri dari tujuh bagian yaitu :<br />1. Persepsi<br />Persepsi yaitu menyadari suatu stimulus, menyeleksi stimulus terarah sampai menerjemahkannya dalam kaitan pengamatan stimulus yang terarah pada kegiatan yang ditampilkan.<br />2. Kesiapan<br />Kesiapan yaitu tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan tertentu termasuk kesiapan mental, fisik dan emosional.<br /><br /><br />3. Respon terpimpin<br />Yaitu tujuan pembelajaran yang mencakup misalnya menirukan gerakan, gerakan coba-coba, performasi yang memadai bertolak ukur tertentu.<br />4. Mekanisme<br />Mekanisme adalah tujuan pembelajaran dimana respons yang dipelajari telah menjadi kebiasaan, gerakan dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran.<br />5. Respons yang kompleks<br />Yaitu tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan pola gerakan yang kompleks.<br />6. Penyesuaian<br />Yaitu tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pola gerakan yang telah berkembang dengan baik sehingga seseorang dapat mengubah pola gerakan agar sesuai dengan situasi yang dihadapi.<br />7. Mencipta<br />Yaitu tujuan pembelajaran dimana siswa mampu menciptakan pola-pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi yang diharapkan dan merupakan keterampilan tingkat tinggi (Budi Koestoro,1998: 49-50).<br /><br />Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar murid seperti dikemukakan pendapat berikut:<br />Yang tergolong faktor internal yaitu:<br />1. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya;<br />2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri dari :<br />a. Faktor intelektif yang meliputi :<br /> 1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat<br /> 2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki<br />b. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.<br />3. Faktor kematangan fisik maupun psikis.<br /> Yang tergolong faktor eksternal yaitu :<br />1. Faktor sosial yang terdiri dari :<br />a. Lingkungan keluarga<br />b. Lingkungan sekolah<br />c. Lingkungan masyarakat<br />d. Lingkungan kelompok<br />2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian<br />3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim<br />4. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan<br /> ( Abu Ahmadi dan Widodo Suproyono, 1991: 130 )<br /><br />Pendapat-pendapat di atas menunjukkan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Upaya dalam dunia pendidikan adalah peningkatan mutu pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar pada faktor internal siswa. Maka dari itu diperlukan media berupa pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi. Salah satunya dengan animasi flash ditayangkan mengunakan teknologi. Sehingga pemanfaatan macromedia flash dengan adanya motivasi, aktivitas dan pemahaman siswa terhadap materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.<br /><br /> <br /><br /><br />V. P E N U T U P<br /><br />5.1 Simpulan <br /><br />1. Secara umum karakteristik mata pelajaran geografi bersifat abstrak membutuhkan media yang dapat memberikan pemahaman terhadap materi pelajaran menyerupai keadaan aslinya.<br />2. Animasi macromedia flash yang ditayangkan melalui LCD dan dibuat dengan sofware komputer merupakan model pembelajaran yang menarik jika digunakan pada proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran geografi. <br />3. Melalui animasi ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi sehingga terdapat peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa.<br /><br />5.2 Saran<br /><br />Peningkatan mutu pendidikan hendaknya ditunjang dengan media teknologi berbasis komputer pada sekolah-sekolah. Sehingga perlu adanya langkah nyata oleh instansi terkait dalam pengadaan media sebagai sarana pembelajaran. Begitu pula pemahaman guru terhadap multimedia harus ditingkatkan terutama bagi guru yang belum memahaminya dengan mengikuti kursus-kursus penggunaan multimedia.<br /> <br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian. Yogyakarta; Rineka Cipta.<br /><br />Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta; Rajawali Pers.<br /><br />Bahri Djamarah, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta; PT Rineka Cipta.<br /><br />Bergamini, David. 1979. Alam Semesta. Jakarta; Tira Pustaka.<br /><br />http://training.babastudio.com/index2.php?page=produk&id=2<br />http://www.setjen.depdiknas.go.id/publikasilengkap.php?Path1=pers&%20Pelajaran%202004/2005&Path3=16<br />http://www.tokohindonesia.com/majalah/22/un-2005.shtml<br />http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/032007/13/0701.htm<br />http://www.tokohindonesia.com/majalah/22/un-2005.shtml<br /><br />Kuswanto. 1975. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antarikasa. Surakarta; Tiga Serangkai.<br /><br />Pargito. 2005. Disampaikan pada pendalaman materi pendidikan geografi dalam MGMP Geografi Lampung Tema Pembelajaran Geografi Berbasis Teknologi Informasi. (Makalah). Bandar Lampung; Program Studi Geografi FKIP Universitas Lampung.<br /><br />Sardiman, Arief dkk. 1990. Media Pendidikan (Pengertian Pengembangan Pemanfaatan). Jakarta; Rajawali.<br /><br />Sudjana, Nana. 1985. Teori Teori Pembelajaran. Jakarta; Lembaga Penerbitan Ekonomi Universitas Indonesia.<br /><br />Sugiyanta, I Gede.2005. Disampaikan dalam seminar sehari di LPMP Lampung, Tema Pemanfaatan Media Teknologi dalam Proses Pembelajran Geogafi. Tanggal 4 Juni 2005. Bandar Lampung; (Makalah) Program Studi Geografi FKIP Universitas Lampung.<br /><br />Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodelogi Penelitian Geografi. Bandung; Alumni.<br /><br />Yarmaidi.2004. Buku Ajar Kosmografi. Bandar Lampung; Program Studi Geografi FKIP Universitas Lampung.<br /> <br />Yarmaidi dan Pargito. 2006.”Pendekatan Kontekstual Meningkatkan Aktivitas <br />dan Hasil Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Kosmografi” Dalam <br />Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4 Nomor 1 Maret 2006. <br />Bandar Lampung: FKIP Unila. Halaman 55-64.<br /><br /><br /><br />DAFTAR RIWAYAT HIDUP<br /><br />1. Nama Lengkap : Edi Gumuntur<br />2. NPM : 0413034025<br />3. Tempat dan Tanggal Lahir : Kotabumi, 16 April 1986<br />4. Jenis Kelamin : Laki-laki<br />5. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan<br />6. Jurusan/Prodi : Pend. IPS/ Pend. Geografi<br />7. Alamat Rumah : Jalan Bumi Manti IV, ”Wartel Iqbal”<br /> Kelurahan Kampung Baru, Bandar <br /> Lampung<br /> Hp : 085669636400<br />8. Riwayat Pendidikan <br />SDN 1 Tulungmili 1992 - 1993<br />SDN 1 Way Mengaku 1993 - 1995<br />SDN 1 Kebuayan 1995 - 1996<br />SDN 1 Way Mengaku 1996 - 1998<br />MTSN 1 Liwa 1998 - 2001<br />SMAN 1 Liwa 2001 - 2004<br />S1 Pend. Geografi FKIP Unila 2004 - sekarang <br /><br />9. Pengalaman Organisasi<br />Pengalaman Kegiatan dalam organisasi yang pernah di ikuti diantaranya:<br /><br />No Jenis Kegiatan Sebagai Tahun<br />1. Wisata Remaja antar Anggota Mitra Praja Utama (MPU) di Jawa tengah Duta Wisata Lampung 2003<br />2. Raimuna Nasional di D.I. Yogyakarta Peserta 2003<br />3. Pekan Ilmiah Remaja di Liwa Lambar Peserta 2002<br />4. Kebut Gunung Pesagi Nasional II dan VI di Liwa Lambar Peserta 2002,2006<br />5. Museum Masuk Sekolah Peserta 2002<br />6. HUT Pramuka Kwarda Lampung di Way Kanan Panitia 2002<br />7. PORSENI 1 dan 2 MKKS Lambar Atlit Badminton 2002,2003<br />8. HUT Kwarcab Lambar ke-40 dan 41 Peserta 2001,2002<br /><br />10. Pengalaman Penulisan<br /><br />No. Judul Tulisan Tahun Jenis Tulisan<br />1. Peranan Objek Wisata terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga (Studi Pantai Labuhan Jukung, Krui Kab. Lampung Barat) 2007 Program Kreativitas Mahasiswa Penulisan Ilmiah (PKMI)<br />2. Finalis 10 Besar ”Peran Masyarakat dan Mahasiswa dalam Gerakan Reboisasi untuk Mengurangi Laju Erosi di Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)” 2007 Opini Observasi PKSDA<br />3. Juara III Tingkat Universitas ”Upaya Menciptakan Masyarakat Sekitar Pantai Bebas dari Pornoaksi” 2006 Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM)<br />4. Potensi Taman Nasional Bukit Barisan selatan (TNBBS) 2003 Karangan tentang Hutan<br />5. Juara 1 Tingkat Propinsi ”Profil Lampung Barat dalam Peningkatan SDA” 2002 Karangan dalam Bahasa Arab<br />6. Juara 1 tingkat sekolah ”Renungan Malam” 2002 Cerita Pendek<br /><br /> <br />Lampiran<br />DAFTAR NILAI<br />UJIAN BLOK Ke-4<br />Mata Pelajaran : Geografi<br />Kelas : X.4<br />Semester : 1<br />Tahun Ajaran : 2006/2007<br />Pokok Bahasan : Sejarah Pembentukan Bumi<br />Kompetensi dasar :<br />1. menjelaskan sejarah pembentukan bumi<br />2. mendeskripsikan tata surya dan jagad raya<br /><br />Tabel 1. Daftar Nilai Hasil Ujian Blok Pokok Bahasan Sejarah<br />Pembentukan Bumi<br />No NIS NAMA SISWA HASIL UJIAN BLOK<br />1<br />2<br />3<br />4<br />5<br />6<br />7<br />8<br />9<br />10<br />11<br />12<br />13<br />14<br />15<br />16<br />17<br />18<br />19<br />20<br />21<br />22<br />23<br />24<br />25<br />26<br />27<br />28<br />29<br />30<br />31<br />32<br />33<br />34<br />35<br />36<br />37<br />38<br />39<br />40 4432<br />4443<br />4449<br />4452<br />4463<br />4471<br />4476<br />4477<br />4490<br />4500<br />4506<br />4518<br />4522<br />4531<br />4546<br />4553<br />4554<br />4562<br />4568<br />4580<br />4586<br />4594<br />4599<br />4601<br />4607<br />4613<br />4619<br />4628<br />4638<br />4644<br />4648<br />4660<br />4664<br />4670<br />4681<br />4686<br />4695<br />4707<br />4712<br />4719 ADITIA RINALDI<br />ALLEN NURS ATANACIO<br />ANDREAN<br />ANNISA ASMARA DINA<br />AYU MARTA WINDIKA<br />CAHYA MELATI<br />DEDI KURNIAWAN<br />DESI DERINA YUSDA<br />DWI YULIA NINGRUM<br />ENDAH OKTARINA<br />EVA PRIMA PUTRI<br />FERNANDO YANDI GUNA<br />FINA VIRGIAWATI<br />HENDRA JAYA KESUMA<br />ISMAWATI<br />KEMMY AMIDIANTI<br />LEBRI HOLLY<br />LUTHFI LUKAMNUL ANWAR<br />M. GILANG DWANDARU<br />MAIZA ZARWENDA<br />MEIKA AMELIA<br />MUBEY ARIFIN<br />MUHAMMAD RASYID RIDHO<br />NAILIL HUDA<br />NIKEDAL WIANTI<br />NUR AZIZAH<br />OKKY PEBEASELLA<br />PUTRI SUSANTI ASIH<br />REVINA SOFTIANA<br />RIDHO PERDANA PUTRA<br />RIKE ERFITRI YANI<br />RYAN PANJI WIBOWO<br />SILVIA RACHMAWATI<br />SINTA DESMA KARTI<br />TAUFIK HIDAYAT<br />TIA MARLINDA SARI<br />TRI MULYANI<br />WIEN DEPATIGUNA<br />YEDA WSPITA<br />YULIANTO 50<br />72<br />60<br />60<br />44<br />38<br />56<br />70<br />74<br />46<br />66<br />58<br />68<br />56<br />50<br />52<br />38<br />40<br />38<br />36<br />46<br />84<br />46<br />32<br />42<br />36<br />40<br />54<br />40<br />50<br />48<br />66<br />44<br />50<br />40<br />70<br />66<br />34<br />56<br />75<br />Sumber : Data Sekunder SMA Al-Kautsar Tahun Pelajaran 2006-2007mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-1070550477203792542010-09-04T20:15:00.000-07:002010-09-04T20:18:03.233-07:00PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL PENJENJANGAN PRANATA KOMPUTERBadan Pusat Statistik, Jakarta - Indonesia<br />2004<br />1<br />KEPUTUSAN<br />KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK<br />NOMOR 292 TAHUN 2004<br />TENTANG<br />PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL<br />PENJENJANGAN PRANATA KOMPUTER<br />KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK<br />Menimbang : a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Fungsional<br />Penjenjangan Pranata Komputer diperlukan untuk<br />memenuhi kompetensi dan profesionalisme pranata<br />komputer pada institusi pemerintah di Pusat dan Daerah;<br />b. bahwa dalam rangka menjaga mutu penyelenggaraan<br />Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer<br />dipandang perlu dilakukan standarisasi melalui akreditasi<br />terhadap Penyelenggara Diklat Fungsional Penjenjangan<br />Pranata Komputer;<br />c. bahwa untuk menjamin penyelenggaraan Diklat Fungsional<br />Penjenjangan Pranata Komputer sebagaimana tersebut di<br />atas, perlu diatur dan ditetapkan dalam Keputusan Kepala<br />Badan Pusat Statistik tentang Penyelenggaraan<br />Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Penjenjangan<br />Pranata Komputer;<br />Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok<br />Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan<br />Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;<br />2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang<br />Pemerintahan Daerah;<br />3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem<br />Pendidikan Nasional;<br />4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang<br />Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah<br />beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan<br />Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003;<br />2<br />5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang<br />Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;<br />6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang<br />Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi<br />Sebagai Daerah Otonom;<br />7. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang<br />Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana<br />telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12<br />Tahun 2002;<br />8. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang<br />Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil;<br />9. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang<br />Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan<br />Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;<br />10. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang<br />Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;<br />11. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang<br />Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan<br />Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non<br />Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah,<br />terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun<br />2003;<br />12. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara<br />Nomor 66/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Jabatan Fungsional<br />Pranata Komputer dan Angka Kreditnya;<br />13. Keputusan Bersama Kepala Badan Pusat Statistik dan<br />Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 002/BPSSKB/<br />II/2004 dan Nomor 04 Tahun 2004 tentang Petunjuk<br />Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pranata Komputer dan<br />Angka Kreditnya;<br />M E M U T U S K A N :<br />Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG<br />PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN<br />FUNGSIONAL PENJENJANGAN PRANATA KOMPUTER.<br />Pasal 1<br />Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Fungsional Penjenjangan<br />Pranata Komputer adalah pendidikan dan pelatihan yang<br />bertujuan untuk memenuhi kompetensi di bidang teknologi<br />informasi yang merupakan persyaratan bagi Pegawai Negeri<br />Sipil (PNS) untuk memangku Jabatan Fungsional Pranata<br />Komputer.<br />3<br />Pasal 2<br />Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer<br />sebagaimana tersebut pada Pasal 1 di atas terdiri dari Diklat<br />Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Terampil dan<br />Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Ahli.<br />Pasal 3<br />1. Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer<br />Terampil, yaitu diklat yang ditujukan bagi PNS yang bekerja<br />di bidang teknologi informasi dan akan memangku Jabatan<br />Fungsional Pranata Komputer jenjang Pranata Komputer<br />Pelaksana Pemula, Pranata Komputer Pelaksana, Pranata<br />Komputer Pelaksana Lanjutan dan Pranata Komputer<br />Penyelia;<br />2. Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Ahli,<br />yaitu diklat yang ditujukan bagi PNS yang bekerja di bidang<br />teknologi informasi dan akan memangku Jabatan<br />Fungsional Pranata Komputer jenjang Pranata Komputer<br />Pertama, Pranata Komputer Muda, Pranata Komputer<br />Madya dan Pranata Komputer Utama;<br />Pasal 4<br />Sistematika Pedoman Penyelenggaraan Diklat Fungsional<br />Penjenjangan Pranata Komputer disusun sebagai berikut:<br />I. Pendahuluan<br />II. Kurikulum dan Mata Diklat<br />III. Peserta<br />IV. Tenaga Pengajar<br />V. Penyelenggara<br />VI. Metode Pembelajaran<br />VII. Perencanaan, Pembinaan, dan Pembiayaan<br />VIII. Monitoring dan Evaluasi<br />IX. Sertifikasi<br />X. Akreditasi<br />XI. Penutup<br />Pasal 5<br />Pedoman Penyelenggaraan Diklat Fungsional Penjenjangan<br />Pranata Komputer sebagaimana tercantum dalam lampiran<br />keputusan ini adalah merupakan satu kesatuan dan bagian tak<br />terpisahkan dari keputusan ini .<br />4<br />Pasal 6<br />Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan<br />ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam<br />keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana<br />mestinya.<br />Ditetapkan di : Jakarta<br />Pada tanggal : 6 Juli 2004<br />Kepala Badan Pusat Statistik<br />Dr. Choiril Maksum<br />NIP. 340003890<br />5<br />LAMPIRAN<br />KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK<br />NOMOR 292 TAHUN 2004<br />TENTANG<br />PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN<br />PELATIHAN FUNGSIONAL PENJENJANGAN<br />PRANATA KOMPUTER<br />6<br />DAFTAR ISI<br />HALAMAN<br />KEPKA BPS NOMOR 292 TANGGAL 6 JULI 2004 ..................................................1<br />LAMPIRAN KEPKA BPS NOMOR 292 TANGGAL 6 JULI 2004 ...............................5<br />DAFTAR ISI ...............................................................................................................6<br />BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................8<br />1.1. Tujuan...........................................................................................................8<br />1.2. Sasaran ........................................................................................................8<br />BAB II JENIS DAN MATA DIKLAT..........................................................................9<br />2.1. Jenis Diklat ...................................................................................................9<br />2.2. Mata Diklat..................................................................................................10<br />BAB III PESERTA .................................................................................................13<br />3.1. Persyaratan .................................................................................................13<br />3.2. Pencalonan..................................................................................................13<br />3.3. Jumlah Peserta............................................................................................13<br />BAB IV TENAGA PENGAJAR...............................................................................14<br />4.1. Sumber-Sumber Tenaga Pengajar ............................................................14<br />4.2. Persyaratan dan Kompetensi Tenaga Pengajar ........................................14<br />4.3. Penugasan .................................................................................................14<br />BAB V PENYELENGGARAAN..............................................................................15<br />5.1. Ketentuan Penyelenggaraan Diklat............................................................15<br />5.2. Waktu Pelaksanaan ...................................................................................15<br />BAB VI METODE PEMBELAJARAN ....................................................................16<br />BAB VII PERENCANAAN, PEMBINAAN DAN PEMBIAYAAN.............................17<br />7.1. Perencanaan ..............................................................................................17<br />7.2. Pembinaan .................................................................................................17<br />7.3. Pembiayaan................................................................................................17<br />BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI.............................................................18<br />8.1. Monitoring...................................................................................................18<br />8.2. Evaluasi ......................................................................................................18<br />8.2.1. Evaluasi Terhadap Peserta....................................................................18<br />7<br />8.2.2. Evaluasi Pengajar ..................................................................................21<br />8.2.3. Evaluasi Kinerja Penyelenggara............................................................22<br />8.2.4. Evaluasi Pasca Diklat ............................................................................22<br />8.2.5. Evaluasi Terhadap Kurikulum ................................................................23<br />BAB IX SERTIFIKASI............................................................................................24<br />BAB X AKREDITASI .............................................................................................25<br />10.1. Tujuan, Ruang Lingkup, dan Bobot Penilaian .......................................25<br />10.2. Penilaian Kelembagaan Diklat ...............................................................26<br />10.3. Penilaian Program Diklat .......................................................................27<br />10.4. Penilaian SDM Penunjang Penyelenggaraan Diklat..............................28<br />10.5. Penilaian Tenaga Pengajar....................................................................29<br />10.6. Pelaksanaan Akreditasi .........................................................................29<br />BAB XI PENUTUP.................................................................................................31<br />ANAK LAMPIRAN 1 : Keputusan.........................................................................32<br />8<br />BAB I PENDAHULUAN<br />1.1. Tujuan<br />Tujuan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer adalah terpenuhinya kompetensi di bidang teknologi informasi bagi<br />Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sesuai dengan persyaratan dalam Jabatan<br />Fungsional Pranata Komputer (JFPK).<br />1.2. Sasaran<br />Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000<br />tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Diklat Fungsional<br />Penjenjangan Pranata Komputer mempunyai sasaran sebagai berikut:<br />a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk<br />melaksanakan tugas dalam Jabatan Fungsional Pranata Komputer secara<br />profesional;<br />b. Memenuhi salah satu persyaratan administrasi untuk pengangkatan dalam<br />Jabatan Fungsional Pranata Komputer;<br />c. Mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi terkini;<br />d. Mampu memberi saran-saran untuk meningkatkan pengelolaan Jabatan<br />Fungsional Pranata Komputer.<br />9<br />BAB II JENIS DAN MATA DIKLAT<br />Mata Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer difokuskan untuk<br />memenuhi kompetensi menurut pekerjaan dan lingkup tanggung jawab setiap<br />Jabatan Fungsional Pranata Komputer. Mata Diklat yang diajarkan harus mampu<br />memenuhi kebutuhan dasar perencanaan, pengembangan, dan pengoperasian<br />sistem informasi untuk menunjang kegiatan instansi pemerintah dalam penyediaan<br />data dan informasi yang akurat dan terkini.<br />2.1. Jenis Diklat<br />Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer terdiri dari 2 jenis, yaitu:<br />a. Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Terampil.<br />Materi yang dicakup pada Diklat ini meliputi:<br />1. Sistem Penilaian dan Administrasi Pranata Komputer;<br />2. Pengenalan Teknologi Informasi;<br />3. Perekaman Data;<br />4. Pemrograman;<br />5. Deteksi dan Perbaikan Sistem Komputer dan Jaringan;<br />6. Pengenalan Aplikasi Khusus;<br />7. Etika dan Pengembangan Profesi Komputer;<br />8. Pembuatan Dokumentasi dan Laporan.<br />b. Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Ahli.<br />Materi yang dicakup pada Diklat ini meliputi:<br />1. Sistem Penilaian dan Administrasi Pranata Komputer;<br />2. Pengenalan Teknologi Informasi;<br />3. Rekayasa Sistem Informasi;<br />4. Analisis Sistem Informasi;<br />5. Perancangan Sistem Informasi;<br />6. Implementasi Sistem;<br />7. Administrasi dan Pengelolaan Database;<br />8. Administrasi dan Pengelolaan Jaringan Komputer;<br />9. Etika dan Pengembangan Profesi Komputer;<br />10. Pembuatan Dokumentasi dan Laporan.<br />10<br />2.2. Mata Diklat<br />Komponen Mata Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Terampil<br />terdiri dari komponen teori 40% dan komponen praktek 60%, sedangkan<br />komponen Mata Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Ahli terdiri dari<br />komponen teori 60% dan komponen praktek 40%.<br />a. Topik Bahasan, Pokok Bahasan, dan Jumlah Sesi Diklat Fungsional<br />Penjenjangan Fungsional Pranata Komputer Terampil<br />NO. TOPIK BAHASAN POKOK BAHASAN Jumlah<br />Sesi<br />(1) (2) (3) (4)<br />1.<br />Sistem Penilaian dan<br />Administrasi Pranata<br />Komputer<br />- Jenis, unsur kegiatan dan jenjang jabatan.<br />- Unsur kegiatan<br />- Administrasi dan sistem penilaian<br />- Pengangkatan, pembebasan, dan<br />pemberhentian dalam Jabatan Fungsional<br />Pranata Komputer<br />4<br />2.<br />Pengenalan<br />Teknologi Komputer<br />- Pengenalan Sistem Komputer<br />- Pengenalan Perangkat Keras Komputer<br />- Pengenalan Perangkat Lunak Komputer<br />- Pengenalan Sistem Jaringan<br />8<br />3.<br />Perekaman Data<br />- Perekaman data dengan text editor<br />- Perekaman data dengan pengolah angka<br />- Aturan validasi<br />- Sistem perekaman data terstruktur<br />- Pemulihan data<br />16<br />4.<br />Pemrograman<br />- Pengenalan spesifikasi program<br />- Pengenalan algoritma dan bahasa<br />Pemrograman<br />- Pemrograman berbasis teks<br />- Pemrograman berbasis visual<br />- Pemrograman database<br />- Pemrograman untuk perekaman data<br />yang divalidasi<br />- Strategi dan teknik pengujian program<br />- Penyiapan data uji coba<br />- Verifikasi hasil uji coba<br />36<br />5.<br />Pendeteksian dan<br />Perbaikan Sistem<br />Komputer dan<br />Jaringan<br />- Pendeteksian kerusakan sistem komputer<br />- Perbaikan sistem komputer dan instalasi<br />komponen<br />- Deteksi kerusakan sistem jaringan<br />- Perbaikan kerusakan sistem jaringan dan<br />instalasi komponen<br />18<br />11<br />6.<br />Pengenalan Aplikasi<br />Khusus *)<br />- Pengenalan aplikasi khusus<br />- Penggunaan aplikasi khusus<br />- Penggunaan utiliti aplikasi khusus<br />- Pendeteksian dan pemecahan masalah<br />aplikasi khusus<br />- Tugas/studi kasus aplikasi khusus<br />8<br />7.<br />Etika dan<br />Pengembangan<br />Profesi Komputer<br />- Hak cipta intelektual dan perundangundangannya<br />- Etika penggunaan komputer dan internet<br />- Pengembangan profesi<br />4<br />8.<br />Pembuatan<br />Dokumentasi dan<br />Laporan<br />- Pembuatan dokumentasi<br />- Penyusunan laporan (penghitungan<br />angka kredit)<br />- Presentasi<br />10<br />Jumlah 104<br />*) Aplikasi Khusus : adalah aplikasi yang merupakan kebutuhan khusus instansi peserta.<br />b. Topik Bahasan, Pokok Bahasan, dan Jumlah Sesi Diklat Fungsional<br />Penjenjangan Fungsional Pranata Komputer Ahli<br />NO. TOPIK BAHASAN POKOK BAHASAN Jumlah<br />Sesi<br />(1) (2) (3) (4)<br />1.<br />Sistem Penilaian dan<br />Administrasi Pranata<br />Komputer<br />- Jenis, unsur kegiatan dan jenjang jabatan.<br />- Unsur kegiatan<br />- Administrasi dan sistem penilaian<br />- Pengangkatan, pembebasan, dan<br />pemberhentian dalam Jabatan Fungsional<br />Pranata Komputer<br />4<br />2.<br />Pengenalan<br />Teknologi Informasi<br />- Organisasi dan teknologi informasi<br />- Sistem informasi manajemen<br />- Jaringan komputer<br />4<br />3.<br />Rekayasa Sistem<br />Informasi<br />- Pengertian sistem informasi<br />- Daur hidup rekayasa sistem informasi<br />- Perencanaan sistem informasi<br />- Analisis, perancangan, dan<br />pengembangan sistem informasi<br />- Konversi sistem<br />- Pelatihan, review, dan dokumentasi sistem<br />- Studi kasus<br />8<br />16<br />12<br />4. Analisis Sistem<br />Informasi<br />- Penelaahan sistem yang ada (current<br />system)<br />- Identifikasi kebutuhan sistem<br />- Studi kelayakan pendahuluan<br />- Studi kelayakan rinci<br />- Penyusunan spesifikasi sistem<br />- Verifikasi spesifikasi sistem<br />- Studi kasus<br />5<br />.<br />Perancangan Sistem<br />Informasi<br />- Perancangan Sistem<br />- Perancangan data/database<br />- Perancangan proses<br />- Perancangan input/output<br />- Verifikasi perancangan<br />- Studi kasus<br />18<br />6.<br />Implementasi Sistem<br />- Algoritma dan bahasa pemrograman<br />- Konsep pemrograman<br />- Pembuatan buku petunjuk pengoperasian<br />program<br />- Studi Kasus<br />14<br />7.<br />Adminsitrasi dan<br />Pengelolaan<br />Database<br />- Manajemen database<br />- Implementasi database<br />- Keamanan dan pemulihan database<br />10<br />8.<br />Administrasi dan<br />Pengelolaan Jaringan<br />Komputer<br />- Konsep komunikasi data<br />- Konsep jaringan<br />- Perancangan dan implementasi sistem<br />jaringan<br />- Perancangan dan implementasi sistem<br />keamanan jaringan<br />14<br />9.<br />Etika dan<br />Pengembangan<br />Profesi Komputer<br />- Hak cipta intelektual dan perundangundangannya<br />- Etika penggunaan komputer dan internet<br />- Pengembangan profesi<br />- Tehnik penulisan karya tulis bidang<br />teknologi informasi<br />6<br />10.<br />Pembuatan<br />Dokumentasi dan<br />Laporan<br />- Pembuatan dokumentasi<br />- Penyusunan laporan (penghitungan angka<br />kredit)<br />- Presentasi<br />8<br />Jumlah 104<br />13<br />BAB III PESERTA<br />3.1. Persyaratan<br />Syarat untuk menjadi peserta Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer<br />adalah PNS yang akan memangku Jabatan Fungsional Pranata Komputer dengan<br />kualifikasi sebagai berikut:<br />a. Berijazah serendah-rendahnya SLTA untuk Pranata Komputer Tingkat<br />Terampil atau berijazah serendah-rendahnya S1/D-IV untuk Pranata Komputer<br />Tingkat Ahli sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan;<br />b. Menduduki pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda, golongan ruang II/a<br />untuk Pranata Komputer Tingkat Terampil atau menduduki pangkat serendahrendahnya<br />Penata Muda, golongan ruang III/a untuk Pranata Komputer<br />Tingkat Ahli;<br />c. Sehat jasmani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter;<br />d. Telah disetujui oleh atasan langsung minimal pejabat eselon III untuk<br />mengikuti Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer, dan ditugaskan<br />oleh Pejabat Kepegawaian instansi yang bersangkutan minimal pejabat eselon<br />II yang dibuktikan dengan surat tugas;<br />e. Memiliki kemampuan mengoperasikan dasar-dasar aplikasi perkantoran yang<br />dinyatakan oleh atasan langsung minimal pejabat eselon III;<br />f. Mengikuti persyaratan lainnya sebagaimana ditetapkan oleh instansi yang<br />bersangkutan setelah berkoordinasi dengan instansi Pembina JFPK;<br />g. Usia setinggi-tingginya 6 tahun sebelum mencapai usia pensiun, kecuali bagi<br />Pranata Komputer Tingkat Terampil yang akan pindah jalur ke Pranata<br />Komputer Tingkat Ahli.<br />3.2. Pencalonan<br />Tata cara pencalonan peserta Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer<br />diserahkan kepada instansi penyelenggara.