oleh:
Rhiza S. Sadjad
e-mail: rhiza@unhas.ac.id, URL: http://www.unhas.ac.id/~rhiza/
Pengantar
Ibaratnya sistem komputer, kurikulum adalah “sistem operasi” (operating system) dari suatu sistem pendidikan. Sebagaimana suatu sistem komputer yang bekerja di atas “platform” (landasan kerja) sistem operasi-nya, maka suatu sistem pendidikan bekerja berdasarkan kurikulum yang ditetapkan untuknya. Kurikulum adalah perangkat-lunak (software) utama bekerjanya sistem pendidikan, sebagaimana sistem operasi bekerja untuk komputer. Sebagaimana sistem operasi komputer yang senantiasa diubah-ubah dan di-revisi setiap saat, demikian juga kurikulum suatu sistem pendidikan, senantiasa di-utak-atik dan di-revisi. Kebanyakan para pelaku sistem pendidikan menginginkan kurikulum yang bertahan tetap tidak berubah selama sedikitnya 5 (lima) tahun, tapi sering sekali terjadi, begitu kurikulum itu ditulis dan dibukukan, kemudian diperbanyak dan di-distribusi-kan, saat itu pula diperlukan revisi dan perbaikan. Seperti hal-nya sistem operasi komputer yang sering di-revisi, maka kurikulum pun perlu diberi nama seperti sistem operasi komputer, misalnya dengan menggunakan tahun disusunnya: “Kurikulum 1995 revisi 1997”, atau “Kurikulum 2000 Release 2.1/2003”, dan seterusnya.
Kurikulum sistem pendidikan umumnya disusun dengan orientasi kerja. Sebagaimana diketahui, dunia kerja berubah-ubah dengan cepatnya, apalagi pada era global yang cenderung untuk menganut sistem perdagangan bebas. Harapannya, alumni suatu sistem pendidikan tinggi akan mampu bekerja di mana pun di muka bumi ini tanpa kendala kompetensi, bersaing secara bebas dengan rekan-rekannya alumni dari sistem pendidikan sejenis. Dalam dunia yang berubah serba-cepat ini, kurikulum pendidikan tinggi pun diharapkan dapat secara fleksible berubah mengikuti perkembangan dan perubahan, di sisi lain juga diharapkan dapat di-operasi-kan dengan cepat menghasilkan lulusan yang kompeten pada masanya di dunia kerja.
Dasar utama penyusunan kurikulum adalah sasaran perilaku (behavioral obejective) yang dituju, di samping berbagai standar yang sudah berlaku umum. Misalnya, kurikulum Program Studi Teknik Elektro di mana pun di dunia pasti meliputi matakuliah-matakuliah Fisika, Matematika, Kalkulus, Rangkaian Listrik, Teori Medan, Pengukuran Listrik, Ilmu Bahan, Rangkaian Logika, dan matakuliah-matakuliah dasar untuk mempelajari sistem tenaga listrik, sistem telekomunikasi, sistem elektronika, sistem kendali dan sistem komputer. Materi yang diberikan pun sudah standar kedalamannya, bahkan buku-buku ajar (textbook) yang digunakan umumnya sama saja. Sasaran perilaku digunakan sebagai acuan untuk menambahkan kepada yang sudah menjadi standar umum tadi.
Sasaran perilaku adalah jawaban atas pertanyaan: seperti apa alumni yang akan dihasilkan dari sistem pendidikan ini? Jawaban atas pertanyaan ini bisa bersifat umum, seperti misalnya :
Atau bersifat sangat spesifik, seperti misalnya :
Bagaimana pun bentuk sasaran perilaku, apakah bersifat umum atau pun bersifat sangat spesifik, yang penting pokok-pokok sasaran perilaku itu dapat di-ejawantah-kan dan di-realisasikan dalam proses belajar-mengajar di Program Studi. Harus diingat bahwa kurikulum yang bagaimana pun baiknya di atas kertas, hanya merupakan sebagian kecil dari faktor-faktor yang menentukan kualitas lulusan. Sebagian besar faktor yang menentukan kualitas lulusan adalah proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran. Tapi, walau pun pengaruh-nya kecil, kurikulum harus ada dan harus disusun dengan sebaik-baiknya. Pengaruh kurikulum terhadap kualitas lulusan serupa dengan pengaruh angka “1” pada angka “1.000.000”, jika boleh diibaratkan demikian.