<br />3.3. Jumlah Peserta<br />Jumlah peserta Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer yang ideal<br />adalah antara 15 hingga 25 orang per kelas. Peserta diklat dapat seluruhnya<br />berasal dari satu instansi atau dari berbagai instansi.<br />14<br />BAB IV TENAGA PENGAJAR<br />4.1. Sumber-Sumber Tenaga Pengajar<br />Tenaga pengajar pada Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer dapat<br />berasal dari:<br />a. Widyaiswara<br />b. Pejabat Fungsional Pranata Komputer<br />c. Dosen<br />d. Pakar dan Praktisi<br />e. Pejabat Struktural<br />f. Pejabat Negara.<br />4.2. Persyaratan dan Kompetensi Tenaga Pengajar<br />Kriteria untuk menjadi tenaga pengajar pada Diklat Fungsional Penjenjangan<br />Pranata Komputer adalah:<br />a. Mempunyai pendidikan minimal D-III untuk pengajar Diklat Fungsional<br />Penjenjangan Pranata Komputer Terampil dan pendidikan minimal S1/D-IV<br />untuk pengajar Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Ahli;<br />b. Menguasai materi yang diajarkan;<br />c. Terampil mengajar secara sistematik, efektif, dan efisien sesuai dengan<br />satuan acara mata diklat;<br />d. Khusus materi teknologi informasi, mempunyai pengalaman atau pendidikan di<br />bidang teknologi informasi.<br />4.3. Penugasan<br />Tenaga pengajar Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer harus<br />mendapat surat tugas mengajar dari Penyelenggara Diklat dan memiliki kewajiban<br />sebagai berikut:<br />a. Menyampaikan materi diklat sesuai dengan satuan mata diklat yang<br />ditetapkan;<br />b. Melaporkan perkembangan proses belajar mengajar pada waktu-waktu<br />tertentu dan pada setiap akhir penugasan kepada Penyelenggara Diklat;<br />c. Memberikan masukan, baik diminta atau tidak diminta kepada Penyelenggara<br />Diklat berkenaan dengan hal-hal yang perlu mendapat perhatian untuk<br />perbaikan pada program diklat berikutnya.<br />15<br />BAB V PENYELENGGARAAN<br />5.1. Ketentuan Penyelenggaraan Diklat<br />Ketentuan yang berlaku bagi penyelenggaraan Diklat Fungsional Penjenjangan<br />Pranata Komputer yaitu sebagai berikut:<br />a. Penyelenggara Diklat adalah Instansi Pemerintah yang telah mendapat ijin<br />menyelenggarakan Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer dari<br />Instansi Pembina;<br />b. Penyelenggara Diklat harus memiliki sarana dan prasarana yang mendukung<br />terciptanya proses pendidikan dan pelatihan yang efektif dan efisien;<br />c. Penyelenggara Diklat dianjurkan menyediakan akomodasi bagi seluruh<br />peserta diklat untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan diklat;<br />d. Secara bertahap Instansi Pembina akan melakukan akreditasi terhadap<br />Penyelenggara Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer;<br />e. Penyelenggara Diklat harus memberikan laporan tertulis hasil<br />penyelenggaraan diklat kepada Instansi Pembina selambat-lambatnya 30 hari<br />setelah pelaksanaan diklat selesai;<br />f. Laporan harus disusun dengan menggunakan Formulir PD-01.<br />5.2. Waktu Pelaksanaan<br />Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Tingkat Terampil dan Tingkat<br />Ahli dilaksanakan masing-masing untuk 104 sesi dalam jangka waktu 26 hari<br />sesuai dengan urutan mata diklat yang telah ditentukan. Satu sesi setara dengan 2<br />jam pelajaran (jampel), dimana satu jampel memerlukan waktu 45 menit.<br />16<br />BAB VI METODE PEMBELAJARAN<br />Sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai program Diklat Fungsional<br />Penjenjangan Pranata Komputer, maka metode diklat yang paling sesuai dalam<br />proses belajar mengajar adalah andragogi atau metode pembelajaran untuk orang<br />dewasa, dimana peserta diklat dipacu berpartisipasi secara aktif dengan jalan<br />saling asah, saling asih, dan saling asuh di antara peserta.<br />Dalam penerapan pendekatan ini, perlu dipahami hal-hal sebagai berikut :<br />a. Para peserta diperlakukan sebagai seorang dewasa, dan bukan sebagai anakanak.<br />b. Peserta dilibatkan dalam proses belajar mengajar melalui komunikasi dua<br />arah, sehingga memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan<br />pikiran dan pengalamannya serta menunjukkan kemampuan penerapan<br />aplikasi program dan sistem informasi yang diterapkan oleh instansi peserta.<br />c. Kekayaan pengalaman peserta merupakan potensi positif untuk sumber<br />kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada masalah-masalah aktual<br />yang dihadapi peserta dalam organisasi untuk dicarikan pemecahannya.<br />Berdasarkan pendekatan tersebut, maka metode yang digunakan dalam proses<br />belajar mengajar Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer adalah :<br />a. Ceramah<br />Metode ceramah digunakan dalam proses belajar mengajar yang<br />dikombinasikan dengan tanya jawab, diskusi dan latihan (peragaan).<br />b. Demonstrasi dan Peragaan<br />Metode pembelajaran dengan demonstrasi dan peragaan digunakan untuk<br />mempersiapkan peserta dalam merencanakan dan melaksanakan latihan<br />penerapan suatu pengetahuan atau keterampilan dalam rangka pendalaman<br />materi.<br />c. Praktikum<br />Peserta diberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau<br />keterampilan yang diperoleh selama diklat.<br />Dengan praktikum ini peserta diharapkan dapat mengembangkan kemampuan<br />dan keterampilannya dalam rangka pendalaman materi.<br />d. Presentasi<br />Metode presentasi digunakan untuk melatih kemampuan peserta dalam<br />menyampaikan hasil praktek kerja yang diperoleh selama diklat.<br />17<br />BAB VII PERENCANAAN, PEMBINAAN DAN PEMBIAYAAN<br />7.1. Perencanaan<br />Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan program, Penyelenggara Diklat<br />Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer merencanakan kebutuhan:<br />a. Tenaga pengajar sesuai dengan tujuan dan sasaran diklat;<br />b. Sarana, prasarana, dan alat bantu;<br />c. Jumlah kelas penyelenggaraan dengan memperhatikan ketentuan jumlah<br />peserta;<br />d. Jumlah tenaga administrasi yang mempunyai kompetensi untuk mengelola<br />program.<br />Penyelenggara diklat dapat menggunakan Formulir PD-02 sebagai acuan<br />perencanaan penyelenggaraan Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer.<br />7.2. Pembinaan<br />Pembinaan terhadap pelaksanaan Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer secara fungsional menjadi tanggung jawab Instansi Pembina Jabatan<br />Fungsional Pranata Komputer. Pembinaan ini pada dasarnya untuk menjaga agar<br />kualitas Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer sesuai dengan<br />perkembangan teknologi informasi.<br />7.3. Pembiayaan<br />Pembiayaan program Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer<br />dibebankan pada APBN, APBD, atau sumber keuangan lainnya.<br />18<br />BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI<br />8.1. Monitoring<br />Monitoring merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau<br />memantau proses dan perkembangan pelaksanaan program diklat dengan fokus<br />untuk mendapatkan informasi mengenai proses pelaksanaan program, baik<br />menyangkut proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan,<br />pengelolaan program, maupun pengelolaan proses belajar mengajar pada diklat.<br />Monitoring dilakukan untuk tujuan supervisi dengan penekanan pada pemantauan<br />proses pelaksanaan program dan sedapat mungkin tim/petugas memberikan<br />saran untuk mengatasi masalah yang terjadi. Hasil monitoring digunakan sebagai<br />umpan balik untuk penyempurnaan pelaksanaan program-program diklat.<br />Monitoring dilakukan oleh Penyelenggara Diklat terhadap aspek penyelenggaraan<br />diklat, yang meliputi:<br />a. Proses belajar mengajar;<br />b. Kinerja pengajar dan peserta;<br />c. Aspek teknis penyelenggaraan.<br />Pelaksanaan monitoring terhadap penyelenggaraan diklat mengacu pada Formulir<br />PD-03, selanjutnya hasil monitoring disampaikan kepada instansi Pembina JFPK.<br />8.2. Evaluasi<br />Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis,<br />dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan<br />pelaksanaan program diklat dengan kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan<br />keputusan.<br />Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program diklat mencapai sasaran<br />yang diharapkan dengan penekanan pada aspek hasil (output). Evaluasi baru<br />dapat dilakukan jika program diklat sudah berjalan dalam satu periode, sesuai<br />dengan tahapan sasaran yang dirancang.<br />Evaluasi diklat fungsional penjenjangan Pranata Komputer meliputi evaluasi<br />peserta, kinerja penyelenggara, pengajar, dan pasca diklat.<br />8.2.1. Evaluasi Terhadap Peserta<br />a. Aspek sikap (affective)<br />Penilaian terhadap sikap/affective peserta dilakukan berdasarkan pengamatan<br />cermat oleh Tenaga Pengajar, Penyelenggara, dan pihak lain yang secara<br />fungsional bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar.<br />19<br />Penilaian ini dilakukan selama diklat berlangsung baik di dalam maupun di luar<br />kelas yang meliputi:<br />1. Kegiatan belajar di kelas;<br />2. Kegiatan penyusunan studi kasus dan praktikum;<br />3. Kegiatan harian;<br />4. Diskusi dan workshop;<br />5. Kegiatan lain yang secara resmi diselenggarakan oleh diklat.<br />Unsur yang dinilai mengenai aspek sikap/affective adalah sebagai berikut :<br />1. Integritas diri<br />Integritas diri yaitu ketaatan, kepatuhan dan komitmen peserta terhadap<br />seluruh ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara. Indikator integritas<br />diri meliputi:<br />i. Kehadiran dalam seluruh proses kegiatan diklat sekurang-kurangnya<br />90 persen. Ketidakhadiran dalam seluruh proses kegiatan diklat harus<br />atas persetujuan/ diketahui pejabat pemberi tugas;<br />ii. Ketepatan waktu penyelesaian dan penyerahan tugas-tugas.<br />2. Kerjasama<br />Kerjasama adalah kemampuan untuk berkoordinasi dalam menyelesaikan<br />tugas secara berkelompok, serta mampu meyakinkan dan<br />mempertemukan gagasan. Indikator kerjasama meliputi:<br />i. Kontribusi dalam penyelesaian tugas bersama;<br />ii. Membina keutuhan dan kekompakan kelompok;<br />iii. Tidak mendikte atau mendominasi kelompok;<br />iv. Menghargai pendapat orang lain.<br />3. Prakarsa<br />Prakarsa merupakan kemampuan untuk mengajukan gagasan yang<br />bermanfaat bagi kepentingan kelompok atau kepentingan yang lebih luas<br />sehingga dicapai tingkat kepuasan kerja yang optimal. Indikator prakarsa<br />meliputi:<br />i. Membantu membuat iklim diklat yang kondusif dan menggairahkan;<br />ii. Mampu membuat saran demi kelancaran diklat;<br />iii. Aktif mengajukan pertanyaan yang relevan;<br />iv. Mampu mengendalikan diri, waktu, situasi, dan lingkungan.<br />Pengamatan terhadap unsur sikap/affective didasarkan pada Formulir PD-04.<br />20<br />b. Aspek penguasaan materi<br />Penilaian terhadap aspek penguasaan materi meliputi: ujian tertulis, ujian<br />praktek, dan studi kasus/praktikum. Unsur dan bobot penilaian aspek<br />penguasaan materi adalah sebagai berikut:<br />1. Ujian tertulis (bobot 40% untuk Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer Terampil, 60% untuk Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer Ahli)<br />Bentuk ujian tertulis bisa berupa pilihan ganda atau esai atau gabungan<br />keduanya. Materi yang dicakup pada ujian ini ada seluruh teori yang<br />diajarkan pada setiap mata diklat.<br />2. Ujian praktik (bobot 30% untuk Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer Terampil, 20% untuk Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer Ahli)<br />Bentuk ujian praktik berupa instalasi perangkat keras, instalasi operating<br />sistem, instalasi perangkat lunak, instalasi jaringan komputer,<br />perancangan dan pembuatan program, dan penanganan masalah yang<br />muncul dalam hal instalasi.<br />3. Studi kasus (bobot 30% untuk Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer Terampil, 20% untuk Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer Ahli)<br />Studi kasus berupa peragaan/praktikum/presentasi tugas akhir yang<br />diberikan selama diklat. Kegiatan ini dilaksanakan secara perorangan atau<br />berkelompok dengan memperagakan aplikasi yang diterapkan pada<br />instansi/unit kerja. Peserta secara perorangan maupun berkelompok<br />mempresentasikan aplikasi tersebut kepada peserta lain dalam kelas<br />kemudian mengkaji selanjutnya peserta diharuskan memberikan<br />rekomendasi mengenai kelebihan dan kelemahan dari aplikasi yang<br />dipresentasikan tersebut dalam bentuk peragaan maupun laporan tertulis.<br />Pengamatan aspek penguasaan materi dibuat berdasarkan pada Formulir<br />PD-05a, PD-05b, dan PD-05c.<br />c. Evaluasi Akhir<br />Evaluasi akhir terhadap peserta diklat didasarkan pada hasil penilaian<br />kelulusan peserta diklat dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:<br />1. Peserta yang tidak lulus aspek sikap/affective dinyatakan gugur;<br />2. Peserta yang mempunyai nilai rata-rata aspek materi kurang dari 70 (tujuh<br />puluh) dinyatakan gugur, berlaku ketentuan sebagai berikut:<br />i. Tidak dapat diberikan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan<br />(STTPP) Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Terampil atau<br />Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) Fungsional<br />Penjenjangan Pranata Komputer Ahli;<br />ii. Dapat diberikan Surat Keterangan Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan<br />(SKMPP) Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Terampil atau<br />21<br />Surat Keterangan Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (SKMPP)<br />Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Terampil Ahli. Dalam<br />kaitan ini, Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer yang<br />telah diikuti oleh Calon atau Pejabat Fungsional Pranata Komputer<br />tersebut tidak dapat diberikan Angka Kredit;<br />iii. Diberikan kesempatan paling lama dua tahun terhitung sejak tanggal<br />mulai mengikuti diklat pada jenjang yang diikutinya, untuk mengikuti<br />ulang diklat pada jenjang yang sama.<br />Hasil evaluasi terhadap peserta oleh penyelenggara dibawa ke dalam<br />rapat evaluasi akhir. Evaluasi akhir dilakukan untuk menentukan<br />kualifikasi kelulusan peserta, oleh suatu tim yang diketuai oleh kepala<br />lembaga diklat dengan menggunakan Formulir PD-05d.<br />d. Kualifikasi Kelulusan<br />Kualifikasi kelulusan peserta mengikuti ketentuan sebagai berikut :<br />1. Sangat Memuaskan (skor : 95,0 – 100,0);<br />2. Memuaskan (skor : 90,0 – 94,9);<br />3. Baik Sekali (skor : 80,0 – 89,9);<br />4. Baik (skor : 70,0 – 79,9);<br />5. Tidak Lulus (skor di bawah 70,0);<br />Apabila dalam penentuan peringkat/ranking, terdapat kesamaan nilai<br />kelulusan maka yang menjadi bahan pertimbangan selanjutnya adalah aspek<br />sikap/affective.<br />8.2.2. Evaluasi Pengajar<br />Aspek yang dinilai dari tenaga pengajar adalah sebagai berikut:<br />a. Pencapaian tujuan intruksional;<br />b. Sistematika penyajian;<br />c. Kemampuan menyajikan/memfasilitasi sesuai program diklat;<br />d. Ketepatan waktu, kehadiran, dan cara menyajikan;<br />e. Penggunaan metode dan sarana diklat;<br />f. Sikap/affective;<br />g. Cara menjawab pertanyaan dari peserta;<br />h. Penggunaan bahasa;<br />i. Pemberian motivasi kepada peserta;<br />j. Penguasaan materi;<br />k. Kerapihan berpakaian;<br />l. Kerjasama antar pengajar;<br />m. Kerjasama dengan penyelenggara diklat.<br />22<br />Penilaian terhadap Tenaga Pengajar dilakukan oleh peserta dan penyelenggara<br />diklat dengan menggunakan Formulir PD-06, disampaikan kepada yang<br />berkepentingan sebagai masukan untuk peningkatan kualitas tenaga pengajar.<br />8.2.3. Evaluasi Kinerja Penyelenggara<br />Aspek yang dinilai terhadap kinerja Penyelenggara Diklat antara lain sebagai<br />berikut:<br />a. Efektivitas penyelenggaraan;<br />b. Kesiapan dan ketersediaan sarana diklat;<br />c. Kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana;<br />d. Kebersihan kelas;<br />e. Ketersediaan dan kelengkapan bahan diklat;<br />f. Ketersediaan laboratorium komputer;<br />g. Ketersediaan fasilitas olah raga, kesehatan dan ibadah;<br />h. Pelayanan terhadap peserta dan pengajar;<br />i. Administrasi diklat antara lain:<br />1. Tingkat penatausahaan diklat;<br />2. Ketersediaan sistem informasi diklat.<br />Penilaian kinerja Penyelenggaraan Diklat dilakukan oleh peserta dan tenaga<br />pengajar dengan menggunakan Formulir PD-07. Rekapitulasi hasil evaluasi<br />dilaporkan kepada Instansi Pembina JFPK.<br />8.2.4. Evaluasi Pasca Diklat<br />Setelah penyelenggaraan diklat berakhir dilakukan Evaluasi Pasca Diklat setiap<br />tahun secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan Diklat Fungsional<br />Penjenjangan Pranata Komputer untuk mengetahui efektivitas program serta<br />dalam rangka penyempurnaan program selanjutnya. Evaluasi Pasca Diklat<br />dilakukan oleh Penyelenggara Diklat meliputi:<br />a. Kemampuan dan pendayagunaan alumni;<br />b. Kemampuan para alumni dalam menerapkan pengetahuan/keterampilan pada<br />pelaksanaan tanggung jawab/kewajiban yang menyertai jabatan yang<br />dipangkunya;<br />c. Pendayagunaan potensi para alumni dalam Jabatan Fungsional Pranata<br />Komputer;<br />d. Kontribusi alumni diklat terhadap kualitas output instansi tempat alumni<br />bekerja.<br />Evaluasi dilakukan melalui pengumpulan informasi dari alumni, atasan langsung,<br />dan rekan kerja alumni. Hasil evaluasi tersebut selanjutnya disampaikan kepada<br />pimpinan instansi peserta.<br />23<br />8.2.5. Evaluasi Terhadap Kurikulum<br />Untuk mengantisipasi perkembangan pengetahuan khususnya dalam bidang<br />komputer dan teknologi informasi dan tuntutan tugas-tugas seorang pranata<br />komputer, maka perlu dilakukan evaluasi setiap tahun terhadap Kurikulum Diklat<br />Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer. Evaluasi terhadap kurikulum<br />dilakukan oleh Instansi Pembina JFPK bekerjasama dengan Penyelenggara<br />Diklat.<br />Evaluasi dilakukan berdasarkan masukan-masukan dari para peserta, tenaga<br />kediklatan, unit organisasi tempat alumni bekerja, dan unsur-unsur lain yang<br />terlibat dalam penyelenggaraan Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer.<br />Aspek-aspek yang dievaluasi meliputi :<br />a. Kesesuaian kandungan materi diklat dengan tugas pokok dan fungsi yang<br />ada;<br />b. Kesesuaian kandungan materi setiap mata diklat dan setiap pokok bahasan;<br />c. Lama waktu penyelenggaraan diklat yang diberikan;<br />d. Kesesuaian antara mata diklat dan pokok bahasan dengan jumlah sesi;<br />e. Kesesuaian antara mata diklat dengan metode pengajaran yang diberikan;<br />f. Kesesuaian antara materi diklat dengan sarana dan prasarana yang<br />diperlukan;<br />g. Usulan-usulan materi diklat yang diperlukan untuk masing-masing jenjang<br />diklat.<br />24<br />BAB IX SERTIFIKASI<br />Hal-hal yang berkaitan dengan sertifikasi Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata<br />Komputer mengikuti ketentuan sebagai berikut:<br />a. Peserta yang mempunyai nilai evaluasi serendah-rendahnya 70 (tujuh puluh)<br />diberikan sertifikat;<br />b. Sertifikat tersebut berupa Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan<br />(STTPP) Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Terampil atau STTPP<br />Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer Ahli;<br />c. Jenis dan bentuk serta ukuran STTPP ditetapkan oleh Instansi Pembina JFPK;<br />d. STTPP ditandatangani oleh pimpinan Lembaga Diklat dengan nomor registrasi<br />dari Instansi Pembina JFPK;<br />e. Langkah-langkah untuk memperoleh nomor registrasi adalah sebagai berikut:<br />1. Lembaga penyelenggara diklat/penanggung jawab program<br />menyampaikan daftar dan data peserta kepada Instansi Pembina JFPK,<br />BPS, selambat-lambatnya hari ke tiga setelah pembukaan dengan<br />menggunakan Formulir PD-08;<br />2. Instansi Pembina JFPK memberikan Kode Registrasi daftar yang sah.<br />f. Penanggung jawab diklat menyampaikan daftar peserta yang lulus disertai<br />penggunaan Kode Registrasinya dalam STTPP kepada Instansi Pembina<br />JFPK selambat-lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan diklat selesai<br />dengan menggunakan Formulir PD-09;<br />g. STTPP merupakan salah satu syarat pengangkatan dalam Jabatan<br />Fungsional Pranata Komputer.<br />25<br />BAB X AKREDITASI<br />10.1. Tujuan, Ruang Lingkup, dan Bobot Penilaian<br />a. Tujuan<br />Akreditasi Lembaga Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer<br />bertujuan untuk menentukan kelayakan Lembaga Diklat dalam<br />menyelenggarakan Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer.<br />b. Ruang Lingkup<br />Akreditasi Lembaga Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer<br />mencakup penilaian keseluruhan unsur-unsur kelembagaan Diklat, program<br />Diklat, Sumber Daya Manusia (SDM) penunjang, dan Pengajar yang sesuai<br />dengan kebutuhan pelaksanaan diklat.<br />c. Bobot Penilaian<br />1. Kelembagaan Diklat dengan bobot 25 % meliputi:<br />i. Dasar Hukum;<br />ii. Sistem Administrasi Penyelenggaraan Diklat;<br />iii. Sarana;<br />iv. Prasarana;<br />v. Pembiayaan Diklat;<br />vi. Lokasi Diklat;<br />vii. Pengalaman Penyelenggaraan.<br />2. Program Diklat dengan bobot 15 % meliputi:<br />i. Kurikulum;<br />ii. Bahan Diklat;<br />iii. Metoda/media;<br />iv. Jangka Waktu Diklat;<br />v. Peserta Diklat;<br />vi. Pedoman Pelaksanaan.<br />3. SDM penunjang penyelenggara diklat dengan bobot 25 % meliputi:<br />i. Pendidikan formal;<br />ii. Pendidikan non formal bidang kediklatan;<br />iii. Pengalaman menyelenggarakan diklat;<br />iv. Jumlah SDM penunjang penyelenggara diklat;<br />v. Kejelasan tugas dan tanggung jawab.<br />26<br />4. Tenaga pengajar dengan bobot 35 % meliputi:<br />i. Pendidikan formal;<br />ii. Pendidikan non formal bidang kediklatan;<br />iii. Pengalaman jabatan;<br />iv. Pengalaman mengelola diklat;<br />v. Pengalaman mengajar;<br />vi. Bidang spesialisasi;<br />vii. Penugasan dalam penyelenggaraan diklat;<br />viii. Jumlah dan spesialisasi pejabat fungsional widyaiswara/pengajar.<br />10.2. Penilaian Kelembagaan Diklat<br />a. Penilaian terhadap dasar hukum meliputi:<br />1. Tingkatan peraturan dan perundang-undangan yang mendasari pendirian<br />Lembaga Diklat;<br />2. Surat Keputusan yang mendasari penyelenggaraan diklat.<br />b. Penilaian terhadap sistem administrasi penyelenggaraan diklat meliputi:<br />1. Kejelasan tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan diklat;<br />2. Ketepatan, kelengkapan, dan keserasian dalam perencanaan,<br />pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan diklat.<br />c. Penilaian terhadap sarana diklat meliputi ketersediaan:<br />1. Papan tulis;<br />2. Overhead/LCD Projector;<br />3. Disket, CD;<br />4. Buku-buku Penunjang;<br />5. Sistem Tata Suara;<br />6. Komputer;<br />7. Teknologi Multimedia.<br />d. Penilaian terhadap prasarana diklat meliputi:<br />1. Ruang Kelas;<br />2. Ruang Diskusi;<br />3. Ruang Seminar;<br />4. Ruang Kantor;<br />5. Akses Internet bagi Peserta;<br />27<br />6. Perpustakaan;<br />7. Laboratorium komputer *);<br />8. Sarana Akomodasi;<br />9. Poliklinik.<br />*). Sarana Komputer yang digunakan untuk keperluan praktikum peserta<br />sekurang kurangnya 50 % dari jumlah peserta diklat.<br />e. Penilaian terhadap pembiayaan diklat meliputi ketersediaan biaya, sumber<br />biaya, dan kesesuaian standar biaya.<br />f. Penilaian terhadap lokasi diklat meliputi:<br />1. Aksesibilitas;<br />2. Kesesuaian kondisi lingkungan.<br />g. Penilaian terhadap pengalaman penyelenggaraan diklat meliputi :<br />1. Jenis, jenjang, dan jumlah diklat yang pernah dilaksanakan;<br />2. Jumlah lulusan diklat yang telah dihasilkan.<br />10.3. Penilaian Program Diklat<br />a. Penilaian terhadap kurikulum meliputi :<br />1. Kesesuaian isi seluruh mata diklat dengan tujuan dan sasaran program<br />diklat;<br />2. Kesesuaian Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional<br />Khusus (TIK) pada setiap mata diklat dengan tujuan dan sasaran program<br />diklat;<br />3. Kesesuaian pokok bahasan setiap mata diklat dengan TIU dan TIK.<br />b. Penilaian terhadap bahan diklat meliputi kesesuaiannya dengan tujuan dan<br />sasaran program Diklat serta TIU dan TIK setiap mata pendidikan dan<br />pelatihan. Bahan diklat yang dimaksud merupakan bahan ajar yang<br />dituangkan dalam bentuk media cetak atau non cetak seperti modul, handout,<br />buku teks, dokumen, jurnal, dan sebagainya.<br />c. Penilaian terhadap metode diklat meliputi:<br />1. Kesesuaiannya dengan program dan tujuan diklat;<br />2. Kesesuaiannya dengan kebutuhan praktis dan pengembangan diri<br />peserta;<br />3. Keefektifan dalam membangun interaksi antar peserta dan antara peserta<br />dengan pengajar.<br />28<br />Metode diklat yang dimaksud adalah keseluruhan cara dan teknik<br />penyampaian materi dalam proses belajar mengajar yang antara lain<br />berbentuk:<br />i. Ceramah;<br />ii. Diskusi;<br />iii. Seminar;<br />iv. Praktek;<br />v. Studi Kasus;<br />vi. Simulasi.<br />d. Penilaian terhadap jangka waktu pelaksanaan diklat meliputi kesesuaian<br />alokasi waktu dengan:<br />1. Tujuan dan sasaran program diklat;<br />2. Ruang lingkup materi pembelajaran;<br />3. Metode diklat.<br />Jangka waktu pelaksanaan diklat tersebut di atas adalah lamanya waktu yang<br />digunakan untuk melaksanakan program diklat sejak awal sampai dengan<br />akhir kegiatan.<br />e. Penilaian terhadap peserta diklat meliputi kesesuaiannya dengan:<br />1. Persyaratan administrasi dan akademis yang telah ditentukan untuk setiap<br />jenis dan jenjang program diklat;<br />2. Jumlah yang dipersyaratkan untuk tercapainya efisiensi dan efektivitas<br />proses pembelajaran.<br />f. Penilaian terhadap pedoman pelaksanaan diklat meliputi:<br />1. Kelengkapan program diklat;<br />2. Kejelasan program diklat;<br />3. Kesesuaiannya dengan kebijakan, tujuan, dan sasaran program diklat.<br />Pedoman pelaksanaan diklat tersebut adalah seperangkat ketentuan yang<br />harus dipergunakan dan ditaati oleh pihak-pihak terkait agar program diklat<br />dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk tercapainya tujuan dan<br />sasaran diklat secara efektif dan efisien.<br />10.4. Penilaian SDM Penunjang Penyelenggaraan Diklat<br />Penilaian terhadap SDM penunjang penyelenggaraan diklat mencakup:<br />a. Penilaian terhadap pendidikan formal SDM penunjang penyelenggaraan diklat;<br />29<br />b. Penilaian terhadap jumlah SDM penunjang penyelenggaraan diklat meliputi<br />keseimbangannya dengan jumlah, frekwensi, jenis, dan jenjang diklat yang<br />diselenggarakan;<br />c. Penilaian terhadap kejelasan tugas dan tanggung jawab SDM penunjang<br />penyelenggaraan diklat.<br />10.5. Penilaian Tenaga Pengajar<br />Penilaian terhadap tenaga pengajar mencakup:<br />a. Pendidikan Formal;<br />b. Pendidikan Non Formal Bidang Kediklatan;<br />c. Pengalaman Jabatan;<br />d. Pengalaman Mengajar;<br />e. Jumlah tenaga pengajar yang sesuai dengan kompetensi di bidang Teknologi<br />Informasi.<br />10.6. Pelaksanaan Akreditasi<br />Tata cara Akreditasi Lembaga Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer<br />dilaksanakan sebagai berikut:<br />a. Lembaga Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer mengajukan<br />usulan akreditasi kepada Instansi Pembina;<br />b. Instansi Pembina membentuk Tim Akreditasi Diklat yang terdiri dari pejabat<br />dari Instansi Pembina JFPK, pejabat Lembaga Diklat yang bersangkutan, dan<br />pejabat lain yang dipandang perlu;<br />c. Tim Akreditasi Diklat menilai kelembagaan diklat, program diklat, SDM<br />penunjang, dan pengajar;<br />d. Tim Akreditasi menyampaikan hasil penilaian kepada pimpinan Instansi<br />Pembina;<br />e. Pimpinan Instansi Pembina memberikan akreditasi dalam bentuk surat<br />keputusan.<br />Besarnya nilai masing-masing unsur Lembaga Diklat Fungsional Penjenjangan<br />Pranata Komputer dihitung berdasarkan perkalian bobot masing-masing unsur<br />dengan hasil penilaian menggunakan Formulir PD-10.<br />Suatu Lembaga Diklat akan mendapatkan Akreditasi berdasarkan jumlah<br />tertimbang dari kelembagaan diklat, program diklat, SDM penunjang, dan<br />pengajar, dengan nilai minimal 71 (tujuh puluh satu). Lembaga Diklat yang telah<br />diakreditasi tetapi dinyatakan belum layak menyelenggarakan program Diklat<br />Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer dapat mengajukan akreditasi ulang<br />kepada Instansi Pembina.<br />Lembaga Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer yang telah mendapat<br />akreditasi dievaluasi kinerjanya secara periodik, sekurang-kurangnya satu kali<br />30<br />dalam tiga tahun. Hasil evaluasi kinerja secara periodik dapat mempengaruhi<br />tingkat kelayakan Lembaga Diklat.<br />Instansi Pembina memberikan konsultansi dalam rangka peningkatan kinerja<br />Lembaga Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer.<br />31<br />BAB XI PENUTUP<br />1. Pedoman ini disusun sebagai panduan bagi penyelenggara diklat dan unit<br />kerja yang menangani masalah kepegawaian di instansi pemerintah dalam<br />penyelenggaraan Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer dan<br />mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.<br />2. Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam pedoman ini akan diatur<br />kemudian.<br />Ditetapkan di : Jakarta<br />Pada tanggal : 6 Juli 2004<br />KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK<br />Dr. Choiril Maksum<br />NIP. 340003890<br />32<br />ANAK LAMPIRAN 1 : Keputusan<br />Kepala Badan Pusat Statistik<br />Nomor : 291<br />Tanggal : 6 Juli 2004<br />Formulir PD-01<br />LAPORAN PENYELENGGARAAN<br />DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI*<br />1. Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />2. Angkatan : …………………………………………..<br />3. Tempat Penyelenggara : …………………………………………..<br />4. Tanggal Penyelenggara : …………………………………………..<br />5 a. Jumlah Peserta : ……orang<br />b. Lulus : ………… orang, dengan rincian predikat penilaian sebagai berikut:<br />Sangat Memuaskan : . . . . orang Baik Sekali : . . . . . orang<br />Memuaskan : . . . . orang Baik : . . . . . orang<br />c. Tidak Lulus : ………… orang<br />6. Sumber Pembiayaan (lingkari yang sesuai):<br />a. APBN b. APBD c. Lainnya (sebutkan . .….)<br />7. Permasalahan yang dihadapi:<br />8. Saran Perbaikan (untuk Penyelenggara Diklat/Instansi Pengirim/Instansi Pembina JFPK)<br />9. Penggunaan Kode Registrasi:<br />No.<br />Nama Peserta<br />NIP<br />Jabatan/<br />Instansi<br />Pangkat/<br />Gol. Ruang<br />No. STTPP<br />(1) (2) (3) (4) (5) (7)<br />Catatan: *Coret salah satu<br />- STTPP : Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan<br />……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />33<br />Formulir PD-02<br />Rencana Pelaksanaan Diklat Fungsional Penjenjangan<br />Pranata Komputer Terampil/Ahli*<br />1. Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />2. Angkatan : …………………………………………..<br />3. Tempat Penyelenggara : …………………………………………..<br />4. Tanggal Penyelenggara : …………………………………………..<br />5 Jumlah Peserta : ……orang<br />No. Kegiatan<br />Jangka<br />Waktu<br />Penanggung<br />Jawab<br />Selesai Belum<br />(1) (2) (3) (4) (5) (6)<br />I. Persiapan<br />1. Analisis kebutuhan Diklat<br />2. Pendaftaran peserta<br />3. Pengajuan rencana Diklat<br />4. Penetapan peserta<br />5. Persetujuan Diklat<br />6. Pemanggilan peserta<br />7. Rapat koordinasi panitia<br />8. Penyiapan akomodasi<br />9. Penetapan jadwal dan pengajar<br />10. Persiapan pembukaan<br />11. Administrasi keuangan<br />II. Pelaksanaan<br />A. Pemantauan Umum Harian<br />1. Rekonfirm kesediaan pengajar<br />2. Bio data pengajar<br />3. Pendamping/Pemandu<br />4. Absensi<br />5. Kesiapan kelas<br />6. Modul-modul untuk peserta<br />7. Bahan latihan<br />8. Perlengkapan ATK dan komputer<br />9. Evaluasi harian<br />10. Sarana olah raga<br />B. Evaluasi<br />1. Peserta<br />2. Kelulusan peserta<br />3. Pengajar<br />4. Penyelenggara<br />5. Umpan balik<br />C. Sertifikasi<br />1. Pencetakan STTPP<br />2. Kode Registrasi<br />3. Penandatanganan<br />Catatan: *Coret salah satu<br />……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />34<br />Formulir PD-03<br />Monitoring Penyelenggaraan Diklat Fungsional Penjenjangan<br />Pranata Komputer Terampil/Ahli*<br />1. Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />2. Angkatan : …………………………………………..<br />3. Tempat Penyelenggaraan : …………………………………………..<br />4. Tanggal Penyelenggaraan : …………………………………………..<br />5 Jumlah Peserta : ……orang<br />No. Kegiatan Penjelasan Hasil Monitoring<br />(1) (2) (3)<br />I. Proses Belajar Mengajar<br />1. Ketepatan waktu<br />2. Penyiapan alat bantu<br />3. Dukungan alat bantu<br />4. Partisipasi peserta<br />5. Suasana kelas<br />II. Kinerja Pengajar dan Peserta<br />A. Kinerja Pengajar<br />1. Sistematika menyajikan<br />2. Kemampuan menyajikan<br />3. Penguasaan materi<br />4. Kerjasama antar pengajar<br />5. Kerjasama dengan penyelenggara<br />B. Kinerja Peserta<br />1. Kegiatan belajar di kelas<br />2. Studi kasus dan praktikum<br />3. Kegiatan harian<br />4.Diskusi dan workshop<br />5.Kegiatan lain (…………………..)<br />III. Teknis Penyelenggaraan<br />1. Persiapan<br />2. Pelaksanaan<br />3. Evaluasi<br />Catatan: *Coret salah satu<br />……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />35<br />Formulir PD-04<br />PENILAIAN ASPEK SIKAP (AFFECTIVE)<br />DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI*<br />Instansi Penyelenggara :<br />Hari/Tanggal :<br />Indikator Nilai<br />No. Nama Peserta Integritas (40%) Kerjasama (30%) Prakarsa (30%) Akhir<br />A B C D E F G H I J<br />(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)<br />1<br />2<br />3<br />4<br />dst<br />25<br />Catatan:<br />* Coret salah satu<br />A : Kehadiran dalam seluruh proses kegiatan diklat sekurang-kurangnya 90 persen<br />B : Ketepatan waktu penyelesaian dan penyerahan tugas-tugas<br />C : Kontribusi dalam penyelesaian tugas bersama<br />D : Membina keutuhan dan kekompakan kelompok<br />E : Tidak mendikte atau mendominasi kelompok<br />F : Menghargai pendapat orang lain<br />G : Membantu membuat iklim diklat yang kondusif dan menggairahkan<br />H : Mampu membuat saran demi kelancaran diklat<br />I : Aktif mengajukan pertanyaan yang relevan<br />J : Mampu mengendalikan diri, waktu, situasi, dan lingkungan<br />Kolom (3) diisikan persentase total kehadiran.<br />Kolom (4) s/d (12) diisikan nilai dari masing-masing indikator dimaksud<br />Kolom (13) merupakan rata-rata tertimbang dari nilai kolom (4) s/d (13)<br />……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />36<br />Formulir PD-05a<br />EVALUASI/PENILAIAN ASPEK PENGUASAAN MATERI<br />DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI*<br />Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />Mata Diklat : …………………………………………..<br />Nama Pengajar : …………………………………………..<br />Hari/Tanggal : …………………………………………..<br />Aspek Penguasaan Materi<br />No. Nama Peserta Ujian Tertulis1) Ujian Praktek2) Studi Kasus3) Nilai Akhir<br />(1) (2) (3) (4) (5) (6)<br />1<br />2<br />3<br />4<br />dst<br />25<br />Catatan:<br />* Coret salah satu<br />1) Bobot tingkat Terampil 40%, tingkat Ahli 60%<br />2) Bobot tingkat Terampil 30%, tingkat Ahli 20%<br />3) Bobot tingkat Terampil 30%, tingkat Ahli 20%<br />Kolom (6) merupakan rata-rata tertimbang dari nilai kolom (3) s/d (5)<br />……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />37<br />Formulir PD-05b<br />REKAPITULASI PENILAIAN ASPEK PENGUASAAN MATERI<br />DIKLAT FUNGSIONAL PENJEJANGAN PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI*<br />1. Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />2. Angkatan : …………………………………………..<br />3. Tempat Penyelenggara : …………………………………………..<br />4. Tanggal Penyelenggara : …………………………………………..<br />5 Jumlah Peserta : ……orang<br />ASPEK PENGUASAAN MATERI Nilai Nilai<br />No. Nama Peserta Mata Mata Mata Mata Mata Mata Rata-Rata Akhir<br />Diklat 1 Diklat 2 Diklat 3 Diklat 4 Diklat … Diklat L (k3+..+ kx)/L (ky x 20%)<br />(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (x) (y) (z)<br />1<br />2<br />3<br />4<br />dst<br />25<br />Catatan:<br />* Coret salah satu<br />95 - 100 : Sangat Memuaskan<br />90 - 94,9 : Memuaskan<br />80 - 89,9 : Baik Sekali<br />70 - 79,9 : Baik ……………., …………….<br />< 70 : Kurang Baik Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />38<br />Formulir PD-05c<br />EVALUASI/PENILAIAN ASPEK PENGUASAAN MATERI SELURUH MATA DIKLAT<br />DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI*<br />1. Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />2. Angkatan : …………………………………………..<br />3. Tempat Penyelenggara : …………………………………………..<br />4. Tanggal Penyelenggara : …………………………………………..<br />5 Jumlah Peserta : ……orang<br />Aspek Penguasaan Materi<br />No. Nama Peserta Ujian Tertulis1) Ujian Praktek2) Studi Kasus3) Nilai Akhir<br />(1) (2) (3) (4) (5) (6)<br />1<br />2<br />3<br />4<br />dst<br />25<br />Catatan:<br />* Coret salah satu<br />1) Bobot tingkat Terampil 40%, tingkat Ahli 60%<br />2) Bobot tingkat Terampil 30%, tingkat Ahli 20%<br />3) Bobot tingkat Terampil 30%, tingkat Ahli 20%<br />Kolom (6) merupakan rata-rata tertimbang dari nilai kolom (3) s/d (5)<br />……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />39<br />Formulir PD-05d<br />EVALUASI AKHIR PESERTA DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN<br />PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI*<br />1. Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />2. Angkatan : …………………………………………..<br />3. Tempat Penyelenggara : …………………………………………..<br />4. Tanggal Penyelenggara : …………………………………………..<br />5 Jumlah Peserta : ……orang<br />No. Nama Sikap/Affective ( 30 %) Nilai Nilai Predikat Keterangan<br />Peserta Kehadiran Partisipasi Kesungguhan Total Akademis Total<br />10% 10% 10% 30% 70% 100%<br />1 2 3 4 5 6 7 8 9 10<br />Rata-Rata<br />……………., …………….<br />Tim Peniliai Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… ) ( ……..………………… ) ( ……..………………… )<br />Catatan:<br />* Coret salah satu<br />95 - 100 : Sangat Memuaskan<br />90 - 94,9 : Memuaskan<br />80 - 89,9 : Baik Sekali<br />70 - 79,9 : Baik<br />< 70 : Kurang Baik<br />40<br />Formulir PD-06<br />EVALUASI/PENILAIAN TERHADAP PENGAJAR<br />DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI*<br />1. Mata Diklat : …………………………………………..<br />2. Nama Pengajar : …………………………………………..<br />3. Hari/Tanggal : …………………………………………..<br />4. Jumlah Sesi : …………………………………………..<br />No. Unsur < 70 70 - 79,9 80 - 89,9 90 - 94,9 95 - 100<br />(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)<br />1 Pencapaian Tujuan Instruksional<br />2 Sistimatika Penyajian<br />3 Kemampuan Menyajikan/Memfasilitasi<br />Program Diklat<br />4 Ketepatan Waktu dan Kehadiran<br />5 Penggunaan Metode dan Sarana Diklat<br />6 Sikap/Affective<br />7 Cara Menjawab Pertanyaan dari Peserta<br />8 Penggunaan Bahasa<br />9 Pemberian Motivasi Kepada Peserta<br />10 Penguasaan Materi<br />11 Kerapian Berpakaian<br />12 Kerjasama Antar Pengajar<br />13 Kerjasama dengan Penyelenggara Diklat<br />Catatan:<br />* Coret salah satu<br />95 - 100 : Sangat Memuaskan<br />90 - 94,9 : Memuaskan<br />80 - 89,9 : Baik Sekali<br />70 - 79,9 : Baik<br />< 70 : Kurang Baik<br />……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />41<br />Formulir PD-07<br />EVALUASI KINERJA PENYELENGGARA<br />DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI*<br />1. Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />2. Angkatan : …………………………………………..<br />3. Tempat Penyelenggara : …………………………………………..<br />4. Tanggal Penyelenggara : …………………………………………..<br />5 Jumlah Peserta : ……orang<br />No. Unsur < 70 70 - 79,9 80 - 89,9 90 - 94,9 95 - 100<br />(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)<br />1 Efektifitas Penyelenggaraan<br />2 Kesiapan dan Ketersediaan Sarana<br />Diklat<br />3 Kesesuaian Pelaksanaan Program<br />dengan Rencana<br />4 Kebersihan Kelas, Asrama, Kafetaria,<br />dan Toilet<br />5 Ketersediaan dan Kelengkapan Bahan<br />Diklat<br />6 Ketersediaan Laboratorium Komputer<br />7 Ketersediaan Fasilitas Olah Raga,<br />Kesehatan, dan Ibadah<br />8 Pelayanan Terhadap Peserta dan<br />Pengajar<br />9 Administrasi Diklat:<br />a. Penatausahaan Diklat<br />b. Ketersediaan Sistim Informasi<br />Catatan:<br />95 - 100 : Sangat Memuaskan<br />90 - 94,9 : Memuaskan<br />80 - 89,9 : Baik Sekali<br />70 - 79,9 : Baik<br />< 70 : Kurang Baik<br />……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />42<br />Formulir PD-08<br />DAFTAR PESERTA DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN<br />PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI*<br />1. Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />2. Angkatan : …………………………………………..<br />3. Tempat Penyelenggara : …………………………………………..<br />4. Tanggal Penyelenggara : …………………………………………..<br />5 Jumlah Peserta : ……orang<br />No. Nama Peserta NIP Jabatan/ Pangkat/ Jenis No. STTPP<br />Instansi Gol. Ruang Kelamin<br />(1) (2) (4) (5) (6) (7)<br />Catatan : Kolom (7) diisi oleh Instansi Pembina<br />……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />43<br />Formulir PD-09<br />DAFTAR KELULUSAN PESERTA DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN<br />PRANATA KOMPUTER TERAMPIL/AHLI *<br />1. Instansi Penyelenggara : …………………………………………..<br />2. Angkatan : …………………………………………..<br />3. Tempat Penyelenggara : …………………………………………..<br />4. Tanggal Penyelenggara : …………………………………………..<br />5. Jumlah Peserta : ……orang<br />No. Nama Peserta NIP Jabatan/ Pangkat/ Nilai No. STTPP<br />Instansi Gol. Ruang Akhir<br />(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)<br />* Coret salah satu ……………., …………….<br />Penanggung Jawab Program<br />( ……..………………… )<br />NIP.<br />44<br />Formulir PD-10<br />Formulir Penilaian Akreditasi Lembaga Diklat Fungsional<br />Penjenjangan Pranata Komputer<br />A. Unsur Kelembagaan Diklat JFPK (Bobot 25%)<br />No. Unsur yang dinilai dan Kriteria Penilaian Nilai<br />(0 – 100) Keterangan<br />Dasar Hukum<br />1.1. Tingkatan Peraturan dan Perundangundangan<br />yang mendasari pendirian Lembaga<br />Diklat<br />1.<br />1.2. Surat Keputusan yang mendasari<br />penyelenggaraan Diklat<br />Sistem Administrasi Penyelenggara Diklat<br />2.1. Kejelasan tugas dan tanggung jawab<br />penyelenggaraan Diklat<br />2.<br />2.2. Ketetapan, kelengkapan, dan keserasian<br />dalam perencanaan, pelaksanaan, dan<br />evaluasi pelaksanaan Diklat<br />3. Sarana Diklat<br />Ketersediaan dan kesesuaian sarana diklat<br />4. Prasarana Diklat<br />Ketersediaan dan kesesuaian prasarana diklat<br />dengan kebutuhan pelaksanaan Diklat<br />Pembiayaan Diklat<br />5.1. Ketersediaan biaya Diklat<br />5.2. Sumber biaya Diklat<br />5.<br />5.3. Kesesuaian standar biaya Diklat<br />Lokasi Diklat<br />6.1. Aksesibilitas<br />6.<br />6.2. Kesesuaian kondisi lingkungan<br />Pengalaman Penyelenggaraan Diklat<br />7.1. Jenis jenjang dan jumlah Diklat yang pernah<br />dilaksanakan<br />7.2. Jumlah lulusan Diklat dan manfaatannya<br />7.<br />7.3. Kualitas Penyelenggaraan<br />NILAI TERTIMBANG UNSUR KELEMBAGAAN<br />45<br />Formulir PD-10 (lanjutan)<br />B. Unsur Program Diklat (Bobot 15%)<br />No. Unsur yang dinilai dan Kriteria Penilaian Nilai<br />(0 – 100) Keterangan<br />Kurikulum<br />1.1 Kesesuaian isi seluruh mata pendidikan dan<br />pelatihan dengan tujuan dan sasaran program<br />Diklat<br />1.2. Kesesuaian Tujuan Instruksional Umum (TIU)<br />dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada<br />setiap mata pendidikan dan pelatihan dengan<br />tujuan dan sasaran program Diklat<br />1.<br />1.3. Kesesuaian pokok bahasan setiap mata<br />pendidikan dan pelatihan dengan TIU dan TIK<br />2. Bahan Diklat<br />Kesesuaian dengan tujuan dan sasaran program<br />Diklat serta TIU dan TIK setiap mata pendidikan<br />dan pelatihan<br />Metode Diklat<br />3.1. Kesesuaian dengan program dan tujuan Diklat<br />3.2. Kesesuaian dengan kebutuhan praktis dan<br />pengembangan diri peserta<br />3.<br />3.3. Keefektifan dalam membangun interaksi<br />antara peserta dengan Pengajar dan antar<br />peserta<br />Jangka Waktu Pelaksanaan Diklat<br />4.1. Kesesuaian alokasi waktu dengan tujuan dan<br />sasaran program Diklat<br />4.2. Kesesuaian alokasi waktu dengan ruang<br />lingkup materi pembelajaran<br />4.<br />4.3. Kesesuaian alokasi waktu dengan metode<br />Diklat<br />Peserta Diklat<br />5.1. Kesesuaian dengan persyaratan administratif<br />dan akademis yang telah ditentukan untuk<br />setiap jenis dan jenjang program Diklat<br />5.<br />5.2. Kesesuaian dengan jumlah yang<br />dipersyaratkan untuk tercapainya efesiensi<br />dan efektivitas proses pembelajaran<br />7. Pedoman pelaksanaan Diklat<br />Kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian pedoman<br />pelaksanaan dengan kebijakan, tujuan, dan sasarn<br />program Diklat<br />NILAI TERTIMBANG UNSUR PROGRAM DIKLAT<br />46<br />Formulir PD-10 (lanjutan)<br />C. Unsur SDM DIKLAT(Bobot 25%)<br />No. Unsur yang dinilai dan Kriteria Penilaian Nilai<br />(0 – 100) Keterangan<br />1. Pendidikan Formal<br />Kesesuaian dengan jenis dan jenjang Diklat yang<br />diselenggarakan<br />2. Jumlah SDM penyelenggara Diklat<br />Keseimbangan dengan jumlah, frekwensi, jenis,<br />dan jenjang Diklat yang diselenggarakan<br />3. Tugas dan Tanggung Jawab<br />Kejelasan tugas SDM penyelenggara dengan jenis<br />dan jenjang Diklat yang diselenggarakan<br />NILAI TERTIMBANG UNSUR SDM DIKLAT<br />D. Unsur Pengajar (Bobot 35%)<br />No. Unsur yang dinilai dan Kriteria Penilaian Nilai<br />(0 – 100) Keterangan<br />1. Pendidikan Formal<br />Kesesuaian dengan jenis dan jenjang Diklat yang<br />diselenggarakan<br />2. Pendidikan Non Formal di Bidang Kediklatan<br />Kesesuaian dengan jenisdan jenjang Diklat yang<br />diselenggarakan<br />3. Pengalaman Jabatan<br />Relevansi pengalaman SDM dengan jenis dan<br />jenjang Diklat yang diselenggarakan<br />4. Pengalaman Mengajar<br />Relevansi pengalaman SDM dengan mata<br />pendidikan dan pelatihan yang diajarkan<br />5. Pengalaman Mengajar<br />Relevansi pengalaman SDM dengan mata<br />pendidikan dan pelatihan yang diajarkan<br />6. Jumlah dan Spesialisasi Pengajar<br />Keseimbangan antara jumlah dan spesialisasi<br />Pengajar yang tersedia dengan jumlah dan<br />spesialisasi Pengajar yang dipersyaratkan pada<br />setiap jenis, jenjang, dan frekuensi Diklat yang<br />diselenggarakan<br />NILAI TERTIMBANG UNSUR PENGAJAR<br />JUMLAH NILAI TERTIMBANG UNSUR A, B, C, dan D =mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-27908927241309579382010-09-04T20:13:00.000-07:002010-09-04T20:15:54.482-07:00Jenis komputer super yang dipakai oleh NASA di ColumbiaKomputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah informasi menurut prosedur yang telah dirumuskan. Kata computer semula dipergunakan untuk menggambarkan orang yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan matematika.<br />Dalam definisi seperti itu terdapat alat seperti slide rule, jenis kalkulator mekanik mulai dari abakus dan seterusnya, sampai semua komputer elektronik yang kontemporer. Istilah lebih baik yang cocok untuk arti luas seperti "komputer" adalah "yang memproses informasi" atau "sistem pengolah informasi."<br />Definisi<br />Sekalipun demikian, definisi di atas mencakup banyak alat khusus yang hanya bisa memperhitungkan satu atau beberapa fungsi. Ketika mempertimbangkan komputer modern, sifat mereka yang paling penting yang membedakan mereka dari alat menghitung yang lebih awal ialah bahwa, dengan pemrograman yang benar, semua komputer dapat mengemulasi sifat apa pun (meskipun barangkali dibatasi oleh kapasitas penyimpanan dan kecepatan yang berbeda), dan, memang dipercaya bahwa mesin sekarang bisa meniru alat perkomputeran yang akan kita ciptakan di masa depan (meskipun niscaya lebih lambat). Dalam suatu pengertian, batas kemampuan ini adalah tes yang berguna karena mengenali komputer "maksud umum" dari alat maksud istimewa yang lebih awal. Definisi dari "maksud umum" bisa diformulasikan ke dalam syarat bahwa suatu mesin harus dapat meniru Mesin Turing universal. Mesin yang mendapat definisi ini dikenal sebagai Turing-lengkap, dan yang pertama mereka muncul pada tahun 1940 di tengah kesibukan perkembangan di seluruh dunia. Lihat artikel sejarah perkomputeran untuk lebih banyak detail periode ini.<br />Komputer Benam<br />Pada sekitar 20 tahun terakhir, banyak alat rumahtangga, khususnya termasuk panel dari permainan video tetapi juga mencakup telepon genggam, perekam kaset video, PDA dan banyak sekali dalam rumahtangga, industri, otomotif, dan alat elektronik lain, semua berisi sirkuit elektronik yang seperti komputer yang memenuhi syarat Turing-lengkap di atas (dengan catatan bahwa program dari alat ini seringkali dibuat secara langsung di dalam chip ROM yang akan perlu diganti untuk mengubah program mesin). Komputer maksud khusus lainnya secara umum dikenal sebagai "mikrokontroler" atau "komputer benam" (embedded computer). Oleh karena itu, banyak yang membatasi definisi komputer kepada alat yang maksud pokoknya adalah pengolahan informasi, daripada menjadi bagian dari sistem yang lebih besar seperti telepon, oven mikrowave, atau pesawat terbang, dan bisa diubah untuk berbagai maksud oleh pemakai tanpa modifikasi fisik. Komputer kerangka utama, minikomputer, dan komputer pribadi (PC) adalah macam utama komputer yang mendapat definisi ini.<br />Komputer Pribadi<br />Akhirnya, banyak orang yang tak akrab dengan bentuk komputer lain memakai istilah ini secara eksklusif untuk menunjuk kepada komputer pribadi (PC).<br />Bagaimana Komputer Bekerja<br />Saat teknologi yang dipakai pada komputer digital sudah berganti secara dramatis sejak komputer pertama pada tahun 1940-an (lihat Sejarah perangkat keras menghitung untuk lebih banyak detail), komputer kebanyakan masih menggunakan arsitektur Von Neumann, yang diusulkan di awal 1940-an oleh John von Neumann.<br />Arsitektur Von Neumann menggambarkan komputer dengan empat bagian utama: Unit Aritmatika dan Logis (ALU), unit kontrol, memori, dan alat masukan dan hasil (secara kolektif dinamakan I/O). Bagian ini dihubungkan oleh berkas kawat, "bus"<br />Memori<br /> <br />modul memori RAM<br />Di sistem ini, memori adalah urutan byte yang dinomori (seperti "sel" atau "lubang burung dara"), masing-masing berisi sepotong kecil informasi. Informasi ini mungkin menjadi perintah untuk mengatakan pada komputer apa yang harus dilakukan. Sel mungkin berisi data yang diperlukan komputer untuk melakukan suatu perintah. Setiap slot mungkin berisi salah satu, dan apa yang sekarang menjadi data mungkin saja kemudian menjadi perintah.<br />Memori menyimpan berbagai bentuk informasi sebagai angka biner. Informasi yang belum berbentuk biner akan dipecahkan (encoded) dengan sejumlah instruksi yang mengubahnya menjadi sebuah angka atau urutan angka-angka. Sebagai contoh: Huruf F disimpan sebagai angka desimal 70 (atau angka biner 1000110) menggunakan salah satu metode pemecahan. Instruksi yang lebih kompleks bisa digunakan untuk menyimpan gambar, suara, video, dan berbagai macam informasi. Informasi yang bisa disimpan dalam satu sell dinamakan sebuah byte.<br />Secara umum, memori bisa ditulis kembali lebih jutaan kali - itu merupakan scratchpad daripada sebuah tablet batu.<br />Ukuran masing-masing sel, dan jumlah sel, berubah secara hebat dari komputer ke komputer, dan teknologi dulu biasa mebuat memori sudah berubah secara hebat - dari relay elektromekanik, ke tabung yang diisi dengan air raksa (dan kemudian pegas) di mana pulsa akustik terbentuk, sampai matriks magnet permanen, ke setiap transistor, ke sirkuit terpadu dengan jutaan transistor di atas satu chip silikon.<br />Pemrosesan<br />Unit Pemproses Pusat atau CPU ( central processing unit) berperanan untuk memproses arahan, melaksanakan pengiraan dan menguruskan laluan informasi menerusi system komputer. Unit atau peranti pemprosesan juga akan berkomunikasi dengan peranti input , output dan storan bagi melaksanakan arahan-arahan berkaitan.<br />Berkas:CPU with pins.jpg <br />Contoh sebuah CPU dalam kemasan Ball Grid Array (BGA) ditampilkan terbalik dengan menunjukan kaki-kakinya<br />Dalam arsitektur von Neumann yang asli, ia menjelaskan sebuah Unit Aritmatika dan Logika, dan sebuah Unit Kontrol. Dalam komputer-komputer modern, kedua unit ini terletak dalam satu sirkuit terpadu (IC - Integrated Circuit), yang biasanya disebut CPU (Central Processing Unit).<br />Unit Aritmatika dan Logika, atau Arithmetic Logic Unit (ALU), adalah alat yang melakukan pelaksanaan dasar seperti pelaksanaan aritmatika (tambahan, pengurangan, dan semacamnya), pelaksanaan logis (AND, OR, NOT), dan pelaksanaan perbandingan (misalnya, membandingkan isi sebanyak dua slot untuk kesetaraan). Pada unit inilah dilakukan "kerja" yang nyata.<br />Unit kontrol menyimpan perintah sekarang yang dilakukan oleh komputer, memerintahkan ALU untuk melaksanaan dan mendapat kembali informasi (dari memori) yang diperlukan untuk melaksanakan perintah itu, dan memindahkan kembali hasil ke lokasi memori yang sesuai. Sekali yang terjadi, unit kontrol pergi ke perintah berikutnya (biasanya ditempatkan di slot berikutnya, kecuali kalau perintah itu adalah perintah lompatan yang memberitahukan kepada komputer bahwa perintah berikutnya ditempatkan di lokasi lain).<br />Input dan Hasil<br />I/O membolehkan komputer mendapatkan informasi dari dunia luar, dan menaruh hasil kerjanya di sana, dapat berbentuk fisik (hardcopy) atau non fisik (softcopy). Ada berbagai macam alat I/O, dari yang akrab keyboard, monitor dan disk drive, ke yang lebih tidak biasa seperti webcam (kamera web, printer, scanner, dan sebagainya.<br />Yang dimiliki oleh semua alat masukan biasa ialah bahwa mereka meng-encode (mengubah) informasi dari suatu macam ke dalam data yang bisa diolah lebih lanjut oleh sistem komputer digital. Alat output, men-decode data ke dalam informasi yang bisa dimengerti oleh pemakai komputer. Dalam pengertian ini, sistem komputer digital adalah contoh sistem pengolah data.<br />Instruksi<br />Perintah yang dibicarakan di atas tidak adalah perintah kaya bahasa manusiawi. Komputer hanya mempunyai dalam jumlah terbatas perintah sederhana yang dirumuskan dengan baik. Perintah biasa yang dipahami kebanyakan komputer ialah "menyalin isi sel 123, dan tempat tiruan di sel 456", "menambahkan isi sel 666 ke sel 042, dan tempat akibat di sel 013", dan "jika isi sel 999 adalah 0, perintah berikutnya anda di sel 345".<br />Instruksi diwakili dalam komputer sebagai nomor - kode untuk "menyalin" mungkin menjadi 001, misalnya. Suatu himpunan perintah khusus yang didukung oleh komputer tertentu diketahui sebagai bahasa mesin komputer. Dalam prakteknya, orang biasanya tidak menulis perintah untuk komputer secara langsung di bahasa mesin tetapi memakai bahasa pemrograman "tingkat tinggi" yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa mesin secara otomatis oleh program komputer khusus (interpreter dan kompiler). Beberapa bahasa pemrograman berhubungan erat dengan bahasa mesin, seperti assembler (bahasa tingkat rendah); di sisi lain, bahasa seperti Prolog didasarkan pada prinsip abstrak yang jauh dari detail pelaksanaan sebenarnya oleh mesin (bahasa tingkat tinggi)<br /><br />Arsitektur<br />Komputer kontemporer menaruh ALU dan unit kontrol ke dalam satu sirkuit terpadu yang dikenal sebagai Central Processing Unit atau CPU. Biasanya, memori komputer ditempatkan di atas beberapa sirkuit terpadu yang kecil dekat CPU. Alat yang menempati sebagian besar ruangan dalam komputer adalah ancilliary sistem (misalnya, untuk menyediakan tenaga listrik) atau alat I/O.<br />Beberapa komputer yang lebih besar berbeda dari model di atas di satu hal utama - mereka mempunyai beberapa CPU dan unit kontrol yang bekerja secara bersamaan. Terlebih lagi, beberapa komputer, yang dipakai sebagian besar untuk maksud penelitian dan perkomputeran ilmiah, sudah berbeda secara signifikan dari model di atas, tetapi mereka sudah menemukan sedikit penggunaan komersial.<br />Fungsi dari komputer secara prinsip sebenarnya cukup sederhana. Komputer mencapai perintah dan data dari memorinya. Perintah dilakukan, hasil disimpan, dan perintah berikutnya dicapai. Ulang prosedur ini sampai komputer dimatikan.<br />Program<br />Program komputer adalah daftar besar perintah untuk dilakukan oleh komputer, barangkali dengan data di dalam tabel. Banyak program komputer berisi jutaan perintah, dan banyak dari perintah itu dilakukan berulang kali. Suatu [[Personal computer[PC]] modern yang umum (pada tahun 2003) bisa melakukan sekitar 2-3 milyar perintah dalam sedetik. Komputer tidak mendapat kemampuan luar biasa mereka lewat kemampuan untuk melakukan perintah kompleks. Tetapi, mereka melakukan jutaan perintah sederhana yang diatur oleh orang pandai, "programmer." "Programmer Baik memperkembangkan set-set perintah untuk melakukan tugas biasa (misalnya, menggambar titik di layar) dan lalu membuat set-set perintah itu tersedia kepada programmer lain." Dewasa ini, kebanyakan komputer kelihatannya melakukan beberapa program sekaligus. Ini biasanya diserahkan ke sebagai multitasking. Pada kenyataannya, CPU melakukan perintah dari satu program, kemudian setelah beberapa saat, CPU beralih ke program kedua dan melakukan beberapa perintahnya. Jarak waktu yang kecil ini sering diserahkan ke sebagai irisan waktu (time-slice). Ini menimbulkan khayal program lipat ganda yang dilakukan secara bersamaan dengan memberikan waktu CPU di antara program. Ini mirip bagaimana film adalah rangkaian kilat saja masih membingkaikan. Sistem operasi adalah program yang biasanya menguasai kali ini membagikan<br />Sistem Operasi<br />Sistem operasi ialah semacam gabungan dari potongan kode yang berguna. Ketika semacam kode komputer dapat dipakai secara bersama oleh beraneka-macam program komputer, setelah bertahun-tahun, programer akhirnya menmindahkannya ke dalam sistem operasi.<br />Sistem operasi, menentukan program yang mana dijalankan, kapan, dan alat yang mana (seperti memori atau I/O) yang mereka gunakan. Sistem operasi juga memberikan servis kepada program lain, seperti kode (driver) yang membolehkan programer untuk menulis program untuk suatu mesin tanpa perlu mengetahui detail dari semua alat elektronik yang terhubung.<br />Penggunaan Komputer<br />Komputer digital pertama, dengan ukuran dan biaya yang besar, sebagian besar mengerjakan perhitungan ilmiah. ENIAC, komputer awal AS semula didesain untuk memperhitungkan tabel ilmu balistik untuk persenjataan (artileri), menghitung kerapatan penampang neutron untuk melihat jika bom hidrogen akan bekerja dengan semestinya (perhitungan ini, yang dilakukan pada Desember 1945 sampai Januari 1946 dan melibatkan dala dalam lebih dari satu juta kartu punch, memperlihatkan bentuk lalu di bawah pertimbangan akan gagal). CSIR Mk I, komputer pertama Australia, mengevaluasi pola curah hujan untuk tempat penampungan dari Snowy Mountains, suatu proyek pembangkitan hidroelektrik besar. Yang lainnya juga dipakai dalam kriptanalisis, misalnya komputer elektronik digital yang pertama, Colossus, dibuat selama Perang Dunia II. Akan tetapi, visionaris awal juga menyangka bahwa pemrograman itu akan membolehkan main catur, memindahkan gambar dan penggunaan lain.<br />Orang-orang di pemerintah dan perusahaan besar juga memakai komputer untuk mengotomasikan banyak koleksi data dan mengerjakan tugas yang sebelumnya dikerjakan oleh manusia - misalnya, memelihara dan memperbarui rekening dan inventaris. Dalam bidang pendidikan, ilmuwan di berbagai bidang mulai memakai komputer untuk analisa mereka sendiri. Penurunan harga komputer membuat mereka dapat dipakai oleh organisasi yang lebih kecil. Bisnis, organisasi, dan pemerintah sering menggunakan amat banyak komputer kecil untuk menyelesaikan tugas bahwa dulunya dilakukan oleh komputer kerangka utama yang mahal dan besar. Kumpulan komputer yang lebih kecil di satu lokasi diserahkan ke sebagai perkebunan server.<br />Dengan penemuan mikroprosesor di 1970-an, menjadi mungkin menghasilkan komputer yang sangat murah. PC menjadi populer untuk banyak tugas, termasuk menyimpan buku, menulis dan mencetak dokumen. Perhitungan meramalkan dan lain berulang matematika dengan spreadsheet, berhubungan dengan e-pos dan, Internet. Namun, ketersediaan luas komputer dan mudah customization sudah melihat mereka dipakai untuk banyak maksud lain.<br />Sekaligus, komputer kecil, biasanya dengan mengatur memprogram, mulai menemukan cara mereka ke dalam alat lain seperti peralatan rumah, mobil, pesawat terbang, dan perlengkapan industri. Yang ini prosesor benam menguasai kelakuan alat seperti itu yang lebih mudah, membolehkan kelakuan kontrol yang lebih kompleks (untuk kejadian, perkembangan anti-kunci rem di mobil). Saat abad kedua puluh satu dimulai, kebanyakan alat listrik, kebanyakan bentuk angkutan bertenaga, dan kebanyakan batas produksi pabrik dikuasai di samping komputer. Kebanyakan insinyur meramalkan bahwa ini cenderung kepada akan terus.<br />Kata "Komputer"<br />Selama bertahun-tahun sudah ada beberapa arti yang agak berbeda pada kata 'komputer', dan beberapa kata berbeda untuk hal kami sekarang biasanya disebut komputer.<br />Misalnya "computer" secara umum pernah dipergunakan untuk bermaksud orang memperkerjakan untuk melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa mesin membantu. Menurut Barnhart Concise Dictionary of Etymology, kata tersebut digunakan dalam bahasa Inggris pada tahun 1646 sebagai kata bagi "orang yang menghitung" dan lalu menjelang 1897 juga untuk "alat hitung mekanis". Selama Perang Dunia II kata tersebut menunjuk kepada para pekerja wanita AS dan Inggris yang pekerjaannya memperhitungkan jalan artileri perang besar dengan mesin seperti itu.<br />Charles Babbage mendesain salah satu mesin menghitung pertama disebut Mesin Analitikal, tetapi karena masalah teknologi tidak dibuat seumur hidupnya. Berbagai alat mesin yang sederhana seperti slide rule baik juga sudah menyebut komputer. Di beberapa kasus mereka diserahkan ke sebagai "komputer analog", sewaktu mereka melambangkan nomor oleh continuous kuantitas-kuantitas fisik daripada di samping digit biner yang berlainan. Apa sekarang menyebut "komputer" saja secara umum pernah menyebut "komputer digital" untuk membedakan mereka dari alat lain ini (yang masih dipakai di bidang analog pengolahan tanda, misalnya).<br />In yang memikirkan kata lain untuk komputer, itu ialah harga mengamati bahwa di bahasa lain kata yang dipilih selalu tidak mempunyai arti harfiah sama sebagai kata Bahasa Inggris. Dalam Bahasa Perancis misalnya, kata ialah "ordinateur", yang berarti kira-kira "organisator", atau "memisahkan mesin". Pada bahasa Spanyol digunakan kata "ordenador", dengan arti sama, walaupun di beberapa negara mereka menggunakan anglicism computadora. Dalam Bahasa Italia, komputer ialah "calcolatore", kalkulator, menekankannya computational menggunakan di balik yang logis seperti penyortiran. Dalam Bahasa Swedia, komputer dipanggil "dator" dari "data". Atau paling tidak pada tahun 1950-an, mereka disebut "matematikmaskin" (mesin matematika). Dalam Bahasa Tionghoa, komputer dipanggil "tien nau" atau suatu "otak listrik". Dalam Bahasa Inggris, kata lain dan frase sudah bekas, seperti "mesin pengolahan data".