Berdasarkan penjabaran dari sasaran-sasaran perilaku inilah kemudian disusun semacam “kerangka dasar” kurikulum atau sering disebut “pohon” kurikulum, yang diharapkan kelak akan menghasilkan “buah” (=alumni) yang diinginkan spesifikasi kompetensi-nya. Setiap matakuliah – atau proses pembelajaran lainnya - yang dicantumkan dalam kurikulum mestinya jelas muara-nya nanti akan menghasilkan “buah” seperti apa.
Selain masalah sasaran perilaku, maka aspek proses pembelajaran merupakan suatu hal penting yang patut diperhatikan dalam penyusunan kurikulum, sebab dalam proses pembelajaran-lah suatu kurikulum yang sudah disusun di atas kertas pada akhirnya akan di-operasional-kan. Bisa saja kurikulum yang sudah tersusun dengan sangat baik, lantas pada prakteknya tidak jalan karena tidak didukung oleh proses pembelajaran yang baik.
Pada dasarnya hanya ada 2 (dua) kategori proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran di kelas (classroom courses) melalui tatap-muka yang dijadwalkan secara reguler dalam semester-semester, dan proses pembelajaran non-kelas (non-classroom courses), yang tidak terjadwal secara reguler, misalnya matakuliah Seminar, Kerja Praktek, Praktikum, Skripsi, Praktek Lapang, Kuliah Kerja Nyata, dan lain-lain.
Proses pembelajaran di kelas melalui kegiatan tatap-muka mau pun proses pembelajaran non-kelas dapat di-format dalam berbagai macam bentuknya, misalnya saja untuk menyebut beberapa contoh:
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa mengajar itu merupakan “ketrampilan” yang dimiliki oleh para pengajar karena ditunjang oleh berbagai hal yang ada padanya, seperti misalnya:
Jika penunjang ketrampilan mengajar itu masih juga dirasa ada yang kurang, maka bisa dimanfaatkan pula tersedianya berbagai produk teknologi pengajaran (instructional technology) sebagai alat bantu pengajaran (teaching aid).
Proses pembelajaran sangat bergantung pada ketersediaan sumber-daya, baik sumber daya manusia (dosen, asisten, staf administrasi, pengelola) mau pun sumber-daya sarana prasarana (laboratorium, alat bantu pengajaran, kelas, perpustakaan, dan lain-lain). Oleh karena itu, kurikulum juga sepatutnya disusun dengan memperhatikan ketersediaan sumber-daya ini. Memang mudah mencantumkan suatu matakuliah dalam kurikulum, tapi tidak akan semudah itu mencari tenaga pengajar-nya yang benar-benar kompeten. Demikian juga halnya dengan materi praktikum, mengadakan peralatan laboratorium tidaklah semudah mencantumkan judul percobaan dalam daftar materi praktikum, lebih-lebih lagi mencari asisten yang akan menjalankan materi praktikum tersebut.
Multimedia sebagai Alat Bantu Proses Pembelajaran
Dari komputer generasi pertama (ENIAC) yang dicoba di kota Philadelphia sekitar pertengahan abad yang lalu sampai entah sekarang sudah sampai ke generasi keberapa, perangkat ini selalu dekat dengan dunia pendidikan tinggi dan proses pembelajaran di dalamnya. Pada awalnya komputer dirancang sebagai mesin pengolah data (data-processing) yang kemudian ternyata dapat pula dimanfaatkan sebagai alat bantu pemodelan, simulasi, analisis dan desain di dunia riset terapan mau pun riset akademik untuk proses pembelajaran, bahkan dapat pula dimanfaatkan secara on-line sebagai bagian dari sistem kendali dan sistem antar-muka (interface) mesin-mesin dalam aplikasi di industri. Di dunia pendidikan tinggi, komputer umumnya dimanfaatkan dalam berbagai matakuliah praktikum di laboratorium, serta menjadi alat bantu utama dalam berbagai kegiatan riset dan pengembangan. Computer Aided Engineering (Ilmu Rekayasa dengan Bantuan Komputer) menjadi kebutuhan dasar dalam dunia pendidikan teknik. Komputer menjadi alternatif yang lebih ekonomis dari berbagai peralatan laboratorium yang terlalu mahal untuk dimanfaatkan dalam penyelenggaraan praktikum.