<br />Komputer ialah sebarang peralatan/mesin/alat yang digunakan untuk memproses maklumat/informasi berpandukan kepada prosedur/arahan yang ditetapkan.<br />Mukadimah<br />Seseorang pemilik komputer peribadi perlu mengenali komponen-komponen komputernya yang berlainan. Pengetahuan mengenai nama, bentuk fizik serta fungsi komponen-komponen komputer peribadi akan membantu seseorang apabila dia berhadapan dengan masalah atau ketika menggunakan komputer peribadi yang lain. Pengetahuan ini juga akan menjadikan seseorang itu lebih yakin apabila menggunakan komputer multimedia apatah lagi sekiranya komputer itu bukanlah yang sering digunakan olehnya sebelum ini. Lebih khas lagi bagi guru-guru untuk tujuan pengajaran dan pembelajaran. Dengan itu mari kita menyelami pengetahuan mengenai komponen-komponen asas yang terdapat pada sesuatu komputer peribadi.<br />Pada dasarnya, perkataan komputer bermaksud ahli kira (compute). Ahli kira bertugas untuk melakukan pengiraan matematik samada dengan pertolongan alat mekanik atau tidak. Seterusnya hasil kiraan dialih ke mesin. Pada asalnya, tugas "komputer" hanyalah khusus kepada penyelesaian matematik, tapi komputer moden digunakan untuk pelbagai tugas lain yang tidak berkaitan dengan matematik.<br />Definisi<br />Takrifan asal Komputer, seperti yang disebut di atas, hanya merangkumi peralatan khusus yang boleh mengira(compute) satu fungsi(single tasking) atau berbilang fungsi(multi tasking) yang terhad. Sekiranya mengambil kira Komputer moden, salah satu ciri-ciri yang membezakannya dengan komputer awal ialah: sekiranya dimasukkan dengan perisian-perisian(software) yang sesuai, komputer moden berkemampuan untuk meniru (emulate) sebarang pengiraan. Namun kemampuan ini dibatasi oleh kapasiti muatan storan(hard disk) , memori (ram) serta kelajuan pemprosesan (processor). Dalam erti kata lain, kemampuan ini boleh diguna sebagai ujian untuk membezakan komputer "serba-guna" dengan komputer awal yang hanya khusus untuk kerja-kerja tertentu. Komputer juga boleh definisikan sebagai satu sistem yang mengendalikan simbol-simbol elektronik dengan cepat dan tepat dan direka khas untuk menerima, memproses, menyimpan dan mengeluarkan hasil(output)<br />Lihat Sejarah perkembangan komputer.<br />Penggunaan Komputer<br />Pada awalnya, komputer digit elektronik, dengan saiz dan kosnya yang besar, hanya digunakan untuk pengiraan saintifik, selalunya untuk tujuan ketenteraan, contohnya ENIAC.<br />Komputer Benam<br />Dalam masa 20 tahun ini, kebanyakan peralatan rumah, seperti Konsol Mainan Video, sehingga telefon mudah-alih, perakam video kaset, PDA, dan banyak lagi; jentera industri, kenderaan, dan alat elektronik lain; kesemuanya mengandungi litar komputer yang Turing-sempurna. Komputer yang digunakan di dalam peralatan untuk fungsi tertentu, dikenali sebagai "microcontroller" atau "Komputer benam" (embedded computer). Komputer jenis ini hanya berfungsi untuk memproses maklumat tertentu sahaja.<br />Komputer Peribadi<br />Kebanyakan masyarakat umum lebih mengenali komputer sebagai Komputer Peribadi.<br />Bagaimana Komputer berfungsi<br />Teknologi dalam komputer digital telah melalui perubahan besar sejak komputer yang pertama pada tahun 1940. Namun kebanyakannya masih menggunakan senibina (architecture) von Neumann, yang dicadangkan oleh John von Neumann pada awal 1940-an.<br />Senibina von Neumann menyatakan komputer dibahagi kepada 4 bahagian utama: Unit Aritmetik dan Logik (Arithmetic and Logic Unit - ALU), litar pengawal (control circuitry), memori (memory), dan alat input-output (I/O). Kesemua bahagian ini disambung bersama oleh wayar-wayar, yang dikenali sebagai "bas".<br />Ingatan<br />Di dalam sistem komputer, ingatan (memory) ialah jujukan bait (numbered byte sequence) (seperti sel), di mana setiap satunya mengandungi sebutir maklumat. Maklumat tersebut mungkin adalah arahan (instruction) untuk komputer, dan setiap sel menyimpan serpihan data yang diperlukan komputer untuk menjalankan arahan.<br />Secara amnya, ingatan boleh diguna semula lebih sejuta kali. Ia lebih berupa pad lakaran, daripada batu tablet yang hanya boleh ditulis sekali.<br />Saiz setiap sel, dan bilangannya, berbeza di antara satu komputer dengan komputer yang lain. Begitu juga dengan teknologi memori tersebut, daripada denyutan elektromekanik, seterusnya tiub raksa, seterusnya kepada susunan matriks magnet kekal, seterusnya kepada transistor, dan seterusnya litar bersepadu (integrated circuit) yang mengandungi berjuta kapasitor dalam sebiji cip (chip).<br />Pemprosesan<br />Unit Aritmetik dan Logik (ALU), ialah alat yang melaksanakan operasi asas, seperti operasi aritmetik (tambah, tolak, darab, dan sebagainya), operasi logik (AND, OR, NOT) dan membandingkan operasi. Unit ini melakukan tugas sebenar dalam komputer.<br />Unit pengawal (Control Unit), menyelia slot-slot yang menyimpan arahan (instruction) terkini, seterusnya memberitahu ALU tentang operasi yang perlu dilakukan serta menerima maklumat yang perlu (daripada memori) untuk melaksanakan operasi tersebut. Kemudiannya ia menghantar kembali hasil operasi ke kedudukan memori yang sesuai. Setelah itu, Unit Pengawal akan beralih kepada arahan yang seterusnya.<br />Input-Output<br />Unit Input-output membenarkan komputer menerima maklumat daripada dunia luar, dan menghantar keputusan maklumat kembali ke dunia luar. Terdapat pelbagai bentuk alat I/O, daripada Papan kekunci, skrin, Cakera liut, kepada alat yang luar biasa, seperti Webcam.<br />Kesemua alat (peranti) input mengkod (encode) maklumat kepada data supaya boleh diproses oleh sistem komputer digital. Alat (peranti) output pula menyahkod (decode) data komputer kepada maklumat yang boleh difahami oleh pengguna komputer.<br />Arahan (Instruction)<br />Arahan komputer bukanlah arahan berbunga seperti bahasa manusia. Komputer hanya mempunyai arahan-arahan mudah yang terhad. Arahan biasa yang disokong oleh kebanyakan komputer adalah seperti: Salin kandungan sel 123, dan letak salinan ke sel 456; tambahkan kandungan sel 666 ke sel 042, dan letak hasil tambahan ke sel 013; sekiranya sel 999 adalah 0, arahan seterusnya ialah pada sel 345.<br />Arahan-arahan tersebut diwakili sebagai angka (numbers). Contohnya, Kod untuk "Salin" mungkin adalah 001. Set Arahan yang disokong oleh komputer dipanggil Bahasa Mesin. Secara praktiknya, arahan untuk komputer biasanya tidak ditulis dalam bentuk Bahasa Mesin, tapi dalam bentuk Bahasa Pengaturcaraan Tahap Tinggi (High Level Programming Language). Bahasa pengaturcaraan kemudiaanya dialihbahasa kepada Bahasa Mesin dengan menggunakan Program Komputer khas (seperti Pengkompil - compiler, atau Interpreter).<br />Sesetengah bahasa pengaturcaraan adalah dalam bentuk yang hampir dengan Bahasa Mesin, contohnya Bahasa Penghimpun (assembler) - (juga dikenali sebagai Bahasa Tahap Rendah - Low level language); Manakala sesetengah bahasa mengguna prinsip yang jauh berbeza dengan operasi mesin, contohnya Prolog.<br />Senibina (Architecture)<br />Komputer moden meletak ALU (Unit Aritmetik dan Logik) dan Unit Pengawal di dalam satu litar bersepadu yang dikenali sebagai Unit Pemproses Pusat (Central Processing Unit - CPU). Kebiasaanya, memori komputer akan diletak pada beberapa litar bersepadu kecil berhampiran dengan CPU. Alat-alat yang lain dalam komputer adalah bekalan kuasa dan alat input-output.<br />Fungsi sebuah komputer secara prinsipnya agak jelas. Komputer menyambut arahan dan data daripada memori. Arahan kemudiannya dilaksanakan, hasilnya disimpan, dan seterusnya menyambut arahan yang berikutnya pula. Prosedur ini diulang sehingga komputer itu ditutup.<br />Program<br />Program Komputer ialah satu senarai arahan yang besar untuk dilaksana oleh komputer. Kebanyakan Program Komputer mempunyai berjuta arahan, dan kebanyakan daripada arahan-arahan tersebut dilaksanakan berulang-kali. Sebuah Komputer peribadi yang moden berupaya melaksanakan lebih kurang 2-3 Billion arahan per saat.<br />Pada masa sekarang, kebanyakan komputer berupaya melaksanakan lebih dari satu program pada satu masa. Keupayaan ini dinamakan multitugas (multitasking). Walaupun secara kasarnya, seolah-olah komputer melakukan dua kerja sekaligus, sebenarnya CPU melaksanakan arahan daripada satu program dahulu, kemudian beralih ke program yang satu lagi pada jangka masa sejenak. Jangka masa sejenak ini dipanggil Hirisan Masa (Time Slice). Sistem Pengoperasian ialah program yang mengawal perkongsian masa ini.<br />Contoh sistem pengoperasian yang membenarkan multitasking ialah Windows dan Unix.<br />Sistem pengendalian<br />Rencana utama: Sistem pengendalian<br />Sistem pengendalian ialah sistem yang menentukan program apa yang perlu dilaksanakan, dan sumber apa (memori atau I/O) yang perlu digunakan. Sistem pengendalian membekalkan perkhidmatan (service) kepada program lain, contohnya kod (driver) yang membolehkan pengaturcara menulis program untuk mesin tanpa perlu mengetahui lebih terperinci tentang alat elektronik pada sistem komputer.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Privasi & Kepercayaan dalam Dunia Internet:<br />Tinjauan Dampak Komputer terhadap Masyarakat <br />Oleh: Wahyu Adi Setyanto<br />Abstrak<br />Perkembangan komputer yang terhubung ke jaringan Internet sedemikian pesatnya. Hampir tak ada sisi kehidupan manusia yang tak tersentuh lewat Jalan Tol Informasi ini. Kondisi yang mana membuat kita melupakan 2 masalah pokok yang berhubungan erat dan membutuhkan solusi dengan segera: perlindungan privasi dan membangun kepercayaan antara individu dengan komputer, masyarakat dengan komputer, serta sesama anggota masyarakat yang termediasi oleh komputer. Makalah ini memaparkan hubungan kedua isu tersebut, serta solusi apa yang mungkin dapat kita terapkan untuk mengatasinya.<br />Pendahuluan<br />Masih terbayang dalam benak kita, bagaimana kondisi masyarakat kita saat Internet belum begitu berkembang. Komputer hanyalah media otomasi pekerjaan administratif rutin, sedikit (atau banyak...?) sebagai media hiburan, penyimpanan data, atau menyelesaikan aktivitas khusus semacam desain. Jaringan komputer pun terbatas pada lingkungan kantor saja. Saat itu, kita sudah merasakan manfaat nyata komputer, dan mungkin dapat dengan bangga mengatakan “komputer adalah asisten pribadi saya”.<br />Saat ini, di mana tuntutan masyarakat telah demikian berkembang, membawa kecenderungan perkembangan jaringan komputer memiliki skala yang lebih luas dari yang dapat kita bayangkan sepuluh atau lima belas tahun yang lalu. Jumlah komputer yang terhubung ke Internet menjadi sedemikian banyaknya. Masyarakat mulai membentuk komunitasnya sendiri di dunia maya, paralel dengan kehidupan keseharian mereka. Perkembangan terbaru dunia komputer dan Internet pun mereka cari untuk mengeksploitasi manfaatnya. Singkatnya, urusan yang satu ini menjadi sedemikian penting untuk dilakukan, semacam kebutuhan pokok sehari – hari bagi mereka.<br />Aspek teknologi menjadi pertimbangan utama sehingga aspek sosial berkomputer dan berinternet cenderung tesisihkan. Artinya, masyarakat kita belum memiliki kesiapan secara kultural untuk menghadapi serbuan nilai – nilai baru yang tadinya tidak terlalu merisaukan. Minimnya antisipasi terhadap hal ini memberikan kita 2 masalah mendasar yang harus segera diatasi. Masalah yang penulis yakini memiliki korelasi satu sama lain.<br />Pertama, isu privasi menjadi semakin penting dan membutuhkan perlindungan yang proporsional. Masalah yang krusial mengemuka adalah sejauh mana batasan privasi individu dalam konteks ruang dan waktu serta nilai sosial yang diyakini masyarakat, siapa yang berhak menegakkan aturannya, kendala perlindungan privasi dalam perspektif teknologi, kondisi apa yang menggugurkan privasi seseorang / kelompok.<br />Kedua, membangun ‘segitiga kepercayaan’ antara individu dengan komputer, komputer dengan masyarakat serta individu dengan masyakarat melalui mediasi komputer. Meskipun kendala ruang dan waktu telah diklaim teratasi oleh jaringan Internet, namun dalam interaksi sosial tetap membutuhkan aspek psikologis setiap pelaku, konteks ruang dan waktu masing – masing, aspek historis serta kebutuhan akan media komputer dan Internet yang layak dipercaya. <br />Isu Privasi dan Perlindungannya<br />Menurut Standing Committee on Human Rights and The Status of Persons with Dissabilities, privasi adalah “inti dari nilai manusia yang menjiwai perlindungan martabat dan otonomi manusia”. Sedangkan Profesor Alan Westin, pakar hukum dan pemerintahan dari University of Columbia mendefinisikan privasi sebagai “hak individu untuk menentukan informasi pribadi yang boleh atau tidak boleh diketahui publik”. Dalam perspektif sejarah, perumusan batasan ini sampai sekarang masih menyisakan perdebatan yang cukup hangat. Pemerintah sebagai pihak yang kontra mengedepankan alasan – alasan keamanan negara sebagai pembenaran terhadap aktivitas pengawasan dinamika masyarakat beserta atribut informasi yang melekat padanya. Senada dengan pemerintah, kalangan bisinis pun ingin memperoleh manfaat semaksimal mungkin atas informasi tentang para pelanggannya sebagai imbalan atas jasa yang mereka tawarkan. <br />Pihak pro yang diwakili oleh ahli hukum dan masyarakat yang peduli atas hak – hak mereka, mengambil sudut pandang privasi sebagai sebuah kekayaan intelektual atau hak milik pribadi. Hak ini setara dengan hak – hak individu lainnya dalam konteks negara demokrasi, seperti hak mengeluarkan pendapat, hak untuk menikmati hidup layak, yang dalam hal ini dapat dipersepsikan juga sebagai hak untuk menyendiri (the right to be left alone) serta melindungi kepentingan pribadinya dari gangguan eksternal, dalam batas tertentu. Batas – batas yang samar dalam argumen kedua kubu membawa perdebatan menuju pada resolusi yang lebih moderat: keseimbangan antara hak asasi dengan peredaran informasi secara bebas. <br />Wujud konkritnya adalah disahkannya peraturan yang melindungi hak privasi individu. Misalnya, Amerika Serikat memiliki antara lain Privacy Act (1974), Electronic Communications Privacy Act (1986), dan Childrens’s Online Privacy Protection (1994), sementara Uni Eropa memiliki European Privacy Directive 8 (1998). Dampak signifikannya terhadap perlindungan privasi baru akan terasa bilamana hukum menjadi rujukan utama dalam penanganan masalah sosial. Penegakan hukum yang konsisten sangat berarti dalam menjembatani asimetri transaksi sosial antara (sekelompok) individu di satu sisi dengan pihak – pihak pengguna informasi publik di sisi lain. Posisi tawar masyarakat akan sedikit meningkat. Namun demikian, penegakan hukum saja tidaklah mencukupi selama para pelaku bisnis masih saja berkeinginan mengeksploitasi hak – hak individu yang telah dilindungi dengan motifnya masing – masing. Dalam perspektif pelaku, dibutuhkan suatu niat baik untuk itu. Sementara dari sisi masyarakat, diperlukan mekanisme kontrol. Alasan lain adalah model penegakan hukum formal yang dipandang terlalu kaku dan lama prosesnya dibandingkan pergerakan arus informasi yang sedemikian cepat. Atas kendala – kendala ini, hadir strategi berikutnya: self-regulation.<br />Self-regulation (swa-regulasi) merupakan mekanisme menyerahkan penegakan aturan perlindungan privasi kepada mereka yang justru berpeluang melakukan pelanggaran privasi individu. Efek yang diharapkan dari penerapannya adalah respon yang cepat terhadap perkara yang menjurus kepada penyerangan privasi. Secara abstrak, hal ini diwujudkan dalam penggalian kode etik dalam berbisnis, yang mencerminkan bagaimana mereka mencapai tujuan bisnis yang ditetapkan. Bagaimana mereka menggali nilai – nilai perusahaan yang diyakini serta memasukkannya ke dalam kultur perusahaan. Secara konkrit, kode etik tersebut diimplementasikan secara integral ke dalam kebijakan strategis, taktis dan operasional perusahaan tentang bagaimana mereka mengelola informasi atas masyarakat secara sah dan etis. Dengan transparansi yang telah menjadi ciri era informasi, masyarakat sendirilah yang akan mengawasi sejauh mana konsistensi perusahaan dalam melaksanakan kode etiknya. Sangat mungkin terjadi, perusahaan yang terbukti tidak dapat dipercaya dalam mengelola atribut informasi yang dimiliki masyarakat akan kehilangan kepercayaan dan berujung pada hilangnya sumber penghasilan mereka. <br />Hampir serupa dengan legislasi, konsep swa-regulasi pun memerlukan 3 elemen penting: seperangkat aturan privasi yang bersumber dari praktek – praktek pengelolaan informasi yang adil, metode penegakannya, serta mekanisme penengahan konflik yang independen. Agar penerapannya berlangsung dengan lancar, diperlukan beberapa persyaratan. Pertama, dibutuhkan penerapan kode etik perlindungan privasi bersama dalam suatu sektor bisnis, sehingga tidak ada ketimpangan antarperusahaan yang dapat memicu persaingan tak sehat. Kedua, penegakan standar privasi harus dilakukan oleh lembaga independen di luar sektor bisnis tersebut. Terakhir, keterbukaan aturan dan implementasi syarat pertama dan kedua bagi masyarakat. <br />Secara umum, kode etik yang dapat dipakai untuk menjaga konsistensi perusahaan / organisasi dalam melindungi privasi adalah bahwasannya mereka harus:<br />1. bertanggung jawab terhadap semua informasi perseorangan yang mereka miliki.<br />2. mengetahui tujuan pengumpulan dan pemrosesan informasi tersebut.<br />3. mengumpulkan informasi dengan sepengetahuan dan ijin dari pemiliknya (kecuali dalam kondisi tertentu yang telah disepakati).<br />4. membatasi kuantitas informasi sejumlah yang diperlukan dalam melaksanakan tujuan di atas.<br />5. menghindari pemakaian informasi yang menyimpang dengan tujuan semula.<br />6. menyimpan informasi dalam jangka waktu yang ditentukan berdasarkan kebutuhan mencapai tujuan.<br />7. memastikan informasi tersebut akurat, lengkap dan terkini.<br />8. menjaga / melindungi informasi tersebut dengan sebaik – baiknya.<br />9. bersifat terbuka dalam kebijakan dan prakteknya.<br />10. mengijinkan subjek data untuk mengakses data miliknya serta mengubahnya bila diperlukan.<br />Pada bagian berikutnya, kita akan membahas bagaimana membangun kepercayaan dalam dunia internet dalam kerangka permasalahan perlindungan privasi dan proses interaksi sosial yang sehat.<br />Membangun Kepercayaan dalam Dunia Maya <br />Apa yang kita dapat dari perlindungan privasi secara proporsional adalah adanya syarat perlu bagi terciptanya hubungan saling percaya antarindividu dalam masyarakat yang termediasi komputer. Hubungan tersebut harus melalui berbagai tahapan yang juga dimulai dari individu masing – masing. Pada saat seseorang memutuskan untuk berinteraksi melalui e-mail dengan orang yang tidak dikenal sebelumnya, sesungguhnya telah terbentuk asumsi – asumsi awal dalam pikirannya bahwa pihak lain memiliki kebajikan, jujur, kompeten dan dapat diperkirakan tabiatnya. Selanjutnya proses mengembangkan kepercayaan akan bergantung pula kepada pengalaman dari interaksi sebelumnya, juga faktor – faktor sebagai berikut:<br />1. Kondisi kerawanan sosial yang hadir bersamaan dengan asumsi bahwa kepercayaan akan menghadirkan keamanan yang diinginkan.<br />2. Resiko yang dihadapi kedua pihak.<br />3. Interdependensi dalam relasi sosial kedua pihak. <br />Oleh karena sifat subjektifnya serta melibatkan sistem emosi dan cara berpikir manusia yang juga kompleks, tidaklah mudah untuk menguraikan secara utuh aspek pengendalian rasa saling percaya dalam komunitas dunia maya. Namun demikian, beberapa peneliti meyakini bahwa percaya dan curiga merupakan dua variabel bebas dalam suatu relasi sosial, ketimbang dua buah kutub dari spektrum yang sama. Mereka mengembangkan matriks percaya-curiga (trust and distrust matrix) untuk mengenali karakteristik dua variabel tersebut dalam suatu interaksi sosial. <br />High Trust<br />Characterised by:<br />Hope<br />Faith<br />Confidence<br />Assurance<br />Initiative High value congruence<br />Interdependence promoted<br />Opportunities pursued<br />New initiatives Trust but verify<br />Relationships highly segmented and bounded<br />Opportunities pursued and downside risks / vulnerability continually monitored<br />Low Trust<br />Characterised by:<br />No Hope<br />No Faith<br />No Confidence<br />Passivity<br />Hesitancy Casual Acquaintances<br />Limited interdependence<br />Bounded, arms length tran-sactions<br />Professional courtesy Undesirable eventualities expected and feared<br />Harmful motives assumed<br />Interdependence managed<br />Pre-emption: best offence is good defence<br />Paranoia<br /> Low Distrust<br />Characterised by:<br />No fear<br />Absence of scepticism<br />Absence of cynicism<br />Low monitoring<br />No vigilance High Distrust<br />Characterised by:<br />Fear<br />Scepticism<br />Cynicism<br />Wariness and watchfulness<br />Vigilance<br />Tabel 1. Matriks Percaya dan Curiga<br />Kedua variabel tersebut selalu berinteraksi dan saling membentuk state of trust pada diri seseorang / sekelompok orang dalam konteks lingkungan yang selalu berubah. Pada setiap individu, selalu berjalan proses untuk percaya atau tidak mempercayai orang lain. Pengalaman – pengalaman yang diperoleh dari relasi kepercayaan sebelumnya memberikan kontribusi penting bagi pembentukan mekanisme intuitif dalam memilah resiko yang selalu ada dalam setiap relasi masyarakat dunia maya. Kualitas yang dicapai dalam membangun kepercayaan, jika dilihat dengan parameter sifat kebergantungan, resiko, mekanisme kepercayaan, mekanisme relasional dan mekanisme pranata sosial, dapat dilihat pada tabel berikut ini:<br />Tabel 2. Hubungan dan Kelakuan Saling Percaya<br />Forms of<br />Dependence Risks Qualities of<br />Trustworthiness Mechanism for<br />Trust Relational<br />Mechanisms Institutional<br />Mechanisms<br />Shallow<br />Dependence Indiscretion<br />Unreliability<br /> Discretion<br />Reliability<br />Competence Deterrence Fate Control Historical Records,<br />Enforcement<br />Deep dependence Cheating Abuse<br />Neglect<br />Self Esteem Integrity Concern<br />Benevolence<br /> Obligation Network Quadratic Control<br />Socialization<br />Selection<br />Shallow<br />Interdependence Poor co-ordination Predictability<br />Consistency Discovery Contiguity Communication<br />and information<br />systems<br />Deep<br />Interdependence Miss-anticipation Foresight<br />Intuition<br />Empathy Internalize Shared Meaning,<br />Values, pro-ducts, goals Strategic alignment,<br />Common member-ship, discourse<br />Tabel di atas menunjukkan bahwa pengaruh dari sifat kebergantungan dan resiko yang dihadapi ikut menentukan mekanisme pembentukan relasi saling percaya pada tingkat individu, sekelompok individu dan kelembagaan / pranata sosial:<br />1. Sedikit kebergantungan dengan resiko tak-dapat diandalkan dan dipercaya, mendorong individu untuk melakukan penolakan, mekanisme relasional yang bersikap membiarkan sebagaimana adanya, dengan lembaga yang akan menggunakan pemantauan asal – usul terbangunnya kepercayaan di masa lalu dan menegakkan norma – norma yang dimiliki.<br />2. Kebergantungan yang mendalam dengan resiko pengkhianatan dan penolakan, medorong individu untuk bersikap patuh, mekanisme relasional membentuk jaringan sosial yang intens, dan lembaga menerapkan kendali yang lebih ketat dengan sosialisasi dan seleksi.<br />3. Saling-kebergantungan yang rendah dengan resiko lemahnya koordinasi, mendorong individu untuk sekedar menemukan kepercayaan yang diinginkannya, mekanisme relasional yang berkesinambungan, dan mekanisme kelembagaan melalui komunikasi dan sistem informasi.<br />4. Saling-kebergantungan yang tinggi dengan resiko rendahnya antisipasi, medorong individu melakukan internalisasi kepercayaan, mekanisme relasional dengan berbagi rasa, satu tujuan (‘seiya sekata’), mekanisme kelembagaan dengan aliansi strategis dan keanggotaan bersama.<br />Penulis meyakini bahwa mekanisme kedua dan ketiga lebih dominan pada komunitas dunia maya dalam konteks e-commerce dan e-community. Hal ini berarti, jika kita ingin membangun sebuah hubungan sosial yang sehat dengan mediasi komputer, ada dua hal mendesak yang harus kita kembangkan. Pertama, mewujudkan jaringan sosial yang kohesif dan berkesinambungan melalui komunikasi di luar mediasi komputer sebagai penyeimbang. Dan kedua, menerapkan kendali kelembagaan dengan sosialisasi dan seleksi, serta mengembangkan jaringan sistem informasi antarpartisipan guna membendung asimetri informasi yang dapat merugikan salah satu pihak.<br />Kesimpulan dan Saran<br />Mekanisme perlindungan privasi serta proses membangun interaksi saling percaya dalam hubungan sosial termediasi komputer memiliki benang merah yang sama. Dengan menempatkan isu keamanan dan kepedulian terhadap privasi individu dalam prioritas yang penting, maka terdapat satu syarat perlu bagi terwujudnya masyarakat termediasi komputer dalam relasi sosial yang saling percaya satu sama lain. Agar menjadi syarat yang cukup, syarat ini masih harus dilengkapi dengan dukungan teknologi yang memungkinkan. Oleh karena itu, makalah ini tidak dapat terpisahkan dari makalah serupa yang mengupas aspek teknologi guna menunjang keamanan berinteraksi sosial lewat mediasi komputer dan internet.<br />I. Control Performance dan Keamanan Sistem Informasi <br />1. Mengapa Kontrol Dibutuhkan<br /> Seperti asset yang lainnya, sumbu di system informasi hardware, software dan data memerlukan perlindungan dalam membangun sebuah pengontrol untuk menjamin qualitas dan keamanan maka dari itulah control diperlukan.<br />• Apa yang dibutuhkan<br />3 tipe pengontrol jurusan harus menghasilkan untuk menjamin kualitas dan keamanan system informasi, kategori dari control ini adalah :<br />1. Kontrol System Informasi<br />2. Cara Pengontrolan<br />3. Pengontrolan Fasilitas Fisik<br /> <br />2. Kontrol Sistem Informasi<br /> Kontrol system inforamsi adalah cara dan perlengkapan / alat yang mencoba untuk memastikan keakuratan, ketetapan dan tata cara aktivitas system informasi pengontrol harus menghasilkan untuk menjamin layaknya data masukan, proses tekniknya, metode dan output informasi.<br />• Kontrol Input<br />Input dari sumber dokumen biasa juga dikontrol dengan register di dalam data buku jika mereka menerima data entry personel. Kenyataannya system yang digunakan mengakses catatan ketepatan rekaman, semuanya masuk kedalam sistem magnetic tetapi control yang jelas memelihara semua masukan system.<br />• Proses Kontrol<br />Suatu data dimasukan dengan benar ke dalam sistem komputer, dimana harus diproses dengan baik, proses kontrol menghasilkan untuk identitas kesalahan dalam perhitungan arithmetic dan operasi logika. Mereka juga sudah menjamin bahwa data tidak hilang atau tidak diproses. Proses kontrol bias juga termasuk kontrol hardware dan kontrol software.<br />• Kontrol Output<br />Kontrol output menghasilkan untuk menajmin informasi produk sudah dikoreksi dan ditransmisikan ke pengguna kuasanya dalam sebuah waktu.<br />• Kontrol Penyimpanan<br />Ada 2 cara untuk melindungi data dari kerusakan :<br />1. Mempertanggung jawabkan pengontrolan catatan program computer dan pengorganisasian data base mungkin juga memberikan untuk perpustakaan atau pengaturan data base.<br />2. Banyak data base dan file terlindungi dari seseorang yang tidak berhak atau kecelakaan dalam penggunaanya dengan program keamanan dan memerlukan pengenalan yang pantas sebelum mereka dapat mengunakannya.<br /> <br />3. Petunjuk Kontrol<br /> Petunjuk kontrol adalah metode yang spesifik bagaimana organisasi pelayanan informasi sebaiknya dioperasikan untuk keamanan maksimum. Mereka membantu keakuratan perawatan dalam organisasi sert kebenaran operasi tersebut dan sistem aktivitas pengembangan.<br />• Pemisahan Kewajiban<br />Pemisahan kewajiban merupakan prinsip dasar dari tata cara pengontrolan yang memerlukan kewajiban dari pengembangan sistem operasi computer dan pengontrolan data serta file program memberikan salian groups.<br />• Petunjuk Standard an Dokumentasi / Penyimpanan<br />Cara standar adalah penghasil yang khas dan perawatan manual dan membangun petunjuk pertolongan software. Dan dokumentasi juga tidak terhingga nilainya didalam perawatan sistem yang dibutuhkan dalam memperbaiki sistem yang telah dibuat.<br />• Syarat Hak<br />Syarat hak merupakan mengulang untuk tujuan proyek sistem penghasil, mengubah program atau sistem konpersi yang merupakan permasalahan yang berulang – ulang untuk peninjauan resmi sebelum hak diberikan. <br />1. Kontrol Fasilitas Pemeriksaan Badan<br /> Pengontrol fasilitas pemeriksaan tubuh adalah cara melindungi bodi dari kehilangan atau kerusakan. Pusat computer adalah bagian utama yang harus dilindungi dari resiko kecelakaan, kerusakan secara alami, sabotase dan lain – lain.<br />• Kontrol Pelindung Bodi<br />Bagian keamanan maksimum dan pelindung kerusakan untuk sebuah instalasi computer memerlukan beberapa tipe kontrol. Beberapa computer inti dilindungi dari kerusakan menggunakan bagian pelindung seperti pendeteksi api dan sistem pengeluar api.<br />• Kontrol Telekomunikasi <br />Proses telekomunikasi dan kontrol software dimulai dari sebuah peraturan dalam aktivitas kontrol data komunikasi dalam penambahan data bias di transmisikan dalam ‘scramble’ bentuk ‘ unscrambled’ dengan hanya sistem komputer untuk hak penggunanya. Metode kontrol lainnya digunakan penggunanya seperti penghubung otomatis.<br />• Pengontrol Kesalahan Komputer <br />Departemen pelayan informasi khasnya mengambil langkah untuk mencegah kesalah pelengkapan dan meminimkan efek kerukan.<br />• Asuransi<br />Ulasan asuransi cukup memberikan jaminan untuk perlindungan computer menggunakan perusahaan. Kerugian dapat dikokohkan dalam kejadian dari kecelakaan, malapetaka, penipuan dan resiko lainnya. <br />2. Kontrol Setelah Pemakaian Komputer<br /> Kita juga mendikusikan perusahaan – perusahaan yang mengambil tindakan untuk menjamin kualitas dan keamanan<br />3. Harga Sistem Kontrol Informasi<br /> Pengguna sumber sistem informasi meliputi pengeluaran yang besar. Harga akhir pengguna komputer tak terdaftar, harga hardware bagian dan tujuan prose informasi tetapi mereka mempunyai manfaat potongan. Dalam tangan orang lain harga akan naik. Harga software termasuk gaji dari sistem dan personel program. <br />4. Sistem Informasi Pmeriksaan Keuangan <br /> Ada dua dasar pendekatan untuk pemeriksaan keuangan aktivitas proses informasi dari komputer berdasarkan sistem informasi, keduanya adalah :<br />1. Pemeriksaan seluruh dari computer<br /> Pemeriksaan dari computer meliputi pemeriksaan yang akurat dan kebenaran adri input dan output komputer atnpa evaluasi program komputer yang sudah datanya di proses.<br />2. Pemeriksaan melalui computer<br /> Pemeriksaan keuangan melalui komputer meliputi pemeriksaan yang akurat dan benar dari program komputer yang memeproses data, selagi baik dimana input dan output dari sistem computer. Pemeriksaan keuangan melalui computer memerlukan pengetahuan berupa operasi computer dan pemprogaman. <br /> <br /> II. KEJAHATAN KOMPUTER, ETIKA DAN MASYARAKAT<br /> <br />1. Pengaruh Komputer Pada Masyarakat<br /> Aplikasi social dari komputern termasuk menggunakan komputer dalam memecahkan masalah sosial seperti masalah kejahatan.Dampak social ekonomidari komputer memberikan pengaruh dari masyarakat termasuk dari penggunakan komputer.Contoh komputerisasi proses produksi memiliki dampak negatif seperti berkurangnya lahan kerja bagi manusia. Hal ini disebabkan karena pekerjaan yang bias dilakukan oleh manusia sekarang dilakukan oleh komputer. Dampak positifnya yaitu konsumen diuntungkan dengan hasil produk yang berkualitas dan memiliki harga yang lebih murah. <br />• Aplikasi komputer didalm masyarakat<br /> Komputer memiliki banyak dampak yang menguntungkan dalam masyarakat ketika digunakan untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan dan social. Aplikasi social yang dapat digunakan dalam komputer seperti diagnosa kedokteran, CAT, rencana program pemerintahan, kontrol kualitas dan pelaksanaan undang-undang. Komputer bias digunakan untuk mengontrol kejahatan melalui bermacam-macam pelaksanaan undang-undang atau hokum yang mengizinkan penegak hokum untuk mengidentifikasi dan bertindak cepatuntuk bukti dari kejahatan. Komputer juga digunakan untuk memantau tingkat polusi udara dan air. <br />• Pengaruh komputer pada pekerjaan dan hasil produksi<br /> Pengaruh komputer pada pekerjaan dan halis produksi secara langsung dapat dilihat pada penggunaan komputer untuk otomatisasi aktif. Tidak ada keraguan bahwa penggunaan komputer telah menghasilkan pekerjaan baru dan menambah hasil produksi, dsementera itu dilain pihak mengurai kesempatan kerja yang menyebabkan banyaknya pengangguran. Para pekerja yang dibutuhkan biasnya harus memiliki keahlian analisis system, program komputer dan menjalankan komputer. <br />• Pengaruh pada persaingan<br />Komputer mengizinkan perusahaan besar untuk menjadi lebih efisien atau strategi memperoleh keuntungan dari pesaing. Hal ini bias memiliki beberapa dampakanti persaingan. Bisnis perusahaan kecil yang bias bertahan dikarenakan ketidak efisienan dari perusahaan besarapakah sekarang dikendalikan atau diserap oleh perusahaan besar. <br />• Pengaruh pada kualitas hidup<br />Komputer hanyalah sebagian yang bertanggung jawab sebagai standar hidup yang tinggi dan pertambahan waktu luang untuk waktu orang yang santai. Komputer dapat menjadi peningkatan dalam kualitas hidup karena mereka dapat meningkatkan kondisi kualitas pekerjaan dan kandungan aktivitas kerja. <br />• Pengaruh pada kebebasan<br />Informasi rahasia yang dimiliki seseorang didalam pusat data komputer pemerintah, dan bisnis pribadi perwakilan. Perusahaan dapat terjadi penyalah gunaan dan ketidak adilan lainnya. Akibat dari pelanggaran tyerhadap kebebasan. <br /> <br /> <br /> Pekerjaan dan Produktivitas <br />Aplikasi Sosial Individu Pribadi Persaingan Kualitas Hidup Kriminal Dampak Komputer Pada Masyarakat <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br />1. Kejahatan Komputer<br /> Kejahatan terhadap computer dapat menimbulkan ancaman karena merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap sekelompok kecil pengguna computer dan seseorang dapat mengambil keuntungan di akibatkan tersebut.<br />• Kejahatan computer pada bidang hukum<br />Dalam sebuah pembukaan hukum mengatakan bahwa kejahatan kompuetr meliputi acces dari dokumen penting dalam komputer (Digunakan oleh pemerintah federal) atau pengoperasian.<br />• Contoh – contoh kejahatan komputer<br />1. Pencurian uang<br />2. Virus computer<br />3. Layanan pencurian<br />4. Pencurian data dalam program<br />5. Memperbanyak program<br />6. Mengubah data<br />7. Pengrusakan program<br />8. Pengrusakan data<br />9. Pelanggaran terhadap kebebasan<br />10. Pelanggaran trhadap undang – undang atau hukun internasional<br />• Sistem informasi dan kejahatan komputer<br />Kejahatan terhadap komputer dan penjahat komputer merupakan tantangan utama terhadap perkembangan sistem informasi. Perkembangan sistem, serta sistem akutansi haruslah benyak memggunakan cara pengontrolan dan merundingkan sebelum sistem tersebut dibangun dan merawat sistem keamanaannya.mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-56853448267279741682010-09-04T20:07:00.002-07:002010-09-04T20:10:31.117-07:00Irisan KerucutKode MAT.10<br /><br />Penyusun:<br /><br />Drs. Mega Teguh B., M. Pd.<br />Editor:<br />Dr. Manuharawati, MSi.<br />Dra. Kusrini, M.Pd.<br />BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM<br />DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN<br />DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH<br />DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />2004<br /> <br />Kata Pengantar<br />Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun bahan ajar modul manual untuk SMK Bidang Adaptif, yakni mata-pelajaran Fisika, Kimia dan Matematika. Modul yang disusun ini menggunakan pendekatan pembelajaran berdasarkan kompetensi, sebagai konsekuensi logis dari Kurikulum SMK Edisi 2004 yang menggunakan pendekatan kompetensi (CBT: Competency Based Training).<br />Sumber dan bahan ajar pokok Kurikulum SMK Edisi 2004 adalah modul, baik modul manual maupun interaktif dengan mengacu pada St andar Kompetensi Nasional (SKN) atau st andarisasi pada dunia kerja dan industri. Dengan modul ini, diharapkan digunakan sebagai sumber belajar pokok oleh peserta diklat untuk mencapai kompetensi kerja st andar yang diharapkan dunia kerja dan industri.<br />Modul ini disusun melalui beberapa tahapan proses, yakni mulai dari penyiapan materi modul, penyusunan naskah secara tertulis, kemudian disetting dengan bantuan alat-alat komputer, serta divalidasi dan diujicobakan empirik secara terbatas. Validasi dilakukan dengan teknik telaah ahli (expert -judgment), sementara ujicoba empirik dilakukan pada beberapa peserta diklat SMK. Harapannya, modul yang telah disusun ini merupakan bahan dan sumber belajar yang berbobot untuk membekali peserta diklat kompetensi kerja yang diharapkan. Namun demikian, karena dinamika perubahan sain dan teknologi di industri begitu cepat terjadi, maka modul ini masih akan selalu dimintakan masukan untuk bahan perbaikan atau direvisi agar supaya selalu relevan dengan kondisi lapangan.<br />Pekerjaan berat ini dapat terselesaikan, tentu dengan banyaknya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang perlu diberikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini tidak<br /> <br />berlebihan bilamana disampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, terutama tim penyusun modul (penulis, editor, tenaga komputerisasi modul, tenaga ahli desain grafis) atas dedikasi, pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menyelesaikan penyusunan modul ini.<br />Kami mengharapkan saran dan kritik dari para pakar di bidang psikologi, praktisi dunia usaha dan industri, dan pakar akademik sebagai bahan untuk melakukan peningkatan kualitas modul. Diharapkan para pemakai berpegang pada azas keterlaksanaan, kesesuaian dan fleksibilitas, dengan mengacu pada perkembangan IPTEK pada dunia usaha dan industri dan potensi SMK dan dukungan dunia usaha industri dalam rangka membekali kompetensi yang terst andar pada peserta diklat.<br />Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya peserta diklat SMK Bidang Adaptif untuk mata-pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, atau praktisi yang sedang mengembangkan modul pembelajaran untuk SMK.<br /><br /><br />Jakarta, Desember 2004<br />a. n. Direktur Jenderal Pendidikan<br />Dasar dan Menengah<br />Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan,<br /> <br />Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto, M. Sc. NIP 130 675 814<br /> <br />DAFTAR ISI<br />? Halaman Sampul i<br />? Halaman Francis ii<br />? Kata Pengantar iii<br />? Daftar Isi v<br />? Peta Kedudukan Modul vii<br />? Daftar Judul Modul viii<br />? Glosary ix<br />I. PENDAHULUAN<br /> A. Deskripsi 1<br /> B. Prasyarat 1<br /> C. Petunjuk Penggunaan Modul 1<br /> D. Tujuan Akhir 2<br /> E. Kompetensi 3<br /> F. Cek Kemampuan 5<br />II. PEM BELAJARAN 6<br /> A. Rencana Belajar Peserta Diklat <br /> B. Kegiatan Belajar 7<br /> 1. Kegiatan Belajar 1 7<br /> a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 7<br /> b. Uraian Materi 7<br /> c. Rangkuman 20<br /> d. Tugas 21<br /> e. Kunci Jawaban Tugas 21<br /> f. Tes Formatif 23<br /> g. Kunci Jawaban Formatif 24<br /> 2. Kegiatan Belajar 2 25<br /> a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 25<br /> b. Uraian Materi 25<br /> c. Rangkuman 36<br /> d. Tugas 37<br /> e. Kunci Jawaban Tugas 37<br /> f. Tes Formatif 39<br /> g. Kunci Jawaban Formatif 39<br /> <br /><br />3. Kegiatan Belajar 3 41<br /> a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 41<br /> b. Uraian Materi 41<br /> c. Rangkuman 51<br /> d. Tugas 51<br /> e. Kunci Jawaban Tugas 52<br /> f. Tes Formatif 53<br /> g. Kunci Jawaban Formatif 54<br />4. Kegiatan<br />Belajar 4 55<br /> a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran 55<br /> b. Uraian Materi 55<br /> c. Rangkuman 61<br /> d. Tugas 62<br /> e. Kunci Jawaban Tugas 62<br /> f. Tes Formatif 64<br /> g. Kunci Jawaban Formatif 64<br />III. EVALUASI ............................................................................... 66<br />KUNCI EVALUASI<br />...................................................................... 67<br />IV. PENUTUP ............................................................................... 69<br />DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 70<br /> <br />PETA KEDUDUKAN MODUL<br /> <br /> <br />Daftar Judul Modul<br /><br />No. Kode Modul Judul Modul<br />1 MAT.01 Matri k<br />2 MAT.02 Logika Matematika<br />3 MAT.03 Persamaan dan Pertidaksamaan<br />4 MAT.04 Geometri Dimensi Dua<br />5 MAT.05 Relasi Dan Fungsi<br />6 MAT.06 Geometri Dimensi Tiga<br />7 MAT.07 Peluang<br />8 MAT.08 Bilangan Real<br />9 MAT.09 Trigonometri<br />10 MAT.10 Irisan Kerucut<br />11 MAT.11 Statistika<br />12 MAT.12 Barisan<br />13 MAT.13 Aproksimasi Kesalahan<br />14 MAT.14 ProgramLinier<br />15 MAT.15 Vektor<br />16 MAT.16 Matematika Keuangan<br /> <br />G lossa ry<br /><br />ISTILAH KETERANGAN<br />Lingkaran Himpunan titik-titik (pada bidang datar) yang memiliki<br />jarak tetap terhadap suatu titik tertentu. Selanjutnya titik<br />itu disebut pusat lingkaran.<br />Jari -jari lingkaran Ruas garis yang menghubungkan tiap-tiap titik pada<br />lingkaran dan titik pusat lingkaran.<br />Ellips Himpunan titik-titik (pada bidang datar) yang jumlah<br />jaraknya terhadap dua titik tertentu tetap besarnya.<br />Parabola Hmpunan titik-titik (pada bidang datar) yang memiliki<br />jarak tetap terhadap suatu titik tertentu dan suatu garis<br />tertentu pula. Titik itu disebut fokus parabola, sedangkan<br />garis itu disebut garis arah atau ? direktriks. Parabola<br />dapat dilukis jika diketahui garis arah dan titik fokus yang<br />terletak pada suatu garis.<br />Hiperbola Himpunan titik-titik (pada bidang datar) yang selisih<br />jaraknya terhadap dua titik tertentu tetap besarnya.<br />Selanjutnya dua titik itu disebut Titik Fokus Hiperbola.<br /> <br />BAB I. PE N DAH U LUAN<br />A. Deskripsi<br />Dalam modul ini anda akan mempelajari 4 Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1 adalah Lingkaran, Kegiatan Belajar 2 adalah Ellips, Kegiatan Belajar 3 Parabola, dan Kegiatan Belajar 4 adalah Hiperbola. Dalam Kegiatan Belajar 1, yaitu Lingkaran, akan diuraikan mengenai unsur-unsur lingkaran beserta deskripsinya, persamaan lingkaran baik pusat di (0,0) maupun di (a,b). Juga dibahas persamaan garis singgung lingkaran, garis singgung persekutuan luar maupun dalam. Dalam Kegiatan Belajar 2, yaitu ellips akan diuraikan mengenai ellips beserta unsur-unsurnya serta deskripsinya, persamaan ellips, persamaan garis singgung serta aplikasinya. Dalam kegiatan belajar 3 yaitu parabola akan dibicarakan unsur-unsurnya serta deskripsinya, persamaan parabola, persamaan garis singgung pada parabola serta aplikasinya. Dalam kegiatan belajar 4 yaitu hiperbola akan dibicarakan unsur-unsurnya serta deskripsinya, persamaan hiperbola.<br /><br />B. Prasyarat<br />Prasyarat untuk mempelajari modul ini adalah kesebangunan, jarak, kesejajaran, ketegaklurusan dan fungsi. Semua materi prasyarat tersebut terdapat dalam modul relasi dan fungsi dan geometri datar dan ruang.<br /><br />C. Petunjuk Penggunaan Modul<br />Untuk mempelajari modul ini, hal-hal yang perlu anda lakukan adalah sebagai berikut.<br />1. Pelajari daftar isi serta skema modul dengan cermat, karena daftar isi dan skema akan menuntun anda dalam mempelajari modul ini dan kaitannya dengan modul-modul yang lain.<br /> <br />2. Untuk mempelajari modul ini haruslah berurutan, karena materi yang mendahului merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.<br />3. Pahamilah contoh-contoh soal yang ada, dan kerjakanlah semua soal latihan yang ada. Jika dalam mengerjakan soal anda menemui kesulitan, kembalilah mempelajari materi yang terkait.<br />4. Kerjakanlah soal evaluasi dengan cermat. Jika anda menemui kesulitan dalam mengerjakan soal evaluasi, kembalilah mempelajari materi yang terkait.<br />5. Jika anda mempunyai kesulitan yang tidak dapat anda pecahkan, catatlah, kemudian tanyakan kepada guru pada saat kegiatan tatap muka atau bacalah referensi lain yang berhubungan dengan materi modul ini. Dengan membaca referensi lain, anda juga akan mendapatkan pengetahuan tambahan.<br /><br />D. Tujuan Akhir<br />Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda dapat:<br />1. Menemukan persamaan lingkaran beserta unsur-unsurnya,<br />2. Menggunakan rumus garis singgung untuk memecahkan masalah,<br />3. Menggunakan panjang garis singgung persekutuan luar untuk memecahkan masalah,<br />4. Menemukan persamaan ellips beserta unsur-unsurnya,<br />5. Menggunakan persamaan ellips untuk memecahkan masalah,<br />6. Menemukan persamaan parabola beserta unsur-unsurnya,<br />7. Menggunakan persamaan parabola untuk memecahkan masalah menentukan frekuensi harapan suatu kejadian,<br />8. Menemukan persamaan hiperbola beserta unsur-unsurnya,<br />9. Menggunakan persamaan hiperbola untuk memecahkan masalah.<br /> <br />E. Kompetensi<br />Kompetensi<br />Program Keahlian Mata Diklat-Kode Durasi Pembelajaran<br /> <br />: IRISAN KERUCUT : Program Adaptif<br />: MATEMATIKA/MAT10 : 56 jam @ 45 menit<br /> <br /><br /> MATERI POKOK PEMBELAJARAN<br />SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN<br />1. Menerapkan konsep ? Unsur-unsur lingkaran ? Unsur-unsur lingkaran ? Teliti dan cermat ? Pengertian unsur-unsur ? Menggambar irisan<br />Lingkaran dideskripsikan sesuai ciri-<br />cirinya ? Persamaan lingkaran<br />? Garis singgung sekutu luar dalam menyelesaikan<br />masalah irisan lingkaran<br />? Penentuan persamaan kerucut.<br />? Menggunakan<br /> ? Persamaan lingkaran kerucut lingkaran persamaan lingkaran,<br /> ditentukan berdasarkan ? Pengertian garis parabola, elips,<br /> unsur-unsur yang diketahui singgung sekutu hiperbola dalam<br /> ? Garis singgung sekutu luar ? Penentuan panjang menyelesaikan<br /> dan dalam dilukis dari dua garis singgung sekutu masalah irisan<br /> lingkaran yang diketahui ? Penerapan konsep ling- kerucut.<br /> ? Panjang garis singgung karan dalam <br /> sekutu luar dan dalam di- menyelesai-kan <br />2. Menerapkan konsep<br />parabola hitung sesuai jari-jari dan<br />jarak pusat kedua lingkaran<br />? Konsep lingkaran<br />diterapkan dalam<br />penyelesaian masalah<br />kejuruan.<br />? Unsur-unsur parabola<br />dides-kripsikan sesuai ciri-<br />cirinya ? Unsur-unsur parabola<br />? Persamaan parabola dan<br />grafiknya ? Teliti dan cermat<br />dalam menyelesaikan<br />masalah irisan masalah kejuruan<br />? Unsur-unsur parabola<br />- Direktriks<br />- Koordinat titik <br /> ? Persamaan parabola kerucut puncak <br /> ditentukan berdasarkan - Koordinat titik fokus <br /> unsur-unsur yang diketahui - Persamaan sumbu <br /> ? Konsep parabola diterapkan ? Grafik persamaan <br /> dalam penyelesaian parabola <br /> masalah kejuruan ? Penerapan konsep<br />para-bola dalam<br />menyelesai-kan<br />masalah kejuruan <br /> <br /><br /> MATERI POKOK PEMBELAJARAN<br />SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN<br />3. Menerapkan konsep<br />elips ? Unsur-unsur elips dides-<br />kripsikan sesuai ciri-cirinya<br />? Persamaan elips ditentukan<br />berdasarkan unsur-unsur<br />yang diketahui<br />? Konsep elips diterapkan<br />dalam penyelesaian<br />masalah kejuruan. ? Unsur-unsur Elips<br />? Persamaan Elips dan<br />grafiknya ? Teliti dan cermat<br />dalam menyelesaikan<br />masalah irisan<br />kerucut ? Pengertian Elips<br />? Persamaan Elips<br />? Unsur-unsur elips<br />- Koordinat titik<br />puncak<br />- Koordinat titik pusat<br />- Koordinat fokus<br />- Sumbu mayor dan<br />sumbu minor <br /> ? Sketsa elips<br />? Penerapan konsep<br />elips dalam<br />menyelesaikan<br />masalah kejuruan. <br />4. Menerapkan konsep<br />hiperbola ? Unsur-unsur hiperbola<br />dideskripsikan sesuai ciri-<br />cirinya<br />? Persamaan hiperbola<br />ditentukan berdasarkan<br />unsur-unsur yang diketahui<br />? Konsep hiperbola<br />diterapkan dalam<br />penyelesaian masalah<br />kejuruan ? Unsur-unsur hiperbola<br />? Persamaan hiperbola dan<br />sketsanya. ? Teliti dan cermat<br />dalam menyelesaikan<br />masalah irisan<br />kerucut ? Pengertian hiperbola<br />dan unsur-unsurnya:<br />- Titik Pusat<br />- Titik puncak<br />- Titik fokus<br />- Asimtot<br />- Sumbu mayor<br />- Sumbu minor<br />? Sketsa parabola<br />? Penerapan konsep<br />hiperbola dalam<br />menyelesaikan<br />masalah kejuruan. <br /> <br /><br /> <br />F. Cek kemampuan<br />Kerjakanlah soal-soal berikut ini, jika anda dapat mengerjakan sebagian atau semua soal berikut ini, maka anda dapat meminta langsung kepada instruktur atau guru untuk mengerjakan soal-soal evaluasi untuk materi yang telah anda kuasai pada BAB III.<br />1. Tentukan persamaan lingkaran yang pusatnya O(0,0) dengan jari -jari 4.<br />2. Tentukan persamaan lingkaran yang pusatnya A(a,b) dengan jari -jari 4.<br />3. Tentukan persamaan ellips yang pusatnya O(0,0) dengan panjang sumbu panjang 8 dan sumbu pendek 4.<br />4. Tentukan persamaan ellips yang pusatnya P(-2,5) dengan panjang sumbu panjang 8 dan sumbu pendek 4.<br /> <br />5. Tentukan koordinat titik-titik api dari ellips<br /> <br />2 2<br />xy ??1<br />. 100 36<br /> <br />2<br />6. Tentukan persamaan ellips yang eksentrisitas numeriknya e = 3 salah<br />satu titik apinya F(6,0).<br /><br /><br />7. Tentukan tititk api dan persamaan garis arah parabola y2=24x.<br /><br /><br />8. Carilah persamaan garis yang menghubungkan titik M dan titik api parabola y2=20x, jika absis titik M adalah 7.<br /><br /><br />9. Tentukan nilai k sehingga persamaan y=kx+2 menyinggung parabola y2=4x.<br />10.Tentukan persamaan hiperbola yang pusatnya di (0,0) dan panjang sumbu hiperbola masing-masing 16 dan 12. Tentukan pula jarak antara dua fokus, persamaan direktrik, dan asimtot.<br /><br /><br />11.Tentukan persamaan hiperbola yang pusatnya di (0,0) jika eksentrisitas<br /><br /><br />13<br />nya 12 sedangkan jarak antara kedua fokus 10.<br /> <br /><br /> <br />B. Kegiatan Belajar<br />1. Kegiatan Belajar 1: Lingkaran<br />a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran<br />Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini, diharapkan anda dapat mendeskripsikan irisan kerucut yaitu lingkaran beserta pusat dan jari-jarinya. ? Memahami unsur-unsur lingkaran.<br />? Menentukan persamaan lingkaran jika pusat dan jari-jarinya diketahaui. ? Menghitung panjang garis sekutu luar dan dalam dari dua lingkaran.<br />? Dapat melukis garis singgung sekutu luar dan dalam dari dua lingkaran. ? Dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan lingkaran.<br /><br />b. Uraian Materi<br />Kurva lengkung sederhana dan teratur yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah lingkaran. Buatlah kerucut dari kertas manila, kemudian potong sejajar bidang alas. Berbentuk apakah permukaan kerucut yang dipotong tadi? Permukaan kerucut yang dipotong tadi berbentuk lingkaran.<br />Dalam matematika, lingkaran didefinisikan sebagai himpunan titik-titik (pada bidang datar) yang memiliki jarak tetap terhadap suatu titik tertentu. Selanjutnya titik itu disebut pusat lingkaran. Sedangkan ruas garis yang menghubungkan tiap-tiap titik pada lingkaran dan titik pusat lingkaran disebut jari -jari lingkaran. Jadi lingkaran dapat dilukis jika titik pusat dan jari-jari lingkaran diketahui.<br /> <br />MENENTUKAN PERSAMAAN LINGKARAN<br />Ambil sebarang titik pada lingkaran misal T(x1 ,y1) dan titik O sebagai pusat lingkaran.<br />Tarik garis melalui T tegak lurus sumbu x misal di T1.<br />Pandang ? O T1T<br />? O T1T merupakan segitiga siku-siku, dimana membentuk sudut siku-siku di titik T1.<br />Sehingga berlaku teorema pytagoras:<br />O T12 + T1T2 = OT2<br />x1 2 + y12 = r2<br />Karena berlaku untuk semua titik pada lingkaran maka x2 + y2 = r2<br />x2 + y2 = r2<br />merupakan persamaan lingkaran yang pusatnya O(0,0) dan jari -jari r<br />Contoh 1<br />a. Persamaan lingkaran pusatnya O(0,0) dan jari -jari 3 adalah x2 + y2 = 9<br />b. Persamaan lingkaran pusatnya O(0,0) dan jari-jari 5 adalah x2 + y2 = 25<br />c. Persamaan lingkaran pusatnya O(0,0) dan jari -jari 1 adalah x2 + y2 = 1<br /><br />Contoh 2<br />a. x2 + y2 = 16 adalah lingkaran dengan pusat O(0,0) dan jari-jari 4<br />b. x2 + y2 = 4 adalah lingkaran dengan pusat O(0,0) dan jari -jari 2<br />MAT. 10. Irisan Kerucut 8<br /> <br />PERSAMAAN LINGKARAN PUSAT TIDAK PADA (0,0)<br />Ambil sebarang titik pada lingkaran misal T(x1 ,y1) dan titik P(a,b) sebagai pusat lingkaran.<br />,y1 ) Tarik garis melalui T tegak lurus sumbu x misal di T1.<br />Buat garis yang melalui titik P sejajar sumbu x, sehingga memotong TT1 di<br />T 1 titik Q.<br />Pandang ? PQT. ? PQT merupakan segitiga siku-siku di titik Q, TQ = (y1 – b) dan PQ = (x1 – a).<br />Sehingga berlaku teorema pytagoras: PQ2 + QT2 = OT2<br />(x1 – a)2 + (y1 – b)2 = r2<br />Karena berlaku untuk setiap titik T(x1 ,y1) pada lingkaran, maka berlaku (x – a)2 + (y – b)2 = r2<br />(x – a)2 + (y – b)2 = r2<br />merupakan persamaan lingkaran pusat (a,b) dengan jari-jari r<br />Contoh 3<br />Tentukan persamaan lingkaran dengan<br />a. pusat (2, 3) dan jari-jari 5<br />b. pusat (-3,1) dan jari-jari 2<br />c. pusat (2, -2) dan jari-jari 1 Penyelesaian<br />a. Persamaan lingkaran dengan pusat (2, 3) dan jari-jari 5 adalah<br />(x – 2)2 + (y - 3)2 = 25<br />b. Persamaan lingkaran dengan pusat (-3, 1) dan jari-jari 2 adalah<br />(x + 3)2 + (y - 1)2 = 4.<br /> <br />c. Persamaan lingkaran dengan pusat (2, -2) dan jari-jari 1 adalah (x – 2)2 + (y + 2)2 = 1<br />Contoh 4<br /><br /><br />Tentukan koordinat pusat dan jari jari lingkaran dengan persamaan 4x2 + 4y2 -4x + 16y -19 = 0<br /><br /><br />Penyelesaian<br /><br /><br />4x2 + 4y2 -4x + 16y -19 = 0, kedua ruas dibagi 4 didapat<br />x2 + y2 -x + 4y - 4 19 = 0<br />x2 -x + y2 + 4y - 4 19 = 0, dijadikan kuadrat sempurna didapat<br />x2 -x + 4 1 + y2 + 4y +4 = 4 19 + 4 1 + 4<br />(x – 2 1 )2 + (y + 2)2 = 9<br />1<br />Jadi Koordinat pusat lingkaran adalah ( 2 , -2) dan jari -jarinya 3<br />Contoh 5<br /><br /><br />Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di titik P(1, 3) dan melalui titik Q(-2,5)<br /><br /><br />Penyelesaian<br /><br /><br />Jari-jari lingkaran adalah panjang<br />2<br />r = PQ = (xP ? ? xQ ) 2 (y P ? y Q )<br />2<br />r = PQ = (1? ? 2)2 (3? 5)<br />r = PQ = 13<br />Jadi persamaan lingkarannya adalah (x – 1)2 + (y - 3)2 = 13<br />BENTUK UMUM PERSAMAAN LINGKARAN<br />Bentuk umum persamaan lingkaran didapat dengan menurunkan persamaan lingkaran yang berpusat tidak pada (0,0) berikut ini:<br /> <br />(x – a)2 + (y – b)2 = r2<br />x –2ax+ a2 + y2 –2by + b2 = r2<br />x2 + x2 –2ax –2by + a2 + b2 = r2<br />x2 + y2 –2ax –2by + a2 + b2 - r2 = 0<br />x2 + y2 + Ax + By + C = 0, dengan A = -2a, B = -2b dan C = a2 + b2 - r2<br />1 1<br />atau a = -2 A, b = - 2 B dan r =?A2 )??B2 ?C<br />( )(<br />2 2<br />Contoh 6<br />Tentukan koordinat pusat dan jari jari lingkaran dengan persamaan 4x2 + 4y2 -4x + 16y -19 = 0<br />Penyelesaian<br />4x2 + 4y2 -4x + 16y -19 = 0, kedua ruas dibagi 4 didapat<br />x2 + y2 -x + 4y - 419 = 0<br />19 1 1<br />A = -1, B = 4 dan C = - 4 , maka pusat lingkaran ) 1 , -2) dan ,<br />(? A? B= ( 2<br />2 2<br /> 1 1 1 19<br /> ? A2 B2 ? C = ? ? 2)2 +<br />jari-jarinya r = ( )(<br />2 )??<br />2 ( 2 )2 ( 4<br />r = 9 =3 <br />1<br />Jadi koordinat pusat lingkaran adalah ( 2 , -2) dan jari -jarinya 3<br />Bandingkan jawaban ini dengan contoh 4. Lebih mudah mana?<br />Contoh 7<br />Tentukan persamaan lingkaran yang melalui tiga titik P(1,0), Q(0,1) dan R(2,2).<br />Penyelesaian<br />Misal persamaan lingkaranya adalah x2 + y2 + Ax + By + C = 0<br /> <br />Titik P (1,0) pada lingkaran berarti 12 + 02 + A.1 + B.0 + C = 0<br /><br /><br />A + C = -1 atau A = -1 – C (1) Titik Q (0,1) pada lingkaran berarti 02 + 12 + A.0 + B.1 + C = 0<br /><br /><br />B + C = -1 atau B = -1 - C (2) Titik R (2,2) pada lingkaran berarti 22 + 22 + A.2 + B.2 + C = 0<br /><br /><br />2A + 2B + C = -8 ……………… (3) Substitusi (1) dan (2) pada (3) didapat 2(-1 – C ) + 2(-1-C) + C = -8<br /><br /><br />-2 - 2 C –2 –2C + C = 0<br /><br /><br />-3C =- 4<br /><br /><br />4<br />C = 3<br />7<br />Dari (1) didapat A = - 3<br />7<br />Dari (2) didapat B = - 3<br />Jadi persamaan lingkarannya adalah x2 + y2 - 3 7 x - 3 7 y + 3 4 = 0<br />PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN<br />Garis singgung lingkaran adalah suatu garis yang memotong lingkaran tepat pada satu titik.<br />a. Gradien garis singgung diketahui dan lingkaran berpusat di (0,0) Misal persamaan garis singgung: y = mx + k Sehingga ada satu titik pada lingkaran: x2 + y2 = r2 yang memenuhi persamaan garis singgung di atas. Akibatnya:<br />x2 + (mx + k )2 = r2<br /><br /><br />x2 + m2x2 + 2mkx+ k2 = r2<br />(1+m2)x2 + 2mkx+ k2 - r2 = 0; merupakan persamaan kuadrat dalam variabel x. Agar persamaan kuadrat itu mempunyai satu<br /> <br />harga x, maka harus terpenuhi syarat diskriminan dari persamaan itu sama dengan nol, yaitu: D = 0.<br />(2mk)2 – 4. (1+m2). (k2 - r2) = 0<br />4 m2k2 - 4 (k2 + m2k2 - r2 - m2r2 ) = 0 - 4 (k2 - r2 - m2r2 ) = 0<br />k2 - r2(1+m2) = 0<br />k = ? r 2 1? m<br />Jadi persamaan garis singgungnya adalah y = mx ? r<br />Contoh 8<br />Tentukan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 = 16 dengan gradien 3 Penyelesaian<br />Persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 = r2 dengan gradien<br />m adalah y = mx ? r<br />y = 3 x ? 4 2 1? 3<br />y = 3 x ? 4 10<br /><br />b. Gradien garis singgung diketahui dan lingkaran berpusat di (a, b) Anda dapat menurunkan rumusnya dengan cara yang serupa dengan di atas. Anda dapat menemukan persamaan garis singgung<br />lingkaran yang berpusat di (a,b) yaitu y-b = m(x-a) ? r 2<br />1? m<br />Persamaan garis singgung pada lingkaran (x – a)2 + (y – b) 2 = r 2<br />dengan gradien m adalah y - b = m(x – a) ? r 2<br />1? m<br /> <br />Contoh 9<br />Tentukan garis singgung pada lingkaran (x + 3)2 + (y - 1)2 = 4 dengan gradien -2<br />Penyelesaian<br />Persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 = r2 dengan gradien<br />m adalah y - b = m(x - a) ? r 2<br />1? m<br />y -1 = 3 (x + 3) ? 2 2<br />1? ? (2)<br />y = 3 x + 10 ? 4<br />c. Persamaan garis singgung jika titik singgungnya diketahui pada lingkaran berpusat di (0,0)<br />Misal titik singgungnya di T (x1,y1) Persamaan garis: y –y1 = m ( x –<br />x1)<br />y - y<br />2 1<br />Dengan m = tg ? =<br />x- x<br />2 1<br />Sehingga persamaan garis yang melalui PQ adalah<br />y - y<br />2 1<br />y –y1 =<br />x- x<br />2 1<br />P pada lingkaran sehingga berlaku :<br />2 + y12 = r2 x1<br />Q pada lingkaran sehingga berlaku :<br />2 + y22 = r2 x2<br />x12 + y12 = x22 + y22 atau x12 - x22 = (x1 - x2) (x1 + x2) = (y2 - y1) (y2 + y1) yy<br />? yy<br />?<br />21 2 1<br />? <br />xx<br />? xx<br />?<br />1 2 1 2<br />y y<br />? y y<br />?<br />2 1 2 1<br />? ? <br />xx<br />? xx<br />?<br />2 1 2 1<br /> <br />xx<br />?<br />2 1<br />Sehingga y- y1 = ? ( x – x1)<br />y y<br />?<br />2 1<br />Jika Q mendekati P sehingga hampir x2 = x1 dan y2 = y1, dimana PQ = 0.<br />x<br />y- y1 = ? ( x – x1)<br />1<br />y 1<br />y1y – y12 = - x1x + x12 x1x + y1y = x12 + y12 x1x + y1y = r2<br />Contoh 10<br />Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 = 25 di titik (3,-4)<br />Penyelesaian<br />Persamaan garis singgung dengan titik singgung (3,-4)<br />pada lingkaran x2 + y2 = 25 adalah 3x - 4y = 25<br /><br />d. Titik singgungnya diketahui pada lingkaran berpusat di (a, b)<br />Persamaan lingkaran yang berpusat di (a,b) adalah (x – a)2 + (y – b)2 = r2, dapat diubah menjadi (x - a)(x - a) + (y - b)(y - b) = r2.<br />Analogi dengan yang anda pelajari di atas, maka persamaan garis singgungnya adalah (x1 - a)(x - a) + (y1 - b)(y - b) = r2.<br />atau<br />x1x + y1y - a( x + x1 ) – b(y + y1) + a2 + b2 = r2 x1x + y1y - a( x + x1 ) – b(y + y1) + a2 + b2 - r2 = 0<br /> <br />x1x + y1y - (-A<br />1 )( x + x1 ) – (-B<br />1 )(y + y1) + a2 + b2 - r2 = 0<br />2 2<br />1 1<br />karena a = - 2 A, b = - 2 B dan r =? A2 )?? B2 ? C (, maka )(<br />2 2<br />1 ( x + x1 ) +B<br />1 (y + y1) + C = 0<br />x1x + y1y +A<br />2 2<br />Persamaan garis singgung dengan titik singgung (x1,y1) pada lingkaran x2 + y2 + Ax + By + C = 0, adalah<br />1 ( x + x1 ) +B<br />1 (y + y1) + C = 0<br />x1x + y1y +A<br />2 2<br />Contoh 11<br />Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 + 6x – 4 y -4 =0 di titik (1,1)<br />Penyelesaian<br />Dari persamaan lingkaran x2 + y2 + 6x – 4 y -4 =0 diperoleh A = 6, B = -4 dan C = -3. Jadi persamaan garis singgung di titik (1,1) adalah:<br />1 ( x + x1 ) +B<br />1 (y + y1) + C = 0 x1x + y1y +A<br />2 2<br />x + y +3(x + 1) + -2(y + 1) – 4 = 0 x + y + 3x + 3 –2y – 2 – 4 = 0 4x - y – 3 = 0<br />Contoh 12<br />Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran (x – 6)2 + (y + 2)2 = 16 di titik (2,2).<br />Penyelesaian<br />Persamaan garis singgung di titik (1,1) adalah:<br />(x1 - a)(x - a) + (y1 - b)(y - b) = r2.<br />(2 - 6)(x - 6) + (2 + 2)(y + 2)) = 16<br />-4(x - 6) + 4(y + 2)) = 16 atau -4x + 24 + 4y + 8 = 16<br /> <br />-4x + 4y = -16, jika kedua ruas dikalikan – 4 1 didapat:<br />x - y = 4 merupakan persamaan garis singgung yang diminta.<br />PERSAMAAN GARIS SINGGUNG SEKUTU LUAR DAN DALAM<br />Perhatikan gambar di samping. Diketahui dua buah lingkaran masing-masing L1 dan L2 dengan jari-jari berurutan adalah r1 dan r2 dengan r1 > r2, sedangkan jarak antara titik pusat lingkaran itu adalah d. T1T2 disebut ruas garis singgung sekutu luar.<br />Berapakah panjang ruas garis singgung sekutu luar yang menghubungkan kedua lingkaran tersebut?<br />Penyelesaian:<br />Perhatikan ? T1T2Q siku-siku di T1 T2 Q = P1P2 = d dan T1Q = r1 – r2<br />Dengan teorema Pythagoras didapat T1T2 =<br />T1T2 =<br />Panjang garis singgung sekutu luar antara dua lingkaran yang jarijarinya r1 dan r2 dengan r1 > r2, serta jarak antara kedua pusat = d<br />adalah 2<br />(d)2 ? ? (rr)<br />1 2<br />Contoh 13<br />Tentukan panjang garis singgung sekutu luar antara lingkaran dengan persamaan x2 + y2 + 4x + 6y -4= 0 dan x2 + y2 + 10x + 14y –10 =0.<br /> <br />Penyelesaian<br />Lingkaran x2 + y2 + 2x -10y +1= 0 pusatnya di (1,-5) dan jari -jarinya 5 Lingkaran x2 + y2 + 12x + 14y -15= 0 pusatnya di (6,7) dan jari-jarinya 10<br />Jarak kedua pusat lengkaran = d = (1? 6)2 ?(? ? 57)2<br />d = (? 5) 2 ? ? (12) 2<br />d = 13<br />Panjang garis singgung sekutu luar adalah 2<br />(d)2 ?? (rr) 1 2<br />=(13)2 ? (10? 5)2 =169? 25 = 144 = 12<br />Perhatikan gambar di samping. Diketahui dua buah lingkaran masing-masing L1 dan L2 dengan jari-jari berurutan adalah r1 dan r2, sedangkan jarak antara titik pusat lingkaran itu adalah d. T1T2 disebut garis singgung sekutu dalam.<br />Berapakah panjang ruas garis singgung sekutu dalam yang menghubungkan kedua lingkaran tersebut?<br />Penyelesaian:<br />Buat garis melalui titik P2 sejajar T1T2 yaitu P2R<br />Buat garis melalui titik P1 sejajar T1T2 yaitu P1Q Pandang segi-4 P1QP2R;<br />T1T2 ? P2Q dan T1T2 ? P1R maka P2Q // P1R ……..(1) T1T2 // P2R dan T1T2 // P2Q maka P2R // P2Q ………...(2)<br />besar ? P1QP2 = besar ? P1QP2 = 900 (sehadap) ……………(3)<br />Dari (1),(2), dan (3) dapat disimpulkan bahwa segi-4 P1QP2R adalah persegi panjang.<br /> <br />Pandang ? P1Q P2 siku-siku di Q. maka berlaku teorema phytagoras<br />(P1P2)2 = (P1Q)2 + (QP2)2 (P1P2)2 = (T1T2)2 + (r1 + r2)2 (d)2 = (T1T2)2 + (r1 + r2)2<br />(d)2 ? ? (rr) 2<br />1 2<br />Contoh 14<br />Tentukan panjang garis singgung sekutu luar antara lingkaran dengan persamaan x2 + y2 + 2x + 4y + 4= 0 dan x2 + y2 - 12x - 20y + 132 =0.<br />Penyelesaian<br />Lingkaran pusatnya x2 + y2 + 2x + 4y + 4= 0 di (1,-2) dan jari -jarinya 1 Lingkaran x2 + y2 + 12x + 14y -15= 0 pusatnya di (6,10) dan jari-jarinya 2<br />Jarak kedua pusat lengkaran = d = (1 ? 6)2 ?(? ? 210)2<br />d = (? 5)2 ? (? 12)2 = 13<br />( d )2 ? ? ( rr) 2<br />1 2<br />=(13)2 ? ? (12)2 = 169 ? 9<br /> <br /><br /> <br />c. Rangkuman Kegiatan 1<br />a. x2 + y2<br />dan jari-jari r<br />b. (x – a)2 + (y – b)2<br />dengan jari-jari r<br />c. Bentuk umum persamaan ingkaran adalah x2<br />1 1<br />dengan pusat di ) ,<br />(? A? Bdan jari -jari r<br />2 2<br />d. Persamaan garis singgung pada lingkaran x2<br /> <br />m adalah y = mx ? r 2<br />1? m<br />e. Persamaan garis singgung pada lingkaran (x – a)2 + (y – b)2 = r2 dengan gradien m adalah y - b = m(x – a) ? r 2<br />1? m<br />f. Persamaan garis singgung dengan titik singgung (x1,y1) pada lingkaran x2 + y2 = r2 adalah x1x + y1y = r2<br />g. Persamaan garis singgung dengan titik singgung (x1,y1) pada<br />lingkaran (x – a)2 + (y – b)2 = r2 adalah (x1 - a)(x - a)+ (y1 - b)(y - b) = r2<br />h. Persamaan garis singgung dengan titik singgung (x1,y1) pada lingkaran x2 + y2 + Ax + By + C = 0, adalah x1x + y1y +A<br />1 ( x + x1 ) +B<br />1 (y +<br />2 2<br />y1) + C =0<br />i. Panjang garis singgung sekutu luar antara dua lingkaran yang jari-jarinya r1 dan r2 dengan r1 > r2, serta jarak antara kedua pusat = d adalah<br />(d )2 ? ? (rr) 2<br />1 2<br />j. Panjang garis singgung sekutu dalam antara dua lingkaran yang jari-jarinya r1 dan r2, serta jarak antara kedua pusat d adalah<br /> <br />d. Tugas<br />Agar anda memahami materi-materi dalam kegiatan belajar ini, kerjakan soal-soal latihan berikut ini.<br />1. Tentukan persamaan lingkaran dengan syarat:<br />a) bertitik pusat di P(3,-4) dan melalui O(0,0)<br />b) melalui titik–titk K(3,1) dan L(-1,3) dan titik pusatnya terletak pada garis 3x-y-2=0.<br />2. Tentukan titik pusat dan jari-jari dari lingkaran dengan persamaan x2 + y2 + 8x + 4y + 4= 0.<br />3. Tentukan persamaan lingkaran melalui titik K(1,1), L(1,-1) dan M(2,0)<br />4. Tentukan harga k, agar garis y = kx dan lingkaran x2 + y2 -10x + 16= 0<br />a) berpotongan di dua titik<br />b) bersinggungan<br />c) tidak berpotongan<br />5. Tentukan persamaan garis singgung yang melalui titik O(0,0) pada lingkaran x2 + y2 – 6x - 2y + 8= 0<br />6. Diketahui dua buah roda yang jarak kedua As adalah 78 cm, roda pertama jari-jarinya 50 cm dan roda kedua 20 cm. Pada kedua roda dipasang rantai. Tentukan panjang rantai yang tidak menempel di roda.<br />d. Kunci Jawaban Tugas<br />Apabila anda menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal latihan, anda dapat mengikuti petunjuk berikut ini. Jika anda bisa menjawabnya, cocokanlah jawaban anda dengan kunci berikut ini.<br />1. a) Persamaan lingkaran dengan pusat P(3,-4) dan melalui O(0,0) adalah (x – 3)2 + (y + 4)2 = 25. Jarak OP sebagai jari-jari b) Misalkan persamaan lingkarannya adalah x2 + y2 + Ax By +C = 0,<br />1 1<br />dimana pusat lingkaran P) ,<br />(? A? B. Koordinat-koordinat titik K dan<br />2 2<br />L disubstitusikan pada persamaan lingkaran dan koordinat P<br /> <br />disubstitusikan pada garis 3x – y –2=0. Sehingga diperoleh sistem persamaan linier yang terdiri atas 3 persamaan dan 3 variabel yaitu A, B, dan C. Selesaikan sistem persamaan itu dengan substitusi dan/atau eliminasi didapat A = -4, B = -8 dan C = 10.<br /><br /><br />Jadi persamaan lingkarannya adalah x2 + y2 - 4x - 8y +10 = 0.<br />2. Persamaan lingkaran tersebut dapat diubah menjadi<br /><br /><br />5<br />(x + 2 5 )2 + (y + 4)2 = 4 25 , jadi pusatnya (- 2 5 ,-1) dan jari-jarinya 2<br />3. Misalkan persamaan lingkarannya adalah x2 + y2 + Ax By +C = 0. Substitusikan koordinat titik P, Q, dan R pada persamaan lingkaran, sehingga diperoleh sistem persamaan linier yang terdiri atas 3 persamaan dan 3 variabel yaitu A, B, dan C. Selesaikan sistem persamaan itu dengan substitusi dan/atau eliminasi didapat A = -2, B = 0 dan C = 0.<br /><br /><br />Jadi persamaan lingkarannya adalah x2 + y2 - 2x = 0<br /><br /><br />4. Misalkan garis dan lingkaran berpotonganmaka didapat persamaan kuadrat dalam x, yaitu x2 + k2 x2 - 10x +16= 0<br /><br /><br />(1 + k2) x2 –10x + 16 = 0, diskriminan dari persamaan ini adalah D = (6-8k) (6 + 8k).<br /><br /><br />Garis dan lingkaran akan:<br /><br /><br />3 3<br />a) berpotongan, jika D>0, didapat - 4 < k < 4<br /> 3 3<br />b) bersinggungan, jika D = 0, didapat k = - 4 atau k = 4<br />3 3<br />c) tidak berpotongan, jika D<0, didapat k <- 4 atau k > 4<br />5. Perhatikan titik O(0,0) terletak diluar lingkaran. Mengapa? Misalkan garis singgung yang dicari menyinggung lingkaran di titik S(a,b), maka persamaan garis singgungnya adalah<br />ax + by - 3(x + a) - (y + b) +8 = 0<br />(a - 3)x + (b - 1)y –3a – b +8=0<br /> <br />Garis singgung ini melalui (0,0), maka –3a –b +8=0<br />b= 8 – 3a (1)<br />S (a,b) pada lingkaran, maka a2 + b2 – 6a – 2b + 8= 0 (2) Substitusi (1) pada (2) didapat a2 + (8 – 3a ) 2 – 6a – 2(8 – 3a ) + 8= 0<br />a2 + 64 – 48 a + 9a 2 – 6a – 16+ 6a + 8= 0<br />10a2 -48a + 56 = 0<br />(2a - 4 )(5a - 14) = 0<br />14 2<br />a = 2 atau a = 5 , akibatnya b = 2 atau b = -5<br />Jadi persamaan garis singgungnya adalah y = x atau x + 7 y = 0<br />6. Panjang rantai yang tidak menempel di roda merupakan panjang garis singgung luar.<br /> Panjang rantai = 2<br />(d)2? ? (rr)<br />1 2<br /> = )78(? 2 (30)2<br />= 60 cm<br />e. Tes Formatif<br />1. Tentukan persamaan lingkaran yang melalui titik (3,4), (5,0) dan (0,5).<br />2. Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 = 100 yang melalui titik (6,8)<br />3. Tentukan pusat dan jari-jari lingkaran x2 + y2 +8x – 6y = 0 dan apa keistimewaan dari lingkaran ini?<br />4. Tentukan panjang garis singgung persekutuan luar antara lingkaran x2 + y2 = 4 dan x2 + y2 - 20x + 36 = 0<br /> <br />f. Kunci Jawaban Tes Formatif<br />1. Misal persamaan lingkaran yang melalui titik (3,4), (5,0) dan (-5,0), adalah x2 + y2 +Ax + By + C= 0 Titik (3,4) pada lingkaran: 9+16 + 3A + 4B + C= 0 atau 3A + 4B + C=-25<br />Titik (5,0) pada lingkaran: 25+0 + 5A + 0 + C= 0 atau 5A + C= -25<br />Titik (0,5) pada lingkaran: 25+0 – 5A + 0 + C= 0 atau –5A + C= -25. Dari tiga persamaan di atas didapat A = 0, B= 0 dan C = -25<br />Jadi persamaan lingkarannya adalah x2 + y2 - 25 = 0<br />2. Titik (6,8) pada lingkaran x2 + y2 = 10 Persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 = 100 yang melalui titik (6,8) adalah 6x + 8y = 100 atau 3x + 4y = 50<br />3. Persamaan x2 + y2 +8x – 6y = 0 dapat diubah menjadi<br />x2 + 8x + y2 – 6y = 0<br />x2 + 8x + 16 + y2 – 6y + 9= 16 + 9<br />(x + 4)2 + (y - 4)2 = 25 Jadi pusat (-4, 3 ) dan jari-jari = 5<br />Anda dapat juga menggunakan cara lain.<br />4. Lingkaran x2 + y2 = 4 pusatnya (0,0) dan jari -jarinya 2<br />x2 + y2 - 20x + 36 = 0 pusatnya (10, 0) dan jari -jarinya 8 Jarak kedua pusat = 10<br />Panjang garis singgung luar = 2<br />(d)2 ?? (rr) 1 2<br />= (10)2 ? ? (8 2)2<br />= 8<br /> <br />2. Kegiatan Belajar 2: Ellips<br />a. Tujuan Kegiatan Belajar 2<br />Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini, diharapkan anda dapat: ? Memahami unsur-unsur ellips<br />? Menentukan persamaan ellips jika pusat dan jari-jarinya diketahaui. ? Dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan ellips.<br /><br />b. Uraian Materi Kegiatan Belajar 2<br />Kurva lengkung sederhana dan teratur yang mempunyai dua sumbu simetri adalah Ellips. Buatlah model kerucut dari kertas manila, kemudian potong menurut bidang tidak sejajar bidang alas tetapi tidak memotong bidang alas kerucut. Berbentuk apakah permukaan kerucut yang terpotong? Permukaan kerucut yang terpotong berbentuk ellips.<br />Dalam matematika ellips didefinisikan sebagai himpunan titik-titik (pada bidang datar) yang jumlah jaraknya terhadap dua titik tertentu tetap besarnya. Selanjutnya dua titik itu disebut Titik Fokus Ellips.<br /><br />UNSUR-UNSUR ELLIPS<br />Keterangan:<br />Titik O disebut koordinat titik pusat ellips Titik A, B, C dan D disebut koordinat titiktitik puncak ellips<br />Titik F1 dan F2 disebut koordinat titik-titik fokus ellips<br />AB dan CD berturut-turut disebut<br />sumbu mayor (sumbu panjang) dan sumbu minor (sumbu pendek)<br />AB = TF1 +TF2<br />MAT. 10. Irisan Kerucut 25<br /> <br />PERSAMAAN ELLIPS DENGAN PUSAT DI O(0,0)<br />Misalkan F1F2 = 2c , merupakan jarak antara dua titik fokus. Maka F1(c,0) dan F2(-c,0). Misalkan jumlah jarak yang tetap itu adalah 2a.<br />Ambil sebarang titik pada ellips misal T(x1 ,y1) dan titik O sebagai pusat ellips.<br />Berdasarkan definisi ellips, yaitu:<br />TF1 + TF2 = 2a<br />? 2<br />2 2<br />( x 1 ? c)? y + 2<br />( x1 ? c)? y = 2a<br />1 1<br />? 2<br />2 2<br />(x1 ? c)? y= 2a -2<br />(x1 ? c)? y, jika kedua ruas dikuadratkan didapat<br />1 1<br /> <br /> <br />(x1-c)2 + y12 = 4a2 + (x1+ c)2 + y12 –4a<br /> <br />2 2<br />( x1 ? ? c)y 1<br /> <br />? (x12 –2x1c + c2) + y12 = 4a2 + (x12 + 2x1c + c) + c2 – 4a2<br />2<br />(x1 ? ? c)y 1<br />2<br />? -4x1c - 4a2 = –4a2<br />(x1 ? c)? y, jika kedua ruas dibagi -4 didapat<br />1<br />? (x1c + a2)2 = a2 {(x1+ c)2 + y12}, jika kedua ruas dikuadratkan didapat ? x12c2 + a4 + 2x1ca2 = a2 (x12 + 2x1c + c2) + a2y12<br />? a2 (a2 – c2) = (a2 – c2)x12 + a2y12<br />Karena a > c maka a2 – c2 > 0 sehingga kita dapat memisalkan a2 – c2 = b2 sehingga persamaan di atas menjadi<br />? b2 x12 + a2y12 = a2 b2<br />2 2<br />x y<br />? 1 ? 1 ?<br />2 2<br />ab<br />Karena T(x1,y1) adalah titik yang diambil, maka setiap titik itu memenuhi:<br />2 2<br />y<br />x dan<br />? 2 1<br />? c disebut eksentrisitas numerik dan ditulis e. Karena<br />2<br />a b a<br />a>c maka 0 < e < 1.<br /> <br /> 2 2<br />x y<br />Persamaan ellips dengan pusat di O(0,0) adalah 2 1<br />? ?<br />2<br /> a b<br />Contoh 1<br />Tentukan persamaan ellips yang berpusat di O(0,0) dengan sumbu panjang dan sumbu pendek berturut-turut:<br />a. 8 dan 6 b. 4 dan 2<br />Penyelesaian<br />a. Sumbu panjang = 8, berarti a = 4. Sumbu pendek = 6, berarti b = 3<br /> <br /> <br />2 2<br />xy ? ?<br />b. Sumbu panjang = 4, berarti a = 2. Sumbu pendek = 2, berarti b = 1<br /> <br /> <br />2 2<br />xy ? ?<br />4 1<br />Contoh 2<br />Tentukan persamaan ellips yang titik apinya terletak pada sumbu x, simetri<br />3<br />terhadap titik O, sumbu panjangnya 20 dan eksentrisitas numerik e = 5 .<br />Penyelesaian<br />Sumbu panjang 2a = 20, berarti a = 10<br />3 c 3<br />e = 5 , berarti = 5 . Karena a = 10, dengan demikian c =6<br />a a2 – c2 = b2<br />b2 = 100 – 36 atau b2 = 64<br />b = 8, mengapa –8 tidak digunakan?<br />2 2<br />Jadi persamaan ellips adalah 1<br />xy ? ? 100 64<br />MAT. 10. Irisan Kerucut 27<br /> <br />PERSAMAAN ELLIPS DENGAN PUSAT TIDAK PADA (0,0)<br />Contoh 3<br />Tentukan persamaan ellips yang berpusat di (3 , -2) dengan sumbu panjang dan sumbu pendek berturut-turut 6 dan 4.<br />Penyelesaian<br />Sumbu panjang = 6, berarti a = 3 Sumbu pendek = 4, berarti b = 2<br />2 ( )<br />x?<br />?<br /> Jadi persamaan ellipsnya adalah 2<br />a<br />2 2<br />( 3)<br />xy ? ( 2)<br />?<br /> ? 1<br />? ?<br />2 2<br />32<br /> (3)2 2<br /> xy ? (2)<br /> ? <br /> ? 1<br />? ?<br /> 9 4<br /> <br />SKETSA ELLIPS<br />Dapatkah anda membuat gambar ellips? Buatlah dengan langkah-langkah sebagai berikut:<br />1. Gambarlah di bukumu titik F1, F2 dan panjang 2a > F1F2. Tentukan titik A dan B pada perpanjangan garis F1F2 sedemikian hingga F2B = F1A dan AB = 2a<br />2. F2B= F1A = (2a - F1F2)<br />3. Titik Ti diperoleh sebagai berikut:<br />a) Buat lingkaran dengan pusat F1 dan jari-jari ri > F1A<br />b) Dari B busurkan lingkaran dengan jari-jari 2a - ri<br />c) Perpotongan lingkaran pada langkah (a) dan (b) adalah titik Ti.<br />d) Lakukan langkah yang sama dengan mengganti peran F1 dengan F2 dan sebaliknya. Akan didapat titik-titik C dan D yang memenuhi definisi ellips. Hubungkan titik-titik itu dengan kurva mulus akan didapat sketsa ellips<br /><br />Bermain<br />Sediakan 2 paku pines, kapur tulis atau spidol papan dan tali secukupnya. Tancapkan 2 paku pines pada papan. Gunting tali dengan panjang lebih dari jarak kedua pines. Ikat ujung tali pada masing-masing pines (tali pada posisi kendor). Ambil kapur tulis atau spidol papan dan letakkan menempel tali pada posisi bagian dalam tali dan pines. Gerakan kapur atau spidol menelusuri tali maka akan tergambar ellips. Silahkan mencoba!<br /> <br />PERSAMAAN GARIS SINGGUNG ELLIPS<br />Garis singgung ellips adalah suatu garis yang memotong ellips tepat pada satu titik.<br />a. Gradien diketahui<br />Misal persamaan garis singgung: y = mx + k<br /> 2 2<br />x y<br />Sehingga ada satu titik pada ellips: 2 1<br />? ? yang memenuhi<br />2<br /> a b<br />persamaan garis singgung di atas. Akibatnya:<br /> 2 2<br /> x ()<br />mxk<br />?<br />? 1<br /> 2 2<br />? b<br />a<br />? b2x2 + a2 (mx + k)2 = a2b2 ; jika kedua ruas dikalikan a2b2 didapat<br />? b2 x2 + a2 (m2x2 + k2 + 2mkx) = a2b2<br />? (b 2 + a2 m2)x2 + a2k2 + 2a2mkx - a2b2 = 0 ? (b 2 + a2 m2)x2 + 2a2mkx + a2(k2 - b2) = 0<br />Garis akan menyinggung ellips, jika titik-titik potong berimpit atau memotong di satu titik. Hal ini terjadi apabila persamaan kuadrat di atas mempunyai dua akar yang sama atau apabila diskriminannya sama dengan nol.<br />D = 0<br /> <br />Contoh 4<br />2 2<br />Tentukan persamaan garis singgung pada ellips 1<br />x ? y ? , jika garis<br />16 9<br />singgung itu membentuk sudut 45o dengan sumbu x positip.<br />Penyelesaian<br />Garis singgung itu membentuk sudut 45o dengan sumbu x positip berarti gradien m = tg 45o = 1.<br />Persamaan garis singgungnya y = mx ? b? 2 a2m2<br />y = 1. x ?<br />y = x ? 5<br />Jadi persamaan garis singgungnya adalah y = x + 5 atau y = x – 5<br />Contoh 5<br />Carilah persamaan garis singgung pada ellips x2 + 4y2 = 20 yang tegak lurus ke garis 2x – 2y –13 = 0.<br />Penyelesaian<br />2x – 2y –13 = 0<br />y = (2x –13)/2<br />13<br />y = x - 2<br />Jadi gradien garis 2x – 2y –13 = 0 adalah m1 = 1. Karena garis singgung tegak lurus garis 2x – 2y –13 = 0, maka gradien garis singgung:<br />1<br />m2 = - = -1.<br />m1<br />2 2<br />Persamaan ellips x2 + 4y2 = 20 dapat diubah menjadi 1<br />x y ? ? 20 5<br />dengan membagi kedua ruas dengan 20.<br />Persamaan garis singgungnya adalah y = mx ? b? 2 a2m2<br />y = -1. x ? 5? 20 y = - x ? 5<br /> <br />Jadi persamaan garis singgungnya adalah y + x - 5= 0 atau y + x + 5= 0<br />GARIS SINGGUNG UNTUK LINGKARAN YANG TIDAK BERPUSAT DI (0,0)<br />Dengan cara yang serupa dengan di atas dapat ditemukan persamaan garis singgung lingkaran yang tidak berpusat di (0,0) misal di (? ,?) yaitu<br />y- ? = m(x-? ) ? b? 2 a2m 2<br />Contoh 6<br />(3)2 2<br />x, ? y<br />(2)<br />?<br />Tentukan persmaan garis singgung pada ellips 1<br />?? 169<br />jika garis singgung itu membentuk sudut 135o dengan sumbu x positip. Penyelesaian<br />Garis singgung itu membentuk sudut 135o dengan sumbu x positip berarti gradien m = tg 135o = -1.<br />Persamaan garis singgungnya y- ? = m(x -? ) ? b? 2 a2m2<br />y + 2 = -1(x –3) ? 32 ? ? 42(1)2 y + 2 = -x + 3 ?5<br />Jadi persamaan garis singgungnya adalah y + x = 6 atau y + x + 4 = 0<br />b. Titik singgungnya diketahui Misal titik singgungnya di T (x1,y1) dan P (x2,y2) suatu titik pada ellips, sedangkan persamaan ellips:<br />1 maka berlaku:<br />1 ……… (1) dan<br />x 2 y<br />? 2 ? 1<br />………………………….(2)<br />2 2 <br /> ab <br />MAT. 10. Irisan Kerucut 32<br /> <br />Dari persamaan (1) dan (2) didapat:<br />b2 x12 + a2y12 = b2 x22 + a2y22 b2 (x12 - x22) = -a2 (y12 - y22 )<br />b2 (x1 + x2) (x1 - x2) = -a2 (y1 + y2 ) (y1 - y2)<br />2 ??<br />bxx<br />( )y y ?<br />1 2 1 2<br />? ……………………………… (3)<br />2<br />a y y<br />( )<br /> ? xx<br />?<br />1 2 1 2<br />Karena persamaan garis yang melalui titik Tdan P adalah:<br />yy<br />1 2<br />? ( x – x1), substitusi (3 ) pada persamaan ini dida pat<br /> y- y1 = <br />xx<br />?<br />1 2<br />2<br />b x x ( )<br />1 2<br />?? ( x – x1) ;<br /> y- y1 = 2 a y y<br />( )<br />?<br />1 2<br />Jika P mendekati T sedemikian P sangat dekat dengan T, maka hampir x2 = x1 dan y2 = y1, dimana TP = 0.<br />2<br />1<br />? b x ( x – x1)<br />(2 )<br /> y- y1 = 2 a y<br />(2 )<br />1<br />a2y1y – a2 y12 + b2 x1x – b2x12 = 0 ; kedua ruas dikalikan a2 a2y1y + b2 x1x – (a2 y12 + b2x12 ) = 0<br />a2y1y + b2 x1x – a2 b2 = 0<br />a2y1y + b2 x1x = a2 b2<br /> <br /> <br />Jadi persamaan garis singgung di titik singgung (x1,y1) adalah:<br />xx y y<br />1<br />1 ? b ?<br />2 1<br />2<br />a<br />Contoh 7<br /> 2 2<br />Carilah persamaan garis singgung pada ellips 1<br /> x y di titik yang<br />? ?<br /> 30 24<br />absisnya 5. Penyelesaian<br />Titik-titik pada ellips yang absisnya 5, ordinatnya diperoleh dari<br /> <br />25 2 y ?<br />30 24<br />y2 = 4<br />y = ? 2<br />Jadi titik singgungnya P(5,2) dan Q(5, -2)<br />5 x y ? ?<br />2<br />Persamaan garis singgung di P adalah 1 30 24<br />5 x y ? ?<br />2<br />Persamaan garis singgung di Q adalah 1 30 24<br />Garis singgung ellips yang tidak berpusat di (? ,) ?<br /> Dengan cara yang sama seperti di atas, untuk ellips<br /> 2 2 ()()<br />? y<br /> x? ? , maka persamaan garis singgung di titik<br />?<br />?? 1<br /> 2 2<br />a b<br />singgung (x1,y1) adalah:<br />()() ()()<br />x? ? x? ?<br />? ? yy<br />? ?<br />1 ?<br />1 <br />? 1<br />2 2<br />a b<br />Contoh 8<br />(2)2 2<br />x? y di<br />(3)<br />? <br />Carilah persamaan garis singgung pada ellips 1 ??<br />20 5<br />titik yang ordinatnya –2.<br />Penyelesaian<br />Titik-titik pada ellips yang ordinatnya –2, diperoleh absis<br />(2)2 2<br />x? (23)<br />?? <br />? ? 1<br />20 5<br />(2 2)<br />x? , kedua ruas dikalikan 20 didapat<br />1<br />? ? 1<br />20 5<br />(x – 2)2 + 4 = 20<br />x2 – 4x + 4 + 4 = 20 x2 – 4x –12 = 0<br /> <br />(x –6)(x + 2) = 0 x = 6 atau x = -2<br />Jadi titik singgungnya A(6, -2) dan B (-2,-2)<br />? xy ? <br /> )(26(? 2) (23)(3)<br />?? ?<br /> Persamaan garis singgung di A = 1<br />?<br />205<br />(4? 2)<br />x? y, jika kedua ruas dikalikan 20 didapat<br />(3)<br />? <br /> ? 1<br />20 5<br />4(x – 2) + 4(y + 3) = 20 4x + 4y = 16 x + y = 4<br /> ? x y ?<br />)(26 (? 2) (23)(3)<br />? ? ?<br /> Persamaan garis singgung di A= 1<br />? <br />205<br />(4? 2)<br />x? y, jika kedua ruas dikalikan 20 didapat<br />(3)<br />? <br /> ? 1<br />20 5<br />4(x – 2) + 4(y + 3) = 20<br />4x + 4y = 16<br />x + y = 4<br />Persamaan garis singgung di B adalah<br />?? xy ? )(22(2) (23)(3)<br /> ?? ?<br />? ?<br /> 20 5<br /> <br />?x?y <br />(4 2) ( 3)<br />? <br />? ?<br />20 5<br /> <br />1 , jika kedua ruas dikalikan 20 didapat<br /> <br />-4(x – 2) + 4(y + 3) = 20 -4x + 4y = 0 x + y = 0<br /> <br />C. Rankuman Kegiatan 2<br />2 2<br />x y ? Persamaan ellips dengan pusat di O(0,0) adalah 2<br />? ? 2<br />a b<br />? Parsamaan ellips melalui titik T(x1 ,y1) dan pusatnya di titik P( ?,) ?<br />adalah<br /> 2 2<br /> () ()<br /> x? ? <br />? y?<br />? ? 1<br /> 2 2<br />a b<br /> 2 2<br />x y<br />c. Persamaan garis singgungnya m pada ellips adalah 2 1<br />? ? adalah<br />2<br /> a b<br />y = mx ? b? 2 a2m2<br />d. persamaan garis singgung lingkaran yang tidak berpusat di (0,0) misal di (? , ? ) yaitu y- ? = m(x -? ) ? b? 2 a2m2<br />e. persamaan garis singgung di titik singgung x x y y<br />1<br />(x1,y1) pada ellips adalah 2 1<br />1 ? b ?<br />2<br />a<br />f. Persamaan garis singgung di titik (x1,y1) pada ellips<br />2 2<br />() ()<br />? y<br />x? ? , adalah ?<br />? ? 1<br />2 2<br />a b<br />()() ()()<br />x? ? x? ?<br />? ? yy<br />? ?<br />1 ?<br />1 <br />? 1<br />2 2<br />a b<br /> <br />d. Tugas<br />Agar anda memahami materi ellips ini, kerjakan soal-soal berikut secara mandiri.<br />1. Tentukan persamaan ellips yang titik apinya terletak pada sumbu x dan simetris terhadap O yang memenuhi syarat jarak kedua titik apinya adalah 4 dan jarak kedua garis arah arahnya adalah 5.<br /> <br />2. Tentukan koordinat titik-titik api dari ellips<br /> <br />2 2<br />xy ? ?1<br />. 100 36<br /> <br />2<br />3. Tentukan persamaan ellips yang eksentrisitas numeriknya e = 3 salah satu titik apinya F(6,0).<br />2 2<br />x<br />4. Tentukan nilai m sehin gga garis y = - x +m men yin ggun g elli ps 1. ? y ?<br />20 5<br />d. Kunci Jawaban Tugas<br />Apabila anda menemui kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal di atas, petunjuk dapat mengikuti petunjuk penyelesaian.<br />1. Jarak kedua titik api adalah 2c = 4, berarti c=2. karena jarak kedua garis<br />a2<br />arahnya adalah 2 =5 maka a2 = c<br />5 dan karena c=2 maka a2<br />c 2<br />5 ? ?<br />= 2 5<br />2<br />Pada ellips berlaku b2 = a2 – c2 , maka b2 = 5 – 4=1<br />Karena titik-titik api ellips terletak pada sumbu x dan simetris terhadap O<br /> 2 2<br />y<br />maka persamaan ellips berbentuk 2 1<br /> x jadi persamaan ellips yang<br /> ? ?<br />2<br />a b<br />2 2<br />ditanyakan adalah 1<br />x y ? ?<br />5 1<br />2 2<br />2. Persamaan ellips 1<br />x ? y? berarti a = 10 dan b=6<br />100 36<br />Pada ellips berlaku b2 = a2 – c2, dengan demikian c = 8, ini berarti koordinat titik api F1(8,0) dan F2(-8,0)<br /> <br />2 c<br />3. Eksentrisitas numeriknya e = 3 = . Karena c = 6, maka a = 9<br />a a2 – c2 = b2<br /><br /><br />b2 = 81 – 36 atau b2 = 45<br />b = 45 , mengapa – 45 tidak digunakan?<br />2 2<br />Jadi persamaan ellips adalah 1<br />xy ? ?<br />81 45<br /><br /><br />4. Gradien garis y = -x + p adalah -1 Persamaan garis singgung dengan gradien –1 adalah y = -x ? 5. Jadi p = 5<br /> <br />e. Tes Formatif<br />2 2<br />xy ? ?<br />1. Tentukan garis arah dari ellips 1 100 36<br />4<br />2. Tentukan persamaan ellips dengan pusat (1,2) dan eksentrisitasnya 5 , sedangkan direktriknya 4x = 25<br />3. Tentukan panjang garis mayor, minor dan persamaan garis singgung<br />2 2<br />xy ? ?<br />pada ellips 1<br />50 32 melalui titik (5, 4)<br />4. Buatlah sketsa ellips 9x2 + 25y2- 36x + 50y –164 =0. Tentukan koordinatkordinat titik fokus dan keempat puncaknya.<br />f. Kunci Tes Formatif<br />2 2<br />xy ? ?<br />1. Dari ellips 1<br />100 36 didapat a= 10, b = 6 dan c = 8<br />100 25 dan x = - 8<br />100 = - 2 25 = 2<br />8<br />4 c 4<br />2. Eksentrisitasnya 5 = atau c = 5 a<br />a<br />25<br />Direktriknya 4x = 25 atau x = 4 , sedangkan x<br />a2 25 25 c<br />demikian didapat atau a2 = 4 = 4<br />c<br />a2 = 4 25 . 5 4 a atau a = 5 dan c = 4, akibatnya b = 3<br />( 1) 2 2<br />x y ? ( 2)<br />? <br />Jadi persamaan ellipsnya adalah 1<br />?? 259<br /> <br />2 2<br />xy ? ?<br />Persamaan garis singgung pada ellips 1<br />50 32 melalui titik (5, 4)<br />5x y ? ? 4<br />adalah 1<br />50 32<br />4. Ellips 9x2 + 25y2- 36x + 50y –164 =0 dapat diubah menjadi: 9x2 - 36x + 25y2+ 50y –164 = 0<br />9(x2 – 4x )+ 25(y2+ 2y) –164 = 0<br />9(x2 – 4x + 4 )+ 25(y2+ 2y +1) –164 = 36 + 25<br />9(x – 2)2 + 25(y + 1)2 = 225, kedua ruas dibagi dengan 225 didapat<br />( 2 2)<br />x ? ( 2 1)<br />y ? = 1. Dari persamaan ini a = 5, b = 3 dan c = 4<br />+ 9<br />25<br />Koordinat-kordinat titik fokus adalah (6, -1) dan (-2, -1) dan koordinat keempat puncaknya adalah (7, -1), (-3,-1), 2, 2) dan (2, -4). Anda dapat membuat sketsa dari hasil jawaban ini.<br /> <br />3. Kegiatan Belajar 3 : Parabola<br />a. Tujuan Kegiatan Belajar 3<br />Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, diharapkan anda dapat: ? Memahami unsur-unsur parabola<br />? Menentukan persamaan parabola dan dapat menggambar grafiknya ? Dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hiperbola.<br /><br />b. Uraian Materi Kegiatan Belajar 3<br />Kurva lengkung sederhana dan teratur yang mempunyai satu sumbu simetri adalah Parabola. Buatlah model kerucut dari kertas manila. Atau plastisin (sering disebut malam). Iris dengan bidang yang tegak lurus alas kerucut. Berbentuk apakah permukaan kerucut yang teriris? Permukaan kerucut yang teriris benbentuk parabola. Parabola diperoleh dengan mengiris bangun kerucut sejajar garis pelukisnya.<br />Dalam matematika parabola didefinisikan sebagai himpunan titik-titik (pada bidang datar) yang memiliki jarak tetap terhadap suatu titik tertentu dan suatu garis tertentu pula. Selanjutnya titik itu disebut fokus parabola, sedangkan garis itu disebut garis arah atau ? direktriks. Parabola dapat dilukis jika diketahui garis arah dan titik fokus yang terletak pada suatu garis, di mana garis itu tegak lurus garis arah.<br /><br />MENENTUKAN PERSAMAAN PARABOLA<br />Ambil sebarang titik pada parabola misal T(x1 ,y1) dan titik O sebagai puncak parabola. Tarik garis melalui T tegak lurus garis arah yang diketahui misal di P. Hubungkan garis melalui titik T dan F. Berdasarkan definisi parabola: TF = TP. Pandang ? TQF.<br />? TQF merupakan segitiga siku-siku,<br /> <br />dimana membentuk sudut siku-siku di titik Q. Sehingga berlaku teorema phytagoras:<br />QT2 + QF2 = TF2<br />QT2 ?QF2 = TF = TP ? 1 ?<br />QT 2? QF2 = ?<br />? x2 ? P<br />2<br />? 1 ?<br />QT 2? QF2 )2 = xP ?<br />? 2 ?<br />QT2 + QF2 = (x + P<br />1 )2<br />2 y2 + (x - p<br />1 )2 =<br />2<br />1 1 y2 + x2 – px + 2<br />p = x2 + px + 2 p<br />4 4 y2 = 2px<br /> <br />Garis<br />P<br />A<br />Keterangan:<br />Titik F disebut titik api, koordinatnya<br />1<br />F(p, 0 )<br />2<br />Titik O disebut puncak parabola<br />1<br />Garis x = - p disebut garis arah atau<br />2<br />Direktriks<br />Sumbu x; sumbu simetri dari parabola.<br /> <br />Contoh 1<br />Tentukan persamaan parabola yang puncaknya di O, sumbu simetrinya berimpit dengan sumbu x dan parabola terletak di kanan sumbu y dan melalui titik ( 1,2)<br />Penyelesaian<br />Misal persamaan parabolanya y2 = 2px (karena terletak di setengah bidang bagian kiri). Titik ((1,2) pada parabola berarti 4 = 2p atau p = 2<br />Jadi persamaan parabolanya adalah y2 = 4x<br /> <br />Contoh 2<br /><br /><br />Tentukan persamaan parabola puncaknya di (0,0) dan koordinat titik apinya F(4,0).<br /><br /><br />Penyelesaian<br /><br /><br />Misal persamaan parabolanya y2 = 2px<br /><br /><br />1<br />Koordinat titik apinya F(4,0), berarti p= 4 atau p = 8<br />2<br /><br /><br />Jadi persamaan parabolanya adalah y2 = 16x<br />Contoh 3<br /><br /><br />Tentukan persamaan parabola yang puncaknya di (0,0), sumbu simetrinya sumbu x dan persamaan garis arahnya x + 5 = 0<br /><br /><br />Penyelesaian<br /><br /><br />Misal persamaan parabolanya y2 = 2px<br /><br /><br />1<br />Persamaan garis arahnya x + 5 = 0 berarti p= 5 atau p = 10<br />2<br /><br /><br />Jadi persamaan parabolanya adalah y2 = 20x<br /> <br />PERSAMAAN PARABOLA PUSATNYA PADA (a,b)<br /> <br />Garis arah<br /> <br /> <br />Ambil sebarang titik pada parabola misal T(x1 ,y1) dan titik P(a,b) sebagai puncak parabola.<br />Tarik garis melalui T tegak lurus garis arah yang diketahui misal di K. Hubungkan garis melalui titik T dan F. Berdasarkan definisi parabola: TF = TK.<br />Dengan menggunakan cara yang sama seperti di atas, anda dapat<br />menjabarkan bahwa persamaan parabola yang puncaknya P(a,b) dan sumbu simetrinya sejajar sumbu x<br />adalah: (y-b)2 = 2p(x-a)<br /> <br />Keterangan:<br />Titik F disebut titik api, kordinatnya<br />1 F(p, b)<br />2 Titik P<br />(a,b) disebut puncak parabola<br />1<br />Garis x = - p + a disebut garis arah<br />2 atau Direktriks<br />Persamaan parabola yang puncaknya P(a,b) dan sumbu<br />simetrinya sejajar sumbu x adalah: (y-b)2 = 2p(x-a)<br />Contoh 4<br />Tentukan persamaan parabola yang puncaknya di ( 3, 4) dan dan garis arahnya x = 1<br /> <br />Penyelesaian<br /><br /><br />1 1<br />Garis arahnya x = 1 berarti - p + 3 = 1 atau p = 2 atau p = 4<br />2 2 Jadi persamaan parabolanya adalah (y-4)2 = 8(x-3)<br />PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA<br />Garis singgung parabola adalah suatu garis yang memotong parabola tepat pada satu titik.<br /><br /><br />a. Gradien diketahui<br /><br /><br />Misal persamaan garis singgung: y = mx + k<br /><br /><br />Sehingga ada satu titik pada parabola: y2 = 2px yang memenuhi persamaan garis singgung di atas. Akibatnya:<br /><br /><br />(mx + k )2 = 2px<br /><br /><br />m2x2 + 2mkx+ k2 = 2px<br />m2x2 + (2mk-2p)x+ k2 = 0 ; merupakan persamaan kuadrat dalam variabel x. Agar persamaan kuadrat itu mempunyai satu harga x, maka harus terpenuhi syarat diskriminan dari persamaan itu sama dengan nol, yaitu:<br />D = 0 y = mx + k<br />(2mk-2p)2 - 4.m2k2 = 0 4.(mk-p)2 – 4. m2k2 = 0<br /><br /><br />(m2k2 –2mkp + p2 ) – 4m2k2 = 0<br />- 8 mkp + 4 p2 = 0 y = 2px - 2 mkp + p2 = 0<br /><br /><br />p ( p – 2mk) = 0<br /><br /><br />p = 0 atau p = 2mk, didapat k<br />= p 2 m<br /><br /><br />p<br />Jadi persamaan garis singgungnya adalah y = mx +<br /> <br />Persamaan garis singgung dengan gradien m pada parabola y2<br /><br /><br />p<br />= 2px adalah y = mx +<br />2 m<br />Contoh 5<br /><br /><br />Tentukan persamaan garis singgung dengan gradien 2 pada parabola y2 = 8x<br /><br /><br />Penyelesaian<br /><br /><br />y2 = 8x berarti p = 4<br /><br /><br />Persamaan garis singgung dengan gradien 2 pada parabola y2 = 8x<br /><br /><br />p<br />adalah y = mx +<br />2 m<br /><br /><br />y = 2x + 1<br />Garis singgung untuk parabola yang berpuncak di (a,b)<br /><br /><br />Dengan cara yang serupa dengan di atas, anda dapat menemukan persamaan garis singgung parabola yang berpuncak di (a,b) yaitu<br />p<br />y-b = m(x-a) +<br />2 m<br />Contoh 6<br /><br /><br />Tentukan persamaan garis singgung yang gradiennya membentuk sudut<br /><br /><br />45o dengan sumbu x dan menyinggung parabola (y-4)2 = 8(x-3)<br /><br /><br />Penyelesaian<br /><br /><br />(y-4)2 = 8(x-3) berarti p = 4 dan koordinat puncaknya (3,4)<br /><br /><br />Gradiennya membentuk sudut 45o dengan sumbu x berarti m = 1 (masih ingat dari mana asalnya?)<br /><br /><br />Jadi persamaan garis singgungnya adalah<br /><br /><br />p<br />y - b = m(x - a) +<br />2 m<br /><br /><br />y – 4= 1(x – 3) + 2 atau y = x + 3<br /> <br />b. Jika titik singgungnya diketahui Misal titik singgungnya di P (x1,y1) Persamaan garis: y = m x + k Karena garis singgung memotong parabola yaitu di tepat satu titik, maka berlaku:<br />(m x + k)2 = 2px<br />y12 + m2 ( x – x1)2 + 2m y1 ( x – x1) =<br /> <br />m2x2 + (2mk-2p)x+ k2 = 0 ; merupakan persamaan kuadrat dalam variabel x. Karena ada satu titik potong dengan parabola maka absisnya adalah:<br />b (2mk2p)<br />x 1 = - = - 2 ………….(1)<br />2 a 2m<br />? ? p<br />pm k + k =<br />?<br />y 1 = m ?<br />? ………..(2)<br />2<br />? m? m<br />p pp .<br />y1 = atau m = . Jadi gradien garis singgung adalah m =<br />m y1 y1<br />Karena P (x1,y1) pada parabola maka berlaku: y12 = 2px1 setelah kita subtitusikan persamaan (1) dan (2) , maka akan diperoleh nilai k, yaitu:<br />y1<br />k =<br />2<br />Jadi y = p x + y1 , jika kedua ruas dikalikan y1 maka didapat<br />y1 2<br />2<br /> y 1<br />y1y = px + 2<br />2<br /> y 1<br />y1y = px + px1, karena y12 = 2px1 atau 2 = px1<br />y1y = p(x + x1)<br /> <br />Contoh 7<br /><br /><br />Tentukan persamaan garis singgung melalui titik P(-2,4) pada parabola y2 = -8x<br />Penyelesaian<br /><br /><br />Dari y2 = -8x didapat p = - 4<br /><br /><br />Titik P(-2,4) terletak pada parabola y2 = -8x<br /><br /><br />Persamaan garis singgungmelalui titik P adalah:<br /><br /><br />y1y = p(x + x1)<br /><br /><br />4y = -4(x – 2)<br /><br /><br />y = -x + 2<br /><br /><br />Contoh 8<br /><br /><br />Tentukan persamaan garis singgung melalui titik P(-2,-3) pada parabola<br /><br /><br />y2 = 8x<br />Penyelesaian<br /><br /><br />Dari y2 = 8x didapat p = 4<br /><br /><br />Titik P(-2,3) tidak terletak pada parabola y2 = 8x<br /><br /><br />Misal titik singgungnya S(xo,yo). Maka persamaan garis singgung melalui s adalah yoy = 4(x + xo).<br /><br /><br />Titik P(-2, -3) terletak pada garis singgung maka:<br /><br /><br />-3yo = 4(-2 + xo) atau 4xo + 3yo - 8 = 0 (1)<br />S pada parabola, maka yo2 = -8xo atau xo = 8 1 yo2 (2)<br />1<br />Substitusi (2) pada (1) didapat 4( 8 yo 2 ) + 3yo - 8 = 0<br />1<br />(2 yo 2 ) + 3yo - 8 = 0<br />yo 2 + 6yo - 16 = 0<br />(yo + 8)(yo – 2) = 0<br /><br /><br />yo= - 8 atau yo = 2<br />Untuk yo = -8 didapat xo = 8 dan untuk yo = 2 didapat xo = Jadi:<br /> <br />Persamaan garis singgung melalui (8,-8) adalah –8y = 4(x + 8)<br /><br /><br />x + 2y + 8 = 0.<br />1 1 )<br />Persamaan garis singgung melalui ( 2 , 2) adalah 2y = 4(x + 2 2x - y + 1 = 0.<br />Garis singgung untuk parabola yang berpuncak di (a,b)<br /><br /><br />Dengan cara yang serupa dengan di atas, anda dapat mneemukan persamaan garis singgung parabola di titik T (x1,y1) yang tidak berpuncak di di (a,b) yaitu:<br />(y1 – b) (y – b) = p (x + x1–2a)<br />Contoh 9<br />Tentukan persamaan garis singgung melalui titik P(5, -8) pada parabola (y - 4)2 = 8(x - 3)<br />Penyelesaian<br />Dari parabola (y - 4)2 = 8(x - 3) didapat p = 4 dan puncaknya (3,4) Titik (5, -8) terletak pada parabola (y - 4)2 = 8(x - 3)<br />Jadi persamaan garis singgungnya adalah<br />(y1 – b) (y – b) = p (x + x1 –2a)<br />(-8 – 4) (y – 4) = 4 (x + 5 –6)<br />-12(y – 4) = 4 (x -1)<br />-12y + 48 = 4x – 4<br />4x + 12y = 52<br /> <br /><br /> <br />c. Rankuman Kegiatan 3<br /> 2 2<br />x y<br />? Persamaan ellips dengan pusat di O(0,0) adalah 2 1<br />? ?<br />2<br /> a b<br />? Persamaan ellips melalui titik T(x1 ,y1) dan pusatnya di titik P( ?,) ?<br />adalah<br />2 2<br />() ()<br />x? ? <br />? y ?<br />? ? 1<br />2 2<br />a b<br />2 2<br />x y<br />? Persamaan garis singgungnya m pada ellips adalah 2 1<br /> ? ? adalah<br />2<br />a b y = mx ? b? 2 a2m2<br />? Persamaan garis singgung lingkaran yang tidak berpusat di (0,0) misal di (? , ? ) yaitu y- ? = m(x-? ) ? b? 2 a2m2<br />? Persamaan garis singgung di titik singgung (x1,y1) pada ellips adalah xx y y<br />1<br />1 ? b ?<br /> 2 1<br />2<br />a<br />? Persamaan garis singgung di titik (x1,y1) pada ellips<br />2 2<br />() ()<br />? y<br />x? ? , adalah<br />?<br />? ? 1<br />2 2<br />a b<br />()() ()()<br />x? ? x? ?<br />? ? y y<br />? ?<br />1 ?<br />1 <br /> ? 1<br />2 2<br />a b<br />d. Tugas 3<br />Untuk memantapkan pemahaman anda, kerjakan tugas-tugas berikut<br />1. Tentukan tititk api dan persamaan garis arah parabola y2=24x<br />2. Carilah persamaan garis yang menghubungkan titik M dan titik api parabola y2=20x, jika absis titik M adalah 7.<br />3. Tentukan nilai k sehingga persamaan y=kx+2 menyinggung parabola y2=4x.<br /> <br />4. Diketahui puncak parabola adalah A(6,-3) dan persamaan garis arahnya 3x-5y+1=0, tentukan titik api dari parabola.<br />e. Kunci Jawaban Tugas<br />Jika anda menemui kesulitan, anda dapat mengikuti penyelesaian berikut ini.<br />1. Persamaan parabola y2=24x. berarti p=12<br />jadi koordinat titik apinya F(6,0) dan persamaan garis arah parabola x= -6<br />2. Persamaan parabola y2=2x. berarti p=1 dan F( 2 1 ,0)<br />karena titik M pada parabola dan absisnya 8 maka ordinat titik M adalah y= ? 4<br />berarti M1(7,4) dan M2(7, -4)<br />1 x?<br />Persamaan garis M1 F adalah 4 y = 2 atau 13y= 8x - 4<br />1<br />7 ?<br />2<br />1 x?<br />Dan persamaan garis M2 F adalah ? 4 y = 2 atau 13y= 8x - 4<br />1<br />7 ?<br />2<br />3. Misalkan S(x1,y1) titik singgung pada parabola.<br />22x1<br />Maka persamaan garis singgung di S adalah y1y=2(x+x1) atau y=x ?<br />y y<br />1 1<br />2<br />Agar garis y = kx+2 menyinggung parabola maka harus dipenuhi k<br />?<br />y 1<br />2<br />dan 2<br />x berarti x1=y1<br />1 ?<br />y 1<br />1<br />Karena S pada parabola dan x1=y1 maka y1 = 4. Jadi k= 2<br />4. Titik api parabola terletak pada garis yang melalui puncak parabola tegak lurus garis arah dan jarak puncak ke titik api sama dengan jarak puncak ke garis arah.<br /> <br />Jarak A ke garis arah adalah d=<br /> <br />18151 ? ?<br />9 25 ?<br /> <br /> <br />= 34 (Gunakan jarak titik ke<br /> <br />garis)<br />Persamaan garis melalui A dan tegak lurus garis arah adalah:<br />5 x+7 Y+3= - 3 5 (x-6) atau y= - 3<br />Misalkan F (x1,y1) titik api parabola<br />5 2<br />Maka y1=- 3 x1+7 dan AF = 2<br />(x 1 ? 6)? ( y? 3)= 34<br />1<br />?5<br />2<br />Berarti 73)} {(26)(<br /> x = ? ?x<br /> 1 ? ? 1<br />3<br />Setelah kedua ruas dikuadratkan dan dijabarkan kita memperoleh<br />2<br />xx1 ? ? ?<br />121 27 0 jadi x1 ? 9atau x? 1 3<br />untuk x1 ? 9 diperoleh y1 ?? 8 jadi C(9, -8) untuk x1 ? 3 diperoleh y1 ? 2 jadi C(3,2)<br />Karena titik D(3,2) terletak pada garis arah 3x-5y+1=0, maka titik apinya F(9,-8).<br />f. Tes Formatif<br />1. Buatlah sketsa grafik parabola y2 = 4x dan x2 = -4y<br />2. Tentukan persamaan parabola yang berpuncak di titik pangkal O dan melalui (6,-6) serta menyinngung sumbu y<br />3. Tentukan persamaan garis singgung yang melalui (-2, -3) pada parabola y2 = 8x<br />4. Tentukan puncak, sumbu simetri, fokus dan direktrik dari parabola dengan persamaan y2 = - 6x<br /> <br />g. Kunci Tes Formatif<br />1. a) Parabola y2 = 4x puncaknya (0,0),<br />dan melalui titik (1,1), (2,4), (-1, 1), (-2, 4) yang dicari dengan menggunakan tabel berikut. Anda dapat membuat sketsa sendiri!<br />x 1 2 -1 -2<br />y2 1 4 1 4<br />b) Parabola x2 = -4y puncaknya (0,0),<br />dan melalui titik (1,-4), (2,-8), (-1, 4), (-2, 8) yang dicari dengan menggunakan tabel berikut. Anda dapat membuat sketsa sendiri!<br />y 1 2 -1 -2<br />x2 -4 -8 4 8<br />2. Parabola yang berpuncak di titik pangkal O dan menyingung sumbu y, bentuk umumnya adalah x2 = 2py<br />Melalui (6,-6), maka 36 = -12 p, didapat p = -3<br />Jadi persamaan parabola yang diminta adalah x2 = -6y<br />3. Titik (-2, -3) tidak pada parabola y2 = 8x.<br />Dari y2 = 8x didapat p = 4<br />Misal titik singgungnya (a,b), maka persamaan garis singgungnya adalah<br />by = 4(x + a). Garis singgung ini melalui titik (-2, -3) maka -2b = 4(-3 + a) atau 4a + 2b = 12 ....(1)<br />Sedangkan (a, b) pada parabola y2 = 8x maka berlaku b2 = 8a (2) Eliminasi dari (1) dan (2) didapat a = 2 dan b = 4 atau a = 4,5 dan b=-6 Jadi persamaan garis singgungnya adalah :<br />4y = 4( x + 2) atau y = x + 2, atau<br />-6y = 4( x + 4,5) atau 4x + 6y + 18 = 0<br />4. Persamaan parabola y2 = - 8x Puncak di (0,0) Persamaan sumbu simetri adalah y = 0 atau sumbu x Koordinat fokus adalah (-2, 0); Persamaan direktrik adalah x = 2<br /> <br />4. Kegiatan Belajar 4: Hiperbola<br />a. Tujuan Kegiatan Belajar 4<br />Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4 ini, diharapkan anda dapat mendeskripsikan hiperbola sesuai dengan ciri-cirinya.<br />? Memahami unsur-unsur hiperbola.<br />? Menentukan persamaan hiperbola dan dapat menggambar grafiknya. ? Dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hiperbola.<br /><br />b. Uraian Materi Kegiatan Belajar 4<br />Kurva lengkung sederhana dan teratur yang mempunyai dua sumbu simetri adalah Hiperbola. Hiperbola merupakan bangun datar yang diperoleh dengan mengiris bangun ruang kerucut yang saling bertolak belakang memotong tegak lurus bangun kerucut tersebut tetapi tidak memotong puncak kerucut.<br />Dalam matematika hiperbola didefinisikan sebagai himpunan titik-titik (pada bidang datar) yang selisih jaraknya terhadap dua titik tertentu tetap besarnya. Selanjutnya dua titik itu disebut Titik Fokus Hiperbola.<br />Jadi hiperbola dapat dilukis jika diketahui dua titik fokus hiperbola dan suatu ruas garis yang panjangnya kurang dari dari jarak kedua titik fokus itu diketahui.<br /> <br />UNSUR-UNSUR HIPERBOLA<br />Keterangan:<br />Titik O disebut koordinat titik pusat Hiperbola<br />Titik A dan B disebut koordinat titiktitik puncak hiperbola<br />Titik F1 dan F2 disebut koordinat titiktitik fokus hiperbola.<br />AB dan CD berturut-turut disebut<br />sumbu mayor (sumbu panjang) dan sumbu minor (sumbu pendek)<br />AB = TF 1 ? TF2 = TF? 2 TF1<br />Garis l dan m merupakan Asimtot hiperbola<br />MENENTUKAN PERSAMAAN HIPERBOLA Misalkan F1F 2 = 2c , merupakan<br />jarak antara dua titik fokus. Maka F1(c,0) dan F2(-c,0). Misalkan selisih jarak yang tetap itu adalah 2a.<br />Ambil sebarang titik pada hiperbola misal T(x1 ,y1) dan titik O sebagai pusat hiperbola.<br />Berdasarkan definisi hiperbola, yaitu:<br />TF2 - TF1 = 2a<br />2 2 2<br />( x1 ? c)? y + 2<br />( x1 ? c)? y = 2a<br />1 1<br />2 2 2<br />( x1 ? c)? y = 2a -2 ( x1 ? ? c)y<br />1 1<br /> <br /> <br />(x1+c)2 + y12<br /> <br />= 4a2 + (x1- c)2 + y12 –4a<br /> <br />2 2<br /><br />(x1 ? c)? y; kedua ruas<br />1<br /> <br />dikuadratkan<br /> <br />2<br />(x12 +2x1c + c2) + y12 = 4a2 + (x12 - 2x1c + c) + c2 –4a2 (x1 ? ? c)y 1<br />2<br />4x1c - 4a2 = –4a2<br /> (x1 ? ? c)y1<br />(x1c - a2)2 = a2 {(x1- c)2 + y12}; kedua ruas dikuadratkan<br />x12c2 + a4 - 2x1ca2 = a2 (x12 - 2x1c + c2) + a2y12<br />(c2 - a2)x12 - a2y12 = a2(c2 - a2)<br />Karena c > a maka c2 - a2 > 0 sehingga kita dapat memisalkan c2 - a2 = b2 sehingga persamaan di atas menjadi<br />b2 x12 - a2y12 = a2 b2<br />2 2<br />x y<br />1 ? 1 ? 1<br />2 2<br />ab<br />Karena T(x1,y1) sebarang titik yang diambil, maka setiap titik yang diambil<br />2 2<br />x y memenuhi: 2 1<br />? ?<br />2<br />a b<br />Garis asimtot hiperbola adalah suatu garis yang melalui pusat hiperbola dan menyinggung hiperbola di jauh tak berhingga titik.<br />Misal persamaan garis yang melalui pusat hiperbola dan memotong hiperbola:<br />y = mx<br />2 2<br />x y Sehingga minimal ada satu titik pada hiperbola: 2 1<br />? ? yang<br />2<br />a b memenuhi persamaan garis di atas. Akibatnya:<br />2 2<br />x ()<br />mx<br />? b ? 1<br />2 2<br />a<br />b2 x2 - a2 (mx)2 = a2b2 ; kedua ruas dikalikan a2b2 b2 x2 - a2 m2x2 = a2b2<br />(b2 - a2 m2)x2 = a2b2<br /> ab mab<br />Maka x = + sehingga y = +<br />b2 am22<br /> ? b2 am22<br />?<br />Jadi koordinat-koordinat titik potongnya adalah<br />ab mab ? , <br />ab ? )<br />mab<br />, <br />( ) dan ( <br />b2 am22<br />? b2 am22 ?<br />Jika b2-a2m2 > 0 maka ada dua titik potong yang berlainan<br /> <br />Jika b2-a2m2 < 0 maka tidak ada titik potong atau titik potongnya hayal. Jika b2-a2m2 = 0 maka titik potongnya di jauh tak berhingga.<br />Hal yang terakhir menyatakan bahwa b2-a2m2 = 0 jika m = + b maka garis<br />a<br /><br />y= mx menyinggung hiperbola di jauh tak berhingga.<br />b<br />Jadi garis-garis y = + x disebut asimtot-asimtot hiperbola.<br />a<br />Persamaan asimtot juga dapat dinyatakan dengan:<br />yy<br />x dan ? b ? 0<br />? b ? 0 x ; dengan membagi kedua ruas dengan b.<br />a a<br /> 2 2<br />x y<br />sehingga persamaan susunan asimtotnya adalah 2 0<br />? ?<br />2<br /> a b<br />Contoh 1<br />2 2<br />Diketahui persamaan parabola 1<br />x y ? ?<br />16 9<br />Tentukan Koordinat puncak, fokus, puat, persamaan asimtot dan eksentrisitas numerik. Juga buat skertsa hiperbolanya.<br /> <br />Penyelesaian<br />2 2<br />Dari parabola 1<br />x ? y ? didapat a = 4, b= 3 dan c2 - a2 = b2<br />16 9<br />c2 - 16 = 9 atau c2 = 25, didapat c = 5 (kenapa –5 tidak digunakan?) Koordinat pusat adalah O(0,0); Koordinat puncak adalah B (-4,0) dan A(4,0); Koordinat Fokus F1 (5,0) dan F2 (-5,0)<br />3 3<br />Persamaan asimtot adalah y = 4 x dan y = - 4 x<br />5<br />Eksentrisitas numeriknya adalah e = 4<br /> <br />PERSAMAAN HIPERBOLA DENGAN PUSAT PADA (a,b)<br />Dengan cara yang sama, ambil sebarang titik pada lingkaran misal T(x1 ,y1) dan titik P( ?, ?) sebagai pusat hiperbola<br />maka akan didapat persamaan hiperbo yaitu:<br />2 2<br />( ) ( )<br />x? ? <br />? y?<br />? ? 1<br />2 2<br />a b<br />Pusatnya di ? ( , ? ), fokus di F1( ? +c, ? ) dan F2( ? -c, ? ); Puncak di A(? + a, ? ) dan B( ? -a, ?) ; Persamaan asimtotny<br />? = + b (x - ? ) ; Eksentrisitas numeriknya e = a c > 1 a<br /> <br />Contoh 2<br />( 2)2 2<br />x y ? (8)<br />? <br />Diketahui hiperbola dengan persamaan 1<br />? ?<br />16 9<br />Tentukan Koordinat puncak, fokus, puat, persamaan asimtot dan eksentrisitas numerik. Juga buat skertsa hiperbolanya.<br />Penyelesaian<br />( 2) 2 2<br />Dari 1<br />x ? ydidapat a = 3 , b = 1, ? = 2, ?= 8 dan c =<br />( 8)<br />?<br />??<br />31<br />2<br />Pusatnya di( 2, 8)<br />Fokus di F1(4, 8) dan F2(0, 8);<br />Puncak di A(2 +3 , 8) dan B(2 - 3 ,<br /><br />Persamaan asimtotnya y - 8 = +<br /> 2<br /> <br />Eksentrisitas numeriknya e = 3<br /> <br />MEMBUAT SKETSA HIPERBOLA<br />Langkah-langkah:<br />1. Tetapkan titik F1, F2 dan panjang 2a <<br /> <br />2. Tentukan titik A dan B pada perpanjangan garis F1F2 sedemikian hingga F2B = F1A .<br />3. F2B = F1A = ½ (F1F2 - 2a).<br />4. Titik Ti diperoleh sebagai berikut:<br /><br /><br />5. Buat lingkaran dengan pusat F1 dan jari-jari ri > F2A<br />6. Dari B busurkan lingkaran dengan jari-jari ri - 2a<br /><br /><br />7. Perpotongan lingkaran pada langkah (a) dan (b) adalah titik Ti.<br /><br /><br />8. Lakukan langkah yang sama dengan mengganti peran F1 dengan F2 dan sebaliknya. Selamat mencoba<br />c. Rangkuman Kegiatan 4<br />? Persamaan parabola yang puncaknya O(0,0) dan sumbu simetrinya sumbu x adalah y2 = 2px<br />? Persamaan parabola yang puncaknya P(a,b) dan sumbu simetrinya<br />sejajar sumbu x adalah: (y-b)2 = 2p(x-a)<br />? c. Persamaan garis singgung dengan gradien m pada parabola y2<br /><br /><br />p<br />= 2px adalah y = mx +<br />2 m<br /><br /><br />? Persamaan garis singgung pada parabola yang berpuncak di (a,b) yaitu<br /><br /><br />p<br />? y-b = m(x-a) +<br />2 m<br /><br /><br />? Jadi persamaan garis singgung melalui titik (x1,y1) pada parabola y2 = 2px adalah y1y = p(x + x1)<br /> <br />? Persamaan garis singgung parabola di titik T (x1,y1) yang tidak berpuncak di di (a,b) yaitu (y1 – b) (y – b) = p (x + x1 –2a)<br />d. Tugas 4<br />Untuk lebih memahami apa yang anda pelajari, kerjakan latihan berikut secara mandiri.<br /><br /><br />1. Tentukan persamaan hiperbola yang pusatnya di (0,0) dan panjang sumbu hiperbola masing-masing 16 dan 12. Tentukan pula jarak antara dua fokus, persamaan direktrik, dan asimtot.<br /><br /><br />2. Tentukan persamaan hiperbola yang pusatnya di (0,0) jika eksentrisitas<br /><br /><br />13<br />nya 12 sedangkan jarak antara kedua fokus 56.<br />3. Diketahui hiprbola 9x2 – 16y2 = 144. Tentukan direktrik (garis arah), fokus, dan puncaknya. Gambar sketsa grafiknya<br /><br /><br />4. Diketahui hiperbola 9x2 – 16y2 – 36x – 32y - 124 = 0. Tentukan direktrik (garis arah), fokus, dan puncaknya. Gambar sketsa grafiknya<br /><br /><br />5. Temukan persamaan hiperbola yang titk-titik apinya terletak pada sumbu x, simetris terhadap O dan melalui titik M(-5,3)dan eksentrisitas<br />numeriknya e=2 .<br />e. Kunci Jawaban Tugas 4<br />Apabila anda menemui kesulitan dalam megerjakan soal latihan, anda dapat mengikuti penyelesaian berikut.<br /><br /><br />1. Panjang sumbu hiperbola masing-masing 12 dan 18, berarti 2a = 16 dan 2b = 12. Jadi a = 8 dan b = 6, dengan demikian c = 10.<br /><br /><br />Koordinat fokus (10,0) dan (–10,0)<br /><br /><br />64<br />Persamaan direktriknya x = + 10<br /> <br />3<br />Persamaan asimtotnya y = ? 4 x<br /> <br />Jarak kedua fokus = 20<br />c 13<br />2. Jarak antara kedua fokus 52 berarti c = 26. Eksentrisitasnya = 12<br />a<br /> 2 2<br />maka a = 24 dan b = 10. Persamaan hiperbolanya 1<br /> xy ? ? 576 10<br />2 2<br />x<br />3. 9x2 – 16y2 = 144, kedua ruas dibagi dengan 144 didapat 1 , ? y ?<br />16 9<br />berarti a = 4, b = 3 dan didapat c = 5<br />16<br />Direktrik x = ? , fokus (5,0) dan (-5,0) dan puncak (4,0) dan (-4,0)<br />5<br />4. 9x2 – 16y2 – 36x – 32y - 124 = 0 9x2 – 36x -16y2 – 32y - 124 = 0 9(x2 – 4x) -16(y2 + 2y) - 124 = 0 9(x2 – 4x + 4) -16(y2 + 2y + 1) - 124 –36 + 16 = 0<br />9(x2 – 4x + 4) -16(y2 + 2y + 1) = 144<br />9 (x – 2)2 – 16(y + 1)2 = 144, kedua ruas dibagi 144 didapat<br />( 2 2)( 2 1)<br />x? - 9<br />y ? = 1, dengan demikian a = 4, b = 3 dan c = 5. Yang lain<br />16<br />anda dapat mencarinya.<br />2 2<br />x y<br />5. Persamaan hiperbola yang ditanyakan berbentuk 2 1<br /> ? ?<br />2<br />a b 25 9<br />titik M(-5,3) pada hiperbola, berarti 1<br />a 2 ? b 2 ? atau 25b2=a2b2+9a2.<br />c<br />Karena e= = 2 maka c2=2a2.<br />a<br />Pada hiperbola berlaku c2=a2+b2, maka 2a2.=a2+b2 atau a2=b2 Akibatnya 25b2=b4+9b2 atau b2=16 sehingga a2=16<br />2 2<br />Jadi persamaan hiperbola yang ditanyakan adalah 1<br />xy ? ?<br />16 16<br /> <br />g. Tes Formatif<br />1. Diketahui hiperbola pusatnya di (0,0), eksentrisitasnya 12<br />13 dan jarak<br />kedua fokus adalah 39. Tentukan persamaan hiperbola tersebut<br />2. Diketahui hiperbola x2 - 16 y2 – 4 x –32y –28 =0. Tentukan koordinat<br />fokus dan puncak hiperbola<br />2 2<br />3. Tentukan persamaan garis singgung 1<br /> x ? y? yang sejajar garis x<br />64 36<br />+y + 1 =0<br />2 2<br />4. Tentukan persamaan garis singgung 1<br />x ? y ? yang melalui<br />24 8<br />titik (6, 2).<br />h. Kunci Tes Formatif<br /> c 13<br />1. Jarak antara kedua fokus 26 berarti c = 13. Eksentrisitasnya = 12<br />a<br /> 2 2<br /> maka a = 12 dan b = 5. Persamaan hiperbolanya 1<br /> x y ? ? 144 25<br />2. x2 - 16 y2 – 4 x –32y –28 =0 x2 – 4 x - 16 y2 –32y –28 =0 x2 – 4 x - 16 (y2 –2 )–28 = 0 (x2 – 4 x + 4) - 16 (y2 –2y +1) )–28 =4 - 16<br />(x –2)2 - 16(y – 1)2 = 16, kedua rus dibagi 16 didapat<br />( 2 2)( 2 1)<br />x? - 1<br />y ? = 1 dari bentuk terakhir didapat a = 4, b = 1<br />16<br /> <br />maka c = 17 .<br /> <br /> <br /> <br />parabola adalah (-4, 0) dan ( 4, 0)<br /> <br />3. Gradien x +y + 1 =0 adalah -1<br />Garis singgung sejajar garis x +y + 1 =0, maka gradiennya sama yaitu –1<br />2 2<br />Dari 1<br />x ? y? didapat a = 8, b=6<br />64 36<br />Seperti halnya pada ellips, persamaan garis singgung yang gradiennya m<br />2 2<br />x y<br />pada hiperbola 2 1<br />? ? adalah<br />2<br />a b<br />y = mx ? 2 ma? 2 b2<br />y = mx ? 2 ma? 2 b2<br />y = -1x ? 64? 36<br /> <br /> <br /> <br />Seperti halnya pada ellips, persamaan garis singgung melalui titik (x1, y1) adalah<br />xx y y<br />1 1<br />-<br />2 2<br /><br />a b<br />2y =1 Jadi persamaan garis singgungnya 24<br />6x - 8<br /> <br />BAB III. EVALUASI<br />A. Evaluasi Tes Tertulis<br />1. Tentukan persamaan lingkaran dengan syarat:<br />b) bertitik pusat di P(3,-4) dan melalui O(0,0)<br />c) melalui titik–titk K(3,1) dan L(-1,3) dan titik pusatnya terletak pada<br />garis 3x-y-2=0<br />2. tentukan titik pusat dan jari-jari dari lingkaran dengan persamaan<br />x2 + y2 + 8x + 4y + 4= 0.<br /> <br />3. Tentukan koordinat titik-titik api dari ellips<br /> <br />2 2<br />xy ? ?1<br />. 100 36<br /> <br />2<br />4. Tentukan persamaan ellips yang eksentrisitas numeriknya e = 3 salah<br />satu titik apinya F(6,0).<br /><br /><br />5. Tentukan tititk api dan persamaan garis arah parabola y2=24x<br /><br /><br />6. Diketahui hiperbola 9x2 – 16y2 – 36x – 32y - 124 = 0. Tentukan direktrik (garis arah), fokus, dan puncaknya.<br /> <br />B. Kunci Jawaban Tes Tertulis<br />1. a) Persamaan lingkaran dengan pusat P(3,-4) dan melelui O(0,0) adalah (x -3)2 + (y + 4)2 = 25. Jarak OP sebagai jari -jari b) Misalkan persamaan lingkarannya adalah x2 + y2 + Ax By +C = 0,<br />1 1<br />dimana pusat lingkaran P) ,<br />(? A? B. Koordinat-kordinat titik K dan L<br />2 2<br />disubstitusikan pada persamaan lingkaran dan koordinat P disubstitusikan pada garis 3x – y –2=0. Sehingga diperoleh sistem persamaan linier yang terdiri atas 3 persamaan dan 3 variabel yaitu A, B, dan C. Selesaikan sistem persamaan itu dengan substitusi dan/atau eliminasi didapat A = -4, B = -8 dan C = 10.<br />Jadi persamaan lingkarannya adalah x2 + y2 - 4x - 8y +10 = 0 d) Persamaan lingkaran tersebut dapat diubah menjadi<br />(x + 2 5 )2 + (y + 4)2 = 4 25 , jadi pusatnya (- 2 5 ,-1) dan jari -jarinya<br />5 2<br /> 2 2<br />3. Persamaan ellips 1<br /> x ? y? berarti a = 10 dan b=6<br />100 36<br />Pada ellips berlaku b2 = a2 – c2, dengan demikian c = 8, ini berarti koordinat titik api F1(8,0) dan F2(-8,0)<br />2 c<br />4. Eksentrisitas numeriknya e = 3 = . Karena c = 6, maka a = 9<br />a a2 – c2 = b2<br />b2 = 81 – 36 atau b2 = 45<br />b = 45 , mengapa – 45 tidak digunakan?<br />2 2<br />Jadi persamaan ellips adalah 1<br />xy ? ?<br />81 45<br />5. Persamaan parabola y2=24x. berarti p=12 jadi koordinat titik apinya F(6,0) dan persamaan garis arah parabola x= -6<br /> <br />6. x2 – 16y2 – 36x – 32y - 124 = 0<br />9x2 – 36x -16y2 – 32y - 124 = 0<br />9(x2 – 4x) -16(y2 + 2y) - 124 = 0<br />9(x2 – 4x + 4) -16(y2 + 2y + 1) - 124 –36 + 16 = 0 9(x2 – 4x + 4) -16(y2 + 2y + 1) = 144<br />9 (x – 2)2 – 16(y + 1)2 = 144, kedua ruas dibagi 144 didapat<br />( 2 2)( 2 1)<br />x? - 9<br />y ? = 1, dengan demikian a = 4, b = 3 dan c = 5. Yang lain<br />16<br />anda dapat mencarinya.<br /> <br />BAB IV. PE N UTU P<br />Setelah menyelesaikan modul ini, anda berhak untuk mengikuti tes praktek untuk menguji kompetensi yang telah anda pelajari. Apabila anda dinyatakan memenuhi syarat kelulusan dari hasil evaluasi dalam modul ini, maka anda berhak untuk melanjutkan ke topik/modul berikutnya.<br />Mintalah pada guru untuk melakukan uji kompetensi dengan sistem penilaian yang dilakukan langsung oleh pihak industri atau asosiasi yang berkompeten apabila anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil yang berupa nilai dari guru atau berupa portofolio dapat dijadikan bahan verifikasi oleh pihak industri atau asosiasi profesi. Kemudian selanjutnya hasil tersebut dapat dijadikan sebagai penentu standar pemenuhan kompetensi dan bila memenuhi syarat anda berhak mendapatkan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh dunia industri atau asosiasi profesi.<br /> <br />DAFTAR PUSTAKA<br />Rawuh Dkk, 1975. Ilmu Ukur Analitis, Teori dan Soal-Soal. Bandung: Terate<br />Thomas, George B. dan Finney, Ross L., 1978. Calculus and Analytic Geometry, Fifth Edition. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Companymzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-43765662416545818632010-09-04T20:07:00.001-07:002010-09-04T20:07:41.866-07:00Internet Untuk PendidikanBudi Rahardjo<br />PT INDOCISC<br /> PT Work IT Out Solusi Tenaga Indonesia<br />PPAU Mikroelektronika ITB <br />2001<br /><br /> <br />Internet berawal dari institusi pendidikan dan penelitian di Amerika Serikat. Penggunaan Internet untuk kepentingan bisnis baru dilakukan semenjak tahun 1995, belum genap enam (6) tahun yang lalu. Di luar negeri, Internet ini sering diasosiasikan dengan perguruan tinggi, sementara di Indonesia, Internet lebih diasosiasikan dengan bisnis (ISP, e-commerce) dan entertainment.<br />Makalah ini berusahan untuk menjabarkan manfaat atau fungsi Internet bagi pendidikan, khususnya di pendidikan Indonesia.<br />Manfaat Internet Bagi Pendidikan<br />Agak janggal bagi penulis untuk menuliskan manfaat Internet bagi pendidikan. Namun, untuk memperjelas maka akan penulis ulas secara singkat manfaat Internet bagi pendidikan.<br />Akses ke sumber informasi. Sebelum adanya Internet, masalah utama yang dihadapi oleh pendidikan (di seluruh dunia) adalah akses kepada sumber informasi. Perpustakaan yang konvensional merupakan sumber informasi yang sayangnya tidak murah. Buku-buku dan journal harus dibeli dengan harga mahal. Pengelolaan yang baik juga tidak mudah. Sehingga akibatnya banyak tempat di berbagai lokasi di dunia (termasuk di dunia Barat) yang tidak memiliki perpustakaan yang lengkap. Adanya Internet memungkinkan mengakses kepada sumber informasi yang mulai tersedia banyak. Dengan kata lain, masalah akses semestinya bukan menjadi masalah lagi.<br />Internet dapat dianggap sebagai sumber informasi yang sangat besar. Bidang apa pun yang anda minati, pasti ada informasi di Internet. Contoh-contoh sumber informasi yang tersedia secara online antara lain:<br />• Library<br />• Online Journal<br />• Online courses. MIT mulai membuka semua materi kuliahnya di Internet.<br />Di Indonesia, masalah kelangkaan sumber informasi konvensional (perpustakaan) lebih berat dibanding dengan tempat lain. Adanya Internet merupakan salah satu solusi pamungkas untuk mengatasi masalah ini.<br />Akses ke pakar. Internet menghilangkan batas ruang dan waktu sehingga memungkinan seorang siswa berkomunikasi dengan pakar di tempat lain. Seorang siswa di Makassar dapat berkonsultasi dengan dosen di Bandung atau bahkan di Palo Alto, Amerika Serikat.<br />Media kerjasama. Kolaborasi atau kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan dapat terjadi dengan lebih mudah, efisien, dan lebih murah.<br />Permasalahan Internet Untuk Pendidikan<br />Penjabaran di atas tentunya membawa kita pada pertanyaan mengapa kita belum banyak menggunakan Internet untuk keperluan pendidikan di Indonesia. Ada beberapa alasan, dimana sebagian akan diungkapkan pada bagian-bagian di bawah ini.<br />Kurangnya penguasaan bahasa Inggris. Suka atau tidak suka, sebagian besar informasi di Internet tersedia dalam bahasa Inggris. Penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu keunggulan (advantage).<br />Kurangnya sumber informasi dalam bahasa Indonesia. Kita sadari bahwa tidak semua orang Indonesia akan belajar bahasa Inggris. Untuk itu sumber informasi dalam bahasa Indonesia harus tersedia. Saat ini belum banyak sumber informasi pendidikan yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Konsep berbagi (sharring), misalnya dengan membuat materi-materi pendidikan di Internet, belum merasuk. Inisiatif langka seperti ini sudah ada namun masih kurang banyak. Contohnya:<br />• Untukmu Indonesia<br />http://untukmu.Indonesiaforum.org<br />Akses Internet masih mahal. Meskipun sudah tersedia, akses ke Internet masih mahal. Namun hal ini diharapkan akan menjadi lebih murah di masa yang akan datang. Diharapkan akselerasi penurunan harga menjadi fokus utama dari Pemerintah. Mekanisme lain adalah adanya subsidi dari pemerintah untuk institusi pendidikan.<br />Akses Internet masih susah diperoleh. Beberapa daerah di Indonesia masih belum memiliki jalur telepon yang dapat digunakan untuk mengakses Internet.<br />Guru belum siap. Guru di Indonesia masih belum siap untuk menggunakan Internet sebagai bagian dari pengajarannya. Padahal guru merupakan salah satu pengguna yang dapat memanfaatkan Internet sebaik-baiknya. Salah satu contohnya adalah mencari soal-soal latihan untuk kelasnya. Jika setiap guru di Indonesia membuat dua (2) soal dan menyimpannya di Internet, maka akan ada ribuan bahkan bisa jutaan soal yang dapat digunakan untuk latihan di kelas.<br />Penutup<br />Internet merupakan salah satu produk teknologi yang dapat membantu kita meningkatkan taraf hidup melalui pendidikan. Meskipun masih banyak tantangan, kita masih dapat memanfaatkan Internet sebesar mungkin.mzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8536664742241603335.post-65482030091028574132010-09-04T20:06:00.001-07:002010-09-04T20:07:06.708-07:00Internet untuk Dunia PendidikanPendahuluan.<br />Dengan semakin berkembangnya dunia komunikasi & komputer, teknologi Internet menjadi relatif murah dan terjangkau bagi dunia pendidikan dengan perkiraan beban biaya Rp. 500-1000 / bulan / mahasiswa (siswa) untuk akses Internet (terutama e-mail) selama satu bulan 24 jam sehari.<br /><br />Dengan adanya paling tidak 50 perguruan tinggi negeri & lebih dari 1200 perguruan tinggi swasta belum terhitung sekolah tingkat menengah SMU, SMP, SMK dll. - artinya total potensial pengguna Internet seluruh Indonesia adalah satu (1) juta pengguna yang artinya 4% pengguna Internet seluruh dunia berada di dunia pendidikan di Indonesia.<br /><br />Ironisnya, kita di Indonesia masih perlu menjustifikasi bagi pengkaitaan universitas / dunia pendidikan tinggi ke Internet - sedangkan rekan-rekan kita di negara lain sudah mulai program untuk mengkaitkan sekolah menengah bahkan sekolah dasar (SD) ke Internet. Pada Gambar diperlihatkan HomePage dari Air Academy High School di Amerika Serikat yang merupakan salah satu dari ribuan sekolah menengah yang sudah masuk ke Internet.<br /><br />Era globalisasi menuntut kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam berkompetisi & bekerja di bantu teknologi informasi. Internet sebagai sumber informasi yang sangat luas, dengan didukung adanya lebih dari 30.000 konferensi elektronik on-line dan lebih dari 2500 journal elektronik on-line, menjadi alternatif yang sangat menarik untuk penyiapan SDM yang dibutuhkan.<br />Berbagai Aplikasi & Servis Di Internet.<br /><br />Berbagai servis & keuntungan Internet menggunakan aplikasi standard Internet dapat dilihat dalam Tabel terlampir.<br /><br />Tabel Aplikasi Standard Internet<br />Aplikasi Keuntungan Yang Diperoleh<br />E-mail Berhubungan langsung & pribadi tanpa mengenal batas waktu, ruang (tempat, negara, kota dll), birokrasi.<br />Mailing List Diskusi secara elektronik menggunakan fasilitas E-mail - dapat digunakan untuk kelas-kelas jarak jauh. Daftar mailing list untuk pendidikan jarak jauh khususnya untuk tingkat sekolah menengah terlampir di lampiran. Saat ini ada sekitar 1000-2000 mailing list elektronik dari berbagai bidang di Internet.<br />Newsgroup Konperensi secara elektronik - dapat digunakan untuk kelas jarak jauh. Saat ini ada sekitar 30.000 Newsgroup dari berbagai bidang di Internet. Daftar newsgroup untuk diskusi pada tingkat sekolah menengah terdapat dalam artikel ini.<br />File Transfer Protocol (FTP) Fasilitas ini untuk melakukan pengambilan arsip file secara elektronik. Berbagai laporan penelitian dapat diambil & disebar luaskan menggunakan fasilitas ini. Banyak sekali mesin di Internet yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan arsip elektronik.<br />World Wide Web (WWW) Database yang sifatnya terdistribusi - saat ini ada sekitar 2800 journal yang secara elektronik dapat diakses menggunakan fasilitas Web ini. Di samping itu, banyak informasi lainnya yang dapat diakses menggunakan fasilitas Web ini, seperti NASA, NSF, dll.<br /><br />Di antara aplikasi standard Internet yang umumnya digunakan adalah surat elektronik (E-mail) & aplikasi yang terkait langsung, seperti, mailing list. Dengan menggunakan E-mail seseorang dapat menerima & membalas surat langsung ke orang yang di tuju tanpa perlu melalui prosedur birokrasi yang rumit. Yang menarik lagi kita dapat dengan mudah mengirimkan file jika diperlukan.<br /><br />Dengan aplikasi sederhana seperti E-mail, seseorang dapat dengan mudah berhubungan dengan lainnya. Bayangkan dengan cara ini seorang siswa / mahasiswa dapat dengan mudah berhubungan dengan Profesor / guru yang ada di luar negeri - tanpa terbatas lagi oleh waktu & ruang. Artinya seorang siswa / mahasiswa dapat menimba ilmu dari semua guru yang ada di seluruh dunia yang terkait ke Internet - tidak lagi seorang mahasiswa / siswa harus tergantung pada guru yang ada di universitas / sekolah tersebut saja.<br /><br />Dengan berkembangnya teknologi Web maka aplikasi Internet untuk dunia pendidikan juga menjadi beragam di dukung kemampuan Web untuk mengirimkan tulisan, gambar, suara secara bersamaan. Selanjutnya beberapa contoh aplikasi Internet untuk dunia pendidikan akan di ketengahkan.<br /> <br />Virtual University di Internet<br /><br />Dunia Internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pendidikan yang selama ini berlaku. Teknologi informasi & telekomunikasi dengan murah & mudah akan menghilangkan batasan-batasan ruang & waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi antara lain adalah:<br /><br />• Siswa / mahasiswa dapat dengan mudah mengambil matakuliah dimanapun diseluruh dunia tanpa terbatas lagi pada batasan institusi & negara.<br /><br />• Siswa / mahasiswa dapat dengan mudah berguru pada orang-orang ahli / pakar di bidang yang diminatinya. Cukup banyak pakar di seluruh dunia ini yang dengan senang hati menjawab berbagai pertanyaan yang datang.<br /><br />Kuliah bahkan dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa tergantung pada universitas tempat si mahasiswa belajar. Artinya konsep universitas terbuka akan semakin membaur dalam universitas tradisional. Tinggal masalah akreditasi dari kuliah yang diambil di universitas di manca negara melalui Internet untuk di akui sebagai bagian dari kredit untuk kesarjanaannya di universitas lokal. Konsekuensi yang akan terjadi adalah pergeseran nilai-nilai kuliah yang tadinya sangat rigid & harus diambil di universitas lokal menjadi terbuka untuk diambil dari universitas lain di seluruh dunia. Untuk memudahkan bagi mahasiswa untuk memilih kuliah yang ada, beberapa universitas telah memasang di Internet daftar kuliah yang dapat diambil melalui Internet. Contoh daftar kuliah yang diberikan tampak pada Gambar.<br /><br />Cuplikan tabel beberapa lokasi di Internet yang memberikan servis kuliah jarak jauh tampak pada tabel di bawah ini. Tentunya jumlah lokasi tersebut sebetul sangat banyak & tidak mungkin di tampilkan semua dalam tulisan ini. Untuk memudahkan pencarian sebaiknya digunakan search engine di Internet.<br /><br />Tabel. Contoh Kuliah / Pendidikan Jarak Jauh.<br />Kuliah / Pendidikan Jarak Jauh URL<br />Interactive Physics course http://sunhehi.phy.uic.edu/~clive/IP/instructions/IP.html<br />UC Berkeley Physics Lecture Demonstrations http://www.mip.berkeley.edu/physics/physics.html<br />Elementary Accounting I - University of Alaska, Fairbanks http://uafcde.uaflrb.alaska.edu/Catalog/Descriptions/full/acct101.html<br />Intermediate Accounting I http://acs.tamu.edu/~loudder/<br />University of Illinois - Classes on the Web http://www.uiuc.edu/webclasses.html<br />Virtual World Classroom http://www.arch.columbia.edu/DDL/cad/A4535/SUM95/vwcsum95.html<br />CNU Online - Christopher Newport University http://cnuonline.cnu.edu/<br />CyberEd at UMass Dartmouth http://www.umassd.edu/cybered/distlearninghome.html<br />Institute for Global Learning http://www.laurasian.org/igl.html<br />International University College http://www.iuc.edu<br />KIDLINK: Global Networking for Youth 10-15 http://www.kidlink.org/<br />Newcastle Schools on the Internet http://www.netlink.co.uk/users/itcentre/<br />OnLine Education http://www.online.edu/index.htm<br />Project DIANE (Diversified Information & Assistance NEtwork) http://www.diane.tnstate.edu/<br />Pueblo - Global Learning Collaboratory http://pc2.pc.maricopa.edu/<br />Spectrum Virtual University http://horizons.org/campus/<br />University Online, Inc http://www.uol.com/<br />Virtual Online University http://www.athena.edu<br /> <br /><br /> <br />Perpustakaan di Internet<br />Revolusi teknologi informasi tidak hanya mengubah konsep perkuliahan di kelas tetapi juga membuka dunia baru bagi dunia perpustakaan. Perpustakaan yang biasanya merupakan arsip buku-buku - dengan dibantu teknologi informasi & Internet dapat dengan mudah mengubah konsep perpustakaan yang pasif menjadi lebih agresif dalam berinteraksi dengan penggunanya. Tampak pada gambar di samping adalah HomePage dari The Library of Congress yang merupakan salah satu perpustakaan yang terbesar yang ada di dunia. Saat ini sebagian informasi yang ada di perpustakaan tersebut dapat dengan mudah di akses melalui Internet.<br /><br />Beberapa konsekuensi menarik dengan banyaknya perpustakaan tersambung ke Internet adalah:<br /><br />• Sumber ilmu pengetahuan yang biasanya terbatas ada di perpustakaan di sekolah / universitas lokal menjadi tidak terbatas dengan adanya akses Internet.<br />• Buku, laporan penelitian & berbagai hal yang umumnya sangat terbatas ada di perpustakaan lokal menjadi tidak terbatas karena dapat dicari di berbagai perpustakaan yang ada di Internet.<br />• Perpustakaan tidak lagi terbatas pada koleksi buku / informasi; akan tetapi menjadi pusat disseminasi informasi maupun pangkalan data penelitian & aktifitas yang ada di universitas tersebut. <br /><br />Konsep perpustakaan yang lebih luas yang sedang dikembangkan menuju pada Knowledge Management (KM). Hal ini yang saat ini sedang berkembang pesat di ITB, antara lain dapat dilihat di http://digital.lib.itb.ac.id & http://www.lib.itb.ac.id. Yang sebagian besar perangkatnya dibuat sendiri di Indonesia.<br /><br />Saat ini banyak sekali perpustakaan yang ada di Internet, cuplikan dari sekian banyak perpustakaan di Internet dapat dilihat di tabel.<br /><br />Perpustakaan URL<br />ITB digital library http://digital.lib.itb.ac.id<br />ITB jaringan perpustakaan http://www.lib.itb.ac.id/isis/<br />On-Line Images from the History of Medicine http://www.nlm.nih.gov:82/<br />National Library of Medicine http://www.nlm.nih.gov/<br />Full Text: Health Services/Technology Assessment (HSTAT) http://text.nlm.nih.gov/<br />Cornell University - Engineering Library http://www.englib.cornell.edu/<br />Grainger Engineering Library http://surya.grainger.uiuc.edu/grainger.htm<br />Linda Hall Library http://www.lhl.lib.mo.us/<br />Scholes Library Engineering and Science http://scholes.alfred.edu/EandS.html<br />University of Michigan - Engineering Library http://www.engin.umich.edu/facility/library/<br />Internet Public Library (IPL) http://ipl.sils.umich.edu/<br />Carrie: An Electronic Library http://www.ukans.edu/carrie/carrie_main.html<br />GSFC Homer E. Newell Memorial Library http://www-library.gsfc.nasa.gov/<br />Project Bartleby http://www.columbia.edu/acis/bartleby/<br />Clinton Public Library http://www.holli.com/~clinpl/<br />Hertfordshire Libraries, Arts and Information http://hertslib.hertscc.gov.uk/<br />Malmö Stadsbibliotek http://www.msb.malmo.se/<br />Index - Public Libraries With Internet Services http://sjcpl.lib.in.us/homepage/PublicLibraries/PublicLibraryServers.html<br /> <br /> <br />Ensiklopedia di Internet<br /><br />Dengan menggunakan teknologi Web, kita dapat memasuki berbagai ensiklopedia yang menyimpan informasi tentang banyak hal. Salah satu ensiklopedia yang pertama berada di Internet adalah ensiklopedia Britanica yang terlihat pada gambar di samping.<br /><br />Sebagian dari ensiklopedia yang ada di Internet terlampir pada tabel di bawah ini. Sebagian perusahaan yang menjajakan ensiklopedia saat ini telah mulai menggunakan CD-ROM untuk menampung ensiklopedia sehingga ensiklopedia tidak hanya berisi materi tertulis, tapi juga video, audia, tulisan & gambar.<br /><br />Encyclopaedia URL<br />Encyclopaedia Britannica http://www.eb.com/eb.html<br />Financial Encyclopaedia http://www.euro.net/innovation/Finance_Base/Fin_encyc.html<br />Global Encyclopedia http://204.32.221.16/<br />Internet Encyclopedia http://www.cs.uh.edu/~clifton/encyclopedia.html<br />Jones Digital Century Update http://www.digitalcentury.com/encyclo/update/<br />Kevin's Internet Encyclopedia http://herald.usask.ca/~lowey/encyclopedia/index.html<br />Encyclopedia Mystica http://www.bart.nl/~micha/<br /> <br /><br />Jurnal Ilmiah di Internet<br /><br />Salah satu argumentasi umumnya di dunia pendidikan di Indonesia adalah kurangnya akses informasi ke jurnal / majalah ilmiah, saat ini tidak kurang dari 2500 jurnal ilmiah berada di Internet sehingga memudahkan bagi para siswa / mahasiswa untuk mengakses informasi ilmiah terakhir yang ada di seluruh dunia. Artinya dengan membayar Rp. 500-1000 / bulan / mahasiswa sebetulnya mahasiswa kita dapat dengan mudah mengakses informasi mutakhir yang ada di jurnal ilmiah. Pada gambar di atas diperlihatkan HomePage dari NewJour salah satu pusat journal ilmiah yang ada di Internet.<br /><br />Untuk memudahkan para peneliti / siswa / mahasiswa mencari informasi yang dibutuhkan beberapa Web yang membawa jurnal ilmiah menyiapkan search engine untuk memudahkan mencari informasi yang dibutuhkan - sehingga pengguna cukup memasukan keyword dari informasi tersebut untuk memperoleh artikel yang di maksud.<br /><br />Cuplikan dari daftar jurnal ilmiah di Internet tampak pada tabel di bawah ini. Tentunya apa yang ada di tabel di bawah ini hanya sebagian kecil sekali dari lebih dari 2500 jurnal ilmiah yang ada di Internet.<br /><br />Daftar Jurnal Ilmiah di Internet<br />Journal URL<br />Annotated Bibliography of Education Journals http://www.soemadison.wisc.edu/IMC/journals/anno_AB.html<br />CSS Journal - Computers in the Social Studies http://www.cssjournal.com/journal/<br />Education Policy and Analysis http://seamonkey.ed.asu.edu/epaa/<br />Educational Theory http://www.ed.uiuc.edu/coe/eps/Educational-Theory/ET-welcome.html<br />Effective Teaching http://cte.uncwil.edu/et/<br />Harvard Educational Review http://hugse1.harvard.edu/~hepg/her.html<br />The Impulsiv http://www.informatik.tu-muenchen.de/cgi-bin/nph-gateway/hp3/~impulsiv/<br />Interact http://valley.interact.nl/av/edu/interact/<br />Journal of Computing in Higher Education http://www-unix.oit.umass.edu/~carolm/jche/<br />Journal of Statistics Education http://www2.ncsu.edu/ncsu/pams/stat/info/jse/homepage.html<br />NewJour http://gort.ucsd.edu/newjour/<br />Revista Iberoamericana de Educacion http://www.oei.es/revista.htm<br />Scholarly Electronic Journals http://poe.acc.virginia.edu/~pm9k/libsci/ejs.html<br />WORLDSPEAKER online http://www.tiac.net/users/worldspe<br /> <br /><br /> <br />Informasi Paten di Internet<br /><br />Informasi yang tidak kalah penting untuk mengembangkan produk adalah informasi paten. Informasi ini cukup banyak tersebar di Internet; sekelumit beberapa site yang membawa informasi paten tampak pada tabel di bawah ini.<br /><br />Site Internet Yang Membawa Informasi Paten.<br />Paten URL<br />"Patently Absurd" by Simson L. Garfinkel http://www.wired.com/Etext/2.07/features/patents.html<br />European Patent Office http://www.epo.co.at/epo/<br />Fullerene Patent Database http://mgm.mit.edu:8080/pevzner/Bucky/Patents.html<br />General Information Concerning Patents [USPTO] http://www.uspto.gov/web/patinfo/toc.html<br />Japanese Patent Site http://patent-jp.com/<br />League for Programming Freedom - Software Patents http://www.lpf.org/Patents/patents.html<br />Overview of Patents & Patent Practice gopher://infx.infor.com:4400/1.pp1<br />Patent Search (WAIS) http://www.wais.com/patent.html<br />Shadow Patent Office http://www.spo.eds.com/patent.html<br />STO's Internet Patent Search System http://sunsite.unc.edu/patents/intropat.html<br />The Patent Portal http://www.law.vill.edu/~rgruner/patport.htm<br />U.S. Patent Law http://www.law.cornell.edu/topics/patent.html<br />U.S. Patent/Full Text 1994 http://town.hall.org/patent/patent.html<br />US AIDS Patents http://patents.cnidr.org/welcome.html<br />FAQ - Patent and answers http://www.patents.com/<br />FAQ - Patents (Da Vinci Design) http://www.sccsi.com/DaVinci/patentfaq.html<br /> <br /><br /> <br />Majalah Sekolah di Internet<br /><br />Di samping jurnal ilmiah yang sifatnya sangat serius, sekolah-sekolah menengah terutama banyak menerbitkan majalah periodik mereka untuk mengkomunikasikan aktifitas yang ada di sekolah mereka ke seluruh penjuru dunia.<br /><br />Majalah merupakan media yang sangat bermanfaat bagi para siswa untuk belajar mengekspresikan dirinya dalam bentuk tulis menulis untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.<br /><br />Tidak kalah manfaatnya bagi sekolah yang bersangkutan untuk terus berkomunikasi dengan para alumni; yang diharapkan nantinya dapat memberikan masukan kepada sistem pendidikan yang ada supaya lebih baik lagi dimasa mendatang.<br /><br />Majalah Sekolah di Internet<br />Majalah Sekolah URL<br />Lowell High School - The Lowell http://www.virtually.net/~lowell/<br />The Arrow http://www.netrix.net/fhspub/<br />Australian Internet Newspaper http://www.zeta.org.au/~boyden/paper.html<br />Babbling Brooke http://168.216.219.18/bab/bab.htm<br />The Bell http://liberty.k12.mo.us/<br />The Biotechnician http://biotech.wvh.northstar.k12.ak.us/newsletter/biotechnician.html<br />Blophish Online - Oregon Episcopal http://www.teleport.com/~slater/<br />Blue Print Newspaper - Dreher High School http://www.scsn.net/users/dreher/blueprint/<br />The Breezeway http://sd71.bc.ca/vanier/breezeway/index.html<br />Buzz, The - Oxnard High School http://members.aol.com/ohsbuzz/private/OHSBuzz/TheBuzzwww<br />Campus View http://www.kspress.com/~cvtwhs.html<br />Cedar Post, The - Sandpoint High School http://www.netw.com/~cpost/<br />Chatterbox http://www.uc.edu/~walnuthills/chatter.html<br />Durfee Hilltop - B.M.C. Durfee High School http://www.fallriver.mec.edu/hilltop.html<br />Falcon's Cry Online http://www.jordan.durham.k12.nc.us/fc/home.html<br />Heron Network http://bluto.uwex.edu/wicip/heron/<br />Horace Mann Review, The http://www.hmreview.com/<br />Inklings on the Web http://204.249.212.251/Inks.html<br />International Student Newswire (ISN) KidNews http://www.vsa.cape.com/~powens/Kidnews.html<br />Beasiswa & Research Grant<br /><br />Bagi sebagian besar mahasiswa / siswa di seluruh dunia, uang sekolah untuk memperoleh pendidikan yang terbaik umumnya masih dirasakan mahal. Amat di sayangkan apabila ada anak yang pandai di kelasnya tidak dapat meneruskan sekolah hanya karena tidak mampu membayar uang sekolah. Informasi beasiswa merupakan kunci keberhasilan dapat menolong murid-murid yang berpotensi tersebut.<br /><br />Hal yang sama berlaku bagi para penelitian / mahasiswa paska sarjana yang pandai di lingkungannya, amat disayangkan apabila kemampuan ini tidak dapat di dayagunakan hanya karena kekurangan dana untuk melakukan penelitian. Beberapa perusahaan yang cukup besar telah secara aktif memasang informasi tentang hibah-hibah penelitian di Internet untuk memperoleh peneliti terbaik dari seluruh penjuru dunia.<br /><br />Beasiswa & Research Grant di Internet<br />Education / Research Grant URL<br />American Zhu Kezhen Education Foundation http://www.ent.ohiou.edu/~guting/zhu/index.html<br />Baylor College of Medicine http://research.bcm.tmc.edu/<br />BellSouth Foundation http://www.bsf.org/bsf/<br />Canadian Merit Scholarship Foundation http://sciborg.uwaterloo.ca/~slkeith/cmsf.html<br />Carnegie Corporation of New York http://www.yahoo.com/Business_and_Economy/Organizations/Foundations/Carnegie_Corporation_of_New_York/ <br />Carnegie Corporation of New York (gopher) gopher://gopher.carnegie.org/<br />Charles A. Dana Foundation http://www.dana.org/<br />DAAD - German Academic Exchange Service http://www.daad.org/<br />Federally-Funded Research in the U.S. http://medoc.gdb.org/best/fed-fund.html<br />Fulbright Scholar Program http://www.yahoo.com/Education/Grants/Fulbright_Scholar_Program/<br />Grant Master http://www.f1.wa.com/planner/grantm.htm<br />Grant Seeker's Resource Center http://www.pcwin.com/grants/<br />Grant Writers Assistant http://fallingrock.com/<br />IFCC-AVL Awards http://www.ifcc-avl.ch/<br />Innovations in American Government http://ksgwww.harvard.edu/~innovat/<br />International Research & Exchanges Board http://www.irex.org/<br />IREX Grant Opportunities for Academic Year 1995 – 1996 gopher://info.irex.org/11/grant.opps<br />National Council of University Research Administrators http://softlib.rice.edu/ncura/<br />NCSS Online http://www.ncss.org/online<br />NRC Research Associateship Programs http://www.nas.edu/rap/welcome.html<br />PoinT-BlanK guide to writing REAL grants http://128.97.40.76/grantguide.html<br />Research Foundation of S.U.N.Y. at Binghamton http://orsp1.adm.binghamton.edu/<br />Research Funding Opportunities and Administration http://tram.rice.edu/TRAM/<br />Singapore Goverment Public Service Commission http://www.gov.sg/pmo/psc/<br />Sloan Foundation http://www.sloan.org/<br />Texas A&M Research Foundation http://rf-web.tamu.edu/<br />The Annenberg/CPB Project gopher://chronicle.merit.edu/11/.external/.annenberg<br />The Rotary Foundation http://www.tecc.co.uk/public/PaulHarris/foundatn.html<br />US Civilian Research and Development Foundation http://www.internext.com/crdf/<br />White House Fellowships http://www.whitehouse.gov/WH/WH_Fellows/html/fellows1.html<br />Yale - Ukraine Initiative http://www.yale.edu/rees/yui.html<br />Index - Educational Grant Sponsors http://www.cs.virginia.edu/~seas/resdev/sponsors.html<br />Index - Grant Getting Page http://www.uic.edu/depts/ovcr/ors1.html<br /> <br /><br />Sumber Daya Tempat Bertanya.<br /><br />Di Internet banyak sekali tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi, sebagian bahkan di rancang secara seksama untuk memuaskan rasa ingin tahu siswa-siswa sekolah dasar tentang berbagai hal di dunia ini. Tampak pada Gambar di samping adalah HomePage dari salah satu site di Internet yang membawa informasi yang banyak menarik bagi para siswa sekolah dasar & sekolah menengah.<br /><br />Berbagai topik telah disiapkan dalam Web server tersebut untuk dipilih oleh siswa-siswa yang tertarik akan berbagai hal tersebut. Kemampuan berbahasa Inggris merupakan aset utama yang perlu dipupuk sejak dini karena sebagian besar informasi yang ada dalam bahasa Inggris. <br /><br />Perangkat Lunak Untuk Pendidikan.<br /><br />Satu hal lagi yang menarik dengan perkembangan teknologi informasi adalah banyaknya perangkat lunak untuk membantu pendidikan anak-anak melalui PC multimedia yang sudah mulai banyak di pasaran.<br /><br />Kesulitan utama yang akan dihadapi oleh para orang tua & guru adalah memilih perangkat lunak yang terbaik untuk membantu pendidikan yang sedang berlangsung. Untuk itu, beberapa site di Internet menjalankan program untuk melakukan review dari berbagai perangkat lunak untuk pendidikan tsb. Salah satu site tersebut adalah yang terpampang di Gambat di atas.<br />Video Teleconference<br />Untuk menambah sedikit semangat bagi kita semua untuk bergabung ke Internet, pada bagian ini akan dibahas sedikit tentang aktifitas video conference di Internet yang dilakukan oleh murid-murid sekolah dasar di beberapa negara maju. Tampak pada Gambar murid di sebuah sekolah dasar di Inggris dengan rekannya di Amerika Serikat.<br /><br />Tentunya kegiatan seperti ini sangat menarik bukan hanya untuk anak-anak tapi juga untuk siswa sekolah menengah maupun para mahasiswa di perguruan tinggi.<br /><br />Jika sebuah sekolah sudah tersambung ke Internet, maka sebetulnya 95% perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan video conference telah siap. Sebagian besar perangkat lunak yang dibutuhkan dapat diperoleh di Internet. Ada cukup banyak jenis kamera digital yang dapat digunakan untuk keperluan ini<br /><br />Para peminat video conference di sekolah-sekolah saat ini banyak tergabung pada kelompok diskusi E-mail yang berpusat Global School Network (GSN) dengan tempat berdiskusi yang beralamat di:<br /><br /> cu-seeme-schools@gsn.org<br /><br />Di antara mereka ada cukup banyak sukarelawan yang berminat untuk membantu menyelenggarakan video conference di sekolah-sekolah dengan contact person:<br /><br />Garry O'Shanassy <dnps@vicnet.net.au><br />Peter Wendelboe <wendelboe@dk-online.dk><br />Diane Van Ausdall <dvanaus@snet.net><br />Stefan Gustafson <stefan@asogy.stockholm.se><br />Tom Bruton <tbruton@learnlink.emory.edu><br />Hans Seegar <hseegar@comlink.com.fr><br />Martin Dillon <mdillon@orca.esd114.wednet.edu><br />Jeff Waddington <Jwadding@osd.wednet.edu><br />The Cedar School <cedar@tcns.co.uk><br />Sr. Maureen Flynn <mflynn@corjesu.pvt.k12.mo.us><br /><br />Keberadaan teknologi informasi video conference memungkinkan bagi anak-anak di seluruh dunia untuk saling berkenalan & berhubungan satu dengan lainnya, diharapkan dengan demikian kita akan melihat bangsa-bangsa di dunia akan saling mengenal satu dengan lainnya & menjadikan seluruh bangsa di dunia hidup dalam kedamaian.<br />Search Engine di Internet<br />Keberhasilan kita dalam menggunakan Internet sangat tergantung pada keberhasilan kita dalam mencari informasi di Internet. Internet merupakan sumber informasi yang sangat besar sekali. Di samping itu, tidak ada aturan di Internet dalam tata cara maupun tata letak informasi di Internet. Untuk mempermudah pencarian informasi kita harus banyak menggunakan search engine di Internet untuk memperoleh informasi yang kita inginkan. Pada tabel di bawah di daftarkan beberapa search engine utama yang ada di Internet.<br /><br />Search Engine URL<br />All-in-One Search Page http://www.albany.net/allinone/<br />Alta Vista http://www.altavista.com/<br />Excite http://www.excite.com/<br />Infoseek Guide http://guide.infoseek.com/<br />InfoSeek Professional http://professional.infoseek.com/<br />Lycos http://www.lycos.com/<br />Point Communications http://www.pointcom.com<br />NlightN http://www.nlightn.com/<br />Open Text Index http://www.opentext.com/omw/f-omw.html<br />Yahoo http://www.yahoo.com/<br /> <br />Newsgroup<br />Ada banyak aktifitas yang dapat dikembangkan diluar akses Web. Hal ini perlu terutama bagi sekolah-sekolah yang mempunyai akses sangat terbatas ke Internet. Salah satu di antaranya yang menarik adalah diskusi menggunakan Newsgroup. Di bawah ini tampak daftar Newsgroup yang mungkin akan menarik khususnya bagi pendidikan menengah seperti SMU, SMP.<br /><br />alt.education.distance <br />alt.kids-talk <br />comp.security.announce <br />k12.chat.elementary <br />k12.chat.junior <br />k12.chat.senior <br />k12.chat.teacher <br />k12.ed.art <br />k12.ed.business <br />k12.ed.comp.literacy <br />k12.ed.health-pe <br />k12.ed.life-skills <br />k12.ed.math <br />k12.ed.music <br />k12.ed.science <br />k12.ed.soc-studies <br />k12.ed.special <br />k12.ed.tag <br />k12.ed.tech <br />k12.edu.life-skills (especially for school counselors) <br />k12.euro.teachers (in Europe) <br />k12.lang.art <br />k12.lang.deutsch-eng <br />k12.lang.esp-eng <br />k12.lang.francais <br />k12.lang.russian <br />k12.library <br />k12.sys.projects <br />misc.education <br />misc.education.language.english <br />misc.kids <br />misc.kids.computer <br />news.announce.newusers <br /><br />Di samping sekian banyaknya newsgroup, barangkali juga akan menarik untuk membaca newsletter salah satu diantaranya adalah:<br /><br />NetTEACH NEWS <br /><br />Kathy Rutkowski, Editor <br />Chaos Publications <br />13102 Weather Vane Way <br />Herndon, VA 22071 , USA <br />Phone: 703-471-0593 <br />EMail: info@netteach.chaos.com <br /><br />Organisasi Penunjang Pendidikan Jarak Jauh<br /><br />AskERIC <br />ERIC Clearinghouse on Information Resources <br />Center for Science and Technology <br />Syracuse University <br />Syracuse, New York 13244-4100, USA <br />Phone: 315-443-9114 <br />Fax: 315-443-5448 <br />EMail: askeric@ericir.syr.edu <br /><br />Chatback International <br />Dr. R. Zenhausern, Executive Director <br />Psychology Department <br />St. Johns University <br />SB 15, Marillac <br />Jamaica, NY 11439 , USA <br />Phone: 718-990-6447 <br />Fax: 718-990-6705 <br />EMail: drz@sjuvm.stjohns.edu <br /><br />The Chatback Trust <br />Tom Holloway, UK Director <br />25 Clemens Street <br />Royal Leamington Spa <br />Warwickshire, CV31 2DP <br />Phone: +44-926-888333 <br />Fax: +44-926-420204 <br />EMail: t.holloway@warwick.ac.uk <br /><br />Consortium for School Networking <br />P.O. Box 65193 <br />Washington, DC 20035-5193 , USA <br />Phone: 202-466-6296 <br />Fax: 202-872-4318 <br />EMail: info@cosn.org <br /><br />European Schools Project <br />University of Amsterdam <br />CICT/SCO <br />Grote Bickerrsstraat 72 <br />1013 KS Amsterdam , The Netherlands <br />Contact: Dr. Pauline Meijer or Dr. Henk Sligte <br />Phone:+31-20-5251248 <br />Fax: +31-20-5251211 <br />EMail:risc@esp.educ.uva.nl <br />FidoNet <br />1151 SW Vermont Street <br />Portland, OR 97219 <br />USA <br />Contact: Janet Murray <br />Phone:503-280-5280 <br />EMail:jmurray@psg.com <br /><br />FrEdMail Foundation <br />P.O. Box 243, <br />Bonita, CA 91908 <br />USA <br />Contact: Al Rogers <br />Phone:619-475-4852 <br />EMail:arogers@bonita.cerf.fred.org <br /><br />International Education and Research Network (I*EARN) <br />c/o Copen Family Fund <br />345 Kear Street <br />Yorktown Heights, NY 10598 , USA <br />Contact: Dr. Edwin H. Gragert <br />Phone:914-962-5864 <br />Fax: 914-962-6472 <br />EMail: ed1@copenfund.igc.apc.org <br /><br />KIDLINK Society <br />4815 Saltrod , Norway <br />Phone:+47-370-31204 <br />Fax: +47-370-27111 <br />EMail:opresno@extern.uio.no <br />Contact: Odd de Presno <br /><br />K12Net <br />1151 SW Vermont Street <br />Portland, OR 97219 , USA <br />Phone:503-280-5280 <br />Contact: Janet Murray <br />EMail:jmurray@psg.com <br /><br />NASA Central Operation of Resources for Educators (CORE) <br />Lorain County Joint Vocational School <br />15181 Route 58 South <br />Oberlin, OH 44074 , USA <br />Phone:216-774-1051, x293/294 <br />Fax: 216-774-2144 <br /><br />National Center for Education Statistics <br />555 New Jersey Ave N.W., R.410 C <br />Washington DC 20208-5651 , USA <br />Phone:202-219-1364 <br />Contact: Jerry Malitz <br />EMail:ncesinfo@inet.ed.gov <br />Fax: 219-1728 <br /><br />InterNIC Information Services <br />General Atomics <br />P.O. Box 85608 <br />San Diego, California 92186-9784 , USA <br />Phone: 800-444-4345 , 619-455-4600 <br />Fax: 619-455-3990 <br />EMail: info@internic.net <br /><br />Internet Society <br />1895 Preston White Drive <br />Suite 100 <br />Reston, Virginia 22091 , USA <br />Phone: 703-648-9888 <br />Fax: 703-620-0913 <br />EMail: isoc@isoc.org<br />Beberapa Mailing List Pendidikan Jarak Jauh<br /><br />Nama Mailing List Alamat Listserv Alamat E-mail<br />AACE-L stands for Association for the Advancement of Computing. listserv@auvm.bitnet aace-l@auvm.bitnet<br />ALTLEARN alternative learning strategies especially for the physically handicapped. listserv@sjuvm.bitnet altlearn@sjuvm.bitnet<br />ASSESS - Assessment in Higher Education listserv@ukcc.uky.edu assess@ukcc.uky.edu<br />BGEDU-L is a forum for persons concerned with the quality of education listserv@ukcc.uky.edu bgedu-l@ukcc.uky.edu<br />BI-L - bibliographic instruction as well as other topics of interest to librarians. listserv@bingvmb.bitnet bi-l@bingvmb.bitnet<br />BIOPI-L Secondary Biology Teacher Enhancement listserv@ksuvm.bitnet biopi-l@ksuvm.bitnet<br />BIOSPH-L The Environmental Issues Discussion Group biosph-l@uvbm.cc.buffalo.edu biosph-l@uvbm.cc.buffalo.edu<br />BLIND-L- computer use by the blind and visually impaired listserv@uafsysb.bitnet blind-l@uafsysb.bitnet<br />CARR-L Computer-Assisted Reporting & Research listserv<br />@ulkyvm.louisville.edu carr-l @ulkyvm.louisville.edu<br />CBEHIGH discussing the use of computers as an educational tool in higher education. listserv<br />@blekul11.bitnet cbehigh<br />@blekul11.bitnet<br />CHEMED-L Chemistry Education listserv@uwf.bitnet chemed-l@uwf.bitnet<br />COMLAW-L Computers and Legal Education listserv<br />@vm.ucs.ualberta.ca comlaw-l<br />@vm.ucs.ualberta.ca<br />CSAC-L Computing Strategies Across the Curriculum Discussion listserv<br />@uvmvm.uvm.edu csac-l<br />@uvmvm.uvm.edu<br />CREA-CPS<br />Creativity-Creative Problem Solving listserv<br />@nic.surfnet.nl crea-cps<br />@nic.surfnet.nl<br />Creative Writing in Education for Teachers and Students listserv<br />@umcvmb.bitnet crewrt-l<br />@mizzou1.bitnet<br />CW-L Computers and Writing listserv@ttuvm1.bitnet cw-l@ttuvm1.bitnet<br />DEOSNEWS stands for The Distance Education Online Symposium. listserv<br />@psuvm.bitnet deosnews<br />@psuvm.bitnet<br />ECEOL-L Early Childhood Education listserv@maine.edu eceol-l@maine.edu<br />EDTECH Educational Technology listserv@ohstvma.bitnet edtech@ohstvma.bitnet<br />EDUCAI-L Educational Applications Of Artificial Intelligence listserv<br />@wvnvm.bitnet educai-l<br />@wvnvm.bitnet<br />EDUCOM-W Technology and Education Issues of Interest to Women listserv<br />@bitnic.bitnet educom-w<br />@bitnic.bitnet<br />EUITLIST Educational Uses of Information Technology listserv<br />@bitnic.educom.edu euitlist<br />@bitnic.educom.edu<br />FINEART Computer Generated Art. listserv@boub011.bitnet fineart@boub011.bitnet<br />GLITTER is a listserv dedicated to metacognition and teaching methodology. listserv<br />@brt.deakin.edu.au glitter<br />@brt.deakin.edu.au<br />GLOBALED "Global Classroom" listserv<br />@unmvm.bitnet globaled<br />@unmvm.bitnet<br />HYPERMED Biomedical Hypermedia Instructional Design listserv<br />@umab.umab.umd.edu hypermed<br />@umab.umab.umd.edu<br />INSTOOLS Discussion on Technical Tools Used for Instruction listserv<br />@mcgill1.bitnet instools<br />@mcgill1.bitnet<br />Interdisciplinary Studies listserv@miamiu.bitnet interdis@miamiu.bitnet<br />IPCT-L Interpersonal Computing and Technology List listserv@guvm.ccf.<br />georgetown.edu ipct-l@guvm.ccf.<br />georgetown.edu<br />JEI-L Joint Education Initiative List listserv<br />@umdd.bitnet jei-l<br />@umdd.bitnet<br />KIDCAFE gives global kids an opportunity to communicate. listserv<br />@vm1.nodak.edu kidcafe<br />@vm1.nodak.edu<br />KIDLEADR--Kid Leader listserv<br />@vm1.nodak.edu Kidleadr<br />@vm1.nodak.edu<br />KIDPROJ enables teachers/youth group leaders to provide projects for children. listserv<br />@vm1.nodak.edu kids-92<br />@vm1.nodak.edu<br />KIDSNET a global network for children and teachers in grades K-12. kidsnet-request<br />@vms.cis.pitt.edu kidsnet<br />@vms.cis.pitt.edu<br />K12ADMIN K-12 Educators Interested in Educational Administration. listserv<br />@suvm.acs.syr.edu K12ADMIN<br />@suvm.acs.syr.edu<br />LEADTCHR Lead Teacher Center in Altoona, PA. listserv<br />@psuvm.psu.edu leadtchr<br />@psuvm.psu.edu<br />MEDIA-L Media in Education listserv<br />@bingvmb.bitnet media-l<br />@cmuccyma.bitnet<br />NEWEDU-L, New Paradigms in Education List listserv@uscvm.bitnet newedu-l@uscvm.bitnet<br />PHYSHARE high school physics teachers listserv<br />@psuvm.bitnet physhare<br />@psuvm.bitnet<br />PSATC-L Solving Across the Curriculum Conference listserv@ubvm.cc.<br />buffalo.edu psatc-l@ubvm.cc.<br />buffalo.edu<br />PUBYAC Children's and Young Adult Services in Public Libraries. listserv@lis.pitt.edu pubyac@lis.pitt.edu<br />SATEDU-L listserv@mainvm.<br />wcupa.edu satedu-l@mainvm.<br />wcupa.edu<br />SCHOOL-L, School List. listserv<br />@irlearn.bitnet school-l<br />@irlearn.bitnet<br />TESLIT-L Teachers of English as a Second Language listserv@cunyvm.<br />cuny.edu teslit-l@cunyvm.<br />cuny.edu<br />TESL-L The teachers of English as a second language list listserv<br />@cunyvm.cuny.edu tesl-l<br />@cunyvm.cuny.edu<br />TQM-L Total Quality Management (TQM) to education. listserv@ukanvm.cc<br />.ukans.edu tqm-l@ukanvm.cc.<br />ukans.edu<br />UKERA-L Dialogue on Educational Reform listserv<br />@ukcc.uky.edu ukera-l<br />@ukcc.uky.edumzhttp://www.blogger.com/profile/04136908438816368489noreply@blogger.com0