Untuk penyelenggaraan perkuliahan di kelas, terutama ketika sumber daya dosen masih sangat kekurangan, baik dari segi kuantitas mau pun kualitas-nya, maka pemanfaatan komputer dengan fitur multimedia-nya menjadi sangat membantu. Dosen dapat menyusun materi kuliahnya dalam bentuk presentasi (dari yang sederhana menggunakan paket program Power Point dari MS-Office, sampai ke yang lebih canggih seperti program Macromedia) sehingga bisa lebih menarik dan tidak membosankan. Presentasi ini juga dapat dibuat interaktif sehingga dapat digunakan untuk belajar mandiri bagi mahasiswa ketika dosennya tidak hadir. Interaktivitas dengan mahasiswa juga dapat dimanfaatkan untuk administrasi perkuliahan, termasuk pengolahan nilai-nilai yang menggambarkan kemajuan studi mahasiswa sehari-hari sampai ke penyelenggaraan quiz-quiz dan ujian-ujian. Tapi bukan berarti bahwa pemanfaatan multimedia ini bertujuan untuk mengganti fungsi dosen dalam mengajar, justru sebaliknya, dengan memanfaatkan multimedia maka dosen akan berfungsi jauh lebih baik dan lebih efektif dalam mengajar. Yang sudah pasti, kesempatan belajar bagi mahasiswa akan menjadi lebih luas, karena waktu dan energi yang biasanya digunakan untuk sekedar menyalin catatan dalam proses pembelajaran konvensional, misalnya, bisa dicurahkan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Tapi, tentu saja, terutama jika tidak tepat dalam meng-implementasi-kannya, penggunaan multimedia dapat menyebabkan mahasiswa cenderung “pasif”, melaksanakan proses pembelajaran seperti menonton sinetron di televisi.
Makassar, 21 September 2005.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, [2002], “Kurikulum 2000 Program S-1 Teknik Elektro”, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar
Hsu, Jeffrey and Joseph Kusnan, [1989], “The Fifth Generation: The Future of Computer Technology”, Wincrest Books, TAB, Blue Ridge Summit, PA, USA
Jones, Malcolm J., ed..[2000], “CURRICULUM DEVELOPMENT, S1 Engineering Programs in Indonesia”, EEDP, Directorate General of Higher Education, Jakarta.
Sadjad, Rhiza S., [2005], “Aplikasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Dunia Pendidikan Tinggi: Latar Belakang dan Motivasi”, Makalah Lokakarya, Palu
Winner, Langdon, [1977], “Autonomous Technology”, The MIT Press, Cambridge, MA, USA
BIODATA
Rhiza S. Sadjad, lahir di Bogor tahun 1957, menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Bogor, kemudian melanjutkan ke ITB Bandung pada tahun 1975. Menyelesaikan program pendidikan S-1 di ITB dan meraih gelar Ir. (Sarjana Teknik) di Jurusan Teknik Elektro tahun 1981. Sampai tahun 1983 mengajar di Fakultas Teknik Elektro Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga, sebelum pindah ke Makassar dan mengajar di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin sampai sekarang. Pada tahun 1987 melanjutkan studi ke Amerika Serikat, menyelesaikan program pendidikan S-2 dan S-3 dengan meraih gelar M.S.E.E (1989) dan Ph.D. (1994) dalam bidang keahlian Automatic Control Systems dari University of Wisconsin-Madison. Saat ini, selain mengajar di Program Sarjana dan Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik dan FISIPOL (Program Studi Ilmu Komunikasi) Universitas Hasanuddin-Makassar, juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Sistem Kendali dan Instrumentasi serta Ketua Sub-Program Studi Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (TK) di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNHAS.